KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DALAM INTERAKSI SOSIAL (Kasus Anak Autis di Sekolah Inklusi, SD Negeri Giwangan Kotamadya Yogyakarta) ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikaan Oleh Fitri Rahayu NIM 12103244001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2014 Kemampuan Komunikasi Anak...(Fitri Rahayu) KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DALAM INTERAKSI SOSIAL (Kasus Anak Autis di Sekolah Inklusi, SD Negeri Giwangan Kotamadya Yogyakarta) COMMUNICTION SKILLS OF AUTISTIC CHILDREN IN THE SOCIAL INTERACTION (A Study Case of Autistic Children in Inclusion State Elementary School of Giwangan Yogyakarta) Oleh : Fitri Rahayu, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai bentuk kemampuan komunikasi yang dapat dilakukan anak autis, serta kemampuan komunikasi anak autis ketika melakukan interaksi sosial di Sekolah Dasar Negeri Giwangan Yogyakarta. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian studi kasus. Subjek penelitian merupakan siswa kelas IV dengan gangguan autis. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data-data yang diperolah kemudian dianalisis, data disajikan dengan menarik kesimpulan mengenai pemaknaan data yang telah terkumpul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kemampuan komunikasi yang dapat dilakukan AS saat interaksi sosial berupa komunikasi satu arah dari peneliti ke subjek. AS sudah bisa menulis dan membaca tetapi kemampuan AS dalam memahami bahasa tulis dalam komunikasi masih kurang walaupun sudah dapat berbicara, membaca, dan menulis tetapi AS belum dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga masih memerlukan bimbingan. AS mampu merespon komunikasi saat interaksi berlangsung tetapi terkadang respon yang diberikan AS belum sesuai dengan topik komunikasi. AS sudah dapat berbicara tetapi dalam melakukan komunikasi saat ini baru penguasai komunikasi verbal satu arah dari peneliti ke subjek dengan bantuan stimulus dan kemampuan komunikasi non verbal masih kurang yang sering terlihat dalam komunikasi non verbal hanya sentuhan serta gerakan tubuh. Kata kunci : kemampuan komunikasi, interaksi sosial, anak autis Abstract To explain about the form of communication skill of children with autism and how they do social interactions in Elementary School of Giwangan Yogyakarta. This study is a qualitative case study research. The subject of the study was a fourth grade student with autism. The data was collected through observations, interviews, and documentations. The data was analyzed and presented by drawing conclusions about the meaning of the data that has been collected. The result of the study shows that AS can do one-way communication skill forms in the social interaction from the researcher into the subject. AS are able to write and read but AS’s ability to understand written language in communication is still lacking, therefore AS still need guidance. In the interactions, AS can give responses in communication, however sometimes the responses are not accordance yet with the topic of communication. AS is able to speak but only in one way verbal communication form 1 2 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2014 from the researcher into the subject with the help of stimulus, while his non verbal communication skills are also still lacking because what often seen in his non verbal communications are just a touch and body movement. Keyword: communication skills, social interactions, autistic children Kemampuan Komunikasi Anak... (Fitri Rahayu) 3 autis PENDAHULUAN tentunya akan mengalami perbedaan komunikasi diajarkan pada anak semenjak dini. berinteraksi sosial Interaksi sosial terjadi apabila satu normal karena anak autis memiliki individu tiga Interaksi sosial penting untuk melakukan tindakan gangguan dalam dengan anak pokok dalam sehingga menimbulkan reaksi bagi komunikasi, interaksi sosial dan individu lainnya. Interaksi sosial perilaku. Anak autis cenderung sibuk secara tidak langsung menyadarkan sendiri sehingga gangguan-gangguan anak bahwa manusia hidup tidak yang dialami anak autis kadang tidak akan pernah lepas dari lingkungan dimengerti sosial di sekitarnya dengan beragam sekitanya. kegiatan dan persoalan yang ada. oleh orang-orang di Anak autis memiliki beberapa bahwa problematika tetapi pada dasarnya dilakukan setiap anak memiliki hak yang sama manusia adalah komunikasi, yakni dalam hal pendidikan. Sekolah yang proses penyampaian dan pertukaran dapat pesan. Pada dasarnya komunikasi berkebutuhan khusus yaitu sekolah dilakukan sejak manusia tersebut yang terlahir dan terus berjalan seiring dimana anak berkebutuhan khusus dengan kehidupan manusia (Mirza mendapatkan hak belajar yang sama Maulana, 2007: 182). dalam hal pendidikan. Kenyataan interaksi yang yang ada sering pula menerima menyelenggarakan anak inklusi, Komunikasi akan ada selama Di sekolah inklusi terdapat anak interaksi sosial berlangsung. Setiap normal serta anak berkebutuhan manusia tentunya akan menggunakan khusus, tentunya komunikasi anak komunikasi sebagai sarana dalam berkebutuhan berinteraksi sosial. Beberapa orang terkadang mengalami gangguan khusus memiliki perbedaan dalam cara berkomunikasi. Salah satu anak dalam berkomunikasi dengan faktor berkebutuhan khusus adalah anak gangguan yang berbeda-beda. Salah autis, anak autis di sekolah inklusi satu mengalami akan berinteraksi secara langsung dalam dengan anak normal. Sekolah inklusi berinteraksi yaitu anak autis. Anak pada dasarnya tentu akan lebih sering orang gangguan yang komunikasi 4 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2014 melakukan komunikasi secara verbal dapat dengan pendukung Sekolah nonverbal. Giwangan, tambahan komunikasi secara Penjelasan tersebut mengacu dengan komunikasi anak dilakukan anak Inklusi, autis SD Untuk di Negeri mengetahui tentunya kemampuan komunikasi anak autis kemampuan ketika melakukan interaksi sosial di autis dalam berinteraksi dengan anak normal lain Sekolah Inklusi, SD Negeri Giwangan di sekolah inklusi. Salah satu dari Adapun manfaat dari penelitian sekolah inklusi yang terdapat di mengenai kemampuan komunikasi Yogyakarta yang terdapat siswa yang anak autis dalam interaksi sosial, mengalami gangguan autis yaitu yaitu: Secara ilmiah, skripsi ini Sekolah Dasar Negeri Giwangan. diharapkan mampu memperkaya Berdasarkan observasi peneliti di pengetahuan mengenai kemampuan Sekolah Dasar Negeri Giwangan, komunikasi anak autis yakni dalam mengenai interaksi yang terjadi pada hal interaksi sosial di Sekolah Dasar anak autis kelas 4. Anak autis Negeri Giwangan. tersebut sudah mampu mengeluarkan suara dan berbicara walaupun ujarannya belum jelas. Suaranya pun berusaha Jenis Penelitian Menurut masih terkesan sengau. Peneliti METODE PENELITIAN untuk (Lexy Bogdan J.Moleong, dan Tylor 2005: 4), mengambil fokus masalah penelitian metodologi kualitatif sebagai mengenai kemampuan komunikasi prosedur penelitian yang anak autis dalam interaksi sosial di menghasilkan data deskriptif berupa sekolah menyelenggarakan kata-kata tertulis atau lisan dari pendidikan inklusi, dalam hal ini orang-orang dan perilaku yang dapat Sekolah Dasar Negeri Giwangan. diamati. yang Adapun tujuan dari penelitian Pendekatan kualitatif jenis mengenai kemampuan komunikasi penelitian studi kasus ini bertujuan anak autis dalam interaksi sosial mengamati sebagai berikut : untuk mengetahui merupakan fenomena, kondisi atau bentuk kemampuan komunikasi yang hubungan yang ada, pendapat yang gejala-gejala yang Kemampuan Komunikasi Anak... (Fitri Rahayu) 5 berkembang, proses yang sedang valid. Adapun tehnik pengumpulan berlangsung, akibat atau efek yang data terjadi tentang kecenderungan yang penelitian ini antara lain: tengah berlangsung. 1. Observasi yang digunakan Observasi Waktu dan Tempat Penelitian Setting penelitian sebagai tempat melaksanakan penelitian yang dalam digunakan berupa observasi pengamatan secara langsung. Data observasi berupa data faktual, cermat dan terinci mengenai Dasar keadaan lapangan, kegiatan manusia Negeri Giwangan, karena merupakan dan situasi sosial, serta konteks di sebuah Sekolah Inklusi. Penelitian mana keadaan kegiatan itu terjadi, ini dilakukan pada bulan Juni 2014. data dilaksanakan di Sekolah diperoleh penelitian di karena adanya lapangan secara langsung. Subjek Penelitian Pengambilan subjek penelitian Observasi ini dilakukan untuk ini sesuai dengan kriteria subjek mengamati kemampuan komunikasi yaitu anak autis yang sudah dapat anak autis dalam berinteraksi sosial mengeluarkan suara dan berbicara di Sekolah Dasar Negeri Giwangan, yang bersekolah di Sekolah Dasar kemudian mencatat hal-hal yang Negeri Giwangan. Peneliti memilih berhubungan dengan gejala-gejala siswa di Sekolah Dasar Negeri yang diselidiki. Dalam hal ini hanya Giwangan karena sekolah tersebut melakukan pengamatan bukan terjun merupakan salah satu sekolah yang langsung ke lapangan dalam kegiatan menyelenggarakan yang sedang berlangsung. pendidikan inklusi. Subjek yang menjadi fokus penelitian ini berada pada kelas IV sekolah dasar. 2. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap guru pendamping khusus (GPK), Shadow teacher, guru kelas dan GPK Prosedur Beberapa macam tehnik tentunya kedinasan dengan cara memberikan pertanyaan–pertanyaan yang akan mendukung agar data dapat berhubungan dengan hal-hal yang terkumpul dengan lengkap, tepat dan menyangkut penelitian. Pada 6 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2014 penelitian ini wawancara yang pnelitian. (2) lembar digunakan adalah wawancara tatap sebagai muka, sehingga dapat memperoleh kemampuan interaksi anak autis dan informasi dari dianalisa secara terdekat. nantinya akan secara langsung sumber subjek yang Dengan metode wawancara ini lembar observasi, pengamatan naratif yang menghasilkan kesimpulan mengenai interaksi anak penyusun bisa memperoleh data, autis. baik secara lisan maupun tulisan sebagai penguat pengumpulan data tentang komunikasi anak autis dalam dari subjek penelitian. (4) Kegiatan berinteraksi sosial di Sekolah Dasar dokumentasi di ambil dari data Negeri Giwangan. riwayat anak, catatan perilaku anak 3. Dokumentasi dari guru, dan foto kegiatan interaksi Metode dokumentasi ini (3) panduan wawancara, anak autis. merupakan sumber sekunder atau pendukung dalam proses penyusunan skripsi ini. Teknik dari metode dokumentasi ini diawali dengan Tehnik Analisis Data Penelitian umumnya deskriptif bertujuan pada untuk dan menggambarkan secara sistematis mengkategorikan dokumen-dokumen mengenai fakta dan karakteristik sesuai subjek yang diteliti dengan tepat. menghimpun, memilih-milih dengan kemudian tujuan mulai penelitian, menerangkan, Proses analisis data cenderung mencatat dan menafsirkan, sekaligus dengan model analisis data kualitatif menghubungkan dengan fenomena dari Milles dan Huberman (dalam yang lain dengan tujuan untuk Lexy memperkuat status data Analisis ini berjalan sebagai berikut: J. Moleong, 2005: 307). 1. Reduksi data Reduksi data yaitu pemilihan Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini data yang relevan bertujuan untuk yaitu, (1) peneliti sebagai instrumen menyajikan data pokok atau inti, penelitian perencana, kemudian memfokuskan data yang pelaksana pengumpulan data, analisi mengarah pada pemecahan masalah penafsiran data, dan pelapor hasil dan memilih data yang mampu utama, Kemampuan Komunikasi Anak... (Fitri Rahayu) 7 menjawab masalah-masalah berusaha melakukan komunikasi non penelitian. verbal, 2. Display data Mulyana (2011:379) sentuhan tidak Display data yaitu penyajian data yang telah direduksi menjadi sebuah laporan yang sistematis agar mudah sejalan menurut deddy bersifat acak melainkan suatu srategi komunikasi yang penting. Ekpresi wajah merupakan untuk dibaca dan dipahami baik perilaku non verbal utama yang secara keseluruhan maupun tiap-tiap mengekpresikan keadaan emosional bagiannya. seseorang 3. Penarikan kesimpulan 2011:377), pernyataan ini tentunya Penarikan penelitian kesimpulan dalam dilakukan dengan ini mencari, pola, tema, hubungan atau persamaan dari hal-hal yang sering timbul yang tergambar dalam (deddy tidak sejalan dengan hasil penelitian, dimana AS belum mempunyai kemampuan dalam ekspresi wajah. Deddy menyatakan bergerak penyajian data. mulyana, Mulyana bahwa dalam (2011:344) cara ruang kita ketika berkomunikasi dengan orang lain HASIL PENELITIAN DAN didasarkan terutama pada respon fisik PEMBAHASAN dan emosional terhadap Larry A. Samovar dan Richard E. rangsangan lingkungan, pernyataan Porter membagi pesan-pesan non ini sejalan dengan hasil penelitian verbal menjai dua kategori besar, dimana AS memiliki bahasa ruang yakni : pertama, perilaku yang terdiri yang unik untuk beberapa orang AS dari penampilan dan pakian, gerakan mendekat dan kadang menjauh serta dan postur tubuh, ekspresi wajah, memiliki kontak mata, sentuhan, bau-bauan, mengerakkan tangan seperti mencari dan parabahasa; kedua, ruang, waktu sesuatu dan tertawa dalam kondisi dan dan keadaan ruang apapun. diam (Deddy Mulyana, 2011:352). Penelitian menunjukkan bahwa AS sering melakukan aktivitas selalu Perilaku tentunya mempengaruhi cara orang berinteraksi sentuhan berupa salaman pada orang sosial,pengertian dari perilaku itu tertentu itu membuktikan bahwa AS sendiri adalah segala sesuatu yang 8 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2014 dikerjakan, dikatakan, Interaksi dilihat, sosial negatif yag dirasakan, di dengar dari seseorang, dilakukan AS mendasari adanya atau yang anda lakukan sendiri keinginan untuk dimengerti, seperti (Prasetyono, Sejalan halnya ketika AS berulang kali dengan pernytaan hasil penelitian memanggil nama shadow teachernya dimana mengalami tetapi ada sahutan AS hanya diam gangguan pendengaran namun saat saja tetapi kemudian memanggil di panggil belum mampu menyahut, nama lagi, itu menunjukan salah satu ketika salah pun AS belum mampu kemauan memiliki inisiatif untuk meminta tetapi maaf kemampuan 2008:26). AS karena tidak AS belum dapat membedakan mana yang benar mana AS untuk AS berinteraksi belum memiliki untuk memulai komunikasi dan interaksi sosial. Hasil yang salah, perilaku AS dalam penelitian mengikuti percakapan pun cenderung bahwa pasif atau terkadang justru hanya klasifikasi anak autis grup pasif diam. karena merupakan jenis anak autis Deddy Mulyana (2011:426) yang AS menunjukan tidak termasuk dalam berinteraksi secara menyatakan mereka percaya bahwa spontan, tetapi tidak menolak usaha kebersamaan, interaksi dari pihak lain (Abdul ngobrol, dan kegaduhan adalah tanda kehidupan Hadis, 2006: 52) AS yang baik, tetapi untuk anak autis sudah mampu mereka cenderung diam bukannya tetapi tidak mau tetapi mereka memiliki digunakan keterbatasan maka dari hasil penelitian didapati dalam komunikasi berbicaranya berbicara untuk belum bisa berkomunikasi, perilaku bahwa AS lebih memperlihatkan mereka. merespon adalah suatu hal komunikasi verbal melalui sentuhan yang dan sehingga mempengaruhi sulit kelemahan untuk dlam AS karena komunikasi gerakan secara tubuh. verbalnya Komunikasi hanya sebatas sehingga untuk memberikan unpan menjawab dan memanggil nama balik merupakan suatu kelemahan untuk hal yang lebih ssulit masih apalagi saat ini AS baru menguasai memerlukan bimbingan. komunikai satu arah. Kemampuan Komunikasi Anak... (Fitri Rahayu) 9 Hasil penelitian menunjukan komunikasi. AS sudah dapat bahwa kemampuan komunikasi AS berbicara tetapi dalam melakukan berada pada tahap kedua, yaitu komunikasi secara verbal berupa requester stage karena AS sudah komunikasi satu arah dari peneliti ke menyadari bahwa perilakunya dapat subjek dan komunikasi non verbal mempengaruhi orang lain, seperti AS masih kurang karena yang sering bila menginginkan sesuatu AS akan terlihat hanya sentuhan dan gerakan menarik tangan dan mengarah pada tubuh. hal yang diinginkan (Joko Yuwono, Komunikasi dikuasai 2009: 7). AS komunikasi ketika Simpulan berkomunikasi penelitian yang telah ada sebatas yang hanya sebatas arah, sehingga satu SIMPULAN DAN SARAN Hasil interaksi yang AS mengajak hanya bisa saja tanpa menjawab IV memberikan respon timbal balik, mengenai kemampuan komunikasi dalam merespon pun AS masih anak autis dalam interaksi sosial di memerlukan Sekolah Dasar Negeri Giwangan yang dapat disimpulkan bahwa bentuk melakukan kemampuan komunikasi yang dapat gerakan tangan yang selalu mencari- dilakukan AS berupa komunikasi cari sesuatu untuk dipegang dan satu arah dari peneliti ke subjek. AS ekpresi wajah selalu tertawa. Tingkat sudah bisa menulis dan membaca kesadaran AS akan adanya orang lain tetapi dideskripsikan dalam kemampuan memahami bahasa bab bimbingan. sering diulang Perilaku AS komunikasi saat berupa AS dalam dalam komunikasi belum terliht. tulis dalam Ketika komunikasi berlangsung komunikasi verbal masih kurang. kontak mata yang dilakukan AS Saat AS merespon dalam komunikasi masih verbal dan komunikasi non verbal karena belum bisa melakukan kontak masih mata secara spontan, tetapi untuk memerlukan bimbingan, memerlukan terkadang AS mampu merespon beberapa tetapi respon yang diberikan AS sentuhan sudah sering dilakukan AS. belum sesuai dengan topik gerakan bimbingan tubuh dan 10 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2014 Ekpresi yang sering terlihat Diharapkan adanya kurikulum adalah ketika AS marah mulutnya khusus selalu berguman dan ketika AS sakit mengembangkan hanya berdiam diri sepanjang hari komunikasi dan interaksi anak autis selebihnya AS tidak pernah bisa serta diam, jika AS menginginkan sesuatu pembelajaran atau ingin mengungkapkan sesuatu sudah sesuai dengan prinsip dan AS komponen inklusi atau belum. biasanya nama, hanya setelah yang memanggil dipanggil menengok dan menyahut AS hanya sehingga dapat kemampuan dievaluasi yang mengenai berlangsung 2. Bagi guru kelas Diharapkan memberikan lebih diam, kemudian memanggil nama banyak lagi hingga berulang-ulang, hal ini berkomunikasi dan berinteraksi agar menunjukan bahwa sebenarnya AS ABK mampu beradaptasi dengan sudah untuk lingkungan kelas reguler. memulai komunikasi dalam interaksi 3. Bagi shadow teacher memiliki motivasi tetapi belum bisa mengungkapkan stimulus Diharapkan lebih untuk banyak apa yang diinginkan, bahkan ketika memberikan bimbingan pada AS menginginkan sesuatu AS hanya untuk melakukan interaksi sosial selalu melihat pada objek yang dengan benar sehingga kemampuan diinginkan tanpa mengatakan apapun komunikasi AS menjadi lebih baik. Saran DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan penelitian, deskripsi hasil pembahasan, dan Abdul hadis. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhaan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta kesimpulan di atas dapat diuraikan beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan mengenai Sekolah Dasar Negeri Giwangan 1. Bagi kepala sekolah Suryana. (2004). Terapi Autisme. Jakarta: Progres Anak berkebutuhan Khusus yang ada di sebagai berikut : Agus Ahmad Ja’far. (2011). Meningkatkan Kemandirian Interaksi Sosial dan Komunikasi Anak Autis. Skripsi. Yogyakarta: UIN Burhan Burgin. (2001). Metodologi Pendidikan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kemampuan Komunikasi Anak... (Fitri Rahayu) 11 Deddy Mulyana. (2012). Ilmu komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Galih Veskariyanti. (2008). 12 Terapi Autis paling Efektif dan Hemat. Yogyakarta: Galang Press Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktik (Alih bahasa: Drs. Alexander Sindoro). Batam Center: Penerbit Interaksara Huzaemah. (2012). Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Pustaka Populer Obor Joko Yuwono. (2009). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta Kogan et al. (2009). Prevalence of Parent-reported Diagnosis of Autism Spectrum Disorder Among Children in The US. 2007. Pediatric Journal 124.doi.1542/pends. 2009-1522 Lexy J.Moleong. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mirza Maulana. (2007). Anak Autis. Yogyakarta: Kata Hati Moh. Nazir. (2005). Penelitian. Bogor: Indonesia Metode Ghalia Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi (2003). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Nasution. (2003). Metode Reseach: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara Pamuji. (2007). Model Terapi Terpadu Bagi Anak Autis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Prasetyono d s. (2008). Serba Serbi Anak Autis. Yogyakarta: Diva Press Rini Darmastuti. (2006). Bahasa Indonesia Komunikasi. Yogyakarta: Gava Media Rusmanita. (2011). Pengertian komunikasi verbal. Diakses dari http://id:shvoong/sosialsciences/education/2190459pengertian-komunikasiverbal/#ixzz2MRmIIdBH pada tanggal 4 April 2014 jam 19.30 Safaria T. (2005). Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu Setiati Widihastuti. (2007). Pola Pendidikan Anak Autis. Yogyakarta: Datamedia Soemantri Sutjihati. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Suci Ramadian. (2010). Interaksi sosial asosiasif dan disasosiasif. Diakses dari http://www.scrib.com/doc/4312 2167/interaksi-sosial-asosiatifdan-disasosiatif.html pada tanggal 4 April 2014 jam 16.30 12 Jurnal Pendidikan Luar Biasa Tahun 2014 Sudarwan Danim. (1995). Media komunikasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono, dkk. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharmini Arikunto. (2005). Menejemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Sujarwanto. (2005). Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas Sunardi dan Sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas Suyatinah. (2000). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY Tarmansyah. (1996). Gangguan Komunikasi. Padang: Dekdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru Tin Suharmini. (2009). Psikologi Anak berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publiser Wagerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Aditama Wardani, dkk. (2008). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka Y. Handojo. (2004). Autis Petunjuk dan Pedoman Praktis untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku lain. Jakarta: Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia Yosfan Azwandi. (2005). Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme. Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Zulkifli. (1991). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya ____________. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional