(lks) berorientasi guided discovery untuk melatihkan

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI
GUIDED DISCOVERY UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES
SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DI
KELAS X SMA
DEVELOPMENT WORKSHEET OF ORIENTED GUIDED DISCOVERY TO
TRAIN SCIENCE PROCESS SKILLS STUDENT ON ELECTROLYTE AND
NONELECTROLYTE SOLUTION FOR SENIOR HIGH SCHOLL GRADE X
Leni Puspitasari, Rusly Hidayah
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761
Email: [email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
berorientasi guided discovery untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa yang layak
ditinjau dari kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan. Jenis penelitian adalah penelitian dan
pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar telaah, lembar validasi,
lembar aktivitas siswa, soal pretest dan posttest, serta lembar angket respon siswa. Sumber
data berasal dari dosen kimia, guru kimia, serta 12 siswa kelas X SMA dan data dianalisis
secara deskriptif dan kuatitatif. Kevalidan diperoleh dari hasil persentase validasi LKS yang
dikembangkan pada kriteria isi memperoleh persentase sebesar 87,22%, sedangkan pada
kriteria konstruk mendapatkan persentase sebesar 87,5%. Kepraktisan diperoleh dari hasil
aktivitas siswa dan respon siswa. Hasil persentase aktivitas siswa dalam melakukan ujicoba
LKS yang dikembangkan secara keseluruhan mendapatkan persentase 100%. Sedangkan
respon siswa memperoleh persentase sebesar 93,11%. Hasil persentase keefektifan yang
diperoleh hasil belajar dan hasil belajar komponen keterampilan proses. Hasil belajar
keduanya secara keseluruhan mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,62 dan 0,4 yang dapat
dikaterorikan
dalam kategori sedang. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan
dikategorikan layak.
Kata kunci: guided discovery, keterampilan proses sains, larutan elektrolit dan non elektrolit
Abstract. The aim of this research to develop the feasibility worksheet of oriented guided
discovery in terms of validity, practically, and efectiveness. The type of research is a research
and development (R&D). The instrument which used consists of analysis sheet, validation
sheet, student activity sheet, pretest and posttest, student response questionnaire sheet. Source
of data were obtained by chemistry lecturer, chemistry teacher, as well as 12 students grade X
Senior High School and data was done descriptively and quantitative. The validity of the
results obtained from the percentage of validation worksheets in content criteria show by
percentage is 87,22% and construct criteria is 87,5. Practicality obtained from student
activity and student response questionnaire sheet.Overall results of student activity reaches
100%. Then results of student responses show by percentage is 75% -100% The results of the
percentage of effectiveness obtained student learning outcomes consist of multiple choice
questions of 34% ngain in the high category, 50% had the acquisition of ngain medium, and
16% of n-gain low. Result of learning component process skills showed 25% gain n-gain high
category, 25% had the acquisition of n-gain medium and 50% of n-gain low. Therefore, the
worksheet that developed categorized as feasible.
Keywords: Guided discovery, science process skills, electrolyte and nonelectrolyte solution.
B - 273
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
PENDAHULUAN
Kurikulum
2013
merupakan
kurikulum yang dipakai saat ini. Tujuan
Kurikulum 2013 yang tercantum dalam
Permendikbud Nomor 70 tahun 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia [4].
Sehingga dari tujuan ini bisa dilihat bahwa
kurikulum 2013 sangat sesuai dengan
situasi dan kondisi maupun arah
pendidikan saat ini. Khususnya pelajaran
kimia yang di dalamnya memiliki
karakteristik terdapat konsep-konsep,
fenomena, fakta-fakta, dan eksperimen
yang digunakan untuk membuktikan
konsep tersebut. Salah satu cara
mewujudkan kurikulum 2013 yaitu dengan
memberikan strategi pembelajaran.
Dalam
memberikan
strategi
pembelajaran guru harus menyesuaikannya
dengan
karakteristik
siswa
dan
karakteristik materi kimia yang akan
diajarkan. Berdasarkan karakteristiknya
materi kimia tergolong cukup sulit. Hal ini
dapat didukung dengan belum tercapainya
nilai ketuntasan hasil belajar siswa di
SMAN 17 Surabaya pada pelajaran kimia
karena sifat ilmu kimia yang abstrak,
konsep yang dipelajari sangat banyak, dan
dalam pembelajaran kimia di sekolah
umumnya siswa hanya menghafalkan
konsep materi saja. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru kimia di SMAN
17 Surabaya metode atau strategi yang
digunakan dalam pembelajaran kimia
adalah ceramah atau yang biasa disebut
teacher center learning. Sedangkan model
pembelajaran yang sering digunakan yaitu
model pembelajaran kooperatif, hal ini
dikarenakan jika proses pembelajaran tidak
berpusat pada guru siswa akan lebih sulit
menerima dan memahami materi yang
disampaikan Berdasarkan hal tersebut
didukung dengan hasil wawancara bahwa
dapat disimpulkan guru belum pernah
menggunakan strategi guided discovery
dalam mengajar materi kimia berbasis
eksperimen maupun non eksperimen.
Discovery menurut [3] merupakan suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis
dan logis, sehingga mereka dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap
dan keterampilan mereka.
Dalam
mewujudkan
tujuan
Kurikulum 2013. Banyak upaya-upaya
yang telah dilakukan sama seperti halnya
dengan mengunakan model pembelajaran
yang tepat sesuai dengan karakteristik
materi
kimia.
Seiring
dengan
berkembangnya zaman dan kemampuan
siswa. Juga dilakukan peningkatan dan
pengembangan sumber belajar seperti yang
tertulis dalam [10] tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pembelajaran adalah
proses interaksi antar Peserta Didik, antara
Peserta Didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Bagian dari sumber belajar memiliki
bermacam-macam bentuk dan fungsinya.
Salah satu sumber belajar yang dapat
digunakan adalah LKS [5]. Lembar
kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Berdasarkan angket yang
B - 274
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
disebar di SMA Negeri 17 Surabaya di
kelas X, sebanyak 76%, siswa menyatakan
bahwa
dalam pembelajaran sering
menggunakan LKS dan 84% menyatakan
bahwa LKS sangat membantu dalam
pembelajaran. Dengan demikian dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa LKS
sangat diperlukan dalam proses belajar
mengajar karena LKS dapat membantu
guru dan siswa dalam proses pembelajaran,
dan akan lebih efektif dan efisien jika
seorang guru dapat mengembangkan
sendiri LKS sehingga dapat sesuai dengan
perkembangan, kemampuan serta kondisi
siswa dalam pembelajaran.
Apabila dilihat dari rendahnya
pemahaman siswa terhadap materi
elektrolit dan non elektrolit maka
pembelajaran diarahkan pada keterampilan
proses yaitu mengunakan lembar kerja
siswa eksperimen. Pada umumnya
kegiatan eksperimen bertujuan untuk
membuktikan kebenaran konsep dan
memberikan keterampilan dasar yang
diperlukan bagi siswa [6]. Melalui kegiatan
eksperimen siswa akan lebih memahami
ilmu yang diperolehnya serta yang lebih
penting yaitu dapat mengembangkan
keterampilan
proses
sains
yang
dimilikinya.
Untuk mengatasi permasalahan di
atas, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Guided
Discovery untuk Melatihkan Keterampilan
Proses pada Materi Elektrolit dan Non
Elektrolit Kelas X SMA”.
terdiri atas 3 tahapan, yaitu tahap studi
pendahuluan, studi pengembangan dan
evalusi, yang dibatasi sampai dengan
tahapan pengembangan yaitu pada
kesimpulan. Sasaran penelitian adalah
LKS berorientasi guided discovery yang
dikembangkan. Sumber data diperoleh dari
dosen kimia, guru kimia dan 12 siswa
kelas X SMA Negeri 17 Surabaya.
Penelitian hanya dilakukan pada tahap
pengembangan yaitu pada kesimpulan.
Instrumen penelitian terdiri atas
lembar telaah, lembar validasi, lembar
pengamatan, lembar tes keterampilan
proses sains dan angket respon siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah angket telaah, angket validasi,
lembar keterlaksanaan RPP, lembar
pengamatan aktivitas siswa, tes hasil
belajar, angket respon siswa. Data tersebut
dianalisis secara deskriptif dan kualitatif.
Data hasil telaah dari dosen kimia dan
guru kimia
terhadap LKS
yang
dikembangkan dianalisis secara deskriptif
kemudian diimplementasikan dalam revisi
atau perbaikan sebelum dilakukan validasi
untuk mengetahui kelayakan secara
teoritis.
Data hasil validasi diperoleh dari
penilaian
para
ahli
berdasarkan
pemenuhan kriteria isi dan kontruk dengan
menggunakan Skala Likert dengan nilai
skala 0 (sangat kurang) sampai 4 (sangat
baik) [8]. Setelah itu nilai hasil validasi
dimasukkan ke dalam rumus untuk
memperoleh persentase kelayakan:
Persentase (%) =
×
%
METODE
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan (R&D) yang
Skor kriteria = skor tertinggi x Jumlah
aspek x Jumlah responden
B - 275
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Kemudian diinterpretasikan ke dalam
kiteria sesuai dengan Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor
Persentase (%)
Kriteria
Sangat
0 – 20
Kurang
21 - 40
Kurang
41 – 60
Cukup
61 - 80
Baik
81 – 100
Sangat Baik
[8]
Berdasarkan kriteria interpretasi skor
tersebut, LKS yang dikembangkan
dikatakan baik/layak apabila memenuhi
kualitas isi dan kontruk dengan persentase
yang diperoleh mencapai ≥ 61% [8].
Analisis
keterlaksanaan
RPP
digunakan
untuk
mengamati
keterlaksanaan pebelajaran yang dilakukan
guru sesuai sintaks guided discovery yang
telah dibuat guru pada RPP. Adapun
penilaian keterlaksanaan RPP seperti pada
tabel berikut:
Tabel
2
Kriteria
Penilaian
Keterlaksanaan RPP
Skor
Kriteria
4
Sangat baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Untuk menentukan seberapa besar nilai
keterlaksanaan
pembelajaran
yang
dilakukan oleh guru dengan mengunakan
rumus sebagai berikut:
Persentase keterlaksanaan pembelajaran
=
100%
Hasil perhitungan persentase dari
keterlaksanaan pembelajaran digunakan
untuk mengetahui kelayakan LKS yang
dikembangkan, kemudian hasil persentase
keterlaksanaan
pembelajaran
diinterpretasikan ke dalam kriteria yang
dapat dilihat pada tabel 1.
Data
mengenai
aktivitas
siswa
merupakan data yang diperoleh dari
pengamatan. Data tersebut dianalisis
dengan menggunakan persentase waktu
aktivitas belajar setiap siswa pada setiap
aspek yang dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
%
=
ℎ
× 100%
Data keterampilan proses sains
diperoleh dari tes keterampilan proses saat
uji coba terbatas. Penilaian dilakukan
dengan kriteria skala Gutman. Nilai
ketuntasan
kompetensi
pengetahuan
dituangkan dalam bentuk angka dan huruf,
yakni pada rentang 4.00 – 1.00 untuk
angka yang ekuivalen dengan huruf A
sampai dengan D dan dengan predikat
minimal adalah B- sebagaimana tertera
pada tabel berikut :
Tabel 3. Nilai ketuntasan pengetahuan
dan keterampilan
Rentang
Huruf
Angka
4,00
A
3,66 – 3,99
A3,33 – 3,65
B+
3,00 – 3,32
B
2,66 – 2,99
B2,33 – 2,65
C+
2,00 – 2,32
C
1,66 – 1,99
C1,33 – 1,65
D+
1,00 – 1,32
D
[7]
Ketuntasan minimal hasil belajar
siswa mata pelajaran kimia di SMA
Negeri 17 Surabaya yaitu ditetapkan
B - 276
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
dengan skor rerata 2,67. Siswa dikatakan
telah mencapai ketuntasan individu
apbila skor rerata yang diperolehnya
adalah 2,67.
Data hasil pretest dan posttest
selanjutnya dianalisis dengan Gain
Score. Besarnya peningkatan atau gain
dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
<
=
[8]
Data
yang diperoleh
persentasenya dengan rumus:
Persentase
(%)
% < > (% <
> −% <
>)
%< >
100 − % <
>)
Tingkat
perolehan
gain
skor
ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga
kategori yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Skor
gain > 0,7
0,7 >gain> 0,3
gain < 0,3
( Hake, 1998)
Gain
Score
Kriteria
Gain tinggi
Gain sedang
Gain Rendah
Data respon siswa diperoleh dari
angket respon siswa setelah menggunakan
LKS menggunakan strategi guided
discovery pada materi larutan elektrolit
yang digunakan untuk menentukan
kelayakan LKS dan mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran kimia dengan
menggunakan LKS. Persentase data angket
yang diperoleh, dihitung berdasarkan skala
Guttman. Skala Guttman digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan
konsisten yaitu “ya” atau “tidak” seperti
pada tabel 3. berikut :
Tabel 5. Skala Guttman
Jawaban
Nilai/Skor
Ya (Y)
1
Tidak (T)
0
=
×
>
Tabel 4 : Kriteria
Ternormalisasi
dihitung
%
Skor Kriteria = Skor tertinggi x Jumlah
aspek x Jumlah responden
Hasil perhitungan persentase dari
analisis
angket
respon
siswa
diinterpretasikan ke dalam kriteria yang
dapat dilihat pada tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kevalidan
Data kevalidan diperoleh dari hasil
validasi Validasi LKS didasarkan pada
aspek validitas isi dan konstruk oleh tiga
validator untuk memperoleh LKS yang
valid dengan rata-rata persentase untuk
masing-masing kriteria ≥ 61%, maka LKS
tersebut dapat dikategorikan layak [8].
Pada kriteria isi, untuk tujuan validasi
pertama
yaitu
mengetahui
tingkat
kesesuaian komponen isi LKS dengan
tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013
mendapat persentase dengan rentang
83,34%-91,67%.Hal ini sesuai dengan [7],
bahwa materi larutan elektrolit merupakan
materi pokok yang diajarkan di kelas X
semester genap. Pada LKS yang telah
dikembangkan oleh penulis, didalamnya
telah dibuat indikator dan tujuan
pembelajaran yang telah disesuaikan
dengan KD yang telah ada.
Pada kriteria kontruk, keseluruhan
pada semua aspek mendapatkan
persentase sebesar 100% - 83,34%
dengan kriteria sangat layak. Salah satu
yang termasuk dalam kriteria ini terdiri
dari penyajian LKS logis dan
sistematis,
Penyajian
LKS
B - 277
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
membangkitkan motivasi siswa (rasa
ingin tahu) serta penyajian LKS
mendorong siswa terlibat aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, dalam LKS
1,2 dan 3 keseluruhan mendapatkan
persentase 91,67%. Menurut [1] yang
menyatakan LKS sebagai media
pembelajaran banyak memberikan
manfaat secara umum LKS dapat
membantu guru untuk meningkatkan
keaktifan siswa dan bagi siswa dapat
membantu dalam proses pembelajaran
mandiri.
Kepraktisan
Data kepraktisan dapat diperoleh dari
hasil aktivitas siswa selama tahap uji coba
berlangsung dan respon siswa terhadap
LKS yang dikembangkan.
Hasil aktivitas siswa juga mendukung
untuk menentukan keterlaksannaan model
pembelajaran guided discovery. Terdapat
10 aktivitas siswa yang diamati saat
pembelan berlangsung dalam 3 pertemuan.
Aktivitas siswa yang lebih dominan
pada pertemuan 1 yaitu pada aktivitas
siswa
merancang
dan
melakukan
percobaan sesuai dengan langka kerja yang
sudah dibuat yang memperoleh persentase
sebesar 19,9%. Pada pertemuan ke 2 untuk
aktivitas siswa membuat menganalisis data
berdasarkan tabel data percobaan yang
telah dibuat mendapat persentase yang
tinggi sebesar 17,64%, hal ini disebabkan
karena dalam menganalisis data pada
pertemuan kedua dengan judul larutan
elektrolit dan nonelektrolit membutuhkan
kecermatan yang lebih. Pada pertemuan 3
memperoleh persentase 16,79% dengan
aktivitas siswa merancang dan melakukan
percobaan sesuai dengan langka kerja yang
sudah dibuat, aktivitas ini termasuk dalam
aktivitas yang dominan dalam pertemuan
ketiga karena dalam pertemuan ketiga
percobaan yangdilakukan berbeda dengan
pertemuan 1 dan 2, pertemuan ketiga
dilakukan dengan mengunakan buahbuahan.
Hasil persentase respon siswa
keseluruhan
mendapatkan
persentase
dengan rentang 75%-100%. Sebesar 100%
yaitu pada aspek LKS dapat membantu
siswa mengaitkan materi pokok larutan
elektrolit dan nonelektrolit dengan
kehidupan sehari-hari. Menurut [9]
menyatakan bahwa discovery strategy
menekankan pada pembelajaran dengan
mengunakan pengalaman tersendiri atau
keterlibatan langsung, seperti pembelajaran
bereksperimen sehingga siswa dapat
meningkatkan kreatifitas serta motivasi
siswa dalam memecahkan permasalahan
yang telah diberikan oleh guru.
Keefektifan
Data keefektifan diperoleh dari hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa terdiri
dari soal pretest dan posttest yang
dikerjakan oleh 12 siswa.
Hasil persentase keefektifan terdiri dari
hasil belajar siswa. hasil belajar siswa
terdiri dari soal pilihan ganda dan
komponen keterampilan proses sains.
Untuk soal pilihan ganda mengalami ngain dalam kategori tinggi, 50%
mengalami perolehan n-gain sedang, serta
16% mengalami perolehan n-gain rendah.
Kemudian pada hasil belajar komponen
keterampilan proses menunjukan 25%
perolehan n-gain kategori tinggi, 25%
mengalami peningkatan hasil belajar yang
sedang, 50% mengalami peningkatan hasil
belajar yang rendah. Hasil belajar
keduanya secara keseluruhan mengalami
rata-rata peningkatan sebesar 0,62 dan 0,4
yang dapat dikaterorikan dalam kategori
sedang.
SIMPULAN
B - 278
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Berdasarkan kesesuaian antara hasil
analisis data penelitian dengan rumusan
masalah, dapat disimpulkan bahwa
kelayakan LKS yang dikembangkan
ditinjau dari kevalidan, kepraktisan dan
keefektivan dapat dikategorikan layak
digunakan sebagai media pembelajaran
dengan persentase masing-masing kriteria
antara ≤ 61% [8]. Berikut penjelasan
kelayakan LKS yang dikembangkan:
1. Kevalidan
diperoleh
dari
hasil
persentase
validasi
LKS
yang
dikembangkan.
Hasil
persentase
validasi LKS yang dikembangkan pada
kriteria isi memperoleh persentase
sebesar 87,22%, sedangkan pada
kriteria
konstruk
mendapatkan
persentase sebesar 87,5%. Dari hasil
tersebut menunjukan bahwa LKS
berorientasi guided discovery untuk
melatihkan keterampilan proses sains
siswa dinyatakan valid sebagai media
pembelajaran.
2. Kepraktisan diperoleh dari hasil
persentase kepraktisan terdiri dari
aktivitas siswa dan respon siswa. Hasil
persentase aktivitas siswa dalam
melakukan
ujicoba
LKS
yang
dikembangkan secara keseluruhan
mendapatkan
persentase
100%.
Sedangkan respon siswa memperoleh
persentase sebesar 93,11%. Dari hasil
tersebut menunjukan bahwa LKS
berorientasi guided discovery untuk
melatihkan keterampilan proses sains
siswa dinyatakan praktis sebagai media
pembelajaran.
3. Keefektivan diperoleh dari hasil
persentase keefektifan terdiri dari hasil
belajar siswa. hasil belajar siswa terdiri
dari soal pilihan ganda dan komponen
keterampilan proses sains. Hasil belajar
keduanya
secara
keseluruhan
mengalami
rata-rata
peningkatan
sebesar 0,62 dan 0,4 yang dapat
dikaterorikan dalam kategori sedang.
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa
LKS berorientasi guided discovery
untuk melatihkan keterampilan proses
sains siswa dinyatakan efektif sebagai
media pembelajaran.
SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk
peneliti selanjutnya dan guru yang akan
menggunakan LKS yang dikembangkan
dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Pada penelitian ini keterampilan
merumuskan
masalah
mendapat
persentase terendah pada hasil aktivitas
siswa, sehingga pada penelitian
selanjutnya sebaiknya dilatihkan lebih
banyak pada keterampilan merumuskan
masalah.
2. Pengembangan
LKS
Berorientasi
Guided Discovery untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
mendapatkan respon terendah pada
perancangan percobaan sehingga perlu
eksplorasi lebih lanjut pada fitur-fitur
LKS agar lebih sederhana dalam
perancangan percobaan sehingga dapat
memudahkan siswa dalam melakukan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi, Harun Rasid. 1996. Telaah
Kurikulum Fisika SMU (Model
Pembelajaran Konsep dengan LKS)
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
IKIP
Surabaya:
University Press Permendikbud. 2013.
2. Hake, Richard R. 1998. “InteractiveEngagement Methods In Introductory
Mechanics Course”. Journal of physics
Education Research. Hal 1-2
3. Hanafiah dan Suhana, Cucu. 2012.
Konsep Strategi Pembelajaran. Cetakan
Ketiga. Bandung: PT Refika Aditama
B - 279
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
4. Komara, Endang. 2014. Belajar dan
Pembelajaran Interaktif. Bandung:
Refika Aditama
5. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
6. Nur, Mohammad dan Wikandari, Prima
Retno. 2008. Pengajaran Berpusat
Kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivis dalam Pengajaran. Edisi
Kelima. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya.
7. Permendikbud. 2014. Permendikbud
No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013
Sekolah
Menengah
Atas/
Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Riduwan. 2012. Skala Pengukuran
Variabel–Variabel
Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
9. Takdir,
Mohammad.
2012.
Pembelajaran Discovery Strategy dan
Mental Vacational Skill. Jogjakarta:
DIVA Press
10. Undang-Undang RI. 2003. UndangUndang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
B - 280
Download