D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Tanah menurut Teknik Sipil didefinisikan sebagai himpunan mineral, bahan endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu organic,dan dasar (Badrock) (Hardiyatmo, H.C., 1992). Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruangruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, B.M, 1998). Diantara partikel-partikel tanah tersebut terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah disebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa diantara partikel-partikel tersebut, atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik bila hasil dari pelapukan tersebut di atas tetap berada pada tempat semula maka bagian ini disebut tanah sisa/residu (residual soil). Hasil pelapukan terangkut ketempat lain dan mengendap di beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan (transported soil). Bahan atau media pengangkutan tanah berupa gravitasi, angin, air, dan gletser . Pada saat akan berpindah tempat, ukuran, dan bentuk partikel-partikel dapat berubah dan terbagi dalam beberapa rentang ukuran. Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis, mekanis, atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin dan hujan, pengikisan oleh air dan gletser, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan. Pelapukan fisis terjadi apabila batuan berubah menjadi fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi. Sedangkan proses kimiawi antara lain oksidasi, pelarutan, pelarut, dan hidrolisis yang menghasilkan perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 7 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG yang baru. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen, dan karbondioksida. Pelapukan kimiawi menghasilkan pembentukan kelompok-kelompok partikel yang berukuran koloid (<0,002 mm) yang dikenal sebagai mineral lempung. Tanah ini berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan bangunan karena tanah tersebut berfungsi untuk mendukung beban yang ada diatasnya, oleh karena itu tanah yang akan dipergunakan untuk mendukung konstruksi harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan sebagai tanah dasar (subgrade). 2.2 Klasifikasi Tanah Tanah pada umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay). Hal itu tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran-ukuran partikelnya, beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan ukuran golongan jenis tanah (soil-separate-size limits). Tabel 2.1 Batasan-batasan Ukuran Golongan Tanah. Ukuran butiran (mm) Nama golongan Massachusetts Institute of Technology (MIT) U.S. Department of Agriculture Kerikil Pasir Lanau Lempung >2 2-0,06 0,06-0,002 <0,002 2-0,05 0,05-0,002 <0,002 2-0,075 0,075-0,002 <0,002 >2 (USDA) American Association of State Highway and Transportation 76,2 2 Officials (AASHTO) Unified Soil Classification System (U.S. Army Corps of Engineerrs, 76,2- 4,75 4,75-0,075 U.S. Bureau of Reclamation) Halus (yaitu lanau dan lempung) <0,0075 Sumber : Braja M.Das,1988 Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 8 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Golongan kerikil dan pasir dikenal sebagai kelas bahan-bahan yang berbutir (tidak kohesif), sedangkan golongan lanau dan lempung dikenal sebagai kasar bahan-bahan yang berbutir halus (kohesif). a. Kerikil (gravels) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar, dan mineralmineral lain. b. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Butiran mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan ini. dari c. Lanau (silts) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan sejumlah partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral-mineral mika. d. Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay mineral) dan mineral-mineral sangat halus lainnya. 2.3 Tanah Lunak Dalam buku Panduan Geoteknik istilah tanah lunak berkaitan dengan tanah-tanah yang jika tidak dikenali dan diselidiki dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolerir, tanah tersebut mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi. Tanah lunak ini dibagi dalam 3 tipe, yaitu lempung lunak, gambut dan lempung organik. 1. Lempung Lunak Tanah ini mengandung mineral-mineral lempung dan memiliki kadar air yang tinggi, yang menyebabkan kuat geser yang rendah. Dalam rekayasa geoteknik istilah tanah lunak dan sangat lunak khusus didefinisikan untuk lempung dengan kuat geser sepeti ditunjukan pada Tabel 2.2 berikut ini : Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 9 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tabel 2.2 Definisi Kuat Geser Lempung Lunak Kuat Geser kN/m2 Konsisitensi Lunak 12,5 Sangat Lunak 25 <12,5 Sumber : Panduan Geoteknik 1 Sebagai indikasi dari kekuatan lempung tersebut prosedur identifikasi lapangan dijelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel 2.3 Indikator Kuat Geser tak Terdrainase Tanah-tanah Lempung Lunak Konsistensi Lunak Sangat Lunak Indikasi Lapangan Bisa dibentuk dengan mudah dengan jari tangan Keluar di antara jari tangan jika di remas dalam kepalan tangan Sumber : Panduan Geoteknik 1 Adapun definisi tanah lunak menurut Lambe dan Whitmen (1959) membagi konsistensi tanah berdasarkan nilai Nspt, berat isi tanah ( ) dan kuat geser undrained (Cu) menjadi 6 macam seperti dalam Tabel 2.4 berikut ini : Tabel 2.4 Common Properties of Clay Soils Konsistensi Nspt (t/m2) Cu (kg/cm2) Kuat > 30 >2 >4 Sangat kaku 15 30 2,08 2,24 2 4 Kaku 8 15 1,92 2,08 1 2 Teguh 4 8 1,76 1,92 0,5 Lunak 2 4 1,63 1,76 0,25 1,44 1,63 Sangat lunak <2 1 0,5 < 0,25 Sumber : Noerhadi Yuniarto, 2003 Sedangkan menurut Mayor Hoft (1956) mengelompokan konsistensi tanah berdasarkan nilai kuat geser undrained (qu), Nspt, dan berat isi tanah (). Dapat dilihat pada tabel berikut : Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 10 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tabel 2.5 Hubungan Konsistensi Tanah dengan Nilai Kuat Geser Undrained (qu), Nspt dan Berat Isi Tanah untuk Tanah Berlempung Konsistensi Sangat lunak Lunak Tegak Kaku Sangat kaku Keras qu (kPa) 0-25 25-50 50-100 100-200 200-400 >400 Nspt (kN/m3) 0-2 2-4 4-8 8-16 9-16 16-32 19-22 17-20 >32 Sumber : Noerhadi Yuniarto, 2003 2. Gambut Tanah gambut adalah suatu tanah dimana pembentuk utama tanahnya terdiri dari sisa-sisa tumbuhan. Tanah gambut mempunyai sifat rongga, kompresibel struktur terbuka, dan dapat diremas dengan tangan dan menyebar pada jari-jari. 3. Lempung organik Lempung organik adalah suatu material transisi antar lempung dan gambut, tergantung pada jenis dan kuantitas sisa-sisa tumbuhan yang mungkin berperilaku seperti lempung atau gambut. Dalam rekayasa geoteknik, klasifikasi ketiga tanah tersebut dibedakan berdasarkan kadar organiknya. Dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.6 Tipe Tanah Berdasarkan Kadar Organik Jenis Tanah Kadar Organik (%) Lempung < 25 Lempung Organik 25 Gambut 75 > 75 Sumber : Panduan Geoteknik 1 2.4 Metode Penanganan Tanah Lunak Untuk mendapatkan kondisi tanah yang memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh kontraktor maka perlu dilakukan perbaikan sifat-sifat tanah lunak. Memperbaiki sifat-sifat tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu dengan cara pemadatan (secara teknis), mencampur dengan Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 11 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG tanah lain, mencampur dengan semen, kapur atau belerang (secara kimiawi), pemanasan dengan temperatur tinggi, dan lain sebagainya. Menurut Ingels dan Metcalf (1972), sifat-sifat tanah yang diperbaiki dengan stabilisasi dapat meliputi : kestabilan volume, kekuatan/daya dukung tanah, permeabilitas, dan kekekalan/keawetan. Metode atau cara memperbaiki sifat-sifat tanah lunak ini juga sangat bergantung pada lama waktu penerapan dan biaya. Hal ini disebabkan karena didalam proses perbaikan sifat-sifat tanah lunak terjadi proses konsolidasi, kenaikan air tanah yang dimana memerlukan waktu yang lama. Berikut ini adalah metode-metode perbaikan tanah lunak yaitu : 1. Vibro-replacement Vibro-replacement adalah suatu metode pemadatan tanah lunak dengan cara penulangan pada deposit tanah kohesif dengan kolom-kolom batu (stone columns) sehingga diperoleh tumpuan yang memadai untuk beban pondasi yang relatif ringan. Metode ini biasanya tidak memuaskan untuk mendukung beban berat karena kolom-kolomnya tidak menyalurkan tegangan-tegangan pengaruh kedalam tanah. Kolom-kolom batu juga memenuhi fungsi yang sama dengan saluran pasir vertikal (vertical sand drain) dalam mempercepat laju konsolidasi tanah. 2. Konsolidasi dinamik Konsolidasi dinamik adalah suatu metode perbaikan tanah lunak dengan menjatuhkan sebuah massa berat seberat 8 - 40 (pounder ) ke atas muka tanah dari ketinggian 5 - 30 m dengan menggunakan crowler crane. Metode ini menaikkan kerapatan tanah di dekat permukaan dengan penumbukan dan dapat digunakan pada hampir semua kondisi tanah. Perbaikan kerapatan memungkinkan sampai kedalaman 10 m dimana sebuah crowler crane atau tripod dipakai untuk menaikkan penumbukan tersebut lalu dilepaskan sehingga jatuh bebas. Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 12 3. Metode Deep Cement-soil Mixing Metode Deep Cement-Soil Mixing (DCM) adalah suatu metode perbaikan (stabilisasi) tanah lunak yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan geser tanah dengan in-situ, pencampuran tanah dengan cement paste (campuran semen dan air). Dimana campuran tersebut selanjutnya akan dimasukan/dicampur dengan tanah di lapangan pada saat dilakukannya D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG pengeboran ke dalam tanah dan akan membentuk kolom individu atau di blok dengan menggunakan Deep Cement-Soil machine. Ukuran kolom yang dapat dibangun yaitu dengan diameter dari 0,6 m sampai 1,2 m. 4. Metode Plastic Board Drain Metode Plastic Board Drain (PBD) adalah salah satu metode yang digunakan untuk persiapan proses konsolidasi dimana prinsip dasarnya adalah dengan menggunakan aplikasi dari Prefabricated Vertical Drains yaitu memasang PVD dengan cara menyelipkan PVD tersebut ke dalam lubang bor atau dengan menempatkannya di dalam sebuah paksi (mandrel) atau selubung (casing) bor yang kemudian dipancang atau digetarkan ke dalam tanah lunak sehingga membentuk vertical drains. Tujuan dari Vertical Drain adalah untuk memperpendek drainase jalannya air pori dari lapisan tanah yang permeabilitasnya rendah ke lapisan permukaan air bebas, sehingga mempercepat laju konsolidasi. Metode tradisional dalam membuat drainase vertikal (vertical drain) adalah dengan membuat lubang bor pada lapisan lempung dan mengurug kembali dengan pasir yang bergradasi sesuai atau sering disebut sand column. Pasir harus dapat dialiri air secara efisien tanpa membawa partikel partikel tanah yang halus. Drainase urugan biasanya dalam pelaksanaan membutuhkan biaya yang mahal. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang terjadi kini kebanyakan kontraktor proyek memilih menggunakan drainase cetakan karena bahan tersebut harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan menggunakan Drainase urugan. Salah satu jenis drainase cetakan adalah drainase prapakat yang terdiri dari selubung filter. Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 13 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Jenis lain dari drainase cetakan adalah drainase pita yang terdiri dari inti plastik datar, dengan saluran drainase yang dikelilingi oleh lapisan filter tipis. Fungsi utama dari lapisan itu adalah untuk mencegah penyumbatan partikelpartikel tanah halus pada saluran di dalam inti. 2.5 Hubungan Beberapa Properties Tanah Dengan Nilai SPT (Nspt) Adapun hubungan beberapa properties tanah yang telah dijelaskan sebelumnya dengan Nilai SPT (NSPT). Berikut adalah penjelasannya : 1. Tanah yang berbutir (granular) Tabel 2.7 Hubungan antara Nspt dengan Dr No Uraian 1 2 3 Relative Density (Dr) NSPT /30cm Sudut geser dalam 4 Berat Isi Sangat lepas 0 0 Lepas Sedang Padat 0,15 4 0,35 10 0,65 30 Sangat Padat 0,85 50 25-30 28-32 30-35 35-40 38-43 70-100 90-115 110-130 110-140 130-150 Sumber : Modul Lab. Tanah POLBAN 2. Tanah yang berlempung Tabel 2.8 Hubungan antara Nspt dengan qu No Konsistensi 1 Compression Strength qu (t/ft2) 2 NSPT/30 cm 3 Sat (pcf) Sangat lembek (Very soft) Lembek (Soft) Sedang (Medium) Kaku (Stiff) Sangat kaku (Very stiff) Keras (Hard) 0,25 0,25-0,50 0,5-1 1-2 2-4 4-8 2 4 8 16 32 >32 100 200 110-130 120 140 >140 Sumber : Modul Lab. Tanah POLBAN Tabel 2.9 Nilai Kohesi Tanah dari Hasil Unconfined Compression Strength Sangat lemah 0,3 Kohesi C = ½ qu (kg/cm2) 0,15 Lemah Sedang Solid Sangat solid 2,4 1,2 Konsistensi Unconfined Compression Strength qu (kg/cm2) Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 14 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.6 Konsolidasi Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus menerus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total benar benar hilang. Jangka waktu terjadinya konsolidasi tergantung pada bagaimana cepatnya tekanan air pori yang berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan. Karena itu koefisien permeabilitas merupakan faktor penting di samping penentuan berapa jauh jarak air pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk dapat meniadakan tekanan yang berlebihan. Kasus yang paling sederhana adalah konsolidasi satu dimensi, dimana kondisi regangan lateral nol mutlak ada. Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama diperkenalkan oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer (kadang-kadang disebut sebagai oedometer). Skema konsolidometer ditunjukkan dalam gambar di bawah. Dimana contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah batu berpori yang diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tersebut, ukuran contoh tanah yang digunakan biasanya adalah diameter 2,5 inci (63,5 mm) dan tebal 1 inci (25,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan (compression) contoh tanah diukur dengan menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer. Contoh tanah selalu direndam air selama percobaan. Tiap-tiap beban biasanya diberikan selama 24 jam. Setelah itu, beban dinaikkan sampai dengan dua kali lipat dari sebelumnya dan pengukuran pemampatan diteruskan. Berikut adalah gambar konsolidometer : Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 15 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Sumber : Braja M.Das,1988 Gambar 2.1 Konsolidometer Pada umumnya, bentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dan waktu adalah seperti yang ditunjukkan pada dibawah ini. Sumber : Braja M.Das,1988 Gambar 2.2 Grafik waktu-pemampatan selama konsolidasi untuk penambahan beban. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ada tiga tahapan pemampatan yang berbeda yang dapat dijalankan yaitu : Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 16 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Gs W HS 2. = berat spesifik contoh = berat volume air WS AGS W (2.1) Angka pori awal (eo) dari contoh tanah : eo Vv H v .A H v Vs H s .A H s (2.2) 3. Untuk penambahan beban pertama (p1) yaitu beban total/luas penampang contoh tanah, yang menyebabkan penurunan (H1), hitung perubahan 1 angka pori (e1) : 1 Hs (2.3) H 1 didapatkan dari pembacaan awal dan akhir pada skala ukur untuk beban sebesar P1. 4. Angka pori yang baru (e1) setelah konsolidasi yang disebabkan oleh penambahan tekanan P1. e1 = e0 - e1 (2.4) Untuk beban berikutnya, yaitu P 2 (catatan : P 2 sama dengan beban kumulatif persatuan luas contoh tanah) yang menyebabkan penambahan pemampatan sebesar H 2, angka pori e2 pada saat akhir konsolidasi dapat dihitung sebagai berikut: e 2 e1 2 Hs (2.5) Dengan melakukan cara yang sama, angka pori pada saat akhir konsolidasi untuk semua penambahan beban dapat diperoleh. Tekanan total (P) dan angka pori yang bersangkutan (e) pada akhir konsolidasi digambarkan pada kertas semi-logaritma. Bentuk umum dari grafik e versus log p ditunjukan pada gambar berikut ini : Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 18 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Sumber : Braja M.Das,1988 Gambar 2.4 Bentuk khas grafik e versus log P 2.6.1 Lempung yang Terkonsolidasi secara Normal (Normally consolidated) dan Terlalu Terkonsolidasi (overconsolidated) Pada Gambar 2.4 menunjukkan bahwa bagian atas dari grafik e versus log p adalah garis lengkung dengan kemiringan agak datar, kemudian diikuti dengan bagian grafik yang mempunyai hubungan linear antara angka pori dengan log p yang mempunyai kemiringan agak curam. keadaan ini dapat diterangkan dengan cara berikut ini. Suatu tanah dilapangan pada kedalaman tertentu telah mengalami dalam sejarah geologisnya. Tekanan efektif overburden maksimum ini mungkin sama dengan atau lebih kecil dari tekanan overburden yang ada pada saat pengambilan contoh tanah. Berkurangnya tekanan di lapangan disebabkan oleh proses geologi alamiah atau proses yang disebabkan oleh makhluk hidup. Pada saat diambil, contoh tanah tersebut terlepas dari tekanan overburden yang membebaninya selama ini, sebagai akibatnya tanah tersebut akan mengembang. Pada saat contoh tanah tersebut dilakukan uji konsolidasi, suatu pemampatan kecil akan terjadi bila beban total yang diberikan pada saat percobaan Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 19 lebih kecil dari tekanan efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya. Apabila, beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih besar dari tekanan efektif overburden maksimum yang pernah dialaminya, maka perubahan angka pori adalah lebih besar, dan hubungan antara e versus log p menjadi linear yang menjadi kemiringan yang tajam. D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Keadaan ini dapat dibuktikan di laboratorium dengan cara membebani contoh tanah melebihi tekanan overburden maksimumnya, lalu beban tersebut diangkat (unloading) dan diberikan lagi (reading). Grafik e versus log p untuk keadaan tersebut diatas ditunjukkan dalam gambar 2.5 dimana cd menunjukkan keadaan pada saat beban diangkat dan dfg menunjukkan keadaan pada saat beban diberikan kembali. Keadaan ini mendefinisikan 2 dasar landasan sejarah tegangan yaitu : 1. Terkonsolidasi secara normal (Normally consolidated), dimana tekanan efektif overburden pada saat ini adalah tekanan maksimum yang pernah dialami tanah tersebut. 2. Terlalu terkonsolidasi (overconcolidated), dimana tekanan efektif overburden pada saat ini adalah lebih kecil dari tekanan yang pernah dialami oleh tanah itu sebelumnya. Tekanan efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya dinamakan tekanan prakonsolidasi (Preconsolidation pressure). Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 20 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Sumber : Braja M.Das,1988 Gambar 2.5 Grafik e versus log p yang menunjukkan keadaan akibat pembebanan (loading ), peangkatan beban (unloading ), dan pembebanan kembali (reloading ) Casagrande (1936) menyarankan suatu cara yang mudah untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi (Pc) dari grafik e versus log P yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi di laboratorium. Prosedurnya adalah sebagai berikut : 1. Dengan melakukan pengamatan secara visual, menentukan titik a di mana grafik e versus log p mempunyai jari-jari kelengkungan yang paling minimum. 2. Gambar garis datar ab. 3. Gambar garis singgung ac pada titik a. 4. Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac. 5. Perpanjang bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus hingga memotong garis ad di titik f. Absis untuk titik f adalah besarnya tekanan prakonsolidasi. Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 21 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG = = Jadi, v s (2.7) atau "# ! dimana : = perubahan angka pori (2.8) Untuk lempung yang terkonsolidasi secara normal dimana e versus log p merupakan garis lurus maka : $%&'()&* + *, '() *, (2.9) Maka penurunan konsolidasi yaitu, -. ! /0&12"3 , 4 (2.10) Untuk penurunan total dari beberapa lapisan tanah lunak yaitu : -. ! '() 612"3 77 5 6 4 (2.11) dimana: s = konsolidasi (m) Po = tegangan vertikal efektif (overburden)awal (t/m2) 89 : ;<=><?<@ ;AB<@B<@ CAD;EF<G AHAF;EH (t/m2) Cc = indeks pemampatan (compression index)(t/m3) H = tebal lapisan (m) eo = angka pori awal (t/m3) 2.6.3 Waktu Konsolidasi Penurunan total akibat konsolidasi primer yang disebabkan oleh adanya penambahan tegangan dipermukaan tanah dapat dihitung dengan Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 23 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG seluruh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi. Hubungan antara nilai waktu konsolidasi (U) dan faktor waktu (Tv) yaitu : Tabel 2.10 Variasi Faktor Waktu terhadap Derajat Konsolidasi U (%) Tv 0 0 10 0,008 20 0,031 30 0,071 35 0,096 40 0,126 45 0,159 50 0,197 55 0,238 60 0,278 65 0,342 70 0,403 75 0,478 80 0,567 85 0,684 90 0,848 95 1,127 100 Sumber : Braja M.Das,1988 Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 25 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2.7 Metode Deep Cement-Soil Mixing Metode Deep Cement-Soil Mixing (DCM) adalah suatu metode perbaikan (stabilisasi) tanah lunak dengan mencampur semen dan air. Dimana campuran tersebut selanjutnya akan dimasukan/dicampur dengan tanah di lapangan pada saat dilakukannya pengeboran ke dalam tanah dan akan membentuk kolom individu atau di blok dengan menggunakan Deep Cement-Soil Machine. Ukuran kolom yang dapat di bangun yaitu dengan diameter dari 0,6 m sampai 1,2 m. mempunyai 2 fungsi utama yaitu : DCM 1. Meningkatkan kekuatan geser tanah. 2. Mengurangi permeabilitas tanah. Adapun karakteristik DCM itu sendiri yaitu : a. Dengan proses ini konsolidasi tidak diperlukan. b. Proses pengerjaan konstruksi dan efek terhadap konstruksi cepat. c. Penyusutan dan perubahan di bawah struktur utama rendah, karena tanah mulai mengeras. d. Metode ini dapat diterapkan pada semua tanah pasir dan tanah adhesive. e. Proses pengerjaannya tidak banyak menimbulkan getaran dan suara yang bising sehingga menjamin ketenangan suasana di sekitar proyek. Metode Deep Cement-Soil Mixing (DCM) telah berhasil diterapkan dalam berbagai proyek perbaikan tanah, seperti : a. Fondasi untuk pembangunan jalan, kereta api, tanggul, bandara, dan pelabuhan, b. proyek Industri, c. excavation works untuk fondasi dan konstruksi basement, dll. 2.7.1 Pola dan Tipe Penampang Deep Cement-soil Mixing Pola dasar penampang DCM yaitu : 1. Single 2. Wall type 3. Block type Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 26 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tabel 2.12 Bentuk Spindles dari Jepang Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco 3. Eropa Diameternya lebih kecil dari bentuk korea selatan dan jepang dan biasanya waktu instalasi lebih cepat (lihat Gambar 2.13). Tabel 2.13 Bentuk Spindles dari Eropa Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco 4. Indonesia Bentuk spindle yang digunakan di indonesia (lihat Gambar 2.14). Tabel 2.14 Bentuk Spindles dari Indonesia Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 28 2.7.3 Analisis Daya Dukung Tanah pada Metode DCM Hal ini digunakan untuk menganalisis daya dukung tanah untuk menjadikan lapisan tanah tersebut kuat dan mampu menahan beban yang berada diatasnya. Berikut persamaan yang digunakan : D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG (2.15) Dimana : Fs : faktor keamanan ( > 1) quck : daya dukung tanah (t/ ) : beban superstucture rencana As : replacement ratio (%) 2.7.4 Kontrol Konstruksi dan Kualitas 1. Kontrol konstruksi Untuk metode DCM, perlu dilakukan kontrol konstruksi selama konstruksi berlangsung dikarenakan pengerjaan DCM ini sulit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrol konstruksi yaitu : a. Kecepatan agitator b. Jumlah rotasi c. Pengerasan pada campuran beton d. Frekuensi agitator (350/menit atau lebih) e. Kedalaman pengeboran 2. Kontrol kualitas Setelah pelaksanaan pengolahan Soft Soil Improvement dengan metode DCM (Deep Cement-Soil Mixing) selesai, dilakukan Quality Control agar pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pengujian yang dilakukan pada material DCM seperti : 1. Core sampling 2. UCS test on core samples Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 30 3. Grout samples dan UCS test 4. Extraction of columns 5. Static load test on columns 6. CPT test on columns D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Berikut adalah contoh gambar proses pengujian DCM, dapat dilihat di bawah ini : Sumber : Internet Gambar 2.11 Pengujian material DCM dengan UCS test on core samples Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Gambar 2.12 Pengujian material DCM dengan Core Drilling Test 2.8 Metode Plastic Board Drain Metode Plastic Board Drain (PBD) adalah salah satu metode yang digunakan untuk persiapan proses konsolidasi dimana prinsip dasarnya adalah dengan menggunakan aplikasi dari Prefabricated Vertical Drains yaitu memasang PVD dengan cara menyelipkan PVD tersebut ke dalam lubang bor atau dengan menempatkannya di dalam sebuah paksi (mandrel) atau selubung (casing) bor yang kemudian dipancang atau digetarkan ke dalam tanah lunak sehingga Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 31 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG membentuk vertical drains. Tujuan dari vertical drain adalah untuk memper pendek drainase jalannya air pori dari lapisan tanah yang permeabilitasnya rendah ke lapisan permukaan air air bebas, sehingga mempercepat laju konsolidasi. Aplikasi metode perbaikan tanah dengan menggunakan Prefabricated Vertical Drain (PVD) ditambah dengan beban tambahan atau preloading, secara signifikan dapat mempersingkat periode penurunan (Lihat Gambar 2.13) Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Gambar 2.13 Aliran air pori pada vertikal drain Karakteristik PVD itu sendiri yaitu menggunakan material berupa core dan geotextil sintetis Filter Jacket tanah/lahan pengerjaan. Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Gambar 2.14 PVD Prefabricated Vertical Drains diaplikasikan dalam berbagai proyek, seperti : a. Konstruksi jalan, jalur kereta api, landasan pesawat, dan tanggul, Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 32 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG b. konstruksi pelabuhan, c. lahan industri, d. perkuatan tanah dasar timbunan, dll. Laju konsolidasi yang rendah pada lempung dan permeabilitas yang rendah dinaikkan dengan drainase vertikal (vertical drain) yang memperpendek jalan aliran air. Tujuannya adalah untuk mengurangi panjang lintasan pengaliran, maka jarak antara drainase merupakan hal yang terpenting. Drainase tersebut biasanya diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. Jarak antara drainase tersebut harus lebih kecil dari pada tebal lapisan tanah lempung karena tidak akan ada gunanya apabila menggunakan vertical drain dalam lapisan tanah lempung yang relatif tipis. Untuk mendapatkan desain yang baik, koefisien konsolidasi horizontal (Ch) dan vertikal (Cv) yang akurat sangat penting untuk diketahui. Biasanya rasio Ch/Cv terletak diantara 1 dan 2. Semakin tinggi rasio ini, pemasangan drainase semakin bermanfaat. Nilai koefisien untuk lempung di dekat drainase kemungkinan menjadi berkurang akibat proses peremasan (remoulding) selama pemasangan (terutama bila digunakan paksi), pengaruh tersebut dinamakan pelumasan (smear ). Efek pelumasan ini dapat diperhitungkan dengan mengasumsikan suatu nilai Ch yang sudah direduksi atau dengan menggunakan diameter drainase yang diperkecil. Masalah lainnya adalah diameter sand drain yang besar cenderung menyerupai tiang-tiang yang lemah, yang mengurangi kenaikan tegangan vertikal dalam lempung sampai tingkat yang tidak diketahui dan menghasilkan nilai tekanan air pori berlebih. Pengalaman menunjukkan bahwa vertikal drain tidak baik untuk tanah yang memiliki rasio kompresi sekunder yang tinggi, seperti lempung yang sangat plastis dan gambut (peat), karena laju konsolidasi sekunder tidak dapat dikontrol oleh drainase vertikal. Pada drainase yang diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. untuk gambar pola bujur sangkar, segitiga dan jarak antar PVD data dilihat pada gambar di bawah ini. Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 33 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tv = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah vertikal Cv = koefisien konsolidasi (cm2/detik) Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Gambar 2.16 Proses konsolidasi tanpa PVD Sedangkan jika pada tanah dipasang PVD dengan jarak S. Jika terjadi konsolidasi, maka H = 1/2 S, S adalah jarak efektif kolom, sehingga waktu yang diperlukan dalam konsolidasi tanah lempung lebih cepat (perbedaan proses konsolidasi tanpa PVD dapat dilihat pada Gambar 2.16 dan 2.17). Sumber : Arsip data PT. Krakatau Posco Gambar 2.17 Proses konsolidasi dengan PVD Selain itu dengan adanya pemakaian PVD diharapkan dapat terjadi peristiwa settlement secara bersamaan perlu diketahui pemakaian PVD hanya efektif untuk timbunan yang tingginya > 4 m (Amalia, 2007). Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 35 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Dalam koordinat polar, bentuk tiga dimensi dari persamaan konsolidasi dengan sifat tanah yang berbeda dalam arah horizontal dan vertikal adalah : (2.17) Blok blok prismatis vertikal dari tanah yang mengelilingi drainase diganti oleh blok blok silinder dengan jari jari R dengan luas penampang melintang yang sama. Penyelesaian Persamaan 2.1 di atas dapat ditulis dalam dua bagian : Uv = f(Tv) (2.18) Ur = f(Tr) (2.19) dimana : Uv = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran vertikal Ur = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran horizontal (radial) atau (2.20) (2.21) dimana : Tv = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah vertikal Tr = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah radial H = ½ panjang efektif kolom R = jari-jari drainase Hermanto Sijabat., Sylvia Dewi A., Analisis Perbaikan Tanah.... 36