Bab I Pendahuluan

advertisement
Bab I
I.1
Pendahuluan
Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang lahir dari hasil
pengamatan, percobaan, dan teori
yang dalam penjelasannya melibatkan
tingkatan makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Bowen, 1998).
Tingkatan makroskopik merupakan penjelasan yang berhubungan dengan hal-hal
yang dapat diamati secara langsung misalnya perubahan warna dan pembentukan
gas. Tingkatan mikroskopik merupakan penjelasan yang melibatkan atom atau
molekul. Tingkatan simbolik merupakan penjelasan yang menggunakan lambang
kimia, rumus kimia, dan persamaan reaksi. Untuk memahami konsep-konsep
kimia dengan baik, maka ketiga tingkatan penjelasan tersebut harus dipahami
dengan baik.
Penjelasan mikroskopik memerlukan daya imajinasi karena berkaitan dengan
sesuatu yang tak teramati langsung dengan pancaindera sedangkan penjelasan
simbolik merupakan hal-hal yang bersifat abstrak. Konsep-konsep yang berkaitan
dengan hal-hal yang tak teramati langsung atau yang bersifat abstrak merupakan
konsep yang sulit. Beberapa penelitian menyatakan bahwa salah satu konsep yang
dianggap sulit dalam ilmu kimia adalah elektrokimia. Kesulitan dalam memahami
konsep ini dapat dilihat dari banyaknya kesalahan konsep misalnya pada konsep
elektroda, elektrolit, sel Volta, dan elektrolisis (Ozkaya, 2002).
Kesalahan konsep yang terjadi pada sel elektrolisis di antaranya adalah elektron
mengalir dalam elektrolit, elektron masuk ke elektrolit dari katoda, bergerak
melalui elektrolit, kemudian muncul di anoda, dan dalam sel elektrolisis dengan
elektroda sama yang dihubungkan ke baterai, reaksi yang sama terjadi pada
masing-masing elektroda (Ozkaya, 2003).
Konsep elektrokimia dianggap konsep sulit sehingga siswa biasanya kurang
berminat mendalami elektrokimia. Padahal, konsep elektrokimia merupakan
konsep yang sangat penting karena memiliki keterkaitan dengan ilmu yang lain
misalnya dalam bidang metalurgi, teknik, biologi, dan geologi (Bokris, 2002).
Kurang minatnya siswa untuk mempelajari konsep elektrokimia merupakan
masalah yang harus dicari pemecahannya agar siswa kembali termotivasi untuk
mempelajari konsep kimia lebih mendalam, dan
strategi pembelajaran
kontekstual merupakan salah satu alternatif pemecahannya.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dengan cara
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas. Pembelajaran biasanya dimulai
dengan memberikan contoh-contoh kimia yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari yang sudah dikenal oleh siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan nyata (Nurhadi, 2002). Dengan metode ini, diharapkan pembelajaran
elektrokimia menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Penerapan elektrokimia
banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah proses
perubahan energi kimia menjadi energi listrik pada baterai dan perubahan energi
listrik menjadi energi kimia pada proses penyepuhan dan pemurnian logam
(Achmad, 2001).
Proses penyepuhan dan pemurnian logam merupakan aspek kuantitatif dalam
proses elektrolisis yang dikemukakan oleh Faraday. Faraday menjelaskan adanya
kaitan antara jumlah muatan listrik yang melalui sebuah sel dan banyaknya
perubahan kimia yang terjadi (Chang, 2005).
Perubahan kimia yang dapat diamati dalam proses elektrolisis di antaranya adalah
terbentuknya endapan di katoda. Massa endapan di katoda dalam proses
elektrolisis sangat tergantung pada besarnya arus listrik yang digunakan dan
waktu elektrolisis. Faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses elektrolisis
adalah konsentrasi elektrolit dan suhu. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
arus listrik, lamanya elektrolisis, konsentrasi elektrolit, dan suhu pada proses
elektrolisis perlu dilakukan suatu penelitian. Penelitian biasanya dilakukan dalam
suatu kegiatan praktikum di laboratorium.
2
Praktikum di laboratorium mempunyai berbagai tujuan, antara lain: membuktikan
teori, mendapatkan fakta empiris, membantu atau memudahkan pemahaman,
melatih keterampilan atau psikomotorik, melatih pengamatan dan pengumpulan
data, melatih ketelitian, kesabaran, kejujuran, dan sebagainya (Rukaesih, 2004).
Kegiatan praktikum memberi pengetahuan dan pengalaman
nyata dalam
mempelajari konsep kimia sehingga lebih lama diingat dan lebih mudah untuk
dipahami. Tetapi kadangkala praktikum tidak dapat dilakukan karena keterbatasan
sarana misalnya, tidak tersedianya laboratorium, alat-alat, zat kimia yang
diperlukan mahal dan berbahaya.
Sehingga perlu dirancang suatu praktikum
dengan alat sederhana, mudah, murah, dan tidak berbahaya. Hasil dari praktikum
ini kemudian dijadikan dasar untuk menyusun modul praktikum elektrolisis.
Modul praktikum ini selanjutnya disimpan dalam media pembelajaran elektronik.
Media pembelajaran elektronik ini diharapkan dapat memperkaya pembelajaran
tatap muka di kelas, karena kenyataannya pembelajaran tatap muka di kelas belum
sepenuhnya efektif. Dalam pembelajaran tatap muka, guru memperlakukan siswa
dengan sama padahal setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda
dan
kecepatan memahami suatu materi yang tidak sama. Pembelajaran tatap muka
dibatasi oleh waktu dan ruang sehingga siswa yang mengalami kesulitan, susah
untuk berdiskusi lebih lama dengan guru. Pembelajaran tatap muka tidak dapat
diulang. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan diperlukan cara baru untuk
mengatasi masalah ini dan pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan
alternatif jawabannya.
Pembelajaran elektronik merupakan sistem pembelajaran dengan memanfaatkan
sistem jaringan baik internet, LAN, atau WAN. Dengan memanfaatkan internet
maka pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tidak hanya di
ruang kelas (Effendi dan Zhuang, 2005).
Internet sebagai media komunikasi dan pembawa informasi terbaru menjadikan
pembelajaran elektronik lebih menarik karena dengan sistem ini siswa dapat
mengakses materi dari mana saja selama ada komputer yang terhubung ke
internet. Salah satu program yang digunakan dalam pembelajaran elektronik
3
adalah Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment (Moodle)
(Freasier et al, 2003).
Moodle merupakan sebuah program komputer yang dapat memaparkan sebuah
media pembelajaran ke dalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan untuk
membuat materi pembelajaran, tugas, soal, modul praktikum, dan lain-lain.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh arus listrik, waktu, suhu, dan konsentrasi elektrolit
terhadap hasil elektrolisis serta bagaimana membuat modul praktikum elektrolisis
dan untuk pembelajaran elektronik.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses elektrolisis dan menentukan kondisi-kondisi yang sesuai untuk pelaksanaan
praktikum elektrolisis sebagai bahan penyusunan modul praktikum.
I.4
Pengembangan dan Keluaran
Pengembangan dan keluaran berupa modul praktikum yang dapat digunakan di
laboratorium dengan versi elektroniknya disimpan dalam Moodle untuk
pendalaman materi elektrolisis .
I.5
Kegunaan Hasil Penelitian dan Pengembangan
Hasil dari penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat dimanfaatkan baik
oleh siswa maupun guru yang dapat memperkaya proses pembelajaran tatap muka
sehingga pembelajaran menjadi lebih baik.
4
Download