4 Jaringan Lemak Ulat Sutera Selama metamorfosis, jaringan lemak ulat sutera mengalami perubahan. Jaringan lemak imago berasal dari beberapa sel lemak larva yang bertahan pada masa pupa atau kepompong. Jaringan lemak pada fase pupa berbeda antara betina dan jantan. Jaringan lemak lebih banyak ditemukan pada pupa betina dibandingkan pupa jantan. Sebagian besar sel lemak pupa betina dimanfaatkan untuk pematangan sel telur, sementara sebagian besar sel lemak pupa jantan dimanfaatkan sebagai cadangan energi untuk bertahan hidup (Tajima 1978). Bakteri pada Ulat Sutera Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada ulat sutera Bombyx mori telah dilaporkan. Menurut Sakthivel et al. (2012), bakteri yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari ulat sutera Bombyx mori yang sakit dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit (Sakthivel et al. 2012). No 1 2 3 4 5 6 7 Bakteri Bacillus subtilis Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus Escherichia coli Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Juli 2014. Pemeliharaan imago ulat sutera liar A. atlas dilakukan di Laboratorium Metabolisme Divisi Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Identifikasi bakteri dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Divisi Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah kandang kasa ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, cawan petri, lemari pendingin, alat bedah minor berupa gunting, scalpel, dan 5 pinset, botol 5 ml, ose, needle, gelas objek, tabung reaksi, cawan petri, pipet, rak tabung reaksi, pembakar Bunsen, mikroskop cahaya, spidol, label nama, inkubator, dan camera digital. Bahan-bahan yang digunakan adalah jaringan lemak imago betina ulat sutera liar A. atlas sebanyak 5 ekor yang diambil di bagian toraks, akuades steril, media untuk mengisolasi seperti agar darah, Mac Conkey Agar (MCA), dan Trypticasein Soy Agar (TSA), media untuk mengidentifikasi bakteri seperti Triple Sugar Iron Agar (TSIA), indol, kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa), zat warna Gram (kristal violet, lugol, aseton alkohol, safranin), dan alkohol 70%. Metode Penelitian Pengambilan dan Pemeliharaan Kokon Kokon ulat sutera A. atlas diambil dari perkebunan teh PTPN VIII Pangleujar kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat. Kokon disimpan dalam kandang kasa berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Pemisahan antara kokon betina dan jantan dengan cara kulit kokon digunting untuk melihat bakal imago jantan dan betina ulat sutera A. atlas. Pupa yang memiliki antena yang besar akan menjadi imago jantan sedangkan pupa yang memiliki antena kecil akan menjadi imago betina. Pengambilan Sampel Imago betina dimasukkan ke dalam freezer selama 60 menit sampai imago mati. Kemudian imago dinekropsi dengan menggunakan seperangkat alat bedah minor steril berupa pinset, scalpel, dan gunting. Bagian yang akan dinekropsi disterilkan dahulu dengan alkohol 70 %. Setelah itu, dilakukan pengambilan jaringan lemak menggunakan pinset dan dimasukkan ke dalam botol kaca yang berisi akuades steril 2 ml. Sampel diambil dari 5 ekor imago ulat sutera liar A. atlas di bagian toraks. Isolasi Bakteri Sampel diambil dengan menggunakan ose dan dibiakkan ke dalam media agar darah dan MCA dengan goresan T dan diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37 oC. Setelah 24 jam, koloni terpisah dari bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA dicatat ciri koloninya. Setiap koloni yang tumbuh berbeda sepanjang goresan dibiakkan ke dalam agar miring TSA dan dilakukan pelabelan untuk setiap koloni. Biakan agar miring TSA diinkubasi selama 24 jam menggunakan inkubator dengan suhu 37 oC. Identifikasi Bakteri Koloni yang tumbuh pada media TSA diwarnai dengan pewarnaan Gram untuk dilihat morfologi, sifat Gram, dan kemurniannya. Menurut Lay (1994), preparat ulas ditetesi dengan larutan kristal violet dan didiamkan kurang lebih 60 detik. Preparat dibilas dengan akuades. Setelah dicuci, preparat ditetesi larutan lugol selama 60 detik dan dibilas dengan akuades hingga bersih. Preparat diberi larutan pemucat berupa aseton alkohol kurang lebih 15 detik dan dibilas kembali dengan akuades hingga bersih. Preparat ditetesi larutan safranin kurang lebih 15– 20 detik dan dibilas kembali dengan akuades hingga bersih. Setelah itu, preparat 6 dikeringkan dengan kertas saring dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100x yang sebelumnya ditetesi minyak emersi. Hasil pewarnaan Gram, bakteri Gram positif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah. Apabila terdapat koloni bakteri yang belum murni, maka dilakukan kembali isolasi pada agar darah maupun MCA dengan goresan T. Apabila hasil dari pewarnaan Gram kurang meyakinkan, maka dilakukan uji KOH 3% untuk menentukan sifat Gram bakteri. Bakteri Gram negatif akan memberikan hasil adanya masa gelatin yang membentuk benang-benang halus saat diangkat menggunakan ose. Secara ringkas alur identifikasi bakteri Gram Positif dan negatif dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Identifikasi akhir mengacu pada Jang et al. (1976), Barrow dan Feltham (1993), dan Bergey dan Breed (1994), seperti tampak pada Gambar 2 dan 3. Bakteri Gram Negatif Batang kokus (+) (-) Nonenterobacteri aceae Enterobacteriacea e Pseudomonas Aeromonas Vibrio Neisseria MacConkey Agar Laktosa Negatif TSIA Indol Sitrat MRVP Fermentasi Karbohidrat Laktosa Positif TSIA Indol Sitrat MRVP Fermentasi Karbohidrat Gambar 2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Negatif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 7 Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Terdapat tiga koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA (Tabel 2). Koloni bakteri yang didapatkan pada media agar darah berukuran sedang, berbentuk bulat, permukaan kasar, tidak mengkilat, tepi tidak rata, elevasi cembung, berwarna krem ,dan hemolisis β. Satu koloni bakteri yang terbentuk pada