BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan berkembangnya jaman dan meningkatnya kemajuan teknologi yang dicapai dewasa ini, maka peradaban manusia semakin meningkat sehingga kebutuhan dan tuntutan hidup akan lebih besar dan beraneka ragam demikian juga kebutuhan dalam bahan tekstil makin lama akan semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan bahan tekstil tersebut maka dibutuhkan bahan baku tekstil baik yang berasal dari alam maupun buatan. Untuk yang berasal dari alam terdiri dari berbagai jenis serat alam, baik serat alam yang berasal dari tumbuhan maupun binatang. Akan tetapi produksi dari serat alam ini masih kurang memenuhi jumlah kebutuhan yang diperlukan. Sebagai contoh kebutuhan akan serat kapas di Indonesia masih harus mengimpor dari negara lain. Dengan demikian perlu adanya suatu upaya diversifikasi penyediaan bahan baku untuk industri dari serat alam ini, yaitu dengan jalan mengadakan pemanfaatan serat sutera yang dihasilkan dari kokon. Sutra yang terbuat dari serat filament yang terbentuk dari protein yang dihasilkan oleh ulat sutra memiliki tekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Sehingga dapat menambah bahan baku untuk industri di indonesia. Salah satu tempat yang menghasilkan bahan baku testil dari serat alam yaitu kabupaten wajo yang berada di provinsi Sulawesi Selatan. Kain tenun sutra Sulawesi tidak hanya dipakai orang Bugis. Masyarakat Indonesia dari kepulauan lain maupun turis mancanegara banyak meminati kain ulat sutra ini. Selain bahannya yang lembut, warna-warni kain sutra yang menjadi ciri khas Sulawesi ini memiliki daya tarik tersendiri. Meski jumlah ekspor Sutera ke luar negeri seperti Jepang, China, dan Malaysia, belum terlalu besar, namun peminat khusus sutera di dari berbagai negara cukup banyak. ini terbukti dengan minta turis mancanegara yang datang berkunjung ke Sulawesi, selalu mencari kain sutera. Masalah pewarnaan alam yang ramah lingkungan itu adalah warisan kebijaksanaan leluhur yang hidup berdampingan dengan alam, karenanya mereka senantiasa membuat tenun ikat dengan segenap hati dan rasa cinta pada alam semesta. menenun sutra bukan semata pencaharian, melainkan juga cara mereka berkomunikasi dengan para leluhur. Memastikan warisan tersebut tetap lestari dari generasi ke generasi. Dengan baju bodo dan sarung yang berbahan dasar sutera, Sulawesi menjadi penghasil tenun sutra terbesar di Indonesia. Bukan hanya kainnya yang dikenakan untuk busana keseharian, pesta pernikahan, atau pesta adat saja, bahkan busana bagi kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan yang berbahan dasar sutera, saat ini menjadi trend. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah keanekaragaman pakan ulat sutera? 2. Bagaimanakah tahapan-tahapan metamorfosis ulat sutera? 3. Bagaimanakah skema metamorfosis ulat sutera? 4. Bagaimanakah proses pembuatan sutera? 1.3 Tujuan penelitian 1. untuk mengetahui keanekaragaman pakan ulat sutera. 2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan metamorfosis ulat sutera. 3. Mendeskripsikan skema metamorfosis ulat sutera. 4. Mensdeskripsikan proses pembuatan sutera. 1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Guru 2. Bagi Siswa Sebagai bahan pembelajaran BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sejarah sutra Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidopterra. Serat sutera yang berbentuk filament dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies utama yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah Bombyx Mori. Sutera ditemukan dan digunakan pertama kali di Cina dibawah Kekaisaran Huang Ti ( Yellow Emperor ) sekitar tahun 2697 s/d 2597 Sebelum Masehi. Legenda mengatakan bahwa Lei-tzu sang Permaisuri kerajaan saat itu sedang memperhatikan kepompong di pohon mulberry dan kemudian mengambilnya, tanpa sengaja kepompong tersebut jatuh di cangkir teh sang permaisuri. Saat akan mengambil kepompong tersebut sang permaisuri menyadari bahwa kepompong tersebut kemudian menjadi berbentuk helaian benang yang halus dan panjang. Inilah awal pertamakali benang sutera ditemukan. Di Cina kemudian permaisuri tersebut sampai sekarang dikenal sebagai Si Ling-chi atau Lady of the Silkworm.Semenjak itu Cina dikenal sebagai penghasil kain sutera yang terkenal di seluruh dunia. Banyak pedagang datang ke Cina untuk berdagang kain sutera Cina yang terkenal. Jalur perdagang tersebut kemudian dikenal sebagai Silk Road atau Jalur Sutera. Setelah 3000 tahun baru ditemukan cara pengolahan sutera yang dicuri dari bangsa Cina oleh bangsa Eropa. Sutera diperkenalkan Alexander The Great pada bangsa Eropa. Industri sutera yang besar pertama kali didirikan di Eropa Tenggara yang secara cepat menyebar ke daerah barat karena kekuasaan Muslim. Spanyol mulai memproduksi sutera pada abad VIII. Sedangkan Italia pada sekitar abad XII dan menjadi yang terdepan selama 500 tahun. Kemudian di abad XVI, Perancis menjadi pesaing berat Italia dalam produksi kain sutera. Jepang merupakan negara pertama penghasil sutera dalam jumlah yang besar dengan menggunakan metode keilmuan dalam pengolahan ulat sutera pada peternakan maupun di pabrik. Adapun negara lain yang menghasilkan sutera seperti Cina, Italia, Spanyol, Perancis, Austria, Iran, Turki, Yunani, Syria, Bulgaria, dan Brasil. Pertama kali sutera dikenalkan di Indonesia oleh orang Jepang pada tahun 1927 di Kabupaten Garut, Jawa Barat yang selanjutnya menyebar luas pada tahun 1947. Keunggulan kain sutra yaitu memiliki kenyamanan yang istimewa. Sutra merupakan bahan yang sangat kuat, kekuatan sutra sebanding dengan kawat halus yang terbuat dari baja. Sutra juga lembut saat menyentuh kulit, asam amino dalam serat sutra yang membuat sutra terasa lembut dan nyaman, bahkan sutra dapat menjaga agar terhindar dari berbagai penyakit kulit. Sutra memiliki kemampuan menyerap yang baik sehingga cocok digunakan di udara yang hangat dan tropis.Satu hal yang membedakan tenun sutra dengan tenun lainnya seperti tenun ikat flores atau tenun songket Sumatera. Benang tenun sutra Sulawesi menggunakan benang ulat sutra hasil perkawinan silang ulat sutra China dan ulat sutra Jepang. Dengan perkawinan silang ini, tenun sutra Sulawesi memiliki pesonanya sendiri, halus dan tahan lama. 2.2 Ulat Sutra Ulat sutera termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, memiliki tipe metamorphosis sempuna dimana terdapat tahapan telur-larva-pupa-imago. Ketika telur ulat sutera menetas maka akan keluar larva yang berwarna hitam, kemudian larva tersebut akan melewati beberapa instar sehingga menjadi pupa. Instar tersebut ditandai dengan adanya proses ganti kulit yang dialami oleh ulat tersebut. Proses dari menetas sampai ganti kulit pertama disebut instar pertama, ganti kulit kedua sampai ganti kulit kedua disebut instar kedua dan seterusnya. Dalam melakukan kegiatan pemeliharaan ulat sutera, aspek makanan merupakan hal yang harus diperhatikan agar ulat tetap dapat hidup selain dari faktor kebersihan. Makanan yang biasa dikonsumsi oleh ulat sutera adalah daun murbei. Biasanya daun yang digunakan untuk makanan ulat sutera diambil dari daun 2 – 4 dari pucuk tanaman. Karena apabila terlalu muda atau terlalu tua daun tersebut, maka ulat sutera tidak dapat menkonsumsinya. Usahakan daun yang digunakan jangan basah, karena kondisi tersebut tidak cukup bagus untuk pertumbuhan ulat sutera. Ulat sutera membuat kokon, terutama untuk melindungi diri selama menjalani fase metamorfosa sebagai pupa. Sebutan Mori di belakang Bombyx Mori atau ulat sutera, merujuk pada makanannya, daun murbei. Bentuk fisik ulat sutera sangat khas. Fisik ulat sutera terbagi ke dalam tiga bagian utama. Yakni kepala, bagian thorax, serta abdomen atau tubuh. Di bagian kepala terdapat antena sebagai organ syaraf perasa. Ada rahang untuk mengunyah makanan. Ada pula mata dan masih ada spinneret, tempat keluarnya filamen sutera. Siklus hidup ulat sutera sejak bayi hingga masa kawin serta bertelur hanya berlangsung selama kisaran waktu satu bulan. Kupu-kupu melewati fase perkembangan hidup sebagai pupa kurang lebih dua pekan. Kupu-kupu baru bisa keluar setelah mengeluarkan cairan liur, khusus untuk melubangi kokon rumah serat sutera yang dibangunnya selama tiga hingga lima hari tanpa henti. 2.3 Karakteristik Kokon Meskipun mayoritas kokon yang digunakan sebagai bahan untuk reeling sutera adalah kokon - kokon mulberry, terdapat 10 jenis kokon liar seperti tassah, yamamayu (tassah Jepang), eri, dsb. Digunakan untuk pemintalan sutera di Cina, India, dan Rusia. Bagian besar dari berat kokon adalah pupa. Karena kokon mengandung banyak air, maka perlu dibuang sebagian airnya untuk memperbaiki kualitas filamen kokon sebagai bahan untuk reeling dan membuat kokon awet dalam waktu yang lama. Sebuah kokon ditutupi oleh jeratan filamen yang disebut “floss cocon”. Yang masing masing mempunyai kulit kokon yang dibuat dari filamen kokon yang berisi pupa dan kulit larva. Bentuk sebuah kokon merupakan jenis yang istimewa. Bahasa umumnya, kokon F1 dari keturunan Jepang adalah bentuk kacang (peanut shape), dari keturunan China Ellipsoidal, keturunan Eropa Ellipsoidal yang lebih panjang dan keturunan Polyvoltine seperti spindle. Warna kokon dibagi dalam warna putih dan kuning. Ada juga yang hijau, hijau pucat, atau merah muda. Mayoritas dari hybrid sekarang ini adalah warna putih. Pada permukaan kulit kokon terdapat kerutan yang dinyatakan dalam sangat kasar, kasar, biasa, padat atau ringan atau sangat padat/ringan. Di bawah mikroskop, filamen kokon disusun oleh dua filamen yang halus disusun secara paralel. Filamen tersebut terbuat dari fibroin yang berbentuk tri angular ditutup oleh serisin. Filament kokon mempunyai panjang 800-1500 meter dengan ketebalan 2,3-2,8 denier. Sebuah kokon terbentuk dari substansi protein yang disembur / disemprotkan ulat sutera melalui spinneret pada mulutnya dengan gerakan melengkung berbentuk putaran dan menyerupai angka 8, ulat tersebut harus dalam keadaan tersembunyi selama 24 jam dalam 3 hari dalam pembuatan kokon tersebut. Filamen yang dihasilkan berbentuk untaian ganda atau fibroin, yang bersatu dengan adanya zat perekat yang disebut serisin atau perekat sutera (silk gum). Zat cair tersebut mengeras dengan cepat di udara terbuka. Jika tidak diganggu kepompong dalam kokon berubah menjadi ngengat dalam dua minggu. Untuk keluar, ngengat harus mendobrak atap ( bagian atas ) dari kokon dengan mengeluarkan / menyemburkan cairan alkali yang akan menghancurkan filamen dengan cara tersebut. Pada proses pemintalan terlebih dahulu dilakukan proses pemasakan (scouring), yaitu kokon terlebih dahulu dipanaskan untuk membunuh kepompong tetapi tanpa merusak filamen suteranya. 2.4 Sifat-sifat Serat Sutera Alam a. Sifat - sifat Fisika Panjang serat Serat sutera merupakan filamen yang panjang, tergantung bentuk dari kepompong yang dihasilkannya. Kekuatan serat Dalam keadaan kering kekuatannya 4-4,5 gram/denier dengan mulur 20-25%, dan dalam keadaan basah 3,5-4,0 gram per denier dengan mulur 25-30%. Kehalusan serat Serat sutera merupakan filamen yang kehalusannya 1,75-4,0 denier. Moisture Regain Sutera mentah 11% tetapi setelah dihilangkan serisinnya menjadi 10 %. Bentuk penampang Penampang lintang serat sutera Bombyx Mori berbentuk segitigadengan sudut-sudut yang membulat, sedangkan penampang lintang dari serat sutera liar (tusah) berbentuk pasak. b. Sifat - sifat Kimia Seperti serat protein lainnya sutera bersifat ampoter dan menyerap asam dan basa dari larutan encer. Dibanding wol, sutera kurang tahan terhadap asam tetapi lebih tahan terhadap alkali. Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator dan sinar matahari dibanding dengan serat selulosa atau serat buatan, tetapi dibandingkan dengan serat alam lainnya serat sutera lebih tahan terhadap serangan secara biologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan atau jenis penelitian Jenis penelitian yang kami lakukan yaitu penelitian secara langsung dan mewawancarai narasumber secara lansung. 3.2 Kehadiran peneliti Peneliti selama melakukan penelitian selalu hadir mengikuti kegiatan dan aktif mengambil data dari narasumber. 3.3 lokasi penelitian Penelitian yang kami lakukan berlokasi di Sengkang Kabupaten Wajo. 3.4 sumber data Kami mendapat data dari narasumber yang telah berpengalaman di bidangnya karena narasumber tersebut merupaka tenaga kerja dari tempat penelitian yang kami lakukan. 3.5 prosedur pengumpulan data 3.6 analisis data 3.7 pengecekan keabsahan data 3.8 tahap-tahap penelitian BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN 4.1 deskripsi data 4.2 temuan BAB V PEMBAHASAN 4.1 Keanekaragaman pakan ulat sutera Tanama yang mejadi pakan ulat sutera dalah tanama murbei. Tanaman murbai termasuk Famili Moraceae, terdiri dari banyak jenis tetapi yang umum dikembangkan di Indonesia ada 4 jenis, yaitu : 1. Morus Alba, dengan ciri-ciri sbb : Daun berwarna hijau tua. Ujung ranting muda berwarna merah. Tangkai daun muda sedikit merah. Batang berumur satu tahun berwarna colklat. Pertumbuhan batang lurus, percabangan mulai keluar pada tengah batang utama. Panjang buku 7 - 8 cm. Hasil perhektar sekitar 30 ton per tahun. bagian 2. Morus Cathayana, dengan ciri-ciri sbb : Daun berwarna hijau tua Ujung ranting muda sedikit merah. Batang berumur satu tahun berwarna coklat. Tangkai daun muda sedikit merah. Pertumbuhan batang lurus, percabangan mulai keluar pada bagian tengah batang utama. Panjang buku 7 - 8 cm. Hasil per hektar sekitar 35 ton per tahun. 3. Morus Multicaulis, dengan ciri-ciri sbb : Daun berwarna hijau tua. Ujung ranting muda tidak berwarna merah. Batang berumur satu tahun berwarna kelabu tua kehijauan. Cabang lurus dan jumlahnya sedikit. Panjang buku 8 - 9 cm. Hasil per hektar sekitar 40 ton per tahun. 4. Morus Nigra, dengan ciri-ciri sbb : Daun berwarna hijau tua. Ujung ranting muda berwarna sedikit merah. Tangkai daun muda sedikit merah. Batang yang sudah berumur satu tahun berwarna coklat tua bercampur hijau. Pertumbuhan batang lurus ke atas, cabang mulai tumbuh pada bagian tengah dari batang utama. Panjang buku 6 cm. Tanaman murbei yang di menjadi pakan ulat sutera di kabupaten wajo adalah tanaman murbai..... Penanaman Penanaman dilakukan dengan stek, karena cara ini praktis dan ekonomis sehingga banyak dipakai di kalangan para petani murbei. Pelaksanaan penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Teknik penanamannya ada dua macam, yaitu : 1. Monokultur, adalah sistem penanaman hanya dengan satu jenis tanaman pokok. 2. Tumpang sari, adalah sistem pembuatan tanaman pokok dikombinasikan dengan penanaman tanaman semusim. C. Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman murbei membutuhkan beberapa step/tahap yaitu : 1. Penanaman, dilakukan setiap jarak 1 m2 agar menjaga tanaman tidak terlalu rapat. 2. Pembasmian hama, dilakukan dengan menyemprot tanaman murbei dengan insektisida agar terhindar dari serangan hama. 3. Penyiangan, maksudnya untuk membuang tanaman pengganggu. 4. Pendangiran, dilakukan untuk menggemburkan tanah dan dilakukan 3 bulan sekali. 5. Pemupukan, dilakukan setelah pemangkasan awal atau pertengahan musim hujan. 6. Pemangkasan, dilakukan setelah umur tanaman 9 - 12 bulan yang terdiri dari : Pemangkasan rendah : 10 - 30 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan sedang : 50 - 100 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan tinggi : 120 - 150 cm dari permukaan tanah. Dalam pembuatan kebun murbei yang baik perlu diperhatikan : 1. Waktu penanaman yang tepat, hubungannya dengan musim hujan. 2. Luas areal yang akan ditanami, hubungannya dengan rencana pemeliharaan ulat/jumlah box ulat. 3. Jenis murbei yang unggul, hubungannya dengan pruduksi daun. 5.2 tahapan-tahapan metamorfosis ulat sutera . Telur 1. Bentuk telur ulat sutera bulat sedikit lonjong, panjang 1,3 mm lebar 1 mm dan tebal 0,5 mm. 2. Saat keluar dari induknya warna telur kuning atau kadang-kadang putih kekuningkuningan. 3. Setelah didalam telur terjadi kehidupan maka warnanya berubah menjadi abu-abu muda, makin lama makin gelap dan jika saat menetas sudah dekat maka warnanya menjadi abu-abu kehitam-hitaman. 4. Telur biasanya menetas selama 10 hari, pada suhu 25 0 C dan kelembaban udara 80% – 85% 5. Seekor kupu-kupu betina bisa menghasilkan telur antara 400 sampai 600 butir dengan berat sekitar 0,0006 gram tiap butir. 6. Setelah telur menetas kemudian menjadi ulat kecil yang lalu makan dan tidur terus menerus selama 25 sampai 35 hari tergantung kondisi iklim di daerah yang bersangkutan. Ulat B. 1. Bentuk tubuh ulat sutera bulat panjang. Terdiri dari 13 segmen yang dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : a. Kepala b. Dada c. Badan 2. Ulat sutera terbagi dalam 5 instar, yaitu : a. Instar 1, 2, dan 3 disebut ulat kecil, dengan umur sampai sekitar 12 hari. Tahan terhadap suhu 280 C - 300 C, dan kelembaban udara Menjelang saat istirahat nafsu makannya turun 90 % - 95 %. b. Instar 4 dan 5 disebut ulat besar, dengan umur sekitar 13 hari. Membutuhkan suhu antara 230 C - 250 C, dengan kelembaban udara 70 % - 75 %. Setelah instar 5 berakhir, ulat akan mengokon. 3. Pada mulut bermuara sepasang kelenjar yang dinamakan spineret terletak di bawah saluran pencernaan yang berbentuk S. 4. Melalui lubang spinneret ini sutera disemprotkan. Sesaat sebelum mencapai lubang spinneret, kedua kelenjar tersebut bergabung menjadi satu saluran. 5. Ulat sutera mengeluarkan serat sutera dan bekerja dari dalam, menambah lapisan demi lapisan sehingga membentuk lapisan pelindung yang kita sebut kokon. 6. Pembentukan kokon berlangsung 3 sampai 4 hari kemudian ulatnya berubah menjadi pupa di dalam kokon. C. Kokon 1. Stadium pupa ini merupakan stadium istirahat karena pada stadium ini pupa tidak makan, hanya mengadakan keaktifan untuk merubah bentuk. 2. Perubahan dari bentuk ulat ke pupa dan dari pupa ke kupu-kupu dinamakan metamorphosa yang berlangsung dalam waktu sekitar satu minggu, sampai pupa tersebut berubah menjadi kupu-kupu. D. Pupa 1. Terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutera. 2. Lama masa pupa sekitar 12 hari. 3. Pupa jantan, ruas ke sembilan terdapat tanda titik, sedangkan pupa betina pada ruas ke delapan terdapat tanda silang. E. Kupu-kupu 1. Lebar sayap kupu-kupu ulat sutera dari ujung ke ujung sekitar 4 cm. 2. Kupu - kupu betina lebih besar dari pada kupu-kupu jantan. 3. Selama hidupnya kupu-kupu sutera berbeda dari kupu-kupu yang lain yang sering kita lihat. Kupu-kupu sutera tidak memerlukan makanan, walaupun ada kalanya umur kupu-kupu sutera mencapai 14 hari yang selama itu kupu-kupu sutera tidak makan. 4. Untuk menghasilkan telur, kupu-kupu betina dikawinkan dengan kupu-kupu jantan. Setelah dikawinkan kupu-kupu jantan dilepas karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Sedangkan kupu-kupu betina akan dipelihara sampai bertelur. BAB VI PENUTUP 6.1 kesimpulan 6.2 saran