pengaruh kualitas pengajaran guru pai terhadap

advertisement
PENGARUH KUALITAS PENGAJARAN GURU PAI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
BIDANG STUDI QUR’AN HADITS
(Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
DEDEN RAHMAN BUDIMAN
106011000079
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH KUALITAS PENGAJARAN GURU PAI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
BIDANG STUDI QUR’AN HADITS
(Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri I Garut)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Deden Rahman Budiman
106011000079
Dibawah Bimbingan
Abdul Ghofur, MA
NIP.19710709 199803 1001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi berjudul “Pengaruh Kualitas Pengajaran Guru PAI Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits (Studi Kasus di MAN 1
Garut)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah
pada tanggal 16 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama
Islam.
Jakarta, 16 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Tanggal
Tanda Tangan
.....................
..........................
Sekretaris(Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA.
NIP: 19670328 200003 1 001
.....................
..........................
Penguji I
Muhammad Zuhdi, M.Ed, Ph.D
NIP:19720704 199703 1 002
.....................
..........................
Penguji II
Drs. Abdul Haris, M.Ag
NIP: 19660901 199503 1 001
.....................
..........................
Bahrissalim, M.Ag
NIP:19680307 199803 1 002
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
NIP: 19571005 198703 1 003
i
ii
iii
ABSTRAKSI
Deden Rahman Budiman (106011000079) “Pengaruh Kualitas Pengajaran
Guru PAI Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Qur’an Hadits
(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut)”.
Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang
sangat penting selain komponen yang lainnya, seperti tujuan, kurikulum, metode,
sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Guru juga berperan penting dalam
kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan
dengan murid. Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya
setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa
agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
proses belajar mengajar.
Guru sebagai pendidik formal di sekolah, memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran di sekolah. Selain itu guru
juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama guru agama
dalam mengajar bidang studinya, karena guru agama dalam mengajar bukan
hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Oleh
sebab itu guru dituntut mempersiapkan diri agar memiliki keterampilan dan
kualitas pengajaran yang baik.
Jika guru tidak memiliki keterampilan dan kualitas pengajaran yang baik,
tidak mustahil seorang guru akan sulit dalam merealisasikan fungsi dan
peranannya dalam proses belajar mengajar. Dan hal ini juga bisa berpengaruh
besar pula terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu kualitas pengajaran
yang baik salah satunya adalah ditunjukan dengan adanya prestasi belajar siswa.
Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode survey yakni
melihat dan meneliti serta mengamati segala bentuk pelaksanaan pembelajaran di
sekolah. Untuk mengetahui pengaruh antara kualitas pengajaran guru agama
dengan prestasi belajar siswa, maka penulis menggunakan teknik analisis
deskriptif korelasi, yang bertujuan untuk mendeskripsikan data, analisa dan
menginterpretasikan data yang diperoleh dari responden.
Setelah melakukan penelitian dan mengolah data, didapatkan hasil
perhitungan rxy = 0,708 yang berada pada rentang 0,70-0,90 (pada tebel
interpretasi) yang menunjukan adanya korelasi positif antara variabel X (Kualitas
Pengajaran Guru) dan variabel Y (prestasi belajar siswa) yang kuat atau tinggi.
Sedangkan rt masing-masing sebesar 0,361 dan 0,463 dengan demikian ternyata
bahwa ro adalah lebih besar dari pada rt (0,708 > 0,361 < 0,463) baik dalam taraf
signifikansi 5% maupun 1%. Karena ro lebih besar maka hipotesa alternatif (Ha)
diterima karena tidak teruji kebenarannya, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak.
Sedangkan kontribusi kualitas pengajaran guru agama dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa sebesar 50,1264% dan sisanya 49,8736% lagi dipengaruhi
oleh faktor yang lain. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kualitas
pengajaran seorang guru agama dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji serta syukur ke hadirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya penulis sehingga dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
“PENGARUH
KUALITAS
PENGAJARAN GURU PAI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
BIDANG STUDI QUR’AN HADITS”.
Salawat dan salam selalu tercurah-limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
Manusia Suci dan Agung Sepanjang zaman beserta keluarganya yang suci dan
tersucikan, semoga kita mendapat syafaatnya di yaumil hisab, sebagai pecinta dan
pengikutnya.
Penulis sadar betul bahwa penulisan skripsi yang penulis lakukan bukanlah
apa-apa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang lebih dahulu ada,
walaupun begitu penulis menganggap penulisan skripsi ini menjadi proses bagi
penulis untuk menjadi manusia intelektual seutuhnya. Menjadi manusia yang
mampu mencerna dan memahami setiap kalimat bukan manusia yang pintar
membaca saja.
Tentunya dalam proses penulisan skripsi ini penulis tidak sendirian banyak
pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, kritik, saran,
masukan, arahan, bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi yang
penulis lakukan, maka izinkanlah penulis untuk mengucap rasa terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr.Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Sapiudin Shidiq, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
v
4. Abdul Ghofur, MA selaku dosen pembimbing penulis yang tidak kenal
lelah untuk meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan dan
kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku dosen penasehat akademik yang
telah memberikan motivasi yang begitu besar selama masa kuliah.
6. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan Perpustakaan Utama beserta staf-stafnya dan Pimpinan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mencrari
referensi dalam penyusunan skripsi.
8. Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut, Waka Kurikulum, para dewan
guru, staf TU serta siswa/i Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut, yang telah
berpartisipasi dalam memberikan informasi dan data-data sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
9. Sembah baktiku kepada Ayahanda tercinta Bapak Asep Syarifudin dan
Ibunda tercinta Bu Lilis atas kasih sayang, pengorbanan, dukungan moril
maupun materiil serta doa-doa yang telah diberikan kepada penulis
semoga skripsi yang penulis selesaikan menjadi sebuah kebanggaan.
10. Adik-adikku Ferdi Herdiana, Diaz Zaidan dan Intan Calya Aryanti, atas
doa-doanya untuk Aa, “ kutahu kalian dan kuyakin tak ada impian yang
sulit kalian raih ”..
11. Seluruh Keluarga Besar yang senantiasa memberikan dorongan moril
maupun materil serta memanjatkan do’a untuk kelancaran serta kegiatan
yang dilaksanakan.
vi
12. Tak pernah terlupakan atas jasa-jasanya penulis haturkan kepada kakek
tercinta Harun Abdul Rahman (Alm) dan Dewi Rustini (Alm) yang selalu
memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
13. Teman-teman jadulku di Darul Arqam’06 (Shobir, Zam-zam, Iqbal dan
Fauzan Hamzah, Wildan Az) yang bahkan kubosan selalu melihat kalian
selama 10 tahun.. kalian tetap menjadi sahabat terbaikku..terima kasih
untuk kebersamaan yang tidak akan pernah terlupakan.
14. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI B, Ansori, Naseh, Roni, Ghoni,
Azis, Ahmad, Arif, Yudi, Syaikhu, Ria, Ani, Dini, Ade Putri, Aisyah dan
semuanya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, tetapi tidak
mengurangi ta’zim saya.
15. Temen-temen IMM Cabang Ciputat Iqbal, Aos, Welly, Sarly, Rini tetaplah
berfastabiqul khairat dan tunjukan bahwa kita selalu jadi pemenang, IMM
Jaya.
16. IKADAM JABODETABEK, terima kasih telah menjadi tempatku berbagi
cerita tentang masa pesantren dulu.
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis serahkan semuanya kepada Allah Swt, semoga perhatian,
partisipasi dan motivasi dibalas oleh Allah Swt sebagai amal kebaikan. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang
khususnya kepada penulis.
Jakarta, 16 Desember 2010
Penulis
Deden Rahman Budiman
vii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Ujian Munaqasyah…………………………………..
i
Lembar Pengesahan Skripsi………………………………………………...
ii
Lembar Pernyataan ………………………………………………………...
iii
Abstraksi …………………………………………………………….............
iv
Kata Pengantar………………………………………………………………
v
Daftar Isi …………………………………………………………………….
viii
Daftar Lampiran…………………………………………………………….
x
Daftar Tabel …………………………………………………………………
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………….
6
C. Pembatasan Masalah………………………………………
6
D. Perumusan Masalah ……………………………………….
6
E. Tujuan Penelitian ………………………………………….
7
F. Manfaat Penelitian ………………………………………...
7
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESA
A. Kualitas Pengajaran Guru
1. Pengertian Kualitas Pengajaran Guru.………………….
8
2. Kedudukan dan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran.
13
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran..
16
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar………………………………………..
19
2. Teori Belajar……………………………………………...
21
3. Prestasi Belajar…………………………………………...
22
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar……..
25
5. Indikator Prestasi Belajar………………………………...
28
C. Kerangka Berpikir...………………………………...............
29
D. Hipotesa……………………………………………….........
30
viii
BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………
32
B. Metode Penelitian…………………………………………..
32
C. Populasi dan Sampel………………………………………..
33
D. Variabel Penelitian………………………………………….
33
E. Metode Pengumpulan Data…………………………………
34
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data………………………
35
G. Instrument Penelitian……………………………………….
39
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……………………….
41
B. Deskripsi Data ……………………………………………...
46
C. Interpretasi Data ………………………………………........
64
PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………...
67
B. Saran ………………………………………………………..
68
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
70
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Angket Penelitian
73
Lampiran 2
Pedoman wawancara
75
Lampiran 3
Penilaian Kemampuan Guru
78
Lampiran 4
Tabel nilai koefisien korelasi “r” untuk berbagai df
81
Lampiran 5
Surat bimbingan skripsi
82
Lampiran 6
Surat izin riset ke sekolah
83
Lampiran 7
Surat Izin Penelitian
84
Lampiran 8
Surat Keterangan Penelitian
85
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Data jumlah siswa Kelas XI IPA
33
Tabel 2.
Skor item Alternatif Jawaban Responden
36
Tabel 3.
Kualifikasi Skor Angket
37
Tabel 4.
Interpretasi nilai “r”
38
Tabel 5.
Instrument Penelitian
39
Tabel 6.
Keadaan Gedung/Ruang MAN 1 Garut
42
Tabel 7.
Pimpinan Madrasah yang bertugas di MAN 1 Garut
43
Tabel 8.
Keadaan guru dan staf
44
Tabel 9
Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2010-2011
46
Tabel 10
Mengemukakan Tujuan Pengajaran
46
Tabel 11
Memberikan Apersepsi
47
Tabel 12
Memberikan Apersepsi
48
Tabel 13
Memberikan Pre-test
48
Tabel 14
Memberikan Pre-test
49
Tabel 15
Menyampaikan Materi
49
Tabel 16
Menyampaikan Materi
50
Tabel 17
Penguasaan Materi
51
Tabel 18
Kesesuaian Materi Dengan Pokok Bahasan
51
Tabel 19
Kesesuaian Materi Dengan Tujuan Pengajaran
52
Tabel 20
Metode Pengajaran yang di pakai
52
Tabel 21
Metode Pengajaran yang di pakai
53
Tabel 22
Penggunaan Media Pengajaran
53
Tabel 23
Kemampuan melakukan feed back
54
Tabel 24
Kemampuan melakukan feed back
55
Tabel 25
Melakukan penilaian / evaluasi
55
Tabel 26
Melakukan penilaian / evaluasi
56
Tabel 27
Menarik Kesimpulan
56
Tabel 28
Memberikan Motivasi
57
xi
Tabel 29
Gambaran materi untuk pertemuan akan datang
58
Tabel 30
Hasil perhitungan variabel x (Kualitas Pengajaran)
59
Tabel 31
Variabel y (Prestasi Belajar)
60
Tabel 32
Nilai korelasi antara variabel x dan variabel y
61
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini
setiap
negara
berlomba
untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikannya, karena mereka menyadari bahwa pendidikan itu akan memberikan
dampak positif terhadap kemajuan dari bangsa negara tersebut. Sejarah juga
membuktikan keberhasilan pendidikan dalam suatu negara menyebabkan
keberhasilan dari negara tersebut, seperti halnya negara-negara yang sudah maju
sekarang.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1
Pentingnya pendidikan ini juga telah disadari oleh masyarakat dan pemerintah
indonesia,seperti yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) disebutkan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3)
menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang.
1
UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat I
1
2
Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Pada ayat ketiga ditegaskan pula bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang
bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Dalam perjalanannya aktifitas pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dengan dasar amanat UUD 1945 selalu berkembang mengikuti
perkembangan zaman yang dipicu oleh kemajuan IPTEK. Hal ini tercermin dari
adanya perubahan kurikulum dimulai dari kurikulum tahun 1975 hingga sekarang
yaitu kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) tahun 2006. Lahirnya KTSP
merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi kelemahan-kelemahan dalam
sistem pendidikan pada masa lalu sekaligus sebagai antisipasi untuk menjawab
tantangan kemajuan IPTEK yang sangat pesat dewasa ini.
Kegiatan belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara
optimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan
memiliki tanggung jawab sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dalam
mencapai tujuan tersebut banyak faktor yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh
guru. Salah satunya adalah interaksi antara guru dan muridnya sehingga mampu
mendorong, membangkitkan dan menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa
serta memberikan pengaruh yang baik pada prestasi belajarnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu dipertimbangkan dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar sebagaimana diungkapkan Sardiman NK
dkk, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Materi yang akan diajarkan
3. Sumber-sumber belajar
4. Keadaan siswa
5. Keadaan guru
6. Keadaan kelas, jumlah siswa dan waktu yang tersedia
7. Biaya, ketatausahaan dan manajemen.
3
Salah satu yang paling menentukan dan dominan dari ke tujuh faktor di atas
adalah keadaan guru karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa
sebagian besar ditentukan peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal.
UU Nomor 14 tahun 2003 pasal 10 menjelaskan bahwa kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
melatih, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.2
Guru itu harus mempunyai kemampuan dalam belajar, sebagaimana yang
dikatakan oleh Nana Sudjana bahwa:
”Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan
dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini
membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsung interaksi antara guru
dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan
mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan
unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat
bantu mengajar serta penilaian/ evaluasi”. 3
Melihat kutipan di atas, jelas bahwa proses belajar mengajar akan mencapai
hasil jika didukung oleh keseimbangan antara guru dan siswa. Artinya bahwa
guru harus memiliki kemampuan dasar dalam merencanakan dan melaksanakan
program tersebut dan sebaliknya bagi siswa harus dapat memanfaatkan situasi
belajarnya dengan sebaik-baiknya.
2
3
UUSPN No. 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat 1
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Sinar Baru, 1989), h. 42
4
Selaras dengan kutipan di atas dikatakan pula bahwa “salah satu lingkungan
belajar
yang
paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah
kualitas pengajaran”.4 Dalam hal ini seorang guru dituntut menjadikan proses
belajar mengajar yang efektif dalam mengajar tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif ini, menurut
Muh. Uzer Usman ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar
siswa yakni “Melibatkan siswa secara aktif, menarik minat, dan perhatian siswa,
membangkitkan
pengajaran”.
motivasi siswa, prinsip individualitas, dan
peragaan dalam
5
Di dalam KTSP dikemukakan setiap jenjang pendidikan formal memiliki
beban pelajaran yang berbeda baik dalam jam pelajaran maupun dalam mata
pelajaran seperti jam pelajaran di tingkat SD juga materi pelajaran berbeda dengan
di tingkat SMP. Dengan kondisi seperti ini maka setiap guru harus menguasai
kemampuan pengajaran yang spesifik sesuai dengan tingkat pengajarannya di
kelas, misalnya keahlian yang dimiliki guru SD dengan SMP tidak dapat
disamakan walaupun mengajar pada mata pelajaran yang sejenis.
Standar lainnya dalam KTSP yaitu standar kelulusan yaitu program kegiatan
untuk siswa. Pemerintah mengharapkan setelah proses belajar berakhir siswa
memilki kompetensi-kompetensi yang dapat membekali dirinya untuk kehidupan
berikutnya. Sejauh ini pemerintah sudah berupaya pula untuk memberikan
dukungan terhadap siswa melalui berbagai program bantuan operasional sekolah
(BOS), beasiswa miskin, sekolah gratis, dan sebagainya. Apakah program tersebut
sudah mencapai tujuan, tentu juga masih merupakan harapan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui berbagai cara seperti program sertifikasi, pelatihanpelatihan, seminar dan sebagainya. Apakah program tersebut dapat menunjukan
hasil, tentunya juga merupakan hal yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pemerintah sudah berupaya
meningkatkan profesionalisme guru juga dukungan sarana dan prasarana bagi
4
5
16-26
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses ..., h. 40
Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung; Remaja Rosda Karya, 1990), h.
5
siswa. Walaupun upaya tersebut sudah dilaksanakan namun nampaknya masalah
pendidikan masih cukup banyak seperti halnya tingkat kelulusan sekolah masih
belum memuaskan, hasil belajar siswa rendah, motivasi belajar rendah, banyak
siswa
yang
drop
out,
kenakalan
remaja
meningkat
dan
sebagainya.
Kecenderungan-kecenderungan seperti ini tentunya menarik untuk selalu diteliti.
Mengingat masalah yang berkembang cukup banyak penulis tertarik untuk
meneliti satu bagian masalah, yaitu masalah yang berhubungan dengan
keprofesionalan guru dan prestasi belajar siswa. Jelas ini menjadi pertanyaan bagi
penulis mengingat pada satu sisi pemerintah sudah melakukan upaya
meningkatkan profesionalisme guru namun pada sisi lainnya prestasi belajar siswa
belum terdengar kabar yang menggembirakan.
Keadaan ini masih menjadi pertanyaan, apakah berlaku umum misalnya
semua sekolah menghadapi kondisi seperti itu atau hanya sebagian sekolah
tertentu. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh kondisi
profesionalisme guru kaitannya dengan pestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Garut dalam mata pelajaran Qur’an Hadits. Madrasah Aliyah Negeri 1
Garut menjadi pilihan dengan alasan Madrasah Aliyah ini merupakan salah satu
lembaga pendidikan dilingkungan kementrian agama tidak tertutup dari
kemungkinan-kemungkinan adanya masalah pendidikan. Berdasarkan observasi
awal hasil wawancara dengan lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut
prestasi belajar siswa pada umumnya belum memuaskan. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk menggali lebih jauh, mengenai prestasi belajar siswa khususnya
dalam mata pelajaran Qur’an Hadits dan kaitannya dengan kualitas pengajaran
dari tenaga pendidik mata pelajaran tersebut.
Untuk itu penulis bermaksud
mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul :
“PENGARUH
KUALITAS
PENGAJARAN
GURU
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA BIDANG
STUDI QUR’AN HADITS (Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Negeri 1
Garut)”.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang disampaikan masih menggunakan metode lama
dan kurang variatif .
2. Ada sebagian guru yang tidak membekali dirinya dalam mengajar dengan
ilmu keguruan.
3. Rendahnya prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.
4. Rendahnya potensi akademis siswa.
5. Kurangnya peran serta siswa dalam pembelajaran Qur’an Hadits.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis memberikan batasan tentang ruang lingkup
pembatasan permasalahan, yaitu :
1. Kualitas pengajaran guru Qur’an Hadits yang mengajar kelas XI IPA di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut yang mengajar pada tahun 2010/2011.
2. Prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Negeri
1 Garut yang diambil dari nilai rapor semester satu tahun pelajaran
2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas pengajaran Guru Agama Madrasah Aliyah Negeri 1
Garut pada mata pelajaran Qur’an Hadits?
2. Bagaimana Prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Kelas
XI IPA pada mata pelajaran Qur’an Hadits?
3. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pengajaran Guru pada mata
pelajaran Qur’an Hadits terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut?
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas pengajaran guru agama pada mata pelajaran
Qur’an Hadits di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits di
kelas XI IPA semester satu Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kualitas pengajaran guru agama
terhadap prestasi belajar siswa bidang studi Qur’an Hadits di kelas XI IPA
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, untuk dijadikan pra-syarat menyandang gelar sarjana S1 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai calon
pendidik agar dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
dalam mengajarnya.
2. Bagi Guru, meningkatkan kualitas guru dalam mengajar guna mencapai
tujuan pengajaran yang optimal khususnya guru pada bidang studi Qur’an
Hadits.
3. Bagi Siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajarnya dalam mata pelajaran
Qur’an Hadits dan mata pelajaran yang lain.
4. Bagi Sekolah, dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam
melakukan evaluasi kinerja guru dan siswa dan dapat menambah
Khazanah Ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dan umumnya
dimana saja.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESA
A. Kualitas Pengajaran Guru
1. Pengertian Kualitas Pengajaran Guru
Istilah kualitas berasal dari bahasa Inggris (quality) dan sepadan dengan kata
“mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sangat familiar dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum kualitas dapat diartikan “mutu” yaitu
gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para
siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan pula bahwa kualitas memiliki arti tingkat baik
buruknya suatu kadar, derajat, taraf, atau mutu di sesuatu.1
Sesuai dengan arti di atas secara substantif, menurut Sanusi Uwes mutu itu
mengandung dua hal, pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah ”sesuatu yang
menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah sesuatu yang menunjukan
kedudukan dalam suatu skala”.2 Sedangkan secara umum mutu adalah ”gambaran
dan karakteristik yang menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan
kemampuannya di dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat”.3
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,2007) hal. 603
2
Sanusi uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1999), Cet ke-1, h.27
3
Umaidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta : Dirjen Depdiknas,
2001), Cet ke-1, h.26
8
9
Selaras dengan kutipan di atas Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat
diartikan kualitas, “suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya
hasil yang dicapai sesuatu atau seseorang dalam melakukan suatu proses”.4
Adapun definisi mutu menurut Armai Arif adalah “usaha yang dilakukan oleh
seseorang, lembaga (institusi) atau organisasi dalam upaya menyempurnakan
suatu produk, agar produk tersebut bernilai fungsional dan efisien”.5 Jadi mutu
merupakan orientasi utama dari suatu produk sejauhmana suatu produk memenuhi
kriteria, standard atau rujukan.
Dengan demikian dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
mutu/kualitas adalah tingkatan atau kadar sesuatu, baik berupa benda, manusia
atau yang lainnya. Sedangkan dilihat dari tingkatannya, ada kualitas nomor satu,
dua dan selanjutnya. Adapun dari sisi kadar, dapat dikatakan kualitas baik,
kualitas sedang, kualitas rendah dan sebagainya.
Sementara itu secara etimologi istilah pengajaran berakar dari kata “ajar”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti
petunjuk yang harus dikatakan kepada orang lain supaya diketahui(dituruti dan
sebagainya). Dalam bahasa arab diterjemahkan ”Ta’lim” yang berarti pengajaran
(proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan dan perihal mengajar,
melatih).6 Sedangkan pengertian pengajaran secara terminologis tidak dapat di
definisikan secara pasti karena memiliki keanekaragaman makna. Keberagaman
ini disebabkan karena para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam
melihat pengajaran.
Pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “suatu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar”.7
Menurut Alisuf Sabri pengajaran adalah ”pemberian pelajaran atau informasi
pengetahuan dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik,
4
Nurhasan, Konversi Nasional Pendidikan Indonesia: Kurikulum Untuk Abad Ke-21, (Jakarta
: PT.Grasindo, 1994), h. 390.
5
Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta : CRSD PRESS, 2005), cet ke-1, h.22
6
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 278
7
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru
Algasindo,2000), h.29
10
dengan tujuan agar peserta didik memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan
keterampilan”.8
Roestiyah NK mengemukakan empat definisi pengajaran, yaitu pertama,
pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa, kedua, pengajaran adalah
mengajar siswa-siswa bagaimana cara belajar, ketiga, pengajaran adalah
hubungan interaktif antara guru dan siswa, keempat, mengajar adalah interaksi
siswa dengan siswa dan konsultasi guru.9
Pengertian pertama menunjukan hubungan sepihak, dalam arti guru
memegang peran sentral dalam kegiatan pengajaran sementara murid dianggap
pasif dan hanya menerima tanpa komentar. Tujuan pengajaran hanya pada
penguasaan oleh siswa. Pengajaran ini bersifat teacher centered, karena gurulah
yang memegang peranan utama. Sering kali ilmu pengetahuan kebanyakan
diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam
kehidupan sehari-hari. Ini merupakan model pengajaran tradisional yang sampai
kini masih dapat ditemukan pada sekolah-sekolah.
Definisi kedua menunjukan bahwa guru bukan sebagai satu-satunya sumber
belajar, ia hanya sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang
kondusif untuk proses belajar mengajar. Dalam hal ini yang menjadi objek
pengajaran bukan siswa atau materi, tetapi suasana.
Definisi ketiga menunjukan adanya hubungan yang interaktif antara individu,
sementara tugas guru adalah menciptakan situasi agar tiap individu dapat ikut
aktif belajar. Sedangkan pada definisi keempat menunjukan bahwa dengan proses
interaksi, siswa memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian
pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru.
Pengajaran juga bisa disebut dengan mengajar yaitu usaha untuk mencapai
tujuan berupa kemampuan tertentu, atau usaha untuk menciptakan situasi belajar
mengajar yang efektif sehingga siswa yang belajar memperoleh atau meningkat
kemampuannya.
8
Ali Sufsabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet ke-1, h 42.
Roestiyah NK, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta : Bina Aksara, 1986),
Cet.ke-3, hal.41
9
11
Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengungkapkan bahwa
mengajar adalah ”sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara
siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”.10
Dari berbagai pengertian pengajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan secara sengaja antara
guru dan siswa untuk mengelola lingkungan (situasi) agar memungkinkan anak
didik untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut. Definisi ini
juga menunjukan bahwa pengajaran tidak akan dapat terlaksana jika tidak
melibatkan komponen guru, siswa, materi ajar dan situasi yang mendukung.
Definisi guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dan dalam istilah
bahasa Arab banyak kata yang mengacu kepada pengertian guru dan sangatlah
beragam mulai dari kata “Muallim” yang berarti orang yang mengetahui.11
Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin
mengungkapkan bahwa guru adalah ”orang yang layak digugu dan ditiru”.12
Digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan
diyakini kebenarannya oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang
datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu
dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru
menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bicara
dan cara berprilakunya sehari-hari.
Selanjutnya definisi guru yang dikemukakan oleh E Mulyasa, guru adalah
”pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik
dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin”.13
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 2002), Cet. Ke-17, h.182
11
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi Pemikiran
Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), cet ke-1, hal 41.
12
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Dan Implentasi Kurikulum, (Jakarta Quantum
Teaching, 2005), Cet. Ke-1, h.7
13
E mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.ke-6,
h.37.
12
Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang yang pernah
memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau
kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik, guru tari dan lain-lain”.14
Merujuk kepada pengertian di atas maka guru adalah seseorang yang
pekerjaannya mengajar atau orang yang tugasnya mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya. Guru merupakan sosok teladan dan salah satu
sumber pengetahuan bagi siswanya, sehingga sudah sewajarnya jika mereka
memilki kualitas yang tinggi. Dengan memilki kualitas kerja yang tinggi maka
diharapkan akan menghasilkan siswa yang memiliki prestasi yang tinggi pula.
Dikarenakan keberadaan seorang guru itu sangat penting dan utama, maka
mereka dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Oleh
sebab itu, guru hendaknya selalu mampu meningkatkan dan memperluas
pengetahuan serta wawasan baik secara formal maupun non formal.
Mengajar merupakan suatu
perbuatan yang memerlukan tanggung jawab
moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung
pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik maka akan
tampak perubahan yang berarti pada diri siswa, seperti sikap positif dalam
belajarnya dan prestasi belajar akan semakin meningkat. Bagi guru sendiri
keberhasilan akan mampu meningkatkan kepuasan kerja, rasa percaya diri dan
semangat kerja yang tinggi.
Dengan demikian pengertian kualitas pengajaran guru adalah tingkatan mutu
atau baik buruknya seorang pendidik dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada siswanya serta tingkatan atau baik buruknya seorang guru
dalam melakukan suatu proses interaksi antara guru dengan anak didiknya dalam
rangka mengelola situasi yang memungkinkan anak didik untuk melaksanakan
kegiatan belajar. Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan guru yang
berkualitas yang memiliki ciri dan karakteristik serta kemampuan yang
profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik.
14
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2001), Cet. Ke-13, h.138
13
2. Kedudukan dan Peran guru Dalam Proses Pembelajaran
Sejak dulu dan sampai sekarang guru menjadi anutan masyarakat. Guru tidak
hanya diperlukan oleh murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh
masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang
dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukan guru pada tempat yang
terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri tauladan, di
tengah-tengah membangun dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi.
Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.15
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru
diberikan tugas yang berat. Namun lebih berat lagi mengemban tanggung jawab,
sebab tanggung jawab itu tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah tetapi juga di
luar sekolah. Pembinaan yang harus diberikan guru tidak hanya secara kelompok
tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu memperhatikan
sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya tidak hanya di sekolah tetapi juga
di luar sekolah.
Ajaran agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru/ulama), sehingga mereka pantas untuk mencapai taraf
penghormatan dan kedudukan yang tinggi. Penghormatan dan kedudukan yang
tinggi ini amat logis diberikan kepadanya, karena dilihat dari jasanya yang
demikian besar dalam membimbing dan mengarahkan, membentuk akhlak dan
memberikan pengetahuan sehingga anak didik siap menghadapi hari depan
dengan penuh rasa percaya diri dan dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan di
muka bumi ini.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, Sardiman
AM menjelaskan bahwa ”peranan guru sebagai informator, organisator, motivator,
pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, evaluator”.16
Sedangkan Piet A. Sahertian mengutip pendapat Watten B dalam menjelaskan
peranan guru sebagai “tokoh terhormat dalam masyarakat, penilai, seorang
sumber, pembantu, wasit, detektif, objek identifikasi, penyangga rasa takut, orang
15
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional…, h.7-8
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Ed. 1, Cet. h.144-146
16
14
yang menolong memahami diri, pemimpin kelompok, orang tua/wali, orang yang
membina dan member layanan, kawan sekerja dan pembawa rasa kasih sayang”.17
Peranan guru menurut Adams dan Decey dalam Basic Principles of Student
Teaching, yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru
Profesional” antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,
pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan
konselor.18
Yang akan penulis kemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling
dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.19
2)
Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan
aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Di antara kegiatankegiatan pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas, yang terpenting
ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan
para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna. Selain itu, kondisi dan
situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua
arah maupun multiarah antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat
berjalan secara demokratis.20
3)
Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
17
Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta : Andi Offset, 1994), h.14
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…, h.9
19
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…, h.9
20
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., h.253
18
15
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan
demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang
bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat
kabar.21
4)
Guru Sebagai Evaluator
Sebagai evaluator yakni guru sebagai penilai hasil belajar. Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan
prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu
pembelajaran.22 Guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang di capai oleh siswa
setelah ia melaksanakan proses belajar.
Selain itu profesi guru juga memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh
dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas pokok seorang guru
adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Moh. Uzer Usman
mengelompokan tugas guru ke dalam tiga jenis, yaitu : tugas profesi, tugas
kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.23
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
21
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., h.253
23
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.6
22
16
menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Tugas guru dalam bidang masyarakat diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran Guru
Dalam suatu pengajaran banyak hal atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pengajaran seorang guru, karenanya untuk menjadikan
proses pengajaran yang dilakukan menjadi berkualitas seyogyanya harus
ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya agar proses belajarmengajar menjadi lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan, adapun hal-hal
yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut diantaranya adalah :
1. Kemampuan Membuat Perencanaan Pembelajaran.
Sebelum membuat perencaaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu harus
mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara teoritis dan
praktis unsusr-unsur yang terdapat dalam perencanaan pengajaran. Kemampuan
dalam merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala
pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang
obyek belajar dan situasi pengajaran. Keterampilan dalam menyusun rencana
pengajaran ini adalah merencanakan pengelolaaan kegiatan belajar mengajar,
merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, merencanakan pegelolaan
kelas, merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran dan merencanakan
penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran.24
2. Kemampuan Dalam Menjelaskan
Yang dimaksudkan dengan keterampilan dalam menjelaskan dalam pengajaran
ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk
menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya sebab
dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
24
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.121
17
Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari
kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.25
3. Kemampuan Menggunakan Media Pembelajaran
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu
untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan
pengajaran. Peranan alat bantu memegang peranan yang sangat penting sebab
sebagai adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Media atau alat pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang
timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Dengan kata lain, terjadi
komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara
siswa dengan penyaur pesan (guru).26
4. Kemampuan Menggunakan Metode
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode mengajar
merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan
pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan
adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif. Penggunaan metode
mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa
maupun antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan
secara maksimal.27
5. Kemampuan Mengelola Kelas.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannnya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika
25
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.89
Sri Anitah W, Dkk, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008),
Cet.4, h.6.6
27
Sri Anitah W, Dkk, Strategi Pembelajaran di SD...,h.5.4
26
18
guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.28
6. Kemampuan Mengevaluasi
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pengajaran perlu dilakukan
usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi artinya penilaian terhadap
tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
program. Tujuan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai
oleh siswa, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya, untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar, untuk mengetahui hingga sejauhmana siswa telah mendayagunakan
kapasitasnya kognitifnya untuk keperluan belajar dan untuk mengetahui tingkat
daya guna dan hasil guna metoda mengajar yang telah digunakan guru dalam
proses belajar mengajar.29
Kualitas guru dalam mengajar pada hakekatnya merupakan hasil interaksi
dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang datangnya dari
dalam dan luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor internal)
antara lain adalah faktor kesehatan, potensial, bakat, sikap dan kepribadian.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain
faktor kepemimpinan kepala sekolah, anak didik dan sarana.
Menurut kartini kartono terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi mutu
guru antara lain adalah ”faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi kecerdasan,
keterampilan, dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian
dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana
prasarana”.30
Kedua faktor tersebut menunjukan bahwa guru sebagai ahli pendidikan dan
pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk
selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan guru menjadi lebih
kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang
juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta kegiatan28
Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional…,h.97
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h. 142
30
Kartini Kartono, Menyiapkan Dan Memandu Karier, (Jakarta : CV. Rajawali, 1985), h.23
29
19
kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam pengajaran (pendidikan dan pelatihan, seminar, dan
penataran-penataran).
Untuk meningkatkan kualitas guru perlu dipertimbangkan faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bagaimanapun
baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta pembinaan yang telah diupayakan
dengan baik oleh kepala sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki
kemauan maka semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya
kemauan kecakapan serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru maka segala
kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk selalu berusaha
meningkatkan kemampuannya.
Dengan demikian faktor internal pada guru merupakan faktor yang utama dan
mendasar dalam meningkatkan kualitas mengajar guru, juga dalam menentukan
keberhasilan dan pencapaian tujuan pendidikan, karena guru merupakan ujung
tombak dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Namun faktor
eksternal juga merupakan penunjang bagi guru dalam meningkatkan kualitas
mengajarnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalankan
fungsinya sebagai supervisor untuk meningkatkan kualitas mengajar guru
diantaranya adalah membina dalam program pengajaran, membina dalam
pengelolaan pengajaran, membina dalam menyusun evaluasi pengajaran, member
kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan
meningkatknya kualitas mengajar guru maka diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami
oleh siswa. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
20
interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Seringkali rumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain.
Berikut uraian tentang belajar:
Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat syaraf. Belajar adalah
proses pembentukan Stimulus Respon (S-R) atau hubungan-hubugan tertentu
dalam sistem urat syaraf sebagai hasil respon terhadap stimulus. Definisi lain,
belajar adalah penambahan pengetahuan. Selain itu belajar juga merupakan proses
perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.31
Belajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui pengalaman.32
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
dalam diri seseorang. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
daripada itu, yakni mengalami. Dapat dikatakan bahwa orang yang belajar tidak
sama keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar itu.
Menurut Harold Spears belajar yaitu: “Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” Jadi belajar itu
terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri.33
Hilgard mengatakan: “Learning is the process by which an activity originates
or is changed through training procedure (whether in the laboratory or in natural
environment) as distringuished from changes by factor not attributable to
training”. Belajar adalah proses mencari ilmu yang yang terjadi dalam diri
seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi
perubahan dalam diri.34
Gagne, dalam buku The Conditions of learning sebagaimana yang dikutip oleh
Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “belajar terjadi apabila suatu situasi
31
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1,
h. 34
32
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 5,
h. 36
33
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan: Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 1, h. 54-55
34
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet.
4, h. 29
21
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.35
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Perubahan tingkah laku tersebut untuk memperoleh tujuan
pendidikan.
2. Teori Belajar
Proses tentang belajar sebagai proses psikologis, terjadi dalam diri seseorang
dank arena itu sukar diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prose
situ kompleks, maka timbulah beberapa teori tentang belajar, yaitu sebagai
berikut:
a. Teori Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masingmasing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk
melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai
contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal katakata, angka atau istilah asing.36
b. Teori Ilmu Jiwa Gestalt
Menurut teori ini, kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Hal ini
berdasarkan pada kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang penting adalah
pada penyesuaian pertama, yakni mendapatkan respon yang tepat. Karena
penemuan respon yang tepat tergantung pada kesediaan diri si subyek belajar
dengan segala panca inderanya. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua
panca indera itu sangat diperlukan. Menurut teori ini memang mudah atau
sukarnya suatu pemecahan masalah itu tergantung pada pengamatan.
Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian
pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang
35
36
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1990), Cet. 5, h. 84
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar….,h.30
22
terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya
memasukan sejumlah kesan.37
c. Teori Ilmu Jiwa Asosiasi
Dalam teori ini terdapat dua teori, yaitu teori konektionisme dan teori
conditioning. Menurut teori konektionisme, belajar merupakan pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Sedang menurut
teori conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response).
Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihanlatihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang
terjadi secara otomatis.38
3. Prestasi Belajar
Kata ”prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu “Prestatie” yang kemudian
dalam bahasa indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil dari usaha.39Prestasi
belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “Prestasi” dan
“Belajar”, mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang
prestasi belajar, penulis menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individual atau kelompok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan).40
Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan
Kompetensi Guru, yang mengutip dari Mas’ud Khasan Abdul Qahar, Bahwa
Prestasi adalah “apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”, Dalam buku
yang sama Nasrun Harahap, berpendapat Bahwa Prestasi adalah “ Penilaian
37
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008),h.19
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan...,h.91
39
Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Intruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : Remaja
Rosda Karya, 1996), h.2
40
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed-III, cet-IV, h. 895.
38
23
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.41
Dari pengertian diatas dapat dimengerti bahwa Prestasi adalah Suatu kegiatan
seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Menurut Winkel prestasi belajar adalah “hasil suatu penilaian dibidang
pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam
bentuk nilai”.42 Nana Sudjana memberi pengertian tentang prestasi belajar sebagai
kemampuan
yang
dimiliki
siswa
setelah
ia
menerima
pengalaman
43
belajarnya. Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
adalah
“Penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru”.44
Dari pengertian hasil belajar yang sebagaimana telah diuraikan diatas, maka
dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan-kegiatan belajar yang optimal
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna bagi perkembangan
diri selanjutnya, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian
nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah
menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini
dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
Dengan adanya prestasi belajar, siswa-siswa akan mengetahui hal-hal yang
penting, yaitu siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya dan juga
kekuatan-kekuatannya, dengan begitu ia pun dapat memikirkan apa yang dapat
harus dilakukannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan belajar sehingga ia
41
Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1994), Cet ke 1, hal 20-21.
42
Ws, Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 102.
43
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), cet.-IV, h. 22.
44
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hal 787.
24
dapat memperbaikinya di waktu mendatang agar memperoleh prestasi belajar
yang lebih baik.45
Dalam proses penilaian hasil belajar, pengukuran mempunyai peranan yang
sangat penting, yakni untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan
tujuan penilaian yang bersangkutan. Dengan demikian, pengukuran dengan
sifatnya yang lebih obyektif dapat mendukung obyektifitas suatu proses penilaian
hasil belajar.
Berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta
didik, tes prestasi belajar dapat digolongkan menjadi enam golongan sebagai
berikut:46
a. Tes seleksi, tes ini dilaksanakan dalam rangka menyeleksi siswa baru,
dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang
tergolong baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
b. Tes awal, tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh
peserta didik.
c. Tes akhir, tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
semua materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.
d. Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk melaksanakan secara
tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu.
e. Tes formatif, adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
sudah sejauh manakah peserta didik “sudah terbentuk” sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan
f. Tes sumatif, adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan.
45
H.C. Witherington, Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), Ed.
3, h. 172
46
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 68-72
25
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang
berjalan dengan lancar dan kadang-kadang tidak, kadang cepat menangkap apa
yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat
pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa berkonsentrasi
dalam belajar. Demikian kenyataannya yang sering kita jumpai pada setiap siswa
dalam kehidupannya sehari-hari didalam aktivitas belajar-mengajar.
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga
menyebabkan perbedaan dalam prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat
sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya,
semuanya akan membantu dalam proses dan prestasi belajar siswa. Siswa yang
kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung
cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam
menerima pelajaran.
Disamping kondisi diatas, merupakan hal yang penting juga memperhatikan
kondisi pancaindera. Dengan memahami kelbihan dan kelemahan pancaindera
dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalvm
memilih dan menetukan jenis rangsangan atau stimulus dalam proses belajar.47
2) Faktor Psikologis
Faktor kedua dari faktor intenal adalah faktor psikologis. Setiap siswa pada
dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, dan tentunya hal ini
47
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 24
26
akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar masing-masing siswa. Beberapa
faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian,
minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.
Pertama, intelegensi, yaitu kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
tehadap situasi baru, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif dan
kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat. Menurut
Reber, intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang cepat.48 Sedangkan
menurut Wechler, intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul
dengan lingkungan Intelegensi merupakan suatu potensi, sehingga seseorang yang
memiliki intelegensi tinggi mempunyai peluang yang besar untuk memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik.
Kedua, perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang tertuju pada suatu obyek. Untuk
dapat menjamin prestasi belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada
obyek-obyek yang dapat menari perhatian siswa, bila tidak maka perhatian siswa
tidak akan terarah pada obyek yang sedang dipelajarinya.
Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan sebagai kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan kegiatan belajar. Menurut Muhibbin, minat adalah
“kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu”.49 Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu, tidak adanya minat seorang anak terhadap
suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak
sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada
tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti
pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.
48
49
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h.133-134.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h.136
27
Menurut Chaplin dan Reber, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.50 Dengan
demikian bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih
mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang
harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat
bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak
suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya
rendah.
Keempat, motif dan motivasi. Motif diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam setiap diri manusia pada
umumnya mempunyai dua macam motif, yaitu motif yang sudah ada dalam diri
seseorang yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut
intrinsic motive. Motif lainnya adalah motif yang datang dari luar, yakni karena
ada pengaruh situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive. Motivasi
adalah seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Kelima, kognitif dan daya nalar. Pembahasan mengenai ini meliputi tiga hal,
diantaranya, persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah penginderaan
tehadap suatu kesan yang timbul dala lingkungannya. Mengingat adalah suatu
aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari
masa yang lampau. Berpikir adalah proses dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dunia nyata. Jadi yang membedakan satu siswa dengan siswa lainnya
adalah kadar kekuatan daya nalarnya.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat berupa
lingkungan sosial. Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan
sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara
50
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h135
28
kurang tentunya akan berbeda belajar di pagi hari yang udaranya masih segar
dengan ruangan yang cukup mendukung.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga
dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Hirik pikuk lingkungan
sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain juga
akan berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan. Faktor-faktor
instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan prasarana dan guru, yang
jelas sangat besar pengaruhya dalam proses dan prestasi belajar siswa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah
sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi
belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Kelemahan dari salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang
dicapai siswa di sekolah di dukung oleh faktor internal dan eksternal seperti
tersebut diatas.
5. Indikator Prestasi Belajar Siswa
Menurut Bloom ada tiga indikator hasil belajar siswa, yaitu dimensi kognitif,
adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan
memecahkan masalah seperti pengetahuan aplikatif, sintesis, analisis dan evaluasi.
Sedangkan dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap,
nilai, minat dan apresiasi. Dan untuk dimensi psikomotorik adalah kemampuan
yang berhubungan dengan keterampilan motorik.51
Adapun pengungkapan indikator prestasi belajar seseorang biasanya terlihat
dari prilakunya. Baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan
berfikir dan keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau
perilaku seseorang merupakan hasil belajar atau cerminan dari prestasi belajarnya.
51
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran..., hal. 254-271.
29
Biasanya prilaku yang terlihat dari seseorang yang memiliki prestasi belajar yang
baik adalah seperti selalu atensi dan perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, selalu menghargai guru dan temantemannya.
Indikator prestasi belajar yang dimaksud adalah tanda kesuksesan atau
keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk mengetahui sukses atau tidaknya siswa
dalam belajar maka seseorang guru perlu melakukan pengukuran atau penilaian.
Sebagaimana dijelaskan Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan menyebutkan : “ada 3 ranah yang perlu dilakukan dalam pengukuran
kegiatan evaluasi yaitu : Pertama, ranah kognitif (Dapat menjelaskan alasan
menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi), Kedua,
ranah apektif (Kemauan dalam menerapkan hasil pelajaran), Ketiga, ranah
psikomotorik (Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan
konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek
kehidupan sehari-hari) ”52
C. Kerangka Berpikir
Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang
sangat penting selain komponen yang lainnnya, seperti tujuan, kurikulum, metode,
sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Guru juga berperan penting dalam
kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan
dengan murid. Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya
setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa
agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
proses belajar mengajar.53
Hasil akhir yang diharapkan dari proses pembelajaran adalah perubahan
perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran ini tentunya harus berjalan secara
52
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
h.114
53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…,h.252
30
optimal, untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik, salah
satunya adalah kualitas pengajaran seorang guru.
Guru sebagai pendidik formal di sekolah, memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran di sekolah. Selain itu guru
juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama guru agama
dalam mengajar bidang studinya, karena guru agama dalam mengajar bukan
hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Oleh
sebab itu guru dituntut mempersiapkan diri agar memiliki keterampilan dan
kualitas pengajaran yang baik.
Jika guru tidak memiliki keterampilan dan kualitas pengajaran yang baik,
tidak mustahil seorang guru tidak akan mudah dalam merealisasikan fungsi dan
peranan guru dalam proses belajar mengajar. Dan hal ini juga bisa berpengaruh
besar pula terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu kualitas pengajaran
yang baik salah satunya adalah ditunjukan dengan adanya prestasi belajar siswa
yang baik pula.
Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa betapa pentingnya
kualitas pengajaran guru dalam proses pembelajaran, apalagi dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa keberadaan guru yang berkualitas pasti akan
sangat dibutuhkan oleh siswa.
D. Hipotesa
Hipotesa merupakan suatu pernyataan yang sangat penting kedudukannya
dalam penelitian. Dari arti katanya, hipotesis berasal dari dua penggalan kata
“hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Yang
kemudian hipotesis yang cara penulisannya yang ejaannya disesuaikan dengan
ejaan bahasa indonesia yaitu hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.54
Ada dua hipotesa yang digunakan dalam penelitian. Perama, hipotesa kerja
atau hipotesis alternative (Ha). Hipotesa kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Kedua,
54
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Dalam Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ke-8, hal. 71
31
yaitu hipotesa Nol (Ho), hipotesa nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara
dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.55
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah:
Ha : Adanya pengaruh antara kualitas mengajar guru Qur’an Hadits terhadap
prestasi belajar siswa.
Ho : Tidak adanya pengaruh antara kualitas mengajar guru Qur’an Hadits
terhadap prestasi belajar siswa.
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Dalam Pendekatan Praktik..., hal. 74
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini, penulis melakukan penelitian secara langsung di MAN 1 Garut yang
berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Koropeak, Kecamatan Karangpawitan,
Kabupaten Garut.
Sedangkan waktu yang dilakukan dalam proses penelitian ini yaitu dari bulan
November-Desember 2010.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey yaitu penelitian melihat
dan meneliti serta mengamati segala bentuk pembelajaran di sekolah. Sedangkan
untuk mengetahui tingkat kualitas pengajaran guru agama di dalam proses
pembelajaran, penulis menggunakan persepsi siswa sebagai tolak ukur dalam
melihat dan menilai kualitas pengajaran guru.
Selanjutnya untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini, penulis
menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasi, didukung oleh
data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research).
32
33
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.1 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Ajaran
2010/2011 yang berjumlah 121 siswa, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1 Data Jumlah Siswa Kelas XI IPA
No
Kelas XI IPA
Jumlah Populasi
1
Kelas XI I (IPA)
40
2
Kelas XI II (IPA)
40
3
Kelas XI III (IPA)
41
Jumlah
121
Sumber: Data BK Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2010/2011
Menurut Suharsimi, untuk menentukan sampel yang populasinya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya menjadi penelitian
populasi. Tetapi, jika jumlah populasinya besar, dapat diambil antara 10 – 15%
atau 20 – 25% atau lebih.2 Populasi pada penelitian ini adalah 121 orang siswa,
atas dasar pertimbangan waktu, tenaga, dan dana, maka peneliti menetapkan
jumlah sampel 25% dari populasi, yaitu 0,25 x 121 = 30.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek
pengamatan penelitian. Variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Sesuai dengan permasalahan yang
sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel
Bebas
(Independent
Variabel)
adalah
variabel
yang
mempengaruhi terhadap suatu gejala yang disebut dengan variabel X.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah: Kualitas
Pengajaran Guru di MAN 1 Garut.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 129
2
SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik..., h.134.
34
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas yang disebut dengan variabel Y. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Prestasi belajar Siswa/i pada
bidang studi Qur’an Hadits yang diperoleh dari nilai rapor semester satu
kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut 2010/2011.
E. Metode Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi, metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.3 Untuk memperoleh data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan berbagai metode antara lain:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi
tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.4
Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan dengan seksama terhadap
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru Qur’an Hadits di dalam kelas
ketika melaksanakan pembelajaran dan mengamati keadaan lingkungan sekolah
seperti, fasilitas, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana, dan lain-lain.
2. Wawancara
Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data
dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah dan tujuan yang telah ditentukan.5 Wawancara dilakukan dalam
bentuk dialog langsung dengan Guru Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Negeri 1
Garut kelas XI IPA untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam
penelitian.
3. Angket / Kuesioner
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada
seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab dilakukan
3
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) Cet.-IX, h.100.
WinaSanjaya, PenelitianTindakanKelas (Jakarta: Kencana: 2009), h. 86.
5
Anas Sudijono, PengantarEvaluasiPendidikan..., h. 82.
4
35
dengan tertulis.6 Jadi metode angket dapat dikatakan sebagai suatu metode
pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan secara tertulis kepada
responden yang dikenai penelitian. Angket dalam penelitian ini adalah angket
tertutup yaitu berisi pertanyaan yang disertai jawaban-jawaban yang telah
tersedia dan harus dipilih oleh responden. Dalam penelitan ini data yang diambil
melalui angket adalah melalui seperangkat instrumen pertanyaan yang
akan
diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel penelitian.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sumber data yang berupa data atau barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, dokumen nilai, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data nilai raport semester satu siswa kelas XI
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Ajaran 2010/2011.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Editing. Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
responden. Tujuannya untuk merapihkan
data agar bersih dan rapi
sehingga dapat mengadakan pengolahan lebih lanjut.
b. Skoring. Yaitu pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang
terdapat dalam angket, dengan memperhatikan jenis data yang ada,
sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak
diberi skor.
c. Tabulating. Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap
item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai
6
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian…, h. 101.
36
kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan
yang lain.
2. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis
data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik
deskriptif prosentase sebagai berikut:
P = f x 100%
n
Keterangan:
P = Angka prosentase
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
N = Number of cases
Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan skoring untuk
menentukan skor masing-masing responden. Semua pertanyaan dan pernyataan
setiap itemnya dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:
Tabel 2
Skor Item Alternatif Jawaban Responden
Positif (+)
Negatif (-)
Jawaban
Skor
Jawaban
Skor
Selalu
4
Selalu
1
Kadang-kadang
3
Kadang-kadang
2
Pernah
2
Pernah
3
Tidak Pernah
1
Tidak Pernah
4
37
Kemudian dengan melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi
sebagai berikut:
Tabel 3
Klasifikasi Skor Angket
Klasifikasi
Ket. Jumlah Skor Jawaban
25-50
Rendah
25-50
Sedang
76-100
Tinggi
Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah korelasi product moment,
secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahap:
a. Mencari angka korelasi dengan rumus
N  xy – (x) (y)
rxy=
[Nx2 – (x)2 ] [ Ny2 – (y)2]
Keterangan:
Rxy
: Angka indeks korelasi “r” product moment
N
: Number of cases
xy
: Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
X
: Jumlah seluruh skor X
y
: Jumlah seluruh skor Y7
7
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo, 2006), h. 206
38
Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment.
a) Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu denag dengan mencocokkan
hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment
seperti dibawah ini:
Tabel 4
Tabel Interpretasi Nilai “r”
“r” disini adalah tanda untuk rumus Product Moment”
Besarnya
“r” Product
Interpretasi
Moment
0,00-0,20
korelasi sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi
antara variabel X dan Variabel Y)
0,20-0,40
terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40-0,70
terdapat korelasi yang sedang atau cukupan
0,70-0,90
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90-0,100
terdapat korelasi yang sangat tinggi atau sangat
kuat (sempurna)
b) Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt),
dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress of
freedom (df) yang rumusnya adalah:
Df = N – nr
Ket:
Df
N
nr
= degrees of freedom
= number of cases
= banyaknya variabel yang dikoreasikan.
39
Dengan diperolehnya df atau db maka dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel nilai “r” product moment taraf signifikasi 5%. Jika ro sama
dengan atau lebih besar daripada rt maka Ha disetujui atau terbukti kebenarannya.
Jika sebaliknya maka Ho tidak disetujui atau tidak terbukti kebenarannya.8
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi variabel
x terhadap variabel y, dipergunakan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determination (kontribusi variabel x terhadap variabel y)
R = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
G. Instrument Penelitian
Kisi-kisi instrumen dalam penyusunan angket (daftar pertanyaan) tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Instrumen Penelitian
Butir Soal
Variabel
Kualitas
Dimensi
Pendahuluan
pengajaran
guru
Kegiatan inti
Indikator
1.
Positif
Mendeskripsikan
tujuan pengajaran
Negatif
1
2. Memberikan apersepsi
3
2
3. Memberikan pre-test
5
4
1. Menyampaikan materi
7
6
2. Penguasaan materi
8
3. Kesesuaian
materi 9
dengan pokok bahasan
4. Kesesuaian
materi
dengan
tujuan
pengajaran
8
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan..., h. 193
10
40
5. Metode
pengajaran 11
12
yang di pakai
6. Penggunaan
media 13
pengajaran
7. Kemampuan
14
15
16
17
melakukan feed back
Kegiatan
(penutup)
akhir 1. Melakukan penilaian/
evaluasi
2. Menarik kesimpulan
18
3. Memberikan motivasi
4. Gambaran materi untuk 20
pertemuan akan datang
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Lingkungan Madrasah
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani,
Koropeak, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Lokasi ini di satu sisi
berada di lingkungan pesantren dan di sisi lain berada di lingkungan industri kulit.
2.
Visi dan Misi
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, era informasi, globalisasi yang
semakin merambah hampir semua aspek kehidupan berubah dan berkembangnya
kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu madrasah untuk
merespon tantangan sekaligus peluang itu. MAN 1 Garut memiliki pandangan
yang menggambarkan profil madrasah yang diinginkan di masa datang sebagai
berikut :
Visi
”Madrasah Berkualitas yang melahirkan lulusan yang Islami, mandiri, dan
kreatif.”
Misi
 Mewujudkan insan bertaqwa, cerdas dan terampil melalui proses pendidikan
kreatif.
41
42
 Mewujudkan lingkungan madrasah yang Islami.
 Mewujudkan madrasah yang berprestasi.
 Mendorong peran masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
 Mewujudkan pelayanan pendidikan yang profesional.
3. Sarana dan Prasarana
a. Tanah dan Halaman
Tanah madrasah sepenuhnya berstatus hak milik. Luas areal seluruhnya
14557 m2. Penggunaan dan pemagaran tanah sebagai berikut :
1.
Penggunaan : Luasnya/M2
Bangunan Pekarangan Kebun Taman/Kolam Lapangan Jumlah
4.529
1.120
105
400
6.154
Belum
Pakai
8.403
2. Pemagaran : Panjang/M2
Tembok Besi
850
Kawat
Bambu
Jumlah
Duri
50
Kurang
Rencana
900
b. Gedung Madrasah
Bangunan madrasah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas
untuk menunjang kegiatan pembelajaran memadai.
Tabel 6
Keadaan Gedung/Ruang MAN 1 Garut
Jumlah/Kondisi
Jenis Ruang
B
Jenis Ruang
RR RB Luas
Jumlah/Kondisi
B
RR RB Luas
1. R. Kepala Mdrs
1
80
15. R. Kesenian
2. R. Guru MP
1
160
16. R. UKS/PMR
1
27
3. R. Tata Usaha
1
80
17. R. Pramuka
1
18
4. R. Guru BK
1
44
18.R.Tunggu/Tamu
5.R.Belajar/Kelas
20
1869
19. Kantin/Koperasi
1
35
-
20. Aula
1
220
6. R. Perpustakaan
4
-
-
43
7. R. Lab. Kimia
2
125
21. Tempat Parkir
1
28
8. R. Lab. Bio./Fis.
1
100
22.RumahDinas/Mes 1
75
9. Unit Produksi
1
100
23. Gudang
1
33
10. Mesjid
1
108
24. Multi Media
1
100
11. Urinoir / WC
13
27
25. Pos Penjagaan
1
16
12. R. OSIS
1
6
26.Kantin Belakang
1
9
13. R. Keterampilan
4
600
27. R. Lab. Bahasa
1
100
14. L. Olah Raga
1
678
JUMLAH
4.629
Keterangan : B = Baik. RR= rusak ringan
RB= Rusak Berat
4. Personil Madrasah
Keberadaan MAN I Garut bermula dari didirikannya Sekolah Persiapan Institut
Agama Islam Negeri ( SPIAIN ) pada tahun 1968 yang berlokasi di Jl. Ciledug
No. 101 Garut. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No. 17 tahun 1978
pada tahun 1978 SPIAIN Garut diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri I Garut.
Pimpinan madrasah yang pernah bertugas di MAN 1 Garut sejak awal berdirinya
sebagai berikut :
Tabel 7
Pimpinan Madrasah yang pernah bertugas di MAN 1 Garut
NO
NAMA
PERIODE TUGAS
1
Drs. A. Masor
Tahun 1978 s.d 1983
2
Drs. Apipudin Riayatsyah
Tahun 1983 s.d 1986
3
D. Rijaludin
Tahun 1986 s.d 1987
4
Drs. Tamjid
Tahun 1987 s.d 1992
5
Drs. Ijom Suwarsono
Tahun 1992 s.d 2000
6
Holil, S.Ag.
Tahun 2000 s.d 2006
7
Drs. H. Abdul Fatah, MA
Tahun 2006 s.d 2010
8
Drs. H. Hawasi, M.Pd.I
Tahun 2010 - sekarang
44
Jumlah seluruh personil madrasah sebanyak 74 orang, terdiri atas guru 53
orang, karyawan tata usaha 11 orang, laboran 5 orang, pesuruh 3 orang, penjaga
madrasah 1 orang, dan satpam 1 orang.
5. Keadaan Personil Madrasah
Tabel 8
Keadaan Guru dan Staff
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
NAMA
Drs.H. HAWASI, M.Pd.I
Drs.H.AMIR SYARIFUDDIN
Drs. TANTO JAUHARI
NY. SUHADA, S.Pd
AI SUPIATI, S.Ag
Drs. AWIT SUMA H
Dra. HERA SRI MUDZAKKIR,M.Pd
Drs. UUS SUDIONO, M.MPd
Dra. ANI RAHMATIYAH
AA SUPRIHAT, S.Ag
A N A S, S.Ag
Dra. EKA NURMAHERWATI,M.MPd
Dra. DEDEH WIDARSIH, S.Pd
Drs. H. DADANG HERMAWAN,MPFis
Drs. HENDI SUHENDI
Dra. DEDE SUSANNA
Drs. GAYADI ARYADI ZATI S.
TATA SAPTA, S.Pd
Drs. WAHYUDI
Drs. SUFYAN MUNAWAR D
ARI WINARTI, S.Pd
Drs. SARIP ASBULOH, M.Pmat
IDA HALIMAH, S.Pd
SITI ROHMAH, S.Pd
Drs.IHSAN ANWARI
ABDUL HAMID, S.Ag
Dra. HJ. N. UCU TITIN S, S.Pd
NITI NIRMALA,S.Pd
Dra. ENOK SOBIHAH
DEWI MARDIANI, S.Ag, MA
YATI ROHAYATI, S.Pd
JAMI'AH, S.Pd
NANDANG SURYANA, S.Pd
DAIS HAMIDAH,S.Pd
ASEP WAHYUDIN, S.Pd
GOZAIN MUDZAKIR,S.Ag, S.Pd
RENNI HADYANTI, S.Pd.
AI NUR INTAN, S.Pd.
CECEP SA’BAN RUHIAT, S.Ag., MA
TONI YADI MULYADI, S.Pd
MUMU SITI MUFLIHAH, S.Pd.
ENJANG HASAN, S.Pd.I
JABATAN
Kepala
Guru
Waka Sarana
Guru
Koor BP/BK
Waka Humas
Waka Kesiswaan
Kep Perpustakaan
Kep Lab IPA
Pelk BP/BK
Ket Unit Tabus
Pelk BP/BK
Pemb KIR
Pemb PMR
Kep Lab Bhs&MM
Pelk BP/BK
Ket Program
Pemb Paskibra
Waka Kurikulum
Kep Lab Agama
Pemb. OSIS
Pemb Olah Raga
Pemb. Pramuka Pi
Pelk BP/BK
Pemb PKS
Pemb. Pramuka Pa
Pustakawan Siswa
Pemb Seni
Pelk BP/BK
GURU
Guru
Ket Unit Otomotif
Ket Unit Elektro
Guru
Koor Keterampilan
Ket Program IPS
Guru
Guru
Ket Prog. Agama
Guru
Guru
Pelk BP/BK
MAPEL
Fiqih
Al Qur'an Hadits
Sosiologi
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
Matematika
Matematika
Sejarah
Biologi
SKI
Fiqih
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
Fisika
Matematika
Bahasa Indonesia
Kimia
Biologi
Bahasa Inggris
Aqidah Akhlak
Geografi
Matematika
Kimia
Fisika
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Ekonomi
Biologi
Sosiologi
Aqidah Akhlak
Ket.Tata Busana
Ket.Otomotif
Ket.Elektro, TIK
Bahasa Arab
Ket.Otomotif
Sosiologi
Ekonomi
PKn
Al Qur'an Hadist
Bhs Indonesia
Ekonomi
Fikih
STATUS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
45
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
ENENG NENA HANDAYANI,S.Pd
ANANG RUSTAMAN, S.Pd.
JAJA SURYAMAN, S.Pd.
BAGUS MUHAJAR, BA
DADANG HAMINDAR, S.Pd.
YENI NOOR AZIZAH , S.Ag.
RONI SUPRIATNA, S.Pd.
LUKMANUL HIKMAT, ST
NURYANTINI, S.Pd
NURNAWATI, S.Pd
TUTI HARYATI, S.Ag
Hj. DJAMILAH HERYATI, S.Pd.I
MAMAT RACHMAT
UTANG SUTISNA
IDA ROSIDA
ERNA SAMSIDAR
DJUHANA
N. HAJAR MARTINI
RUTI RINAKANTI
AHMAD JAELANI
NUNANG JUHANA
UUD
ARUNI KISMAN ARIF WIGUNA
AI JUARIAH
WAWAN SUTARWAN
ASEP SETIAWAN
NENDI RUKANDI
NANA JUHANA
MUFLIH MOH DARUS
RUDI
KARNA
NANA SURYAMAN
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Kepala T U
Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
Tata Usaha
Laboran Elektro
Laboran T. Busana
Laboran Otomotif
Tata Usaha
Penjaga Madrasah
Tata Usaha
Pesuruh
Pesuruh
Laboran IPA
Pesuruh
Laboran Komputer
Petugas Satpam
Matematika
Penjas Orkes
Penjas Orkes
Bahasa Sunda
Penjas Orkes
Fikih
Seni Budaya
TIK
Ket Tata Busana
Bahasa Sunda
Seni Budaya
PNS
PNS
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Dari sejumlah guru, 83% berstatus PNS, 17% Honorer, 15% berpendidikan
S2, 84% S1, 1% D3, dan 58% telah bersertifikat pendidik.
6. Keadaan Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada Tahun Pelajaran 2010/2011 seluruhnya berjumlah
1018 siswa. Peserta didik di kelas X sebanyak 10 rombongan belajar. Peserta
didik di kelas XI pada program Keagamaan sebanyak 1 rombongan belajar,
program IPA sebanyak 3 rombel, dan program IPS 4 rombel. Peserta didik di
kelas XII pada program IPA sebanyak 3 rombel dan program IPS 5 rombongan
belajar.
46
Tabel 9
Jumlah Peserta Didik MAN 1 Garut
Tahun Pelajaran 2010/2011
KELAS
X
XI AGAMA
XI IPA
XI IPS
XII IPA
XII IPS
JUMLAH
LAKI-LAKI
198
22
43
84
29
98
474
PEREMPUAN
183
21
78
60
90
112
544
JUMLAH
381
43
121
144
119
210
1018
B. Deskripsi Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kualitas Pengajaran Guru
Untuk memperoleh data kualitas pengajaran guru, penulis membuat angket
yang terdiri dari 20 pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yang berisi seputar
pengajaran guru di kelas.
Penelitian dilakukan pada sampel sebanyak 30 orang siswa yang terdiri dari
siswa kelas XI IPA MAN 1 Garut sebagai responden, dan dalam waktu 15 menit
responden dapat mengisi angket tersebut dengan baik. Mengingat tugas responden
hanya memberikan tanda check list ( √ ) pada salah satu jawaban “selalu”,
“sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”.
Data-data tersebut diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai
berikut:
Tabel 10
No
1
Mengemukakan Tujuan Pengajaran
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Sebelum
memulai
pelajaran,
guru
mengemukakan
pembelajaran
dicapai.
yang
F
P (%)
materi Selalu
19
64%
agama Kadang-kadang
8
26%
tujuan Pernah
3
10%
0
0%
ingin Tidak pernah
47
Jumlah
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai sebelum memulai materi pelajaran, guru
agama mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, didapatkan
sebanyak 19 siswa atau 64% menyatakan selalu, 8 siswa atau 26% menyatakan
kadang-kadang, sedangkan 3 siswa atau 10% menyatakan pernah jadi dapat
disimpulkan
bahwa
sebelum
memulai
materi
pelajaran,
guru
agama
mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dan hal ini sesuai dengan pengamatan langsung penulis di dalam kelas pada
guru qur’an hadits bahwa beliau mengemukakan tujuan pengajaran terlebih
dahulu sebelum memulai materi pelajaran supaya guru tersebut mempunyai target
terhadap kompetensi yang harus di tempuh oleh anak didiknya.
Tabel 11
No
2
Memberikan Apersepsi
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Sebelum
memulai
guru agama
pelajaran Selalu
tidak bertanya Kadang-kadang
tentang materi terdahulu
Pernah
Tidak pernah
Jumlah
F
P (%)
2
6%
11
37%
4
13%
13
44 %
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai sebelum memulai pelajaran guru agama tidak
bertanya tentang materi terdahulu, didapatkan sebanyak 2 siswa atau 6%
menyatakan selalu, 11 siswa atau 37% menyatakan kadang-kadang, sedangkan 4
siswa atau 13% menyatakan pernah dan 13 siswa atau 44% menyatakan tidak
pernah. jadi dapat disimpulkan bahwa guru agama bertanya tentang materi
terdahulu sebelum memulai pelajaran.
48
Tabel 12
Memberikan Apersepsi
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
3
Sebelum
memasuki
pelajaran
guru
materi Selalu
F
P (%)
24
80%
2
6%
memberikan gambaran tentang Pernah
3
10%
materi yang akan dibahas
1
4%
30
100%
agama Kadang-kadang
Tidak pernah
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai sebelum memasuki materi pelajaran guru
agama memberikan gambaran tentang materi yang akan dibahas, didapatkan
sebanyak 24 siswa atau 80% menyatakan selalu, 2 siswa atau 6% menyatakan
kadang-kadang, 3 siswa atau 10% menyatakan pernah, sedangkan 1 siswa atau 4%
menyatakan tidak pernah jadi dapat disimpulkan bahwa guru agama memberikan
gambaran tentang materi yang akan dibahas sebelum memasuki pelajaran.
Dan hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan guru Qur’an
Hadits yang menyatakan sangat penting dalam memberikan apersepsi, karena
dengan apersepsi ini siswa lebih mudah untuk berkonsentrasi pada materi yang
akan dibahas. Selain itu siswa juga bisa mengingat materi terdahulu yang telah
dibahas. (Cecep Sa’ban Ruhiat, Wawancara, Garut, 27 November 2010).
Tabel 13
Memberikan Pre-test
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
4
F
P (%)
Guru agama tidak memberikan Selalu
5
17%
pertanyaan tentang materi yang Kadang-kadang
8
26%
akan
5
17%
12
40%
30
100%
diajarkan
sebelum Pernah
memulai pelajaran selanjutnya
Jumlah
Tidak pernah
49
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama tidak memberikan pertanyaan
tentang materi yang akan diajarkan sebelum memulai pelajaran selanjutnya,
didapatkan sebanyak 5 siswa atau 17% menyatakan selalu, 8 siswa atau 26%
menyatakan kadang-kadang, 5 siswa atau 17% menyatakan pernah, sedangkan 12
siswa atau 40% menyatakan tidak pernah, jadi guru agama memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan sebelum memulai pelajaran
selanjutnya.
Tabel 14
Memberikan Pre-test
No
5
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
F
P (%)
Pola interaksi yang menarik Selalu
22
73%
dalam memberikan pertanyaan Kadang-kadang
5
17%
memotivasi untuk mengetahui Pernah
1
3%
materi yang selanjutnya
2
7%
30
100%
Tidak pernah
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai pola interaksi yang menarik dalam
memberikan pertanyaan memotivasi untuk mengetahui materi yang selanjutnya,
didapatkan sebanyak 22 siswa atau 73% menyatakan selalu, 5 siswa atau 17%
menyatakan kadang-kadang, 1 siswa atau 3% menyatakan pernah, 2 siswa atau
7% menyatakan tidak pernah, jadi siswa mendominasi dengan jawaban selalu dan
dapat disimpulkan bahwa pola interaksi yang menarik dalam memberikan
pertanyaan memotivasi siswa untuk mengetahui materi yang selanjutnya.
Tabel 15
Menyampaikan Materi
No
6
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
F
P (%)
Dalam menyampaikan materi Selalu
1
3%
pelajaran
1
3%
4
13%
24
80%
30
100%
guru
menggunakan
bahasa
susah dimengerti
Jumlah
agama Kadang-kadang
yang Pernah
Tidak pernah
50
Dari fakta dilapangan mengenai dalam menyampaikan materi pelajaran guru
agama menggunakan bahasa yang susah dimengerti, didapatkan sebanyak 1 siswa
atau 3% menyatakan selalu, 1 siswa atau 3% menyatakan kadang-kadang, 4 siswa
atau 13% menyatakan pernah, sedangkan 24 siswa atau 80% menyatakan tidak
pernah jadi siswa mendominasi dengan jawaban tidak pernah, dapat disimpulkan
bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran guru agama tidak pernah
menggunakan bahasa susah dimengerti.
Tabel 16
Menyampaikan Materi
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
7
Guru
agama
menyampaikan Selalu
materi pelajaran dengan jelas.
F
P (%)
26
87%
Kadang-kadang
3
10%
Pernah
0
0%
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama menyampaikan materi pelajaran
dengan jelas, didapatkan sebanyak 26 siswa atau 100% menyatakan selalu, 3
siswa atau 10% menyatakan kadang-kadang, dan 1 siswa atau 3% menyatakan
tidak pernah, jadi dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu menyampaikan
materi pelajaran dengan jelas.
Dan hal di atas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh guru Qu’an Hadits
Kelas XI IPA MAN 1 Garut, beliau menyatakan menyatakan dalam mengajar
sesuai dengan kebutuhan siswa di kelas dan disesuaikan dengan RPP, sehingga
dalam menyampaikan materi pelajaran terarah sesuai dengan kebutuhan siswa
(Cecep Sa’ban Ruhiat, Wawancara, Garut, 27 November 2010).
51
Tabel 17
Penguasaan Materi
No
8
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Guru agama saya menguasai Selalu
materi
pelajaran
disampaikan dengan baik.
F
P (%)
30
100%
0
0%
Pernah
0
0%
Tidak pernah
0
0%
30
100%
yang Kadang-kadang
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama saya menguasai materi pelajaran
yang disampaikan dengan baik, didapatkan sebanyak 30 siswa atau 100%, jadi
dapat disimpulkan bahwa guru agama menguasai materi pelajaran yang
disampaikan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pengamatan langsung yang
dilakukan penulis pada guru Qur’an Hadits bahwa beliau sangat menguasai bahan
materi yang akan di ajarkan dan dalam menyampaikan materinya sangat baik,
dapat dimengerti oleh murid.
Tabel 18
Kesesuaian Materi Dengan Pokok Bahasan
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
9
Guru
agama
menyampaikan Selalu
F
P (%)
25
83%
materi pelajaran sesuai dengan Kadang-kadang
4
14%
pokok bahasan yang ada.
Pernah
1
3%
Tidak pernah
0
0%
30
100%
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama menyampaikan materi pelajaran
sesuai dengan pokok bahasan yang ada, didapatkan sebanyak 25 siswa atau 83%
menyatakan selalu, 4 siswa atau 10% menyatakan kadang-kadang, 2 siswa atau
7% menyatakan pernah, jadi dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang ada. Dan hal
ini sesuai dengan pengamatan langsung penulis terhadap guru qur’an hadits
52
bahwa dalam mengorganisasikan bahan pengajaran sesuai dengan pokok bahasan
yang sesuai dengan kurikulum di Madrasah Aliyah.
Tabel 19
Kesesuaian Materi Dengan Tujuan Pengajaran
No
10
Aspek yang dijaring
Guru
agama
Kategori jawaban
menyampaikan Selalu
F
P (%)
0
0%
materi pelajaran tidak sesuai Kadang-kadang
0
0%
dengan tujuan pengajaran yang Pernah
3
10%
27
90%
30
100%
telah ditetapkan.
Tidak pernah
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama menyampaikan materi pelajaran
tidak sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, didapatkan sebanyak
3 siswa atau 4% menyatakan pernah dan 27 atau 90% menyatakan tidak pernah,
jadi guru agama menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan.
Tabel 20
No
11
Metode Pengajaran yang di pakai
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Metode pengajaran yang dipakai Selalu
F
P (%)
19
63%
guru Agama adalah ceramah, Kadang-kadang
7
23%
diskusi,
4
14%
0
0%
Tanya
demonstrasi dan hafalan.
Jumlah
jawab, Pernah
Tidak pernah
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai metode pengajaran yang dipakai guru agama
saya adalah ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi dan hafalan, didapatkan
sebanyak 19 siswa atau 63% menyatakan selalu, 7 siswa atau 23% menyatakan
kadang-kadang, 4 siswa atau 14% menyatakan pernah, jadi guru menggunakan
metode pengajaran ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan hafalan dalam
pembelajarannya.
53
Berdasarkan wawancara penulis dengan guru Qur’an Hadits bahwa dalam
menggunakan metode guru qur’an hadits menyesuaikan dengan kebutuhan materi,
agar proses pembelajaran yang dilakukan lebih efektif dan tidak mengambil
banyak waktu. Dapat disimpulkan metode pengajaran yang dilakukan oleh guru
Qur’an Hadits disesuaikan dengan kebutuhan materi (Cecep Sa’ban Ruhiat,
Wawancara, Garut, 27 November 2010).
Tabel 21
Metode Pengajaran yang di pakai
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
12
F
P (%)
Metode yang digunakan tidak Selalu
0
0%
sesuai dengan materi sehingga Kadang-kadang
1
3%
tidak
2
7%
27
90%
membantu
memahami
pelajaran
dalam Pernah
Qur’an Tidak pernah
Hadits.
Jumlah
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai metode yang digunakan tidak sesuai dengan
materi sehingga tidak membantu dalam memahami pelajaran Qur’an Hadits,
didapatkan sebanyak 1 siswa atau 3% menyatakan kadang-kadang, 2 siswa atau
7% menyatakan pernah, sedangkan 27 siswa atau 90% menyatakan tidak pernah,
jadi metode yang digunakan sesuai dengan materi sehingga membantu dalam
memahami pelajaran Qur’an Hadits.
Tabel 22
No
13
Penggunaan Media Pengajaran
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Dalam proses belajar mengajar Selalu
F
P (%)
13
45%
guru agama menggunakan alat Kadang-kadang
8
26%
peraga/media pengajaran
Pernah
8
26%
Tidak pernah
1
3%
Jumlah
30
100%
54
Dari fakta dilapangan mengenai dalam proses belajar mengajar guru agama
menggunakan alat peraga/media pengajaran, didapatkan sebanyak 13 siswa atau
45% menyatakan selalu, 8 siswa atau 26% menyatakan kadang-kadang, 8 siswa
atau 26% menyatakan pernah, sedangkan 1 siswa atau 3% menyatakan tidak
pernah, jadi dalam proses belajar mengajar guru agama selalu menggunakan alat
peraga/media pengajaran.
Dan hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan guru Qur’an
Hadits yang menyatakan Harus karena dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran, tetapi meskipun penggunaaan media ini penting tetap harus melihat
pada kebutuhan materi agar tidak menjadi sia-sia. Peran media dalam proses
pembelajaran sangat besar, sepertinya siswa lebih cepat dan lebih mudah
memahami materi apabila menggunakan media (Cecep Sa’ban Ruhiat, Wawancara,
Garut, 27 November 2010).
Tabel 23
Kemampuan melakukan feed back
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
14
Guru
agama
memberikan Selalu
Jumlah
P (%)
9
30%
10
34%
Pernah
8
26%
Tidak pernah
3
10%
pertanyaan di setiap sela-sela Kadang-kadang
pembelajaran
F
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama memberikan pertanyaan di setiap
sela-sela pembelajaran, didapatkan sebanyak 9 siswa atau 30% menyatakan selalu,
10 siswa atau 34% menyatakan kadang-kadang, 8 siswa atau 26% menyatakan
pernah, sedangkan 3 siswa atau 10% menyatakan tidak pernah, jadi siswa
mendominasi dengan jawaban kadang-kadang, dapat disimpulkan guru agama
kadang-kadang memberikan pertanyaan di setiap sela-sela pembelajaran.
Dan hal ini sesuai dengan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis
di dalam kelas bahwa guru Qur’an hadits selalu memberi kesempatan kepada
55
murid untuk aktif di dalam kelas salah satunya memancing siswa untuk aktif
menjawab dengan melontarkan pertanyaan di sela-sela pembelajaran.
Tabel 24
Kemampuan melakukan feed back
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
15
F
P (%)
Guru agama kurang menuntun Selalu
0
0%
dan mengarahkan ketika tidak Kadang-kadang
0
0%
bisa
1
3%
29
97%
30
100%
menjawab
pertanyaan Pernah
dengan baik
Tidak pernah
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama kurang menuntun dan
mengarahkan ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik, didapatkan
sebanyak, 1 siswa atau 3% menyatakan pernah dan 29 siswa atau 97%
menyatakan tidak pernah, jadi guru agama menuntun dan mengarahkan saya
ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik.
Tabel 25
No
16
Melakukan penilaian / evaluasi
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Di setiap akhir pembelajaran Selalu
F
P (%)
19
64%
guru agama mengulang kembali Kadang-kadang
7
23%
materi yang telah dibahas
Pernah
3
10%
Tidak pernah
1
3%
30
100%
Jumlah
Dari fakta dilapangan mengenai di setiap akhir pembelajaran guru agama
mengulang kembali materi yang telah dibahas, didapatkan sebanyak 19 siswa atau
64% menyatakan selalu, 7 siswa atau 23% menyatakan kadang-kadang, 3 siswa
atau 10% menyatakan pernah, sedangkan 1 siswa atau 3% menyatakan tidak
pernah, jadi di setiap akhir pembelajaran guru agama selalu mengulang kembali
materi yang telah dibahas.
56
Dalam melakukan evaluasi guru qur’an hadits melaksanakan di setiap akhir
pembelajaran, hal ini sesuai dengan pengamatan langsung yang dilakukan penulis
di dalam kelas pada guru tersebut, salah satunya dengan cara mengulang kembali
materi yang telah dibahas. Dengan demikian guru qur’an hadits selalu melakukan
evaluasi di setiap akhir pembelajaran.
Tabel 26
Melakukan penilaian / evaluasi
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
17
Di setiap akhir pembelajaran Selalu
guru agama langsung keluar dan Kadang-kadang
tidak
melakukan
tentang
materi
penilaian Pernah
yang
telah Tidak pernah
F
P (%)
6
20%
12
40%
4
14%
8
26%
dibahas
Jumlah
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai di setiap akhir pembelajaran guru agama
langsung keluar dan tidak melakukan penilaian tentang materi yang telah dibahas,
didapatkan sebanyak 6 siswa atau 20% menyatakan selalu, 12 siswa atau 40%
menyatakan kadang-kadang, 4 siswa atau 14% menyatakan pernah, sedangkan 8
siswa atau 26% menyatakan tidak pernah, jadi siswa mendominasi dengan
jawaban kadang-kadang, dapat disimpulkan bahwa di setiap akhir pembelajaran
guru agama kadang-kadang langsung keluar dan tidak melakukan penilaian
tentang materi yang telah dibahas.
Tabel 27
Menarik Kesimpulan
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
18
Guru
agama
mengajak
P (%)
20
66%
menuntun siswa untuk menarik Kadang-kadang
7
24%
kesimpulan
3
10%
0
0%
secara
sama
dan Selalu
F
bersama- Pernah
Tidak pernah
Jumlah
30
100%
57
Dari fakta dilapangan mengenai guru agama mengajak dan menuntun siswa
untuk menarik kesimpulan secara bersama-sama, didapatkan sebanyak 20 siswa
atau 66% menyatakan selalu, 7 siswa atau 24% menyatakan kadang-kadang, 3
siswa atau 10% menyatakan pernah, jadi siswa mendominasi dengan jawaban
Selalu, dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu mengajak dan menuntun
siswa untuk menarik kesimpulan secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan
pengamatan penulis di dalam kelas pada guru qur’an hadits, bahwa beliau selalu
menarik kesimpulan secara bersama-sama terhadap materi yang telah di bahas.
Tabel 28
Memberikan Motivasi
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
No
19
F
P (%)
Di setiap akhir pembelajaran Selalu
1
3%
guru agama tidak memberikan Kadang-kadang
3
10%
arahan, nasehat dan motivasi Pernah
4
13%
22
74%
30
100%
agar rajin belajar
Jumlah
Tidak pernah
Dari fakta dilapangan mengenai di setiap akhir pembelajaran guru agama
tidak memberikan arahan, nasehat dan motivasi agar rajin belajar, didapatkan
sebanyak 1 siswa atau 3% menyatakan selalu, 3 siswa atau 10% menyatakan
kadang-kadang, 4 siswa atau 13% menyatakan pernah, sedangkan 22 siswa atau
74% menyatakan tidak pernah, jadi dapat disimpulkan bahwa di setiap akhir
pembelajaran guru agama memberikan arahan, nasehat dan motivasi agar rajin
belajar.
Maka dalam hal ini sesuai dengan pernyataan Guru Qur’an Hadits yang selalu
memberikan arahan dan nasehat dengan cara membuat atau menanamkan dalam
siswa dengan humoris, memberikan motivasi sesuai dengan bidang studi Qur’an
Hadits tentang perjalanan hidup manusia dan mengarahkan siswa supaya rajin
dalam belajar (Cecep Sa’ban Ruhiat, Wawancara, Garut, 27 November 2010).
58
Tabel 29
Gambaran materi untuk pertemuan akan datang
No
20
Aspek yang dijaring
Kategori jawaban
Sebelum mengakhiri kegiatan Selalu
F
P (%)
14
47%
belajar mengajar guru agama Kadang-kadang
8
26%
memberikan gambaran materi Pernah
7
24%
untuk pertemuan yang akan Tidak pernah
1
3%
datang.
Jumlah
30
100%
Dari fakta dilapangan mengenai sebelum mengakhiri kegiatan belajar
mengajar guru agama memberikan gambaran materi untuk pertemuan yang akan
datang, didapatkan sebanyak 14 siswa atau 47% menyatakan selalu, 8 siswa atau
26% menyatakan kadang-kadang, 7 siswa atau 24% menyatakan pernah, 1 siswa
atau 3% menyatakan tidak pernah, jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum
mengakhiri kegiatan belajar mengajar guru agama selalu memberikan gambaran
materi untuk pertemuan yang akan datang.
59
Tabel 30
Hasil perhitungan variabel (X) Kualitas Pengajaran Guru
dari hasil penyebaran Angket
ITEM
NO
JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
3 4 2 3 4 4 4 4 4 4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
72
2
4 2 4 1 3 4 3 4 4 4
3
4
1
1
4
4
1
3
3
2
59
3
3 3 4 1 3 4 4 4 2 4
4
3
2
3
4
4
2
4
3
4
65
4
4 4 4 1 4 4 4 4 3 4
2
3
1
3
4
3
4
4
2
1
63
5
4 2 3 4 4 1 4 4 4 4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
2
70
6
3 1 4 4 1 4 4 4 4 4
4
2
3
3
4
4
1
4
2
3
63
7
3 4 1 2 4 4 4 4 4 4
3
4
3
3
4
4
1
4
4
3
67
8
4 2 4 4 4 3 4 4 4 4
4
4
2
4
4
4
2
4
4
3
72
9
3 1 4 4 4 4 4 4 4 4
4
4
3
4
4
4
1
4
4
3
71
10
4 4 4 1 4 4 4 4 4 4
3
4
1
2
4
4
3
4
3
4
69
11
3 2 4 4 4 4 4 4 4 3
3
4
2
2
3
2
2
3
4
3
64
12
3 4 4 2 4 4 4 4 4 4
3
4
3
2
4
4
2
4
4
3
70
13
4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
4
4
1
3
4
4
3
4
4
4
70
14
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
2
4
1
2
4
2
3
3
2
2
64
15
4 2 4 2 2 4 3 4 4 4
4
4
1
4
4
4
2
3
4
3
66
16
4 4 4 2 4 3 4 4 4 4
4
4
3
3
4
4
2
4
4
4
73
17
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3
4
1
3
4
4
4
4
4
4
75
18
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
75
19
4 2 4 2 4 2 4 4 3 3
4
4
1
4
4
4
2
4
4
4
67
20
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4
4
1
2
4
4
2
2
4
4
70
21
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4
4
4
2
2
4
4
4
2
4
2
68
22
2 2 4 4 4 4 4 4 4 4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
68
23
4 3 4 2 3 4 4 4 4 4
2
4
3
4
4
2
2
4
4
2
67
24
4 2 4 2 4 4 4 4 4 4
4
4
2
3
4
3
1
4
4
4
69
25
4 4 2 2 4 3 4 4 4 4
4
4
1
2
4
3
4
2
4
2
65
60
26
3 2 4 1 4 4 4 4 4 4
4
4
1
4
4
4
2
4
4
4
69
27
2 2 4 4 4 3 1 4 4 4
4
4
3
3
4
3
2
3
4
4
66
28
4 3 4 3 4 4 4 4 4 4
4
4
1
3
4
4
4
4
1
4
71
29
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4
4
1
4
4
1
1
4
4
4
70
30
2 4 2 4 1 4 4 4 4 4
2
4
2
1
4
3
2
3
4
2
60
Tabel 31
Variabel (Y) Prestasi Belajar diperoleh dari nilai rapor siswa
semester satu tahun pelajaran 2010/2011
No.
Siswa
Prestasi Siswa (Y)
1
Ai Siti Komariah
75
2
Ai Yulfi Fitriani
75
3
Diki Suryadi
90
4
Dina Siti Rohmah
80
5
Hasan Hasanudin
73
6
Intan Ferina
74
7
Meti Nuraeni
74
8
Muhammad Hatta
90
9
Siti Hajar Hodijah
71
10
Suryani Risdianti
83
11
Aam Muharom
87
12
Bella Pratiwi Haryanto
88
13
Intan Sopiyanti
90
14
Licca Purnama
90
15
Nur Afifah
80
16
Siti Halimah
87
61
17
Susan Susanti
78
18
Syifa Siti Fauziah
85
19
Yasinta Andriani
90
20
Yessy Setiawati
75
21
Dede Siti Aisyah
85
22
Dewi Nur Anggraeni
72
23
Esteria Afandi
90
24
Fitri Siti Nurjanah
80
25
Intan Defita Putri
72
26
Irpan Nugraha
70
27
Lelly Lisnawati
86
28
Rahman Nasrullah
80
29
Rohmah Kurniasari
86
30
Wulan Purnamasari
82
TABEL 32
NILAI KORELASI ANTARA
VARIABEL (X) DAN VARIABEL (Y)
NO
RESPONDEN
X
Y
X2
Y2
XY
1
Ai Siti Komariah
72
75
5184
5625
5400
2
Ai Yulfi Fitriani
59
75
3481
5625
4425
3
Diki Suryadi
65
90
4225
8100
5850
4
Dina Siti Rohmah
63
80
3969
6400
5040
5
Hasan Hasanudin
70
73
4900
5329
5100
6
Intan Ferina
63
74
3969
5476
4662
7
Meti Nuraeni
67
74
4489
5476
4958
62
8
Muhammad Hatta
72
90
5184
8100
6480
9
Siti Hajar Hodijah
71
71
5041
5041
5041
10
Suryani Risdianti
69
83
4761
6889
5727
11
Aam Muharom
64
87
4096
7569
5568
12
Bella Pratiwi Haryanto
70
88
4900
7744
6160
13
Intan Sopiyanti
70
90
4900
8100
6300
14
Licca Purnama
64
90
4096
8100
5760
15
Nur Afifah
66
80
4356
6400
5280
16
Siti Halimah
73
87
5329
7569
6351
17
Susan Susanti
75
78
5625
6084
5850
18
Syifa Siti Fauziah
75
85
5625
7225
6375
19
Yasinta Andriani
67
90
4489
8100
6030
20
Yessy Setiawati
70
75
4900
5625
5250
21
Dede Siti Aisyah
68
86
4624
7396
5848
22
Dewi Nur Anggraeni
68
72
4624
5184
4896
23
Esteria Afandi
67
90
4489
8100
6030
24
Fitri Siti Nurjanah
69
80
4761
6400
5520
25
Intan Defita Putri
65
72
4225
5184
4680
26
Irpan Nugraha
69
70
4761
4900
4830
27
Lelly Lisnawati
66
86
4356
7396
5676
28
Rahman Nasrullah
71
80
5041
6400
5680
29
Rohmah Kurniasari
70
86
4900
7396
6020
30
Wulan Purnamasari
60
82
3600
6724
4920
2038
2439
138.900
199.657
165.707
JUMLAH
63
Dari hasil diatas diperoleh nilai :
ΣX
= 2038
ΣY
= 2439
ΣXY = 165707
ΣX2
= 138900
ΣY2
= 199657
Nilai-nilai tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi product
moment person :
Diketahui: N: 30 ΣX= 2038, ΣY= 2439, ΣXY= 165707 ΣX2= 138900 ΣY2=
199657
=
[(30)(165707)-(2038)(2439)]
[(30)(138.900)-(2038) 2] [(30)(199.657)-(2439) 2]
=
4971210 - 4970682
[4167000-4153444] [5989710-5948721]
=
528
[13556] [40989]
=
528
 555646884
= 528
745,4
= 0,708
64
Dari perhitungan di atas, ternyata angka korelasi antara variabel X dan
variabel Y bertanda positif memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh yaitu
0,708. ini berarti ada korelasi yang positif antara pengajaran guru agama terhadap
prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut. Maka hal ini
menunjukkan pula bahwa kualitas pengajaran guru sangat mempengaruhi tehadap
prestasi belajar siswa.
C. Interpretasi Data
1. Interpretasi secara kasar atau sederhana
Untuk menginterpretasi nilai korelasi maka dapat dilihat kriteria koefisien
besar “r” dalam buku Anas Sudjono sebagai berikut:
Besarnya
“r” Product
Interpretasi
Moment
0,00-0,20
korelasi sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi
antara variabel X dan Variabel Y)
0,20-0,40
terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40-0,70
terdapat korelasi yang sedang atau cukupan
0,70-0,90
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90-0,100
terdapat korelasi yang sangat tinggi atau sangat
kuat (sempurna)
65
Dari perhitungan di atas di peroleh r
xy
sebesar 0.708, angka indek korelasi
yang telah diperoleh bertanda positif . yang dimaksud korelasi positif (korelasi
yang berjalan searah) adalah antara variable X dan variable Y tidak bertanda
negatif. Dan jika di konsultasikan pada kriteria tabel korelasi diatas angka r
(0,708) ternyata terletak antara 0,70-0,90 sehingga yang penulis berikan
interpretasi terhadap r
xy
tersebut yaitu bahwa terdapat korelasi positif antara
variabel X (Kualitas Pengajaran Guru) dan variabel Y (Prestasi Belajar), dan
korelasi tersebut termasuk Korelasi yang Kuat atau Tinggi.
2.
Interpretasi terhadap angka Indek Korelasi dengan cara berkonsultasi
pada Tabel Nilai “r” Product Moment
Tahap Pertama untuk menguji hipotesa maka “r” yang diperoleh dari
perhitungan statistik dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r” product
Moment (r) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (df) dengan rumus:
df = N – nr
= 30 – 2
df = 28
Tahap kedua berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment. Dengan
melihat tabel nilai “r” Product Moment, maka dapat diketahui bahwa df sebesar
28 diperoleh taraf signifikansi 5% = 0,361 dan pada taraf signifikansi 1% = 0,463.
Dengan istilah lain = rt pada
rt
pada
t.s 5% = 0,361
t.s 1% = 0,463
ro atau r xy
= 0, 708
Tahap ketiga adalah membandingkan besarnya r
xy
atau “ro” dengan “rt”
seperti yang diketahui ro yang diperoleh adalah 0,708. sedangkan rt masingmasing sebesar 0,361 dan 0,463 dengan demikian ternyata jika dilihat dari harga r
table, ternyata rxy lebih besar daripada harga r tabel baik dari taraf signifikansi 5%
maupun 1%. Dengan demikian hipotesa nol (Ho) ditolak, dan hipotesa alternaif
66
(Ha) diterima. Artinya terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas pengajaran
guru agama terhadap prestasi belajar siswa.
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah terdapat korelasi yang positif antara
variabel X (Kualitas Pengajaran Guru) dan variabel Y (Prestasi Belajar), dengan
taraf yang tinggi atau kuat.
Sedangkan untuk mengetahui kontribusi (sumbangan) yang diberikan variabel
X (Kualitas Pengajaran Guru) terhadap Variabel Y (Prestasi Belajar) digunakan
rumus koefisien determinan sebagai berikut:
KD = r2 X 100%
= (O,708)2 x 100%
= 0,501264 x 100%
= 50,1264%
Dari perhitungan diatas diperoleh KD sebesar 50,1264% maka diketahui
bahwa kualitas Pengajaran Guru memiliki korelasi terhadap Prestasi Belajar Siswa
dalam belajar sebesar 50,1264%, ini berarti 49,8736% lagi dipengaruhi oleh faktor
yang lain.
Dengan melihat hasil penelitian yang penulis lakukan, bahwa kualitas
mengajar yang dimiliki oleh guru agama khususnya mata pelajaran Qur’an Hadits
di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dinilai sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari
proses pembelajaran yang telah dilakukan termasuk kategori baik, dengan melihat
hasil jawaban angket yang penulis berikan kepada siswa dan mengamati secara
langsung ketika guru melakukan proses pembelajaran di dalam kelas bahwa guru
Qur’an Hadits memiliki kemampuan dalam membuat rencana pembelajaran,
kemampuan dalam menjelaskan, kemampuan dalam menggunakan metode
pembelajaran, kemampuan dalam mengelola kelas dan kemampuan dalam
mengevaluasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa guru Qur’an Hadits yang
mengajar di kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut memiliki kualitas
dalam mengajar dinilai sangat baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisa yang telah penulis uraikan dalam
Bab IV mengenai pengaruh kualitas pengajaran guru PAI terhadap prestasi belajar
siswa bidang studi qur’an hadits di MAN 1 Garut, maka penulis dapat
menyimpulkan :
1. Kualitas Pengajaran yang dimilki oleh guru agama di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Garut dinilai sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang telah dilakukan termasuk kategori baik, dengan melihat
hasil jawaban angket yang penulis berikan dengan rata-rata 70 berada pada
rentang tinggi dengan merujuk pada tabel skor berdasarkan nilai yang ada
dan pengamatan penulis secara langsung terhadap guru qur’an hadits di
dalam kelas.
2. Prestasi Belajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dapat dikatakan baik,
hal ini dapat diketahui melalui hasil nilai rapor semester satu yang penulis
peroleh dari sekolah dengan rata-rata 81,3 pada rentang tinggi dengan
merujuk pada tabel nilai yang ada.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pengajaran guru agama
terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut. Hal ini
terbukti dengan hasil analisa data statistik “product moment” sebesar 0,708
67
68
yang mana pada kisaran 0,70 – 0,90, yang berarti antara variabel X dan Y
terdapat pengaruh yang tinggi atau kuat.
4. Jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai “rt" maka pada taraf
signifikansi 5% = 0,361, dan pada taraf signifikansi 1%= 0,463. Ternyata
nilai r hasil perhitungan 0,708 lebih besar daripada nilai r tabel. Maka
hipotesis nihil ditolak, sedang hipotesis alternatif diterima atau disetujui.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas pengajaran guru agama
di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut berpengaruh kepada prestasi belajar
siswa.
5. Dari perhitungan KD (Koefisien determinan) sebesar 50,1264% maka
diketahui bahwa kualitas Pengajaran Guru memiliki korelasi terhadap
Prestasi Belajar Siswa dalam belajar sebesar 50,1264% ini berarti
49,8736% lagi dipengaruhi oleh faktor yang lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, ada beberapa saran yang perlu penulis
kemukakan :
1. Setelah melihat hasil penelitian bahwa adanya pengaruh yang signifikan
antara kualitas pengajaran guru Qur’an Hadits terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits, maka hendaknya guru Qur’an
Hadits mempertahankan kualitas pengajarannya selama ini dikatakan
bagus, bahkan diharapkan jauh lebih baik lagi.
2. Kepada pihak pengelola sekolah, hendaknya selalu memberikan motivasi
dan dukungan kepada para guru dilapangan, dalam hal ini khususnya
penyediaan sarana dan prasarana pengajaran yang dibutuhkan oleh guru
agama agar mendukung kualitas dan proses pembelajaran yang dilakukan.
3. Kepada para guru khususnya guru agama (Qur’an Hadits), hendaknya
selalu memberikan perhatian dan dukungan penuh kepada para siswa/i
agar selalu semangat dan tetap memiliki motivasi yang tinggi dalam
belajar.
4. Kepada pihak guru, hendaknya selalu melakukan inovasi-inovasi baru
yang berkenaan dengan pendidikan dan pengajaran agar selalu terampil
69
dan komunikatif dalam proses pembelajaran. Penulis juga mengharapkan
kepada guru untuk lebih jeli dalam menata tempat duduk siswa sehingga
dapat mengakomodasi kebutuhan siswa dalam belajar dan tidak lupa
untuk bertanya tentang materi yang akan datang.
5. Siswa diharapkan tetap selalu mempertahankan prestasi belajarnya dan
dapat meningkatkan minatnya dalam belajar dalam mata pelajaran Qur’an
Hadits dan mata pelajaran yang lain sehingga akan mencapai prestasi
belajar yang optimal.
6. Penulis berharap, sekecil dan sesederhana apapun kajian ini dapat
bermanfaat bagi para pemerhati dan praktisi pendidikan, khususnya
pendidikan Islam di negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta : Pustaka
Amani, 2002.
A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003.
Arif, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta : CRSD PRESS, 2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,
2006.
Arifin, Zaenal. Evaluasi Hasil Intruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung :
Remaja Rosda Karya, 1996.
Djamarah, Saiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha
Nasional, 1994.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Kartono, Kartini. Menyiapkan Dan Memandu Karier. Jakarta : CV. Rajawali,
1985.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi
Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001.
Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995.
Nurhasan, Konversi Nasional Pendidikan Indonesia: Kurikulum Untuk Abad Ke21. Jakarta : PT.Grasindo, 1994.
70
71
Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional Dan Implentasi Kurikulum. Jakarta
Quantum Teaching, 2005.
NK, Roestiyah. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta : Bina
Aksara, 1986.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2001.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya, 1990.
Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press,
2003.
Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1999.
Sabri, M. Alisuf.
Psikologi Pendidikan: Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana: 2009.
Sahertian, Piet A. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta : Andi Offset, 1994.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo, 2006.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru,
1989.
Sudjana, Nana. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,2007.
Umaidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Dirjen
Depdiknas, 2001.
Uwes, Sanusi. Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta : Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Uzer Usman, Muh. Menjadi Guru Profesional. Bandung; Remaja Rosda Karya,
1990.
72
Witherington, H.C. Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar. Bandung: Jemmars,
1986.
Winkel, Ws. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia, 1989.
W, Sri Anitah. Dkk. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka,
2008.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990.
ANGKET PENGARUH KUALITAS PENGAJARAN GURU QUR’AN HADITS
NAMA
: ………………………….
KELAS
:…………………………..
Petunjuk Pengisian:
1. Sebelum mengerjakan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, hendaklah
membaca Basmalah
2. Apabila telah selesai mengerjakannya, taruhlah angket ini dimeja anda
dan baca Hamdallah selanjutnya anda dipersilahkan meninggalkan
tempat.
3. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan dengan seksama,
sebelum anda mulai menjawab.
4. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda Cheecklist ( )
pada pilihan jawaban :
S : Selalu
KK: Kadang-kadang
P : Pernah
TP
:
S
JAWABAN
KK
P
Tidak
Pernah
DAFTAR PERTANYAAN :
NO
PERTANYAAN
1
Sebelum memulai materi pelajaran, guru
agama mengemukakan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
2
Sebelum memulai pelajaran guru agama tidak
bertanya tentang materi terdahulu
3
Sebelum memasuki materi pelajaran guru
agama memberikan gambaran tentang materi
yang akan dibahas
4
Guru agama tidak memberikan pertanyaan
tentang materi yang akan diajarkan sebelum
memulai pelajaran selanjutnya
5
Pola
interaksi
yang
menarik
dalam
memberikan pertanyaan memotivasi saya
untuk mengetahui materi yang selanjutnya
6
Dalam menyampaikan materi pelajaran guru
agama menggunakan bahasa susah dimengerti
7
Guru agama menyampaikan materi pelajaran
dengan jelas
Guru agama menguasai materi pelajaran yang
8
TP
disampaikan dengan baik.
9
Guru agama menyampaikan materi pelajaran
sesuai dengan pokok bahasan yang ada.
10
Guru agama menyampaikan materi pelajaran
tidak sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan.
11
Metode pengajaran yang dipakai guru Agama
adalah ceramah, diskusi, tanya jawab,
demonstrasi dan hafalan.
12
Metode yang digunakan tidak sesuai dengan
materi sehingga tidak membantu dalam
memahami pelajaran pendidikan agama islam.
13
Dalam proses belajar mengajar guru agama
menggunakan alat peraga/media pengajaran
14
Guru agama memberikan pertanyaan di setiap
sela-sela pembelajaran
15
Guru
agama
kurang
menuntun
dan
mengarahkan saya ketika tidak bisa menjawab
pertanyaan dengan baik
16
Di setiap akhir pembelajaran guru agama
mengulang kembali materi yang telah dibahas
17
Di setiap akhir pembelajaran guru agama
langsung keluar dan tidak melakukan penilaian
tentang materi yang telah dibahas
18
Guru agama mengajak dan menuntun siswa
untuk menarik kesimpulan secara bersamasama
19
Di setiap akhir pembelajaran guru agama tidak
memberikan arahan, nasehat dan motivasi agar
rajin belajar
20
Sebelum mengakhiri kegiatan belajar mengajar
guru agama memberikan gambaran materi
untuk pertemuan yang akan datang.
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Bidang studi
: QUR’AN HADITS
Hari tanggal
: 27 November 2010
Waktu wawancara
: 10.50-11.15
Pengajar
: Cecep Sa’ban Ruhiat, S.Ag, MA.
1. Sebelum mengajar apakah bapak membuat perencanaan pengajaran (rpp)?
Jawab : Ya, sebelum mengajar saya selalu membuat perencanaan
pengajaran terlebih dahulu, karena ini adalah tugas pokok seorang guru.
2. Bagaimana menurut bapak mengenai pentingnya penyusunan perencanaan
pengajaran sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar?
Jawab : Sangat penting, agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang akan di capai.
3. Menurut bapak seberapa penting manfaat memberikan apersepsi sebelum
memulai pelajaran?
Jawab : Sangat penting, karena dengan apersepsi ini siswa lebih mudah
untuk berkonsentrasi pada materi yang akan dibahas. Selain itu siswa juga
bisa mengingat materi terdahulu yang telah dibahas.
4. Dalam proses pembelajaran, bagaimana usaha bapak dalam memilih
metode?
Jawab : Dalam memilih metode biasanya saya menyesuaikan dengan
kebutuhan materi, agar proses pembelajaran yang dilakukan lebih efektif
dan tidak mengmbil banyak waktu.
5. Menurut bapak bagaimana penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar?
Jawab : Harus karena dapat membantu guru dalam proses pembelajaran,
tetapi meskipun penggunaaan media ini penting tetap harus melihat pada
kebutuhan materi agar tidak menjadi sia-sia. Peran media dalam proses
pembelajaran sangat besar, sepertinya siswa lebih cepat dan lebih mudah
memahami materi apabila menggunakan media.
6. Bagaimana cara bapak dalam menyampaikan materi?
Jawab : Saya dalam mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa di kelas
disesuaikan dengan RPP.
7. Menurut bapak seberapa besar manfaat pelaksanaan evaluasi di setiap
akhir proses pembelajaran?
Jawab : Sangat besar, untuk mengukur kompetensi siswa dari hasil ajar
sejauh mana dalam menyerap pembelajaran.
8. Alat evaluasi apa yang bapak gunakan untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam mengajar?
Jawab : Alat evaluasi yang digunakan yaitu Tes Tulis, Pengamatan dan
Unjuk Kerja.
9. Bagaimana usaha bapak dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
Jawab : Mengupayakan metode yang lebih cocok untuk tercapainya hasil
belajar yang di inginkan.
10. Untuk menumbuhkan semangat belajar siswa/i, apa yang bapak lakukan?
Jawab : Membuat atau menanamkan dalam siswa dengan humoris,
memberikan motivasi sesuai dengan bidang studi Qur’an Hadits tentang
perjalanan hidup manusia.
Interviewer,
Interviwee,
Deden Rahman Budiman
Cecep Sa’ban Ruhiat, S.Ag., MA
BIODATA GURU QUR’AN HADITS
Nama
: Cecep Sa’ban Ruhiat, S.Ag, MA
Tempat/Tanggal Lahir: Garut, 11 Juni 1971
Alamat
: Kp/Ds. Pasanggarahan No. 93 Rt. 01 Rw. 02
Kec. Sukawening – Garut,44184
Jenjang Pendidikan
: - SDN Cinta Rakyat, Lulus Tahun 1985
- SMP Muslimin, Lulus Tahun 1988.
- MAN 1 Garut, Lulus Tahun 1991.
- STAI Al-Musadadiyah Garut, Fak. Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Lulus Tahun
1999.
- Institut
Agama
Islam
Al-Aqidah
Jakarta,
Program Pasca Sarjana, Jurusan Politik Islam,
Lulus Tahun 2009.
Pekerjaan
: - Ketua Program Agama MAN 1 Garut
- PNS /Guru Qur’an Hadits di MAN 1 Garut
Pelatihan
: Diklat Amtsilati, Pesantren Ayifaush Shudur, 11
Juni 2005
Garut, 20 desember 2010
Cecep Sa’ban Ruhiat
LEMBAR PENILAIAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
Nama Guru
:……………………………………………………………...
Pokok Bahasan
:……………………………………………………………...
………………………………………………………………
Kelas
:……………………………………………………………..
Hari/Tanggal
:……………………………………………………………...
A. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR
1. Merumuskan TPK
1
2
3
4
5
2. Menentukan metode
1
2
3
4
5
3. Menentukan langkah-langkah
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
mengajar
4. Menentukan cara-cara memotivasi
murid
Rata-rata :…………………
B. MERENCANAKAN PENGORGANISASIAN BAHAN PENGAJARAN
1. Berpedoman pada bahan pengajaran 1
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
yang tercantum dalam kurikulum
2. Memilih dengan tepat bahan sesuai 1
dengan karakteristik murid
3. Meyusun bahan pengajaran sesuai
1
dengan taraf kemampuan berpikir murid
Rata-rata :………………….
C. MERENCANAKAN PENGELOLAAN KELAS
1. Menentukan penataan ruang
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
dan fasilitas belajar
2. Menentukan cara-cara pengorgani-
sasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam pembelajaran
Rata-rata :………………….
D. MERENCANAKAN PENGGUNAAN ALAT DAN METODE
PENGAJARAN
1. Menentukan pengembangan alat
1
2
3
4
5
2. Menentukan media pengajaran
1
2
3
4
5
3. Menentukan sumber pengajaran
1
2
3
4
5
pembelajaran
Rata-rata :………………….
E. MERENCANAKAN PENILAIAN PRESTASI MURID UNTUK
KEPENTINGAN PENGAJARAN
1. Menentukan bermacam-macam
1
2
3
4
5
2. Membuat alat penilaian hasil belajar 1
2
3
4
5
bentuk dan prosedur penilaian
Rata-rata :………………….
F. MENGELOLA KEGATAN BELAJAR MENGAJAR
1. Menyampaikan bahan
1
2
3
4
5
2. Memberi kesempatan kepada murid 1
2
3
4
5
2
3
4
5
untuk aktif
3. Memberi penguatan
1
Rata-rata :………………….
G. MENGORGANISASI WAKTU, SISWA DAN FASILITAS BELAJAR
1. Mengatur penggunaan waktu
1
2
3
4
5
2. Mengorganisasi murid
1
2
3
4
5
3. Mengatur dan memanfaatkan
1
2
3
4
5
fasilitas belajar
Rata-rata :………………….
H. MELAKSANAKAN PENILAIAN PROSES DAN HASILBELAJAR
1. Melaksanakan penilaian selama
1
2
3
4
5
2. Melaksanakan penilaian pada akhir 1
2
3
4
5
PBM berlangsung.
Pelajaran
Rata-rata :………………….
I. MENGAKHIRI PELAJARAN
1. Menyimpulkan pelajaran
1
2
3
4
5
2. Memberikan tindak lanjut
1
2
3
4
5
Rata-rata :………………….
Nilai PKMG = R
R=A+B+C+D+E+F+G+H+I
9
R = Rata-rata Butir
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.Butir-butir yang kuat
.……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………….
2.Butir-butir yang lemah
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3.Komentar dan saran
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Penilai,
……………………………….
Download