Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DI KELAS X SMA DEVELOPMENT WORKSHEET OF ORIENTED GUIDED DISCOVERY TO TRAIN SCIENCE PROCESS SKILLS STUDENT ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SOLUTION FOR SENIOR HIGH SCHOLL GRADE X Leni Puspitasari, Rusly Hidayah Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 Email: [email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berorientasi guided discovery untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa yang layak ditinjau dari kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan. Jenis penelitian adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar telaah, lembar validasi, lembar aktivitas siswa, soal pretest dan posttest, serta lembar angket respon siswa. Sumber data berasal dari dosen kimia, guru kimia, serta 12 siswa kelas X SMA dan data dianalisis secara deskriptif dan kuatitatif. Kevalidan diperoleh dari hasil persentase validasi LKS yang dikembangkan pada kriteria isi memperoleh persentase sebesar 87,22%, sedangkan pada kriteria konstruk mendapatkan persentase sebesar 87,5%. Kepraktisan diperoleh dari hasil aktivitas siswa dan respon siswa. Hasil persentase aktivitas siswa dalam melakukan ujicoba LKS yang dikembangkan secara keseluruhan mendapatkan persentase 100%. Sedangkan respon siswa memperoleh persentase sebesar 93,11%. Hasil persentase keefektifan yang diperoleh hasil belajar dan hasil belajar komponen keterampilan proses. Hasil belajar keduanya secara keseluruhan mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,62 dan 0,4 yang dapat dikaterorikan dalam kategori sedang. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan dikategorikan layak. Kata kunci: guided discovery, keterampilan proses sains, larutan elektrolit dan non elektrolit Abstract. The aim of this research to develop the feasibility worksheet of oriented guided discovery in terms of validity, practically, and efectiveness. The type of research is a research and development (R&D). The instrument which used consists of analysis sheet, validation sheet, student activity sheet, pretest and posttest, student response questionnaire sheet. Source of data were obtained by chemistry lecturer, chemistry teacher, as well as 12 students grade X Senior High School and data was done descriptively and quantitative. The validity of the results obtained from the percentage of validation worksheets in content criteria show by percentage is 87,22% and construct criteria is 87,5. Practicality obtained from student activity and student response questionnaire sheet.Overall results of student activity reaches 100%. Then results of student responses show by percentage is 75% -100% The results of the percentage of effectiveness obtained student learning outcomes consist of multiple choice questions of 34% ngain in the high category, 50% had the acquisition of ngain medium, and 16% of n-gain low. Result of learning component process skills showed 25% gain n-gain high category, 25% had the acquisition of n-gain medium and 50% of n-gain low. Therefore, the worksheet that developed categorized as feasible. Keywords: Guided discovery, science process skills, electrolyte and nonelectrolyte solution. B - 273 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dipakai saat ini. Tujuan Kurikulum 2013 yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 70 tahun 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia [4]. Sehingga dari tujuan ini bisa dilihat bahwa kurikulum 2013 sangat sesuai dengan situasi dan kondisi maupun arah pendidikan saat ini. Khususnya pelajaran kimia yang di dalamnya memiliki karakteristik terdapat konsep-konsep, fenomena, fakta-fakta, dan eksperimen yang digunakan untuk membuktikan konsep tersebut. Salah satu cara mewujudkan kurikulum 2013 yaitu dengan memberikan strategi pembelajaran. Dalam memberikan strategi pembelajaran guru harus menyesuaikannya dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi kimia yang akan diajarkan. Berdasarkan karakteristiknya materi kimia tergolong cukup sulit. Hal ini dapat didukung dengan belum tercapainya nilai ketuntasan hasil belajar siswa di SMAN 17 Surabaya pada pelajaran kimia karena sifat ilmu kimia yang abstrak, konsep yang dipelajari sangat banyak, dan dalam pembelajaran kimia di sekolah umumnya siswa hanya menghafalkan konsep materi saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMAN 17 Surabaya metode atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran kimia adalah ceramah atau yang biasa disebut teacher center learning. Sedangkan model pembelajaran yang sering digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif, hal ini dikarenakan jika proses pembelajaran tidak berpusat pada guru siswa akan lebih sulit menerima dan memahami materi yang disampaikan Berdasarkan hal tersebut didukung dengan hasil wawancara bahwa dapat disimpulkan guru belum pernah menggunakan strategi guided discovery dalam mengajar materi kimia berbasis eksperimen maupun non eksperimen. Discovery menurut [3] merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan mereka. Dalam mewujudkan tujuan Kurikulum 2013. Banyak upaya-upaya yang telah dilakukan sama seperti halnya dengan mengunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi kimia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemampuan siswa. Juga dilakukan peningkatan dan pengembangan sumber belajar seperti yang tertulis dalam [10] tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pembelajaran adalah proses interaksi antar Peserta Didik, antara Peserta Didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Bagian dari sumber belajar memiliki bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah LKS [5]. Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Berdasarkan angket yang B - 274 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 disebar di SMA Negeri 17 Surabaya di kelas X, sebanyak 76%, siswa menyatakan bahwa dalam pembelajaran sering menggunakan LKS dan 84% menyatakan bahwa LKS sangat membantu dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa LKS sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar karena LKS dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dan akan lebih efektif dan efisien jika seorang guru dapat mengembangkan sendiri LKS sehingga dapat sesuai dengan perkembangan, kemampuan serta kondisi siswa dalam pembelajaran. Apabila dilihat dari rendahnya pemahaman siswa terhadap materi elektrolit dan non elektrolit maka pembelajaran diarahkan pada keterampilan proses yaitu mengunakan lembar kerja siswa eksperimen. Pada umumnya kegiatan eksperimen bertujuan untuk membuktikan kebenaran konsep dan memberikan keterampilan dasar yang diperlukan bagi siswa [6]. Melalui kegiatan eksperimen siswa akan lebih memahami ilmu yang diperolehnya serta yang lebih penting yaitu dapat mengembangkan keterampilan proses sains yang dimilikinya. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Guided Discovery untuk Melatihkan Keterampilan Proses pada Materi Elektrolit dan Non Elektrolit Kelas X SMA”. terdiri atas 3 tahapan, yaitu tahap studi pendahuluan, studi pengembangan dan evalusi, yang dibatasi sampai dengan tahapan pengembangan yaitu pada kesimpulan. Sasaran penelitian adalah LKS berorientasi guided discovery yang dikembangkan. Sumber data diperoleh dari dosen kimia, guru kimia dan 12 siswa kelas X SMA Negeri 17 Surabaya. Penelitian hanya dilakukan pada tahap pengembangan yaitu pada kesimpulan. Instrumen penelitian terdiri atas lembar telaah, lembar validasi, lembar pengamatan, lembar tes keterampilan proses sains dan angket respon siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket telaah, angket validasi, lembar keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan aktivitas siswa, tes hasil belajar, angket respon siswa. Data tersebut dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Data hasil telaah dari dosen kimia dan guru kimia terhadap LKS yang dikembangkan dianalisis secara deskriptif kemudian diimplementasikan dalam revisi atau perbaikan sebelum dilakukan validasi untuk mengetahui kelayakan secara teoritis. Data hasil validasi diperoleh dari penilaian para ahli berdasarkan pemenuhan kriteria isi dan kontruk dengan menggunakan Skala Likert dengan nilai skala 0 (sangat kurang) sampai 4 (sangat baik) [8]. Setelah itu nilai hasil validasi dimasukkan ke dalam rumus untuk memperoleh persentase kelayakan: Persentase (%) = × % METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang Skor kriteria = skor tertinggi x Jumlah aspek x Jumlah responden B - 275 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 Kemudian diinterpretasikan ke dalam kiteria sesuai dengan Tabel 1 berikut: Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor Persentase (%) Kriteria Sangat 0 – 20 Kurang 21 - 40 Kurang 41 – 60 Cukup 61 - 80 Baik 81 – 100 Sangat Baik [8] Berdasarkan kriteria interpretasi skor tersebut, LKS yang dikembangkan dikatakan baik/layak apabila memenuhi kualitas isi dan kontruk dengan persentase yang diperoleh mencapai ≥ 61% [8]. Analisis keterlaksanaan RPP digunakan untuk mengamati keterlaksanaan pebelajaran yang dilakukan guru sesuai sintaks guided discovery yang telah dibuat guru pada RPP. Adapun penilaian keterlaksanaan RPP seperti pada tabel berikut: Tabel 2 Kriteria Penilaian Keterlaksanaan RPP Skor Kriteria 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup 1 Kurang Untuk menentukan seberapa besar nilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan mengunakan rumus sebagai berikut: Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 100% Hasil perhitungan persentase dari keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS yang dikembangkan, kemudian hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran diinterpretasikan ke dalam kriteria yang dapat dilihat pada tabel 1. Data mengenai aktivitas siswa merupakan data yang diperoleh dari pengamatan. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan persentase waktu aktivitas belajar setiap siswa pada setiap aspek yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: % = ℎ × 100% Data keterampilan proses sains diperoleh dari tes keterampilan proses saat uji coba terbatas. Penilaian dilakukan dengan kriteria skala Gutman. Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni pada rentang 4.00 – 1.00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D dan dengan predikat minimal adalah B- sebagaimana tertera pada tabel berikut : Tabel 3. Nilai ketuntasan pengetahuan dan keterampilan Rentang Huruf Angka 4,00 A 3,66 – 3,99 A3,33 – 3,65 B+ 3,00 – 3,32 B 2,66 – 2,99 B2,33 – 2,65 C+ 2,00 – 2,32 C 1,66 – 1,99 C1,33 – 1,65 D+ 1,00 – 1,32 D [7] Ketuntasan minimal hasil belajar siswa mata pelajaran kimia di SMA Negeri 17 Surabaya yaitu ditetapkan B - 276 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 dengan skor rerata 2,67. Siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan individu apbila skor rerata yang diperolehnya adalah 2,67. Data hasil pretest dan posttest selanjutnya dianalisis dengan Gain Score. Besarnya peningkatan atau gain dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : < = [8] Data yang diperoleh persentasenya dengan rumus: Persentase (%) % < > (% < > −% < >) %< > 100 − % < >) Tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut: Skor gain > 0,7 0,7 >gain> 0,3 gain < 0,3 ( Hake, 1998) Gain Score Kriteria Gain tinggi Gain sedang Gain Rendah Data respon siswa diperoleh dari angket respon siswa setelah menggunakan LKS menggunakan strategi guided discovery pada materi larutan elektrolit yang digunakan untuk menentukan kelayakan LKS dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan menggunakan LKS. Persentase data angket yang diperoleh, dihitung berdasarkan skala Guttman. Skala Guttman digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten yaitu “ya” atau “tidak” seperti pada tabel 3. berikut : Tabel 5. Skala Guttman Jawaban Nilai/Skor Ya (Y) 1 Tidak (T) 0 = × > Tabel 4 : Kriteria Ternormalisasi dihitung % Skor Kriteria = Skor tertinggi x Jumlah aspek x Jumlah responden Hasil perhitungan persentase dari analisis angket respon siswa diinterpretasikan ke dalam kriteria yang dapat dilihat pada tabel 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Kevalidan Data kevalidan diperoleh dari hasil validasi Validasi LKS didasarkan pada aspek validitas isi dan konstruk oleh tiga validator untuk memperoleh LKS yang valid dengan rata-rata persentase untuk masing-masing kriteria ≥ 61%, maka LKS tersebut dapat dikategorikan layak [8]. Pada kriteria isi, untuk tujuan validasi pertama yaitu mengetahui tingkat kesesuaian komponen isi LKS dengan tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013 mendapat persentase dengan rentang 83,34%-91,67%.Hal ini sesuai dengan [7], bahwa materi larutan elektrolit merupakan materi pokok yang diajarkan di kelas X semester genap. Pada LKS yang telah dikembangkan oleh penulis, didalamnya telah dibuat indikator dan tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan KD yang telah ada. Pada kriteria kontruk, keseluruhan pada semua aspek mendapatkan persentase sebesar 100% - 83,34% dengan kriteria sangat layak. Salah satu yang termasuk dalam kriteria ini terdiri dari penyajian LKS logis dan sistematis, Penyajian LKS B - 277 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 membangkitkan motivasi siswa (rasa ingin tahu) serta penyajian LKS mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dalam LKS 1,2 dan 3 keseluruhan mendapatkan persentase 91,67%. Menurut [1] yang menyatakan LKS sebagai media pembelajaran banyak memberikan manfaat secara umum LKS dapat membantu guru untuk meningkatkan keaktifan siswa dan bagi siswa dapat membantu dalam proses pembelajaran mandiri. Kepraktisan Data kepraktisan dapat diperoleh dari hasil aktivitas siswa selama tahap uji coba berlangsung dan respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan. Hasil aktivitas siswa juga mendukung untuk menentukan keterlaksannaan model pembelajaran guided discovery. Terdapat 10 aktivitas siswa yang diamati saat pembelan berlangsung dalam 3 pertemuan. Aktivitas siswa yang lebih dominan pada pertemuan 1 yaitu pada aktivitas siswa merancang dan melakukan percobaan sesuai dengan langka kerja yang sudah dibuat yang memperoleh persentase sebesar 19,9%. Pada pertemuan ke 2 untuk aktivitas siswa membuat menganalisis data berdasarkan tabel data percobaan yang telah dibuat mendapat persentase yang tinggi sebesar 17,64%, hal ini disebabkan karena dalam menganalisis data pada pertemuan kedua dengan judul larutan elektrolit dan nonelektrolit membutuhkan kecermatan yang lebih. Pada pertemuan 3 memperoleh persentase 16,79% dengan aktivitas siswa merancang dan melakukan percobaan sesuai dengan langka kerja yang sudah dibuat, aktivitas ini termasuk dalam aktivitas yang dominan dalam pertemuan ketiga karena dalam pertemuan ketiga percobaan yangdilakukan berbeda dengan pertemuan 1 dan 2, pertemuan ketiga dilakukan dengan mengunakan buahbuahan. Hasil persentase respon siswa keseluruhan mendapatkan persentase dengan rentang 75%-100%. Sebesar 100% yaitu pada aspek LKS dapat membantu siswa mengaitkan materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan kehidupan sehari-hari. Menurut [9] menyatakan bahwa discovery strategy menekankan pada pembelajaran dengan mengunakan pengalaman tersendiri atau keterlibatan langsung, seperti pembelajaran bereksperimen sehingga siswa dapat meningkatkan kreatifitas serta motivasi siswa dalam memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Keefektifan Data keefektifan diperoleh dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa terdiri dari soal pretest dan posttest yang dikerjakan oleh 12 siswa. Hasil persentase keefektifan terdiri dari hasil belajar siswa. hasil belajar siswa terdiri dari soal pilihan ganda dan komponen keterampilan proses sains. Untuk soal pilihan ganda mengalami ngain dalam kategori tinggi, 50% mengalami perolehan n-gain sedang, serta 16% mengalami perolehan n-gain rendah. Kemudian pada hasil belajar komponen keterampilan proses menunjukan 25% perolehan n-gain kategori tinggi, 25% mengalami peningkatan hasil belajar yang sedang, 50% mengalami peningkatan hasil belajar yang rendah. Hasil belajar keduanya secara keseluruhan mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,62 dan 0,4 yang dapat dikaterorikan dalam kategori sedang. SIMPULAN B - 278 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 Berdasarkan kesesuaian antara hasil analisis data penelitian dengan rumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa kelayakan LKS yang dikembangkan ditinjau dari kevalidan, kepraktisan dan keefektivan dapat dikategorikan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan persentase masing-masing kriteria antara ≤ 61% [8]. Berikut penjelasan kelayakan LKS yang dikembangkan: 1. Kevalidan diperoleh dari hasil persentase validasi LKS yang dikembangkan. Hasil persentase validasi LKS yang dikembangkan pada kriteria isi memperoleh persentase sebesar 87,22%, sedangkan pada kriteria konstruk mendapatkan persentase sebesar 87,5%. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa LKS berorientasi guided discovery untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa dinyatakan valid sebagai media pembelajaran. 2. Kepraktisan diperoleh dari hasil persentase kepraktisan terdiri dari aktivitas siswa dan respon siswa. Hasil persentase aktivitas siswa dalam melakukan ujicoba LKS yang dikembangkan secara keseluruhan mendapatkan persentase 100%. Sedangkan respon siswa memperoleh persentase sebesar 93,11%. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa LKS berorientasi guided discovery untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa dinyatakan praktis sebagai media pembelajaran. 3. Keefektivan diperoleh dari hasil persentase keefektifan terdiri dari hasil belajar siswa. hasil belajar siswa terdiri dari soal pilihan ganda dan komponen keterampilan proses sains. Hasil belajar keduanya secara keseluruhan mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,62 dan 0,4 yang dapat dikaterorikan dalam kategori sedang. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa LKS berorientasi guided discovery untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa dinyatakan efektif sebagai media pembelajaran. SARAN Saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya dan guru yang akan menggunakan LKS yang dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Pada penelitian ini keterampilan merumuskan masalah mendapat persentase terendah pada hasil aktivitas siswa, sehingga pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilatihkan lebih banyak pada keterampilan merumuskan masalah. 2. Pengembangan LKS Berorientasi Guided Discovery untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit mendapatkan respon terendah pada perancangan percobaan sehingga perlu eksplorasi lebih lanjut pada fitur-fitur LKS agar lebih sederhana dalam perancangan percobaan sehingga dapat memudahkan siswa dalam melakukan percobaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Achmadi, Harun Rasid. 1996. Telaah Kurikulum Fisika SMU (Model Pembelajaran Konsep dengan LKS) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. IKIP Surabaya: University Press Permendikbud. 2013. 2. Hake, Richard R. 1998. “InteractiveEngagement Methods In Introductory Mechanics Course”. Journal of physics Education Research. Hal 1-2 3. Hanafiah dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Bandung: PT Refika Aditama B - 279 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016 4. Komara, Endang. 2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: Refika Aditama 5. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 6. Nur, Mohammad dan Wikandari, Prima Retno. 2008. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Edisi Kelima. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. 7. Permendikbud. 2014. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 8. Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel–Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. 9. Takdir, Mohammad. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vacational Skill. Jogjakarta: DIVA Press 10. Undang-Undang RI. 2003. UndangUndang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta B - 280