BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persuteraan alam memiliki potensi ekonomi dan sosial yang tinggi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Secara umum sutera dibagi dalam dua golongan, yaitu sutera murbei dan non-murbei. Ulat sutera non-murbei disebut juga ulat sutera liar, terdiri dari banyak jenis yang tergolong dalam Famili Saturniidae. Beberapa jenis yang terkenal misalnya Antheraea yamamai di Jepang, di India Antheraea prolei, Antheraea assama, Antheraea mylitta dan Antheraea prolei, di Cina dan Rusia Antheraea pernyi, serta Fagara silk dari Attacus, misalnya Attacus atlas L., (FAO, 1979). Ulat Cricula trifenestrata Helf., pada stadia satu sampai stadia lima masing-masing memiliki jumlah protein yang berbeda-beda, yang digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya hingga membentuk serat. Oleh karena itu, tanaman pakan harus mengandung berbagai senyawa kimia yang dibutuhkan oleh serangga, antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral dan air. Makanan adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan sifat fisiologi seperti pergantian kulit dan masa istirahat ulat (Tajima 1978). 1 Kualitas tumbuhan sebagai pakan sangat menentukan pertumbuhan ulat karena memiliki materi kimiawi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Ulat pada fase awal pertumbuhannya memerlukan daun yang tidak begitu keras, kaya akan air dan mengandung banyak hidrat arang serta protein yang akan memacu kecepatan pertumbuhan ulat sutera, sedangkan ulat instar 3 sampai 5 memerlukan lebih banyak protein untuk mempercepat pertumbuhan kelenjar sutera yang menghasilkan serat sutera (Krishnaswami et al. 1973). Makanan terutama terdiri dari polimer karbohidrat dan protein. Nutrisi untuk keperluan seluruh hidup ulat kerapkali dipenuhi pada waktu ulat berada pada tahap pradewasa, karena calon imagonya kerapkali tidak makan. Serat kokon sutera secara umum terdiri atas komponen fibroin dan serisin yang dihasilkan dari kelenjar penghasil sutera (silk gland). Asam amino utama penyusun fibroin adalah glisin, alanin, serin, dan tirosin sedangkan serisin terdiri atas sejumlah besar serin, asam aspartat, dan asam glutamat. Komposisi asam amino mempengaruhi sifat kimia serat kokon terutama kelarutannya, dimana serisin akan lebih mudah larut dalam air dibandingkan fibroin (Gui, 1997). Sebagai bahan tekstil sutera yang berasal dari sutera liar memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimilki oleh bahan sutera lain, yaitu serat sutera yang diperoleh lebih lembut, lebih sejuk, tidak mudah kusut, tahan panas, dan anti bakteri (Akai, 1997). 2 Dalam kehidupan protein memegang peranan penting. Oleh karena itu maka penelitian mengenai kandungan total protein pada beberapa fase perkembangan larva Cricula trifenestrata Helf., dan inangnya Persea americana (daun alpukat) dilakukan untuk mengetahui kandungan protein pada setiap fase larva Cricula trifenestrata Helf., dan Persea americana sebagai inang dalam perkembangan larva dan pembentukan serat kokon yang dihasilkan. 3 B. Perumusan Masalah Berapa kandungan protein pada setiap fase larva Cricula trifenestrata Helf., dan Persea americana sebagai inang dalam perkembangan larva dan pembentukan serat kokon yang dihasilkan. C. Tujuan Penelitian Mengetahui kandungan protein pada setiap fase larva Cricula trifenestrata Helf., dan Persea americana sebagai inang dalam perkembangan larva dan pembentukan serat kokon yang dihasilkan. D. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kandungan protin total pada larva Cricula trifenestrata Helf., dan inang dalam perkembangan larva dan pembentukan serat kokon yang dihasilkan. 4