pandangan akhir mini - Edhie Baskoro Yudhoyono

advertisement
PANDANGAN AKHIR MINI
FRAKSI PARTAI DEMOKRAT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENGENAI
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016
Disampaikan oleh
:
RINTO SUBEKTI, S.E.,M.M.
Nomor Anggota
:
A-425
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om Swastiastu
Yang terhormat;

Saudara Pimpinan Badan Anggaran DPR RI,

Saudara Menteri Keuangan RI Beserta Jajarannya,

Para Anggota Badan Anggaran DPR RI,

Rekan-rekan media dan hadirin yang kami hormati
1
I.
PENDAHULUAN
Dalam
kesempatan
yang
berbahagia
ini,
marilah
kita
senantiasa
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga pada hari ini kita dapat
menjalankan tugas konstitusional kita sebagai anggota dewan, dalam Rapat
Kerja Badan Anggaran DPR RI guna memberikan Pandangan Akhir FraksiFraksi mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016.
Seperti kita ketahui bersama bahwa dasar hukum dari penyusunan
Rancangan Undang-Undang tentang APBN 2016 adalah UU No. 17 Tahun
2003 Pasal 15 tentang Keuangan Negara bahwa Pengambilan Keputusan
RUU APBN dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya
dua bulan sebelum Tahun Anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
Sebagaimana telah disampaikan oleh Pemerintah mengenai RUU APBN 2016
ke DPR dan DPD RI yang termaktub di dalam pendahuluan mengenai
Kebijakan Fiskal dan Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Anggaran 2016
bahwa tahun 2016 merupakan tahun pertama (secara penuh) dari
Pemerintahan Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden R.I Joko Widodo
di dalam mengimplementasikan janji-janji politiknya, sehingga anggaran
tahun 2016 menjadi cerminan secara utuh kebijakan dan program dari
Pemerintahan Kabinet Kerja. APBN 2016 juga merupakan tahun kedua dari
RPJMN tahun 2015-2019 yang merupakan langkah bagi Pemerintah Pusat
dan Daerah untuk meningkatkan kerjasama yang lebih baik dalam program
pembangunan nasional dan tahun-tahun ke depan serta memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pada keunggulan
kompetitif perekonomian.
Dalam kondisi tersebut Pemerintah juga menetapkan arah kebijakan fiskal
tahun 2016 dengan sasaran pengendalian defisit pada tingkat sustainable
2
(lebih rendah dari APBNP 2015), Mengoptimalkan pendapatan negara, baik
perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP), Pengendalian
dan peningkatan kualitas belanja negara baik pusat maupun transfer
daerah dan dana desa dengan detailnya seperti melanjutkan programprogram prioritas tahun 2015, memenuhi anggaran kesehatan sebesar 5
persen dan memperkuat desentralisasi fiskal.
Fraksi Partai Demokrat DPR RI memiliki tanggung jawab terhadap masa
depan bangsa yang lebih baik dengan terus menyampaikan evaluasi,
pandangan dan rekomendasi kepada Presiden RI Joko Widodo berserta
Pemerintahan yang dipimpinnya. Fraksi Partai Demokrat memilki sikap
untuk memberikan apresiasi jika yang dilakukan pemerintah positif dan
memberikan capaian yang nyata. Sebaliknya, Partai Demokrat akan
memberikan koreksi dan menyampaikan hal-hal yang belum dapat dikelola
dan diselesaikan dengan baik oleh pemerintah.
Fraksi Partai Demokrat
di dalam
memberikan pandangannya
juga
memberikan evaluasi umum, evaluasi khusus, pandangan, rekomendasi
serta sikap Fraksi sebagai sebuah pandangan akhir yang utuh dan terdiri
dari
hasil-hasil rapat yang dilakukan oleh Badan Anggaran bersama
Pemerintah menyangkut APBN 2016 , realiasi penyerapan serta isu ekonomi
terkini .
II.
OBSERVASI & EVALUASI UMUM
SAUDARA PIMPINAN BADAN ANGGARAN, PARA ANGGOTA DEWAN, SERTA
HADIRIN YANG KAMI HORMATI,
Berdasarkan hasil laporan dari panitia kerja yang sudah dibentuk oleh
Badan Anggaran bersama Pemerintah, APBN Tahun Anggaran 2016
mengalami perubahan seperti telah disampaikan dalam rapat kerja.
3
Sehubungan dengan hal tersebut, Fraksi Partai Demokrat mencermati
beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam penyampaian nota laporan keuangan dan penetapan APBN-P
2015, Fraksi Partai Demokrat
pernah
mengingatkan Pemerintah
mengenai asumsi pertumbuhan makro dan target penerimaan Negara
yang terlalu optimis yang semestinya dikoreksi untuk disesuaikan
dengan
kemampuan
nyata
Pemerintah.
Pada
kenyataannya,
pelaksanaan APBN-P 2015 hingga triwulan ketiga, terdapat beberapa
asumsi makro dan target postur APBN yang kemungkinan tidak
mencapai
target
sesuai
dengan
Undang-Undang
APBN-P
2015,
diantaranya : pertumbuhan ekonomi, yang hanya mencapai 4,67 persen
dan diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2015 hanya 4,9 persen atau
lebih rendah dari asumsi pertumbuhan dalam APBN-P 2015 sebesar 5,7
persen. NIlai tukar rupiah sampai akhir tahun 2015 diperkirakan di atas
Rp13.000 per USD. Sementara itu terhadap pelaksanaan APBN-P 2015,
penerimaan pajak sampai dengan September 2015 mencapai Rp686,27
triliun atau 53,02 persen dari target penerimaan dalam APBN-P 2015
senilai Rp1.294,25 triliun. Dari sisi belanja Negara, tingkat penyerapan
anggaran sampai dengan September 2015 baru mencapai 53 persen
dengan perkiraan sampai dengan akhir tahun hanya mencapai 91
persen.
Sebagai akibat tidak tercapainya target-target tersebut diatas termasuk
serapan anggaran yang menimbulkan implikasi yang cukup serius
khususnya terhadap pemenuhan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
daya beli. Oleh karena itu, Fraksi Partai Demokrat DPR-RI meminta
Pemerintah sungguh bertanggung jawab dan serius untuk meningkatkan
kinerja pelaksanaan APBN-P 2015 khususnya optimalisasi penerimaan
pajak dan peningkatan realisasi belanja pemerintah.
4
2. Berdasarkan kesepakatan panitia kerja yang terbentuk oleh Badan
Anggaran
terkait
APBN
2016,
disepakati
Penerimaan
negara
diperkirakan sebesar Rp1.800,10 triliun atau naik sebesar Rp38,36
triliun dibandingkan APBN-P 2015, volume anggaran belanja negara
dalam APBN 2016 diperkirakan mencapai Rp2.095,72 triliun artinya
mengalami peningkatan sebesar Rp111,57 triliun dibandingkan pagu
APBN-P
2015,
dengan
prosentase
63,25
persen
untuk
belanja
pemerintah pusat dan 36,75 persen untuk transfer ke daerah dan dana
desa. Sementara belanja pemerintah pusat dalam APBN 2016 sebesar
Rp1.325,5 triliun atau menurun Rp13,5 triliun dari yang diusulkan
Pemerintah dalam RAPBN 2016 sebesar Rp1.339,08 triliun. Fokus
anggaran tahun 2016 antara lain untuk mempertahankan pendapatan
riil aparatur pemerintah, program prioritas (infrastruktur konektivitas,
pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman,
pariwisata, serta pengurangan kesenjangan), pemenuhan anggaran
pendidikan 20 persen dari APBN dan pemenuhan anggaran kesehatan 5
persen dari APBN, serta perluasan dan penajaman program KUR yang
sudah berjalan. Sementara itu, panitia kerja juga sepakat melakukan
penundaan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar
Rp21,30 triliun pada 41 K/L sebagai potensi penambahan belanja
prioritas dan selebihnya untuk tambahan belanja mendesak.
3. Belanja K/L dalam APBN TA 2016 sebesar Rp784,12 triliun atau
meningkat Rp3,7 triliun dari usulan pemerintah dalam RAPBN 2016
sebesar Rp780,37 triliun. Dengan faktor penyebab kenaikan antara lain
penyesuaian
anggaran
akibat
perubahan
kurs,
perubahan
pagu
penggunaan PNBP akibat perubahan target PNBP, perubahan pagu
akibat kebijakan penundaan belanja K/L, penyesuaian anggaran
pendidikan sebesar Rp2,46 triliun, kesehatan sebesar Rp617,9 miliar,
tambahan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan belanja mendesak
5
Rp5,5 triliun. Terakhir adalah tambahan belanja prioritas sebesar
Rp18,06
triliun
yang
dialokasikan
untuk
beberapa
Kementerian/Lembaga (K/L) dengan kriteria-kriteria harus sejalan
dengan RKP tahun 2016, dialokasikan secara efisien dan efektif dengan
output yang terukur, memenuhi akuntabilitas dan governance yang
berlaku.
4. Perubahan postur pendapatan negara dan hibah serta belanja negara
pada APBN 2016 pada akhirnya mengakibatkan perubahan pada besaran
defisit anggaran, yaitu Rp222,51 triliun dalam APBN-P 2015 menjadi
Rp312,5 triliun atau meningkat 1,9 persen menjadi 2,46 persen
terhadap PDB. Pembiayaan defisit dalam APBN 2016 sebagian besar
bersumber dari pembiayaan dalam negeri sebesar Rp271,9 triliun dan
penarikan luar negeri neto sebesar negatif Rp0,2 triliun.
5. Belanja Non Kementerian tercatat sebesar Rp541,42 triliun dengan
detail Program pengelolaan utang negara Rp184,94 triliun terdiri atas
pembayaran
bunga
utang
dalam
negeri
Rp168,51
triliun
dan
pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp16,42 triliun. Program
pengelolaan subsidi sebesar Rp182,57 triliun terdiri atas Rp102,08
triliun untuk subsidi energi dan Rp80,49 triliun untuk subsidi non energi.
Program pengelolaan hibah negara sebesar Rp3,96 triliun. Program
pengelolaan belanja lainnya sebesar Rp59,91 triliun. Dan, Program
pengelolaan transaksi khusus sebesar Rp110,03 triliun.
6. Terkait Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang disepakati sebesar
Rp770,17
triliun
yang
jumlahnya
mendekati
anggaran
Kementerian/Lembaga (Belanja Kementerian/Lembaga). Dana Transfer
ke Daerah disepakati sebesar Rp723,19 triliun, yang terdiri atas Dana
Perimbangan sebesar Rp700,42 triliun, Dana Insentif Daerah sebesar
Rp5,0 triliun, dan Dana Otonomi Khusus dan Dana Istimewa Yogyakarta
6
sebesar Rp17,76 triliun. Sementara, Dana Desa disepakati sebesar
Rp46,98 triliun.
III. OBSERVASI & EVALUASI KHUSUS
a. Pembangunan kekuatan pertahanan dan modernisasi alutsista TNI
merupakan agenda penting yang dilaksanakan di era Pemerintahan
Presiden SBY. Fraksi Partai Demokrat melihat kemungkinan penyusutan
anggaran pertahanan saat ini dan ditahun mendatang. Hal ini
sesungguhnya
bertentangan dengan salah satu janji Presiden Joko
Widodo yang akan meningkatkan anggaran pertahanan 3x lipat. Jika
memang ada kesulitan pemerintah dengan penganggaran di bidang
pertahanan ini, karena penurunan pertumbuhan ekonomi kita, Presiden
Joko Widodo diharapkan bisa menjelaskan penyesuaian kebijakan
anggaran
ini,
penambahan
karena
dan
pasti
modernisasi
akan
berdampak
alutsista,
pada
termasuk
‘time-line’
kesejahteraan
prajurit hingga tahun 2019 mendatang.
b. Terkait masalah Bela Negara yang menjadi perdebatan dan polemik di
masyarakat, Fraksi Partai Demokrat berpendapat agar semuanya
didasarkan kepada konstitusi dan undang-undang pertahanan serta
sistem dan tatanan yang berlaku di negara demokrasi. Penggunaan
anggaran yang besar mesti dibicarakan dengan DPR RI agar bisa dijaga
ketertiban,
dikaitkan
transparansi
dengan
dan
akuntabilitasnya,
kemampuan
perekonomian
serta
tidak
negara
lupa
untuk
mendukungnya.
c. Realitas mengenai perlambatan ekonomi Indonesia memiliki dampak
dan implikasinya yang disebabkan baik oleh faktor internal maupun
eksternal. Hal ini biasa terjadi sebagaimana dahulu dialami oleh
7
Pemerintahan Presiden SBY. Yang penting Presiden Joko Widodo dan
Pemerintahan saat ini berhenti untuk mencari kambing hitam atas
seriusnya persoalan ekonomi saat ini dan dipersiapkan langkahlangkahnya agar lebih pasti dan efektif.
d. Partai Demokrat bersama Fraksi Partai Demokrat DPR RI akan terus
memberikan rekomendasi kepada Presiden Joko Widodo agar kesemua
kebijakan dan tindakan pemerintah benar-benar menyentuh 7 isu utama
seperti pertumbuhan yang melambat (growth), stabilitas harga yang
terganggu (inflasi), terjadinya PHK dan meningkatnya pengangguran
(unemployment), melemahnya nilai tukar rupiah (currency),kemampuan
dan efektifitas APBN dan APBD (fiscal), meningkatnya angka kemiskinan
pada tahun 2015 (poverty), serta menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat dan pelaku dunia usaha (trust).
e. Bahwa penyelamatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan harus menjadi
perhatian khusus dalam fokus APBN 2016, mengingat dampak kerusakan
lingkungan dan pengelolaan
lingkungan
yang tidak proporsional
menyebabkan bencana yang berdampak serius terhadap penderitaan
rakyat termasuk kebakaran hutan dan dampak asap yang akhir-akhir ini
sangat mengakibatkan rakyat menderita dan hubungan antar Negara
menjadi terganggu akibat penanganan oleh Pemerintah yang terlalu
lamban. Fraksi Partai Demokrat mencermati adanya sejumlah faktor
yang mengakibatkan mengapa dunia menjatuhkan vonis bahwa tahun
2015 ini adalah tahun terburuk bagi Indonesia dalam hal penanganan
asap dan kebakaran hutan. Beberapa hal memang disebabkan el nino
dan suhu yang tinggi di sebagian wilayah Indonesia sehingga hutan kita
mudah terbakar. Yang kedua antisipasi dan pencegahan terhadap
kebakaran dibanyak daerah cenderung kurang dan terlambat. Dan
ketiga adalah respon Pemerintah pusat dalam pengerahan personil dan
8
materiil untuk memadamkan kebakaran, termasuk koordinasi dan
kesatuan komando pada minggu-minggu awal kurang. Kecepatan
penggunaan anggaran bencana (Dana Cadangan Bencana Alam) dinilai
juga kurang.
IV. TANTANGAN & TUGAS PEMERINTAH
Mengatasi Persoalan Ekonomi Indonesia
a. Tugas utama pemerintah setahun mendatang adalah memulihkan
ekonomi nasional yang mengalami banyak persoalan dewasa ini. Fraksi
Partai Demokrat DPR RI mengingatkan bahwa ekonomi dunia dan
kawasan juga belum sepenuhnya pulih dari krisis dan tekanan.
Karenanya, diharapkan pemerintah jangan terlalu cepat mengatakan
bahwa ekonomi kita sudah aman
b. Ekonomi Indonesia dinyatakan sudah pulih jika pertumbuhan ekonomi
bisa dinaikkan kembali menuju 6 persen. Jika investasi dan sektor riil
sudah tumbuh kembali. Jika daya beli rakyat sudah meningkat lagi. Jika
gelombang PHK sudah berhenti dan lapangan pekerjaan dapat dibuka
lebih luas lagi. Jika angka kemiskinan kembali mengalami tren
penurunan. Jika nilai tukar rupiah dan harga saham gabungan sudah
menguat. Jika harga-harga komoditas tambang dan pertanian kembali
normal (meningkat).
c. Terkait
penyusunan
dan
postur
APBN
2016,
Pemerintah
perlu
mengambil pelajaran dari kekeliruan dalam menghitung perkiraan
penerimaan pajak, sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam
pembelanjaannya (spending). Serta defisit
anggaran yang tidak
menabrak ketentuan undang-undang. Hendaknya dalam penggunaan
anggaran itu lebih baik diutamakan untuk menyukseskan langkah9
langkah stabilisasi perekonomian kita, termasuk meningkatkan daya beli
masyarakat.
V.
KONKLUSI,REKOMENDASI & SIKAP FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI
SAUDARA PIMPINAN BADAN ANGGARAN, PARA ANGGOTA DEWAN, SERTA
HADIRIN YANG KAMI HORMATI,
Berdasarkan yang telah disampaikan oleh pemerintah dan Panja yang sudah
dibentuk oleh Badan Anggaran DPR RI dalam mencermati laporan
pemerintah
maka
Fraksi
Partai
Demokrat
DPR-RI
menyampaikan
pandangannya sebagai berikut :
1. Fraksi Partai Demokrat memandang bahwa Pemerintah harus realistis
dalam melihat tantangan APBN ke depan seperti fiskal space yang
terbatas, alokasi mandatory spending (Dana Pendidikan 20 persen,
Dana Kesehatan 5 persen, dan Dana Desa) yang cukup besar, serta
alokasi belanja dan penyerapan yang belum optimal. Fraksi Partai
Demokrat mencermati bahwa krisis ekonomi global saat ini belum
berakhir. Untuk itu Pemerintah harus waspada dan lebih serius dalam
menstabilkan ekonomi dalam negeri baik yang diakibatkan oleh faktor
eksternal ataupun internal demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan
peningkatan
daya
beli
dalam
pemenuhan
kesejahteraan
masyarakat.
2. Mengenai Asumsi Dasar Ekonomi Makro, Fraksi Partai Demokrat
meminta Pemerintah untuk realistis terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
menjaga inflasi pusat dan daerah serta mengatasi persoalan-persoalan
yang ditimbulkan akibat faktor internal dan eksternal yang terjadi
seperti persoalan harga minyak dunia dan pengawasan terhadap cost
recovery yang berpengaruh terhadap penerimaan Negara. Disamping
10
itu penghematan/pemanfaatan anggaran belanja perjalanan dinas
perlu terus dilakukan dan mengurangi pendanaan kegiatan yang
konsumtif serta kurang produktif. Fraksi Partai Demokrat juga
memberikan apresiasi terhadap langkah negara khususnya Bank
Indonesia yang menjaga nilai tukar rupiah sebagai langkah yang tepat
dalam rangka melegakan masyarakat sehingga tidak sampai menyentuh
angka psikologis Rp15.000 per 1 dolar Amerika Serikat.
3. Fraksi Partai Demokrat meminta pemerintah menjaga dan menjalankan
kesinambungan fiskal seperti mengendalikan defisit anggaran yakni
memperkuat kapasitas fiskal dan meningkatkan kualitas belanja dengan
optimalisasi pada sektor penerimaan perpajakan dan PNBP dengan
tetap menjaga iklim investasi, meningkatkan alokasi belanja produktif
(Infrastruktur,
Penguatan
SDM,
Mengendalikan
Belanja)
serta
menurunkan rasio utang terhadap PDB (Pengendalian pembiayaan yang
bersumber dari utang, mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman untuk
kegiatan produktif).
4. Fraksi Partai Demokrat meminta pemerintah memperhatikan realisasi
pertumbuhan ekonomi, Penerimaan Negara (Pajak dan PNBP) serta
implikasinya dari perlambatan ekonomi yang disebabkan faktor internal
dan eksternal, penyerapan anggaran yang rendah serta mengambil
pelajaran dari kekeliruan dalam menghitung perkiraan penerimaan
pajak pada APBN tahun sebelumnya dan tidak menimbulkan kesulitan
dalam pembelanjaan (spending) sebagai pelajaran bagi penyerapan
anggaran TA 2016 dan tahun-tahun berikutnya. Fraksi Partai Demokrat
turut mencermati mengenai implikasi yang muncul seperti daya beli
masyarakat yang menurun dan beban masyarakat semakin berat dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
11
Fraksi Partai Demokrat memandang bahwa Pemerintah perlu mengelola
dan mengatasi persoalan fundamental dan isu ekonomi yang ada
seperti pertumbuhan yang melambat (growth), stabilitas harga yang
terganggu (inflasi), terjadinya PHK dan meningkatnya pengangguran
(unemployment), melemahnya nilai tukar (currency), kemampuan dan
efektifitas APBN & APBD (fiscal), meningkatnya angka kemiskinan pada
tahun
2015
(poverty)
serta
menurunnya
tingkat
kepercayaan
masyarakat dan pelaku dunia usaha (trust) agar ekonomi Indonesia
mampu pulih kembali dan menggunakan anggaran untuk menyukseskan
langkah-langkah stabilisasi perekonomian.
5. Fraksi Partai Demokrat mengapresiasi sasaran yang ingin dicapai pada
tahun 2016 dalam fungsi pertahanan seperti peningkatan kontribusi
industri pertahanan dalam negeri terhadap pemenuhan minimum
essential forces (MEF), peningkatan kesejahteraan prajurit melalui
pembangunan perumahan dinas dan peningkatan kesiapan TNI dengan
penyelenggaraan latihan, serta penguatan keamanan laut dan daerah
perbatasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Pemerintahan
Presiden SBY. Termasuk memfungsikan unsur TNI dalam menangani
bencana. Namun demikian Fraksi Partai Demokrat menyoroti adanya
ketidaksesuaian antara sasaran dan alokasi anggaran pertahanan pada
postur anggaran 2016. Fraksi Partai Demokrat memandang perlu
Pemerintah terus mempertahankan ketangguhan Alutsista Indonesia
demi menjaga keamanan, stabilitas dan kedaulatan. Fraksi Partai
Demokrat memandang perlu ditingkatkannya peranan Badan Intelijen
Negara (BIN) yang meliputi peningkatan sumber daya manusia baik
jumlah maupun kompetensinya.
6. Fraksi Partai Demokrat meminta pemerintah untuk merealisasikan
alokasi Dana Desa sesuai dengan amanat UU No. 6 Tahun 2014 tentang
12
Desa, dengan penetapan dan ketentuan yang berlaku berdasarkan
jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan
tingkat kesulitan geografis desa. Hal ini juga perlu didukung dengan
update data, payung kebijakan yang utuh dalam hal administrasi
pelaporan dan penggunaan anggaran desa untuk menghindari persoalan
hukum di dalamnya serta memperhatikan ketepatan waktu penyaluran
yang sesuai jadwal dan diperlukan pengawasan yang melekat agar dana
desa benar-benar menjadi pendorong bagi Pemerataan Pembangunan
di Pedesaan. Transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana desa
sangat penting untuk dijaga, sekaligus menepis kecurigaan berbagai
kalangan adanya unsur politik dalam penggunaan anggaran dana desa.
7. Fraksi
Partai
Demokrat
sangat
memahami
adanya
kebutuhan
masyarakat terkait pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan,
kelautan, ekonomi kerakyatan, dan kesejahteraan. Fenomena yang
terjadi hampir di seluruh tanah air mengenai dampak dan implikasi dari
pertumbuhan ekonomi yang melambat telah menimbulkan beban hidup
bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Untuk itu Fraksi Partai Demokrat
tidak henti-hentinya meminta pemerintah terus memperhatikan,
meningkatkan dan membuat terobosan baru program pro-rakyat
(Raskin, KUR, KUBR, PKH, Lansia, PNPM, Bedah Rumah, Nelayan
Pesisir, BOS, BSM, dll) pada tahun anggaran 2016.
8. APBN dan kebijakan fiskal yang tepat amat penting dalam pembiayaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, terlebih disaat menghadapi
tekanan ekonomi saat ini. Fraksi Partai Demokrat mencermati bahwa
rencana penerimaan dan pembelanjaan negara untuk APBN 2016 harus
ditetapkan dengan benar dan realistis serta diwujudkan dengan
pengelolaan dan penggunaan anggaran yang tepat dan terkontrol
13
dengan baik oleh DPR dan DPD RI. Pemerintah harus benar-benar
menggunakan anggaran secara pruden, transparan, dan akuntabel.
Fraksi Partai Demokrat meminta kepada pemerintah untuk melakukan
tindakan-tindakan yang nyata dan efektif agar target penerimaan pajak
tahun 2016 dapat tercapai .
9. Fraksi Partai Demokrat mengingatkan Pemerintah bahwa dalam APBN
TA 2016 perlu memperhatikan perimbangan yang tepat antara porsi
anggaran
pembangunan
infrastruktur
fisik
dengan
anggaran
penanggulangan kemiskinan. Pemerintah perlu mempertimbangkan
sumber-sumber
lain
selain
APBN
bagi
pembiayaan
anggaran
infrastruktur seperti BUMN, usaha swasta (dalam dan luar negeri) yang
dahulu pernah digagas dalam MP3EI yang disusun bersama antara
Pemerintah Pusat, Daerah, Ekonom, BUMN dan swasta.
10. Fraksi Partai Demokrat meminta Pemerintah agar mengkaji ulang
Penyertaan Modal Negara terhadap BUMN dengan memperhatikan
setoran/bagi hasil laba yang perlu ditingkatkan, serta multiplier effect
dari Penyertaan Modal Negara terhadap BUMN yang perwujudannya
harus menjadi kontribusi nyata dalam penerimaan negara di APBN. PMN
harus digunakan untuk peningkatan investasi dengan tujuan mendorong
peningkatan deviden sebagai bagian dari sumber penerimaan Negara.
PMN tidak ditujukan untuk pemenuhan modal kerja atau membayar
kewajiban-kewajiban lain yang tidak ada hubungannya dengan investasi
seperti contohnya hutang dan biaya operasional. Disamping itu
Pemerintah juga perlu memperhatikan mengenai realisasi pencairan
PMN BUMN yang masih rendah seperti terlihat pada APBNP 2015.
Khusus di dalam realisasi pencairannya agar dilakukan penyesuaian
dengan peraturan perundang-undangan dan disetujui terlebih dahulu
oleh komisi teknis yang terkait.
14
11. Fraksi Partai Demokrat mengetahui rencana kerjasama antara Indonesia
dengan negara-negara sahabat dalam pembangunan proyek-proyek
Infrastruktur, seperti proyek pembangunan rel kereta api cepat
Jakarta-Bandung dengan Republik Rakyat Tiongkok. Fraksi Partai
Demokrat berharap agar segala perlibatan BUMN termasuk pembiayaan
proyek-proyek itu dilakukan secara transparan dan akuntabel, serta
dibicarakan dengan DPR-RI. Demikian juga perjanjian-perjanjian
dengan negara lain yang berkaitan dengan pinjaman keuangan yang
diberikan kepada tiga bank BUMN.
12. Fraksi
Partai
Demokrat
meminta
pemerintah
memperhatikan
konektivitas ekonomi nasional dan konektivitas ekonomi internasional
Indonesia yang akan menghubungkan Integrasi Indonesia dengan pusatpusat perekonomian regional dan global dalam rangka meningkatkan
daya saing nasional. Konektivitas nasional yang mandiri seperti sistem
logistik nasional (sislognas), sistem transportasi nasional (sistranas)
seperti halnya implementasi nyata dari Tol Laut, pengembangan
wilayah (RPJMN/RTRWN) serta teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) untuk mendorong perdagangan dalam negeri dan efisiensi
distribusi.
13. Fraksi Partai Demokrat mengharapkan Pemerintah cermat dalam
mengurangi ketergantungan terhadap minyak mentah dunia ditengah
fluktuasi harga pada saat ini. Ketahanan energi dan sumber energi
terbarukan merupakan alternatif jawaban disamping tetap melakukan
langkah-langkah
penting
dalam
meningkatkan
lifting
minyak.
Peningkatan lifting minyak dilakukan dengan cara antara lain
meningkatkan koordinasi yang kuat antar instansi untuk mendukung
operasi hulu migas, efisiensi cost recovery, dan percepatan produksi
migas yang bersumber pada lahan baru. Selain itu, Fraksi Partai
15
Demokrat juga menilai Pemerintah perlu terus memperbaiki tata kelola
migas yang efektif melalui pengendalian, pengawasan, dan pengaturan
migas agar sesuai dengan aturan dan fokus pada usaha-usaha komersial
untuk bisa bersaing ditingkat dunia.
Fraksi Partai Demokrat meminta Pemerintah harus melihat dan
mengkaji secara strategis mengenai penambahan kapasitas tenaga
listrik termasuk tepat sasaran dalam memberikan subsidi listrik kepada
masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Fraksi Partai Demokrat menilai pemberian subsidi BBM secara tepat
jumlah dan sasaran tetap perlu dilakukan. Fraksi Partai Demokrat
berpendirian untuk tidak menganut sistem ekonomi yang terlalu
kapitalistik serta tidak mengadopsi sistem neo-liberalisme yang
mentabukan adanya subsidi. Pengurangan subsidi yang telah dilakukan
Pemerintah beberapa waktu lalu dinilai belum optimal dampaknya
terhadap
pembangunan
dan
program-program
kesejahteraan
masyarakat dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
14. Dalam konteks stabilitas keamanan nasional dan penegakan hukum,
Fraksi Partai Demokrat meminta Pemerintah untuk terus meningkatkan
kesejahteraan POLRI dan Lembaga Penegak Hukum (KPK, Kejaksaan,
MA, KY, dan lainnya) termasuk melengkapi infrastruktur, sarana dan
prasarana dalam menjalankan tugasnya.
16
Atas observasi, pandangan dan konklusi sebagaimana tersebut diatas, Fraksi Partai
Demokrat pada dasarnya menerima RAPBN 2016, sepanjang pemerintah
mengakomodasi seluruh catatan dan pandangan tersebut diatas. Fraksi Partai
Demokrat berharap catatan dan pandangan tersebut dirumuskan dan dilakukan
perubahan-perubahan mendasar terhadap Rancangan Undang-Undang Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 ini sebelum
disetujui menjadi Undang-Undang.
Demikian Pandangan Fraksi Partai Demokrat yang disampaikan dalam Rapat Kerja
Badan Anggaran hari ini.
Wabillahittaufik wal hidayah,
Wassalamualaikum warohmatullahiwabarakatuh
Jakarta, 29 Oktober 2015
PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRAT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Ketua
Sekretaris
EDHIE BASKORO YUDHOYONO, M.Sc
DIDIK MUKRIANTO, S.H., M.H.
Nomor Anggota: 434
Nomor Anggota: 437
17
Download