Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Elektrolisis adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang reaksi yang tidak berlangsung secara termodinamika, diubah menjadi reaksi yang dapat berlangsung. Materi tentang elektrolisis ini dipelajari di SMA/MA pada kelas XII Jurusan Ilmu Alam. Adapun salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada pokok bahasan ini, seperti yang tertulis pada silabus kimia 2006 (KTSP) kelas XII (kelas 3) Jurusan Ilmu Alam adalah siswa mengamati reaksi redoks dalam sel elektrolisis. Agar siswa dapat mengamati reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis, maka siswa perlu mendapatkan pengalaman belajar tersebut, sehingga diperlukan adanya praktikum tentang elektrolisis di sekolah. Ini sesuai dengan pendapat Zhou (1996) yang mengatakan bahwa, gambaran praktis pada reaksi kimia dalam demonstrasi/praktikum adalah penting untuk guru, tidak hanya membantu siswa lebih jelas mengerti prinsip kimia, tetapi juga membangkitkan rasa ingintahu dan antusiasme. Oleh sebab itu, dewasa ini di sekolah-sekolah sudah banyak dilakukan percobaan tentang sel elektrolisis, terutama pada pengendapan logam dari larutannya. Namun demikian, percobaan tentang pengukuran gas yang dihasilkan dari elektrolisis, masih jarang ditemukan. Pengukuran gas ini dapat diterapkan, salah satunya pada elektrolisis air, karena pada elektrolisis ini, baik di anoda maupun katoda keduanya menghasilkan gas. Menurut Kelab dan Heideman, yang dikutip oleh Zhou (1996) mengatakan bahwa rumus molekul pada air sangat sederhana dan penting dalam ilustrasi beberapa prinsip kimia. Oleh sebab itu demonstrasi pada elektrolisis air perlu mendapat banyak perhatian. Membuat observasi dalam demonstrasi ini, tidak hanya belajar untuk menulis persamaan yang tepat untuk reaksi pada elektroda, tapi juga memberikan siswa penjelasan yang lebih komprehensif pada reaksi kimia yang terlibat dalam elektrolisis air. 2 Elektrolisis air murni akan sukar terjadi karena konsentrasi H+ dan OH- yang sangat kecil (1 x 10-7 M). Oleh sebab itu, agar elektrolisis air dapat terjadi dengan mudah, biasanya ditambahkan zat elektrolit seperti larutan asam (misalnya H2SO4), larutan basa (misalnya NaOH) dan garam (misalnya Na2SO4) (Chang, 2005). Salah satu contoh elektrolisis yang diterapkan pada skala industri adalah elektrolisis air laut. Elektrolisis ini dilakukan untuk memproduksi gas hidrogen. Air laut banyak mengandung ion-ion elektrolit, sehingga elektrolisis air laut akan menjadi lebih mudah terjadi jika dibandingkan dengan elektrolisis pada air murni. Beberapa ion yang terkandung dalam air laut dapat dilihat pada Tabel I.1 di bawah ini. Tabel I.1 Beberapa ion yang terkandung dalam air laut (Hussein, 1992) Unsur Konsentrasi (mg/L) Na 14240 Mg 1607 Cl 26360 Ca 548,1 K 518,2 F < 1,0 I 0,05 Ion-ion elektrolit di dalam larutan berfungsi untuk menghantarkan arus listrik, kation akan bergerak menuju katoda sedangkan anion akan bergerak menuju anoda (Atkins, 1999). Ini berarti bahwa, ion di dalam larutan sangat berperan penting dan menentukan laju pembentukan produk yang terbentuk dalam peristiwa elektrolisis. 3 I.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang sudah diungkapkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Pengaruh voltase terhadap produksi gas hidrogen pada elektrolisis larutan garam klorida. 2. Pengaruh konsentrasi ion elektrolit terhadap produksi gas hidrogen pada elektrolis larutan garam klorida. 3. Pengaruh ukuran ion elektrolit terhadap produksi gas hidrogen pada elektrolisis larutan garam klorida. I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh voltase terhadap produksi gas hidrogen pada elektrolisis larutan garam klorida. 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi ion elektrolit terhadap produksi gas hidrogen pada elektrolis larutan garam klorida. 3. Mengetahui pengaruh ukuran ion elektrolit terhadap produksi gas hidrogen pada elektrolis larutan garam klorida. 4. Membuat petunjuk praktikum elektrolisis larutan garam klorida dengan ukuran ion elektrolit yang berbeda, yang akan diterapkan di SMA/MA. I.4 Sistematika Tesis Mengacu pada pedoman penulisan tesis magister yang diterbitkan oleh Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung tahun 2008, tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) Bagian persiapan tesis, berisi halaman judul, lembar pengesahan, abstrak, pedoman penggunaan tesis, ucapan terima kasih, daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar dan ilustrasi, daftar tabel, daftar singkatan dan lambang. 4 (2) Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dan tujuan penelitian. (3) Bab II Tinjauan Pustaka, berisi kajian mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian ini. (4) Bab III Metodologi, berisi langkah-langkah penelitian yang dilakukan dari awal sampai penarikan kesimpulan. (5) Bab IV Hasil dan Pembahasan, berisi paparan singkat data penelitian, diskusi dan pembahasan. (6) Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi rincian kesimpulan dan saran untuk kajian lanjutan. (7) Daftar Pustaka.