vi analisis aspek-aspek non finansial

advertisement
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
6.1. Aspek Pasar dan Pemasaran.
Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk
melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar
2007). Analisis terhadap aspek pasar pada pengusahaan ikan lele yang diproduksi
oleh usaha Gudang Lele dapat dilihat melalui permintaan, penawaran, dan harga
benih dan ikan lele ukuran konsumsi yang berlaku di pasar.
6.1.1. Permintaan dan Penawaran
Aspek pasar merupakan aspek yang paling penting dalam memutuskan
untuk membuka suatu usaha, karena usaha tersebut sangat bergantung dari
keberhasilan dalam memasarkan suatu produk yang dihasilkan dalam usaha
tersebut. Salah satu jenis ikan yang memiliki potensi pasar adalah ikan lele.
Permintaan ikan lele datang dari para pedagang seafood (kaki lima) dan restoranrestoran yang menyajikan hidangan pecel lele, serta rumah tangga, sehingga
permintaan ikan lele untuk pasar dalam negeri mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun dan terkait erat dengan perkembangan trend
di kalangan masyarakat.
Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2009), tingkat
pengkonsumsian ikan termasuk ikan lele di Indonesia semakin meningkat, pada
Tahun 2004 hanya terhitung 22,58 kilogram per kapita per tahun, namun pada
Tahun 2007 meningkat menjadi 28,28 kilogram per tahun, sedangkan pada Tahun
2008 naik menjadi 29,98 kilogram per kapita per tahun. Untuk itu pasar ikan lele
masih sangat terbuka lebar, sehingga para pengusaha ikan lele memiliki peluang
untuk memproduksi ikan lele dalam jumlah besar.
Permintaan terhadap benih ikan lele dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Namun penawaran terhadap ikan lele
konsumsi yang ada tidak mampu mencukupi permintaan yang ada khususnya
pada Provinsi Jawa Barat. Proyeksi Permintaan terhadap benih ikan lele dan
penawaran ikan lele ukuran konsumsi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Permintaan Benih Ikan lele dan Penawaran Ikan Lele Konsumsi di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011
Permintaan Benih Ikan Lele
Penawaran Ikan Lele
(ekor)
Konsumsi (ton)
2007
1.293.000.000
55.700
2
2008
1.700.000.000
73.200
3
2009
2.299.000.000
99.000
4
2010
3.112..000.000
134.000
5
2011
4.180.000.000
180.000
No.
Tahun
1
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2011
Permintaan terhadap ikan lele phyton usaha Gudang Lele adalah sebagai
berikut : 1) benih ikan lele phyton rata-rata 5.000 ekor per hari, 2) ikan lele phyton
konsumsi rata-rata 50 kg per hari. Hal ini merupakan salah satu pendukung bagi
usaha tersebut dalam memenuhi permintaan tersebut. Adapun penawaran ikan lele
masih terbatas hal ini dikarenakan banyak petani yang mengalami kerugian dalam
menjalankan usaha budidaya ikan lele, dan belum menguasai secara teknis
mengenai budidaya ikan lele yang baik dan benar. Para petani ikan lele yang
mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya, disebabkan karena kurang
keterampilan dan kemampuan untuk melakukan teknik budidaya ikan lele yang
baik. Selain itu juga, adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani untuk
memulai usaha budidaya ikan lele, sehingga petani tidak berani mengambil resiko
untuk menjalankan usahanya tersebut menjadi usaha yang sangat menguntungkan.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ikan lele di pasar,
memberikan keuntungan bagi para petani khususnya pada usaha Gudang Lele.
Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh jumlah produksi ikan lele yang
dipanen oleh usaha Gudang Lele. Untuk memenuhi permintaan pasar yang besar
perlu didukung adanya ketersediaan benih ikan lele. Untuk permintaan pasar
tersebut perlu adanya perbaikan usaha yang dapat dilakukan oleh petani ikan di
Kecamatan Bekasi Utara dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang
diberikan oleh UPTD Perikanan Kecamatan Bekasi Utara, sehingga para petani
yang melakukan kegiatan usaha budidaya ikan lele memiliki keterampilan dan
kemampuan untuk menjalankan usahanya dan mampu memproduksi benih ikan
66
lele yang berkualitas.m Perbaikan yang dibutuhkan pasar saat ini adalah
bagaimana tersedianya benih ikan lele secara kontinyu dan berkualitas baik. Harga
ikan lele untuk konsumsi yang sebesar Rp 13.000,00 per kilogram (9-10) ekor per
kilogram), sedangkan untuk benih ikan lele yaitu Rp 250 per ekor (180 ekor per
kg). Dari gambaran di atas peluang usaha budidaya ikan lele masih terbuka lebar
dan pasar masih sangat luas.
6.1.2. Aspek Pemasaran
Pada umumnya ikan lele phyton yang siap untuk dipanen hanya dijual
kepada broker atau pedangan pengumpul yang berada di sekitar daerah Bekasi.
Ikan lele phyton yang siap panen ukuran konsumsi, yang melakukan panen adalah
petani
atatu pemilik ikan sendiri dan untuk benih ikan lele phyton yang
melakukan panen adalah petani atau pemilik ikan sendiri juga. Hal ini
dikarenakan benih ikan lele phyton masih rentan terhadap kematian, jika ikan
mengalami stress dan terdapat luka-luka dibagian tubuhnya akibat terbentur
dengan dinding-dinding kolam atau jaring pada saat panen. Sehingga dalam
memanen benih ikan lele phyton harus sangat hati-hati untuk mengurangi tingkat
kematian.
Ikan lele phyton ukuran konsumsi yang telah dipanen langsung
dimasukkan pada drum- drum yang telah disiapkan oleh pedagang pengumpul
yang kemudian dibawa langsung oleh pedagang pengumpul untuk didistribusikan
kepada pedagang maupun ke restoran-restoran melalui pengecer. Sementara itu
untuk benih ikan lele phyton yang berumur 1 bulan yang siap panen, yang
membelinya adalah petani yang melakukan kegiatan pembesaran dan para
pedagang pengumpul. Benih yang siap panen terlebih dahulu dihitung sesuai
dengan jumlah permintaan dari pembeli, setelah dihitung akan dikemas dalam
kantong plastik yang telah disediakan. Promosi yang dilakukan oleh usaha
Gudang Lele yaitu dengan melalui via internet, brosur, dan juga dari mulut ke
mulut. Berikut adalah skema aliran pemasaran ikan lele phyton yang dilakukan
oleh usaha Gudang Lele.
67
Pembenihan
Pendederan
Pedagang Pengumpul,
Pengecer, Petani
Pembesaran ikan lele
phyton, Konsumen
Pembesaran
Pedagang Pengumpul,
Pengecer, Pemancingan,
Agen Lele, dan
Konsumen (ibu rumah
tangga)
Gambar 2. Skema Aliran Pemasaran Ikan Lele Phyton
Berdasarkan analisis aspek pasar ikan lele phyton di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengusahaan ikan lele phyton layak untuk diusahakan. Hal ini
dikarenakan besarnya potensi pasar ikan lele, jika dilihat dari sisi permintaan yang
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah permintaan yang tidak
diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang yang cukup besar pada
pengusahaan ikan lele phyton di Kecamatan Bekasi Utara.
6.2. Aspek Teknis
Analisis aspek teknis merupakan langkah awal yang harus dilakukan
sebelum melakukan usaha yang akan dilaksanakan. Analisis aspek teknis
mencakup hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang
diusulkan. Aspek teknis yang akan dikaji diantaranya adalah lokasi usaha proyek,
dan proses produksi.
6.2.1. Lokasi Usaha
Lokasi merupakan faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan
dalam pengusahaan ikan lele. Lokasi usaha pada usaha Gudang Lele terletak di
Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Beberapa
pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah sebagai berikut :
68
1) Ketersediaan bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan oleh usaha Gudang Lele adalah induk
ikan lele phyton dan benih ikan lele phyton yang berkualitas. Usaha Gudang Lele
memperoleh benih ikan lele phyton dengan mengusahakan benih ikan lele phyton
sendiri. Selain mengusahakan sendiri, usaha gudang lele juga memperoleh benih
ikan lele phyton yang berasal dari petani yang melakukan kegiatan pembenihan
ikan lele yang berada di sekitar wilayah Bekasi yaitu Desa Sukatani, Desa
Sukakarya, dan Desa Sukamaju. Kualitas benih ikan lele phyton baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang dibeli dari petani pembesaran ikan lele phyton
merupakan benih dengan kualitas yang baik. Harga benih ikan lele phyton yang
dibeli yaitu Rp 150,00 per ekor. Jumlah pembelian benih ikan lele phyton per
bulan dari petani yaitu sekitar 50 ribu ekor benih ikan lele phyton.
Untuk induk ikan lele phyton, usaha Gudang Lele memperoleh induk
tersebut dari petani lele yang berada disekitar wilayah Bekasi yaitu Tambun
(Kabupaten Bekasi). Harga induk ikan lele Phyton sebesar Rp 50.000,00 per ekor
untuk ukuran 1 kilogram, jumlah induk yang dibeli yaitu 100 ekor atau 50 pasang
(50 ekor ikan lele phyton jantan dan 50 ekor ikan lele phyton betina).
Untuk bahan baku lain yang diperlukan dalam kegiatan produksi, seperti
pakan untuk benih dan induk ikan lele phyton, plastik packing, bak sortir, ember,
dan serokan diperoleh dari pedagang yang menjual kebutuhan produk perikanan
di pasar yang lokasinya dekat dengan usaha Gudang Lele yaitu sekitar 200 meter
dari lokasi usaha, sedangkan untuk pakan alami seperti ayam dibeli dari pedagang
ayam di pasar yang sudah menjadi langganan. Jadi usaha Gudang Lele tidak
mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku bagi kegiatan usahanya.
2) Letak pasar yang dituju
Lokasi usaha Gudang Lele sangat strategis, karena letak usaha dekat
dengan sumber bahan baku, pasar hasil produksi, dan sarana prasarana pun
tersedia dengan baik. Letak usaha yang cukup dekat sekitar 200 meter dari sumber
bahan baku memudahkan usaha ini untuk memperoleh bahan baku yang
dibutuhkan dalam proses produksi serta dapat menjaga kelangsungan usaha.
Ditinjau dari segi biaya, usaha Gudang Lele dapat meminimalisir biaya
pengangkutan dan biaya transportasi yang cukup besar apabila letak sumber bahan
69
baku cukup jauh dari lokasi usaha. Pemasaran untuk hasil produksi pun masih
berada di sekitar wilayah Bekasi sehingga cukup mudah dalam mejangkau
konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat kepada konsumen.
Dalam menjual hasil panennya yang berupa benih ikan lele phyton, usaha
Gudang Lele menjual kepada petani pembesaran ikan lele, kepada pedagang
pengumpul, dan kepada konsumen yang membudidayakan lele untuk konsumsi
sendiri. Sedangkan penjualan hasil panennya yang berupa ikan lele phyton
konsumsi, usaha Gudang Lele menjual kepada pedagang pengumpul, agen lele,
pemancingan, dan konsumen (ibu rumah tangga). Harga penjualan yang
ditetapkan sampai saat ini yaitu untuk ikan lele phyton ukuran konsumsi dijual
dengan harga Rp 13.000 per kg dengan isi 9-10 ekor dan benih ikan lele phyton
yang berumur 1 bulan dengan harga Rp 200,00 per ekor benih dengan isi 180 ekor
per kg. Dalam menjual hasil produksi ikan lele yang siap panen, diantara kedua
belah pihak yaitu petani dan pedagang pengumpul tidak ada batasan kuota dan
jumlah ikan lele yang dapat dijual.
3) Tenaga listrik, sumber air, dan kondisi iklim
Tenaga listrik yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele phyton
sudah menjangkau lokasi usaha, sehingga untuk penggunaan listrik tidak ada
masalah dalam menjalankan kegiatan budidaya ikan lele phyton. Penggunaan
tenaga listrik dalam kegiatan budidaya ikan lele phyton adalah untuk penerangan
pada malam hari dan untuk menyalakan mesin pompa yang digunakan untuk
pengisian air kolam pada
kegiatan pembenihan. Sedangkan untuk kegiatan
pembesaran tidak menggunakan listrik, sehingga listrik hanya digunakan pada
kegiatan pembenihan saja.
Sementara itu untuk ketersediaan air dalam kegiatan budidaya ikan lele
sangat melimpah disekitar lokasi usaha. Pada kegiatan pembenihan ikan lele, air
yang digunakan adalah air tanah atau air sumur dan pada kegiatan pembesaran
ikan lele petani menggunakan air yang berasal dari pengairan irigasi yang dekat
dengan lokasi usaha, air hujan, dan rembesan mata air.
Hal ini sangat membantu para petani dalam menjalankan usahanya, karena
sumber air yang digunakan langsung dari sumbernya, sehingga tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk penggunaan air yang harus dikeluarkan oleh petani
70
usaha Gudang Lele jika menggunakan air PAM. Air yang berasal dari pengairan
irigasi untuk kegiatan budidaya ikan lele tidak mengandung bahan kimia atau
logam, sehingga para petani usaha Gudang Lele tidak perlu melakukan proses
penyaringan air untuk menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam.
Kualitas air yang memenuhi persyaratan untuk usaha pembenihan ikan lele
diantaranya air tanah untuk pemijahan, pemeliharaan benih, dan kegiatan
pembesaran ikan lele dengan pH 7,3. Kondisi iklim daerah Kecamatan Bekasi
Utara cukup mendukung untuk dilakukan pengusahaan ikan lele, suhu untuk
kegiatan budidaya ikan lele berkisar antara 27-32 0C. suhu 270C merupakan suhu
optimal untuk melakukan kegiatan pembudidayaan ikan lele, yaitu ikan lele
phyton.
4) Fasilitas transportasi
Lokasi kegiatan pengusahaan ikan lele phyton terletak di perkampungan
yang telah memiliki fasilitas jalan yang sudah dibeton dan sarana prasarana
transportasi pun tersedia dengan baik. Untuk alat transportasi tersedia ojek, becak,
dan angkutan umum (angkot). Untuk menuju lokasi kegiatan pengusahaan ikan
lele dapat menggunakan mobil pribadi, motor pribadi, ojek, dan angkutan umum.
6.2.2. Pemilihan Jenis Teknologi
Beberapa peralatan yang digunakan dapat diperoleh di toko peralatan
rumah tangga seperti ember, selang dan lain-lain. Sedangkan peralatan yang
menggunakan tenaga listrik juga mudah diperoleh di toko-toko elektronik seperti
mesin pompa, mesin sedot, dan lain-lain.
71
a)
f)
b)
g)
c)
d)
e)
i)
Gambar 3. Peralatan Budidaya Ikan Lele Phyton
a) Bak Sortir; b) Bak Sortir Ukuran; c) Seroka Kecil; d) Serokan
Besar; e) Mesin Pompa Pembesaran; f) Mesin Pompa Pembenihan; g)
Ember; h) Jaring
6.2.3. Proses Produksi
Jenis kegiatan yang dilakukan oleh usaha Gudang Lele diantaranya adalah
kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan, dan kegiatan pembesaran ikan
lele phyton untuk konsumsi. Pembenihan menghasilkan benih ukuran 3-8 cm,
sedangkan pembesaran menghasilkan ikan lele konsumsi 9-10 ekor per kilogram.
6.2.3.1. Kegiatan Pembenihan Ikan Lele
Pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton, kegiatan yang dilakukan
adalah penebaran induk, pemeliharaan dan pemijahan induk untuk menghasilkan
larva atau benih kecil yang berukuran 1 cm. Dalam kegiatan pembenihan ini
menghasilkan benih yang baru menetas. Kegiatan pembenihan yang dilakukan
adalah pemeliharaan induk dan teknik pembenihan seperti persiapan kolam,
penebaran induk, proses pemijahan, pemeliharaan larva, pemanenan larva, dan
penyeleksian larva.
1. Pemeliharaan Induk
Berhasilnya suatu usaha pembenihan sangat dipengaruhi oleh kedaaan
induk penghasil benih itu sendiri. Apabila induk yang dihasilkan mempunyai
kualitas yang baik, maka benih yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas yang
baik begitu pula sebaliknya. Calon induk ikan lele yang dimiliki oleh usaha
Gudang Lele harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan induk yang
72
akan dipijahkan, untuk mendapatkan kualitas benih yang baik. Induk ikan lele
phyton yang siap untuk dipijahkan adalah berumur 12 bulan dan diperkirakan
sudah matang kelamin dengan berat 1 kilogram untuk induk betina, sedangkan
untuk induk jantan dengan berat 1 kilogram.
Jumlah telur (fekunditas) yang dihasilkan oleh induk ikan lele phyton
adalah 30.000 butir telur, dengan daya tetas telur (Hatching Rate/HR) 90 persen,
sehingga menghasilkan telur yang dapat menetas sebanyak 27.000 butir, dan
tingkat kematian (Survival Rate/SR) 15 persen, sehingga menghasilkan larva
sebanyak 22.950 ekor larva. Walaupun jumlah larva yang dihasilkannya sedikit,
ikan lele mempunyai frekuensi pemijahan yang relatif cepat. Hal ini terlihat dari
rentang waktu antara pemijahan satu ke pemijahan berikutnya yaitu selama 3
bulan.
Masa produktif induk ikan lele phyton adalah 2 tahun, jika induk sudah
berumur diatas 2 tahun maka induk harus segera diganti dengan induk baru. Hal
ini dikarenakan induk yang sudah tidak produktif lagi tetap dipijahkan, maka
kualitas benih yang dihasilkan akan menurun. Induk yang sudah tidak produktif
lagi disebut dengan induk afkir, yang kemudian dapat dijual kembali untuk
dikonsumsi. Dalam waktu 1 tahun ikan lele phyton dapat memijah sebanyak 4
kali, jadi pemijahan terjadi 8 kali dalam masa produktif ikan lele.
Pakan yang diberikan bagi induk ikan lele phyton yaitu jenis pakan pelet
F781 polos yang merupakan pelet kasar. Adapula pakan tambahan yang diberikan
pada induk selain pelet yaitu ayam. Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali dalam
sehari yaitu pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan dalam sehari ratarata untuk pelet sebanyak 3,75 kg per hari dan untuk ayam sebanyak 18 kg per
minggu.
2. Teknik Pembenihan
Pembenihan adalah kegiatan budidaya ikan lele untuk menghasilkan benih
sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina
(pemijahan) pada kolam-kolam khusus pemijahan. Kegiatan yang dilakukan
adalah memelihara dan memijahkan induk ikan lele untuk menghasilkan larva.
Dalam kegiatan pembenihan ini biasanya menghasilkan benih yang ukurannya
berbeda atau tidak sama. Awal menebar induk sampai dengan menghasilkan benih
73
membutuhkan waktu 2 sampai dengan 3 minggu. Larva yang dihasilkan memiliki
panjang 0,9 – 1,3 cm, dengan berat 0,01 gram – 0,02 gram. Adapun proses
pembenihan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele adalah sebagai berikut :
a) Persiapan Kolam Pembenihan
Kolam yang digunakan untuk kegiatan pembenihan ikan lele phyton pada
usaha Gudang Lele merupakan kolam terpal (yang terbuat dari terpal plastik) dan
kolam semen. Dengan luas kolam yang digunakan pada usaha Gudang Lele
adalah kolam terpal ukuran 2m x 3m sebanyak 25 buah dan 1m x 2m sebanyak 6
buah. Sedangkan kolam semen ukuran 3m x 3m sebanyak 3 buah dan ukuran 3m
x 6 m sebanyak 1 buah.
a)
b)
c)
d)
Gambar 4. Kolam Pembenihan Ikan Lele Phyton
a) Kolam Pembenihan (Terpal); b) Kolam Pembenihan (Semen); c)
Benih Ikan Lele Phyton (Kolam Semen); d) Benih Ikan Lele Phyton
(Kolam Terpal)
Persiapan kolam yang dilakukan oleh usaha Gudang Lele yaitu dengan
melakukan perbaikan dan pembersihan kolam. Perbaikan kolam dilakukan dengan
menambal kembali kolam yang bocor, sedangkan pembersihan kolam dengan cara
kolam disikat hingga bersih dari lumut dengan tujuan untuk membasmi kuman
penyakit yang menempel pada dinding maupun dasar kolam. Setelah itu, kolam
dibiarkan atau dijemur selama 1-2 hari. Setelah kolam telah selesai dipersiapkan,
kegiatan berikutnya adalah kolam diisi dengan air jernih. Ketinggian air kolam
untuk kegiatan pemijahan adalah 30-35 cm, dan dibiarkan selama 1-2 hari agar
pakan alami dapat tumbuh serta untuk menetralkan pH air. Setelah dibiarkan
selama 1-2 hari, maka induk ikan lele siap untuk ditebar dalam kolam yang telah
dipersiapkan. Alur proses persiapan kolam pada pembenihan ikan lele dapat
dilihat pada Gambar 5.
74
Pembersihan dan
Pengeringan kolam
Pengisian air
kolam
Gambar 5. Alur Proses Persiapan Kolam Pembenihan Ikan Lele Phyton
b) Penebaran Induk
Sebelum induk ikan lele dipijahkan, induk jantan dan betina dipelihara
pada kolam yang terpisah. Hal ini untuk memudahkan dalam pengelolaan dan
pengontrolan. Di samping itu bisa menghindarkan induk melakukan pemijahan
secara diam-diam. Agar kematangan induk memadai, setiap hari induk diberi
pakan bergizi, yaitu pakan buatan maupun pakan alami seperti pelet dan ayam
tiren. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, sore, dan
malam hari.
Pada usaha Gudang Lele, pemijahan dilakukan dengan cara alami. Induk
betina dan induk jantan yang telah siap dipisahkan kedalam kolam pemijahan
yang telah dipersiapkan dan dibiarkan selama 24 jam yaitu pukul 17.00 ditebar
dan diambil pukul 05.00. Perbandingan induk jantan dan induk betina adalah 1 :
1, yang artinya untuk penebaran 1 ekor jantan ditebar 1 ekor betina. Bobot induk
betina yang siap dipijahakan adalah 1 kilogram, sedangkan untuk induk jantan
memiliki bobot 1 kilogram.
c) Pemijahan
Petani melakukan pemijahan dengan cara alami yaitu tanpa menggunakan
hormon perangsang apapun, sehingga induk betina dan induk jantan yang telah
siap langsung ditebar pada kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Pada saat
penebaran induk ikan lele yang akan dipijahkan, pada tiap kolam pemijahan diberi
kakaban atau sarang untuk penempatan telur yang akan dikeluarkan oleh induk
betina yang kemudian dibuahi oleh induk jantan. Dalam satu kolam kakaban yang
digunakan adalah 3 sampai 4 kakaban yang diletakkan pada sudut-sudut kolam.
Induk yang siap dipijahkan ditebar pada kolam yang telah disiapkan untuk
75
pemijahan, induk dapat ditebar pada sore hari. Induk betina akan mengeluarkan
telur-telurnya yang akan diletakkan pada kakaban, dan secara bersamaan pula
induk jantan mengeluarkan spermanya. Telur yang dikeluarkan induk betina
dibuahi sperma induk jantan di luar tubuh induk. Waktu yang diperlukan untuk
pemijahan adalah selama 1 hari 1 malam atau selama 24 jam. Biasanya induk
betina mengeluarkan telurnya pada malam hari atau menjelang pagi hari. Setelah
proses pemijahan telah selesai, maka proses berikutnya adalah penetasan telur.
a)
b)
c)
d)
Gambar 6. Persiapan Pemijahan Ikan Lele Phyton
a) Induk Ikan Lele Phyton; b) Induk Lele Phyton Betina; c) Induk
Lele Phyton Jantan; d) Kolam Pemijahan Berisi Kakaban
Induk ikan lele yang telah melakukan pemijahan, induk ikan lele harus
segera diangkat dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk ikan lele. Apabila
induk tidak segera dipisahkan dari telur yang telah dibuahi, induk tersebut akan
memakan telurnya sendiri, karena ikan lele termasuk ikan yang bersifat kanibal.
Telur yang menempel pada kakaban harus segera diangkat dengan perlahan-lahan
dan dipindahkan pada kolam penetasan telur yang telah disiapkan sebelumnya.
Kakaban diletakkan secara mendatar sampai semua permukaannya terendam air.
Hal ini dimaksudkan agar telur-telur yang menempel ikut terendam air, karena
jika ada telur yang tidak terendam air maka telur tersebut tidak akan menetas dan
menjadi busuk atau berjamur. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh induk betina
yaitu mencapai 30.000 butir telur. Telur akan menetas dalam kurun waktu 22-24
jam setelah telur dibuahi. Tidak semua telur tersebut dapat menetas, telur yang
menetas adalah sebanyak 27.000 butir dengan daya tetas telur (HR) 90 persen dan
tingkat kemampuan hidup sebesar 85 persen, sehingga menghasilkan larva
sebanyak 22.950 ekor. Benih atau larva ikan lele yang baru menetas berwarna
merah tua, dan biasanya akan berkumpul dipermukaan dasar kolam. Selama
76
proses penetasan, bak harus mendapat sedikit aliran air melalui selang kecil.
Pengaliran air ini dilakukan agar kualitas air selama penetasan tetap terjaga.
Apabila kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan kematian benih yang
baru menetas. Setelah telur menetas, kakaban harus segera diangkat secara
perlahan-lahan. Jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan, dikwatirkan
telur–telur yang tidak menetas akan membusuk dan akan menyebabkan kualitas
air menurun. Selanjutnya, telur yang menetas akan dipelihara sampai larva siap
untuk dipanen.
d) Pemeliharaan Larva
Kolam tempat pemeliharaan larva merupakan kolam yang terbuat dari
terpal plastik. Dalam satu kolam,diberi kakaban sebanyak 3 sampai dengan 4
kakaban. Ukuran kolam yang digunakan untuk pemeliharaan benih pada usaha
Gudang Lele sama, hal ini disesuaikan dengan lahan yang dimiliki. Kondisi
lingkungan pada kolam pemeliharaan larva harus memperhatikan kualitas air agar
tetap terjaga dengan baik. Penggantian air atau panambahan air dapat dilakukan
setiap 3 atau 4 hari sekali, atau disesuaikan dengan keadaan kondisi air dalam
kolam pemeliharaan.
Gambar 7. Benih (Larva) Ikan Lele Phyton Baru Menetas
Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum dapat diberikan
pakan tambahan, karena cadangan makanan dalam tubuhnya masih tersedia yaitu
berupa kuning telur. Pada hari keempat setelah telur menetas, larva harus
diberikan pakan tambahan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva ikan
lele phyton. Jenis tambahan yang baik untuk larva ikan lele phyton adalah pakan
alami atau pakan hidup yaitu berupa plankton dan cacing sutra. Hal ini
dikarenakan pakan alami banyak mengandung protein yang dibutuhkan oleh
pertumbuhan larva ikan lele tersebut. Dosis pakan yang diberikan pada larva
77
adalah 100 liter cacing sutra dalam satu kali pemijahan. Pemberian pakan
dilakukan 3 kali dalam satu hari yaitu pada pagi, sore dan malam hari.
a)
b)
c)
Gambar 8. Pakan Benih Ikan Lele Phyton; a) Cacing Sutera; b) Cacing Sutera; c)
Pelet F999
e) Pemanenan Larva
Larva dipelihara selama 15 – 17 hari dari awal penetasan telur. Larva ikan
lele akan muncul kepermukaan air di setiap pinggir sudut kolam. Pemanenan larva
dilakukan pada pagi hari atau sore hari mulai pukul 07.00 atau 16.00 WIB. Proses
pemanenan dilakukan dengan cara air dalam kolam dikuras menggunakan mesin
sedot, kemudian setelah air habis maka larva akan berkumpul pada suatu
cekungan yang ada pada dasar kolam sehingga dengan mudah larva dipindahkan
ke tempat bak penampungan (ember atau bak sortir) sementara yang telah diisi air
untuk dihitung. Setelah dihitung, larva tersebut ditebar pada kolam pendederan
yang telah disiapkan dengan ukuran yang sama besar. Adapun alur proses teknik
pembenihan dapat dilihat pada Gambar 9.
Persiapan Kolam
Penebaran Induk
Pemijahan
Pemeliharaan Larva
Pemanenan Benih
Gambar 9. Alur Teknik Pembenihan Ikan Lele Phyton
78
6.2.3.2. Kegiatan Pendederan Ikan Lele
Pendederan merupakan pembesaran larva sampai ukuran tertentu untuk
dipelihara pada tahap pembesaran atau untuk dijual kepada peternak pembesaran.
Ukuran siap jual dari kegiatan pendederan yaitu berukuran 3-8 cm dalam waktu
pemeliharaan selama 1 bulan. Pada kegiatan pendederan ini dapat dilakukan pada
kolam terpal. Adapun tahapan kegiatan pendederan yaitu persiapan kolam,
penebaran benih, pemeliharaan benih, dan panen.
1) Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan untuk kegiatan pendederan ikan lele pada Usaha
Gudang Lele adalah kolam terpal. Sebelum kolam dipergunakan untuk
pemeliharaan sebaiknya dilakukan pembersihan kolam. Kolam yang akan
digunakan dibersihkan dengan cara kolam disikat. Hal ini bertujuan untuk
membunuh kuman penyakit yang menempel pada dasar maupun dinding kolam,
agar ikan tidak mudah terserang penyakit. Setelah dibersihkan kolam dikeringkan
dan dijemur dibawah terik matahari selama 1-2 hari. Setelah didiamkan selama 12 hari, kolam diisi dengan air jernih yang berasal dari air tanah atau sumur,
kemudian didiamkan selama satu hari. Persiapan kolam telah selesai maka benih
siap untuk ditebar.
2) Penebaran Benih
Kolam yang telah dipersiapkan, maka benih ikan lele siap untuk ditebar.
Penebaran dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sesuai dengan panen pada saat
pembenihan. Kepadatan tebar kolam adalah 22.950 ekor benih dengan ukuran 0,91,3 cm.
3) Pemeliharaan Benih
Dalam proses pemeliharaan, benih harus diberi pakan berupa pelet halus
yaitu pelet F999 dengan dosis 10 kg. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam
sehari yaitu pagi, sore dan malam hari. Pada saat benih ditebar, pada kolam
pemeliharaan tersebut diberi garam, dengan cara garam dilarutkan dalam air
kolam dan didiamkan selama 2 jam. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah ikan
terserang penyakit, kualitas dan kuantitas air kolam harus tetap dijaga. Dengan
79
cara air kolam diganti dalam 3 hari sekali, air kolam tidak dibuang secara
keseluruhan tetapi hanya setengah dari ketinggian air kolam dan dilakukan
pengisian kembali sesuai dengan air kolam yang dibuang.
Gambar 10. Pemeliharaan Benih Ikan Lele Phyton
4) Panen
Benih dipelihara selama 1,5 bulan atau 6 minggu dari awal benih ditebar.
Benih yang siap untuk dipanen adalah benih berukuran 3-8 cm dengan harga
bervariasi berdasarkan ukuran masing-masing, yaitu ukuran 3-4 cm Rp 100 per
ekor dan ukuran 5-8 cm Rp 200 per ekor. Pemanenan benih dilakukan pada pagi
hari atau sore hari mulai pukul 07.00 atau pukul 16.00 WIB.
a)
b)
c)
d)
e)
Gambar 11. Proses Pemanenan Benih Ikan Lele Phyton
a) Benih Ikan Lele Phyton Siap Panen; b) Sortasi Benih; c) Benih
Tidak Layak Jual (mati); d) Penjualan Benih Ikan Lele Phyton; e)
Benih Ikan Lele Phyton Uk 23-34-35-46
Proses pemanenan dilakukan dengan cara air kolam disedot dengan
menggunakan mesin sedot, kemudian setelah benih berkumpul pada satu
cekungan yang rendah, kemudian benih ditangkap dengan menggunakan serokan
atau bak sortir dengan hati-hati. Kemudian benih diletakkan pada ember atau bak
sortir sementara untuk dihitung. Setelah dihitung, benih tersebut dapat dipasarkan
kepada peternak ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran. Jumlah benih
yang dipanen adalah sebanyak 22.950 ekor benih ikan lele phyton. Adapun alur
proses produksi pada kegiatan pendederan ikan lele dapat dilihat pada Gambar 12.
80
Persiapan Kolam
Penebaran Benih
Pemeliharaan Benih
Pemanenan Benih
Gambar 12. Alur Proses Produksi Pendederan Ikan Lele Phyton
6.2.3.3.Kegiatan Pembesaran Ikan Lele
Benih ikan lele phyton yang dibeli berukuran 3-4 cm belum dapat untuk
dijadikan ikan konsumsi. Ikan seukuran ini harus dipelihara lagi untuk tahapan
pembesaran sampai mencapai ukuran layak konsumsi, yakni minimal 250 gram
per ekor atau 9-10 ekor per kilogram. Oleh karena itu bibit lele masih perlu
dipelihara atau dibesarkan lagi agar menjadi ikan lele dumbo yang siap konsumi.
Pembesaran ikan lele pada kelompok tani usaha Gudang Lele adalah
kegiatan yang dilakukan dengan menebarkan benih ukuran 3-4 cm yang berumur
3 sampai dengan 4 minggu. Lama pemeliharaan ikan lele adalah rata-rata 2,5-3
bulan, dapat menghasilkan ikan lele konsumsi berbobot 250-300 gram per ekor
atau 9-10 ekor per kilogram. Pada kegiatan pembesaran, jumlah benih yang
ditebar adalah sebanyak 5.000 ekor per m2 dengan luasan kolam 2m x 10m dan
kolam ukuran 5m x 4m. Sedangkan jumlah benih yang diterbar pada kolam
ukuran 5m x 8m sebanyak 15.000 ekor dan kolam semen ukuran 3m x 3m 800
sebanyak 12 kolam dan 400 sebanyak 1 kolam. Panen dilakukan selama 3 bulan
sekali, sehingga dalam setahun petani dapat melakukan penen sebanyak 4 kali.
Pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh usaha Gudang Lele
menggunakan kolam tanah. Sistem pengairan yang adalah secara teknis yaitu
sumber air yang berasal dari saluran air irigasi, tadah hujan, dan rembesan mata
air. Kolam seperti ini mudah dikelola karena air tersedia sepanjang tahun. Adapun
proses kegiatan pembesaran ikan lele pada usaha Gudang Lele dilakukan dengan
teknik sebagai berikut :
81
a) Persiapan Kolam Pembesaran
Sebelum penebaran benih, kolam harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Kolam dikeringkan beberapa hari sampai permukaan dasar kolam kering dan
retak-retak (kolam tanah). Tujuannya untuk membunuh hama atau bibit-bibit
penyakit yang ada di kolam tersebut dan untuk memudahkan pengolahan tanah
dasar kolam. Kolam dikeringkan selama 3-4 hari. Kegiatan selanjutnya adalah
pengisian kolam yang dilakukan secara bertahap, yaitu pada tahap pertama adalah
setinggi 70 cm, dan kolam didiamkan selama 2 hari. Setelah kolam didiamkan
selama 2 hari, maka dilakukan pengisian kolam tahap ke 2 dengan ketinggian
kolam hingga mencapai 150 cm.
Gambar 13. Kolam Pembesaran Ikan Lele Phyton
b) Penebaran Larva
Penebaran benih dapat dilakukan setelah dipastikan kolam benar-benar
telah siap untuk digunakan. Benih dapat ditebar pada waktu pagi atau sore hari
saat suhu rendah. Hal ini bertujuan untuk menghindari tingkat kematian yang
tinggi karena ikan stress. Jumlah benih ikan yang akan ditebar pada kolam
pembesaran adalah sebanyak 400-15.000 ekor per m2, dengan ukuran 3-4 cm.
c) Pemeliharaan
Untuk memacu pertumbuhan pada benih ikan lele, selama pemeliharaan
ikan lele diberi pakan tambahan. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dan
pakan alami. Pakan buatan yaitu pelet f999, pelet 781-2, pelet 781 polos, dan pelet
tenggelam. Dosis yang diberikan adalah pelet f999 sebanyak 15 kg, pelet 781-2
sebanyak 25 kg, pelet 781 polos sebanyak 110 kg, dan pelet tenggelam sebanyak
350 kg. Harga pelet tersebut per kilogram adalah Rp 8.000 per kg untuk pelet
f999, pelet 781-2, dan pelet 781 polos, sedangkan pelet tenggelam Rp 5.000 per
kg. Pelet ini diberikan pada benih yang telah berumur satu bulan atau lebih, hal ini
82
dikarenakan disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan lele. Pemberian pakan
dilakukan 3 kali dalam satu hari yaitu pagi, sore dan malam hari. Selain
pemberian pakan, pengontrolan kualitas air harus diperhatikan. Pergantian air
dilakukan 2 minggu sekali, hal ini bertujuan agar ikan tidak terserang penyakit
akibat dari sisa-sisa makan yang mengendap menjadi racun.
Dalam proses pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan kolam untuk
menghindari serangan hama dan penyakit. Hama biasanya menyerang pada kolam
pembesaran. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan sekitar kolam
dari semak-semak yang dapat dijadikan sarang ular atau hama lainnya. Lama
pemeliharaan ikan lele di kolam pembesaran adalah selama 3 bulan.
a)
b)
c)
d)
Gambar 14. Pakan Ikan Lele Phyton Konsumsi; a) Pelet F999; b) Pelet 781-2; c)
Pelet 781 polos; d) Pelet Tenggelam
d) Pemanenan
Pemanenan merupakan bagian akhir dari kegiatan pembesaran. Setelah
ikan dipelihara selama 3 bulan, maka ikan tersebut siap untuk di panen
sesuaidengan ukuran ikan konsumsi 9-10 ekor per kilogram.
Gambar 15. Proses Pemanenan Ikan Lele Phyton
Proses pemanenan dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pada proses
kegiatan panen, yang melakukan panen adalah petani usaha Gudang Lele. Ikan
yang telah dipanen langsung dimasukkan pada drum-drum plastik yang telah
disiapkan oleh pedagang. Dalam satu kali proses produksi petani dapat memanen
ikan lele sebanyak 1.500 kilogram untuk kolam ukuran 5m x 8m, 500 kilogram
83
untuk kolam ukuran 2m x 10m dan 5m x 4m, dan kolam ukuran 3m x 3m
sebanyak 1.000 kilogram. Hasil panen ikan lele phyton konsumsi dijual dengan
harga per kilogramnya adalah Rp 13.000,00. Adapun alur proses produksi pada
kegiatan pendederan ikan lele dapat dilihat pada Gambar 16.
Persiapan Kolam
Penebaran Benih
Pemeliharaan
Pemanenan
Gambar 16. Alur Proses Produksi Pembesaran Ikan Lele Phyton
Dari hasil analisis pada aspek teknis dapat dikatakan bahwa usaha ini
layak untuk dilaksanakan karena hampir seluruh teknis mulai dari pemilihan
lokasi hingga pemeliharaan dan pemanenan telah berjalan dengan baik. Namun
perlu perbaikan pada penanganan penyakit dan proses budidaya.
6.3. Aspek Manajemen
Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur
organisasi yang ada. Pengusahaan ikan lele di Kecamatan Bekasi utara merupakan
usaha yang dinamakan dengan Usaha Gudang Lele yang didirikan pada tahun
2010. Pada saat ini Usaha Gudang Lele hanya terdiri dari 3 orang pekerja dan 1
orang pemilik usaha. Struktur organisasi pada Usaha Gudang Lele di Kecamatan
Bekasi Utara dapat dilihat pada gambar berikut.
84
Pemilik Usaha Gudang Lele
Pak Kristanto
Bendahara, Sekretaris
Utama
Ibu Puji Lestari
Bagian Pemasaran
Pak Yusuf
Tantartyo
Bagian Operasional
atau Teknis
Pak Jupi
Gambar 17. Struktur Organisasi Usaha Gudang Lele
Pada masing-masing petani, untuk struktur organisasi sangat sederhana yaitu
Pak Kristanto sebagai Pemilik dari usaha Gudang Lele dan dibantu oleh anggota
lainnya yang melakukan pengusahaan ikan lele yang diantaranya Pak Jupi sebagai
bagian operasional atau teknis, Pak Yusuf Tantartyo sebagai bagian pemasaran,
dan Ibu Puji Lestari sebagai bendahara dan sekretaris utama. Pemilik usaha
Gudang Lele adalah Pak Kristanto sebagai pemilik dari usaha Gudang Lele yang
bertugas mengawasi dan membantu para anggotanya dalam kegiatan pengusahaan
ikan lele, Pak Kristanto dibantu oleh anggotanya yaitu Ibu Puji Lestari sebagai
sekretaris dan bendahara bertugas mencatat jumlah ikan yang dipanen oleh setiap
anggota, mencatat pendapatan yang diperoleh dan pengeluaran dari usaha Gudang
Lele, Pak Yusuf Tantartyo sebagai bagian pemasaran bertugas untuk memasarkan
hasil produksi atau output yang dihasilkan dari anggota yang melakukan kegiatan
pengusahaan ikan lele, dan Pak Jupi sebagai bagian operasional bertugas untuk
mengawasi dan melakukan perbaikan demi kemajuan usaha Gudang Lele.
Dilihat dari struktur organisasi pada usaha Gudang Lele, dari masing-masing
anggota terdiri atas pemilik pengusahaan ikan lele dan tiga orang tenaga kerja.
Pemilik usaha bertindak sebagai pengawas, mengontrol kualitas produk yang
dihasilkan, serta melakukan kegiatan produksi, sedangkan para pekerja bertugas
untuk membantu pemilik pengusahaan yaitu memelihara benih sampai benih siap
panen. Untuk penyerapan tenaga kerja pada usaha Gudang Lele sangat sederhana,
karena karyawan yang membantu pemilik dalam kegiatan produksi adalah masih
kerabat atau saudara dari pemilik usaha. Sistem penggajian tenaga kerja pada
85
usaha Gudang Lele yaitu bagi hasil dengan jumlah upah atau gaji per bulan Rp
1.000.000 per orang.
Hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa usaha pembenihan dan
pembesaran ikan lele phyton secara manajemem layak untuk dilaksanakan karena
meskipun manajemen masih sederhana namun usaha sudah berjalan cukup baik
dan tidak terdapat masalah manajemen pada usaha Gudang Lele.
6.4. Aspek Hukum
Usaha Gudang Lele belum memiliki bentuk badan usaha, namun sedang
diajukkan untuk menjadi badan usaha CV. Perijinan yang telah dilakukan yaitu
IMB (Izin Mendirikan Bangunan), SIUP, dan SITU, maka usaha Gudang Lele
layak untuk dilaksanakan karena telah legal secara hukum.
6.5. Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya dan Lingkungan
Aspek sosial dari usaha budidaya ikan lele phyton yang dilakukan oleh
usaha Gudang Lele telah memberikan peluang kerja dan pengurangan
pengangguran baik bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat di luar
Kecamatan Bekasi Utara.
Dilihat dari aspek ekonomi keberadaan usaha ini dapat memberikan
peningkatan pendapatan seperti pembayaran pajak baik PBB (Pajak Bumi dan
Bangunan)dan PPh (Pajak Penghasilan). Pada aspek budaya, peternakan ini tidak
bertentangan dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat sekitar.
Beberapa masalah lingkungan yang sering timbul antara lain masalah
pemberian pakan yang berupa pakan ayam bagi induk ikan lele phyton, namun hal
ini tidak menggangu masyarakat sekitar lokasi usaha. Selain itu, dampak positif
adanya usaha ini terhadap lingkungan yakni pemanfaatan limbah sayuran, limbah
rumah tangga yang dapat dijadikan pakan bagi ikan lele phyton ukuran konsumsi.
Usaha yang dijalankan oleh usaha Gudang Lele memberikan kontribusi
pendapatan bagi anggota tersebut, karena dengan melakukan kegiatan
pengusahaan ikan lele, petani dapat meningkatan pendapatan serta kehidupan
yang sejahtera. Selain itu, keberadaan usaha Gudang Lele tidak memberikan
dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek. Walaupun dampak
akibat pemberian pakan ayam bagi induk ikan lele phyton, namun hal itu masih
86
dapat diatasi. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian yang menghasilkan
limbah mengandung bahan kimia, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan.
Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung dengan adanya
pengusahaan ikan lele di sekitar lingkungan rumah warga. Hal ini dapat dilihat
dari ketertarikan warga sekitar untuk membuka pengusahaan ikan lele dengan
memanfaatkan lahan di sekitar rumah. Namun permasalahan yang dihadapi oleh
petani pada saat penelitian, yaitu adanya keterbatasan modal yang dimiliki petani
untuk memulai usaha barunya, serta kurang memiliki keterampilan untuk kegiatan
teknis budidaya ikan lele.
Dilihat dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa secara sosial,
ekonomi, dan budaya usaha budidaya pembenihan dan pembesaran ikan lele
phyton layak untuk dilaksanakan karena mampu meningkatkan lapangan kerja,
pengurangan pengangguran, meningkatkan pendapatan baik bagi pemilik,
masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar Kecamatan Bekasi Utara dan tidak
bertentangan dengan budaya yang telah berkembang di masyarakat. Begitupun
secara aspek lingkungan, usaha ini layak untuk dilaksanakan.
87
Download