BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Autisme Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi. Menurut Williams (2004:3) autisadalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak. Autis berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial imajinasi dan sikap. Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering digambarkan sebagai anak yang hidup dalam dunianya sendiri, mereka tidak suka bila orang lain mengganggu dunianya. Banyak dijumpai anak dengan ASD menunjukkan perilaku “aneh”, misalnya suka melihat benda-benda berputar, suka menekuknekukkan jari, melihat orang dengan cara melirik, hand flapping. Bahasa dan komunikasi dua arah pada anak-anak ini sangat terbatas atau bahkan tidak muncul sama sekali. Di Indonesia kasus anak terkena gangguan autis semakin tahun semakin meningkat dan kini menjadi salah satu kasus yang mengkhawatirkan. Pada tahun 1990-an dimulainya penjumlahan anak autis dengan tingkat tinggi dan kemudian semakin dari tahun ke tahunnya. Menurut Melly Budhiman sebagai Ketua Yayasan Autisme Indonesia, autisme adalah suatu gangguan neurobiologis yang terjadi pada anak dibawah umur 3 tahun.Gejala yang nampak adalah gangguan dalam bidang perkembangan, perkembangan interaksi dua arah, perkembangan interaksi timbal balik, dan perkembagan perilaku. Dan kondisi ini jika tidak ditangani secara benar akan berlanjut hingga remaja dan masa dewasa (Williams,2004:13) 2.1.1 Ciri-Ciri Anak dengan Gangguan Autis Menurut Komunitas Autisme Puterakembara, anak dengan gangguan autis mempunyai ciri sebagai berikut ; Komunikasi Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. menghubungkannya Menggunakan dengan arti yang kata lazim kata tanpa digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Bersosialisasi (berteman) Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum. Kelainan penginderaan Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Bermain Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Perilaku Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari hari. kembali keatas 2.1.2 Stereotipe Autisme Pada kenyataannya tidak semua masyarakat bisa menerima anak-anak dengan gangguan autis, mereka cenderung akanmenjauhi atau bahkan menganggap anak dengan gangguan autis itu menular. Beberapa anak tersisihkan karena anak-anak lain lain menganggap mereka “terlalu berbeda”. Perilaku mereka tidak biasa, karakteristik mental dan fisik, penampilan terlalu berbeda dan tidak selalu dalam cara yang positif. Akibatnya mereka sering mengalami penolakan yang melemahkan dan mungkin mengalami kecemasan yang kronis, depresi, harga diri rendah, serta kesepian yang akut. Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder dipatok “paling berbeda” sehingga mereka menjadi menderita (Borba,2009:535) Padahal sebenarnya anak dengan gangguan autis ini juga tidak mau dilahirkan seperti itu, mereka juga ingin bermain dengan teman-teman sebaya mereka.Masyarakat perlu tahu tentang autisme, ini supaya mereka bisa membantu anak-anak dengan gangguan autis.Menerima mereka seperti anakanak normal lainnya, karena sebenarnya anak autis ini pun tidak bisa hidup dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka juga ingin hidup normal seperti orang lain (Razhiyah,2008:33) 2.1.3 Penyalahgunaan Kata Autis Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak orang yang "melek" media dan mencari informasi tentang autisme. Sebagai hasilnya sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari kehadiran anak autis yang "berbeda" dengan anak-anak lain. Kata "Autis/Autisme" pun mulai bermunculan di media cetak maupun elektronik. Tapi sayang sekali dalam kenyataannya kata "Autis/Autisme" kemudian mulai dipakai oleh berbagai pihak baik oleh para aktivis, akademisi maupun artis televisi dalam konotasi yang negatif. Beberapa artis mulai menggunakan kalimat "dasar autis loe....." sebagai bahan lelucon di berbagai tayangan di televisi. Beberapa aktivis dan akademisi juga mulai menggunakan kata Autisme untuk menganalogikan ketidakberesan pemerintah dan partai politik. Kata “autis” misalnya sering digunakan untuk menggambarkan orang yang sedang keranjingan atau asyik chating menggunakan handphone (HP). Demikian juga terhadap oknum pejabat atau politikus atau orang biasa yang asyik dengan kepentingan dirinya dan tidak peduli dengan kepentingan masyarakat di sekitarnya, acap kali ada yang mengumpamakannya sebagai Autis. Selain itu, kita juga masih sering menjumpai adanya orang yang mengejek atau mengolok-olok orang lain dengan kata “autis”, termasuk juga terkadang kita masih menjumpai adanya pembawa acara yang melakukan hal seperti itu di layar televisi (Bratawira,2011) “Yang membuat komunitas kami "keberatan" atas pemakaian analogi tersebut, bukan karena masalah biasa atau tidak biasa, wajar atau tidak wajar, bukan juga masalah sensitivitas perasaan kami sebagai orang tua, tapi lebih ke arah pemikiran akan "dampak negatif" yang akan timbul di masyarakat untuk masa mendatang terutama bagi kehidupan masa depan anak-anak kami” (Leny Marijani, Komunitas Autisme Puterakembara, 2008) 2.2 Psikografi Remaja Menurut Hurlock (2004:207) remaja adalah mereka yang berada pada rentang 12-23 tahun. James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion / confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Pada manusia, perilaku sosial yang tampak pada remaja biasanya meningkatkan jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman sebaya mereka. Hampir delapan jam biasanya dihabiskan berkomunikasi dengan orang lain, tetapi hanya delapan persen dari waktu ini dihabiskan berbicara dengan orang dewasa. Remaja melaporkan bahwa mereka jauh lebih bahagia menghabiskan waktu dengan rekan-rekan yang sama-usia dibandingkan dengan orang dewasa. (Gunarsa,2009:80) 2.2.1 Karakteristik Remaja Menurut Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan berbagai karakteristik perilaku dan pribadi masa remaja, Psikomotor : a. Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan. b. Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan. Bahasa : a. Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing. b. Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik. Perilaku Kognitif a. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. b. Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat. c. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungankecenderungan yang lebih jelas. Perilaku Sosial a. Diawali dengan kecenderungan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer. b. Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi. Moralitas a. Adanya kebingungan antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. b. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya. c. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya. Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya b. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat c. Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba. d. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya. 2.3 Iklan Layanan Masyarakat 2.3.1 Definisi Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang mengkomunikasikan pesan-pesan tentang masalah sosial yang terjadi disekitar masyarakat, dimana tujuan akhirnya bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklanlan. Menurut Kasali (1990:20) iklan layanan masyarakat adalah suatu upaya untuk menggerakkan solidaritas masyarakat terhadap masalah yang mereka hadapi yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum yang bersifat non komersial. Di Indonesia sendiri, iklan layanan masyarakat pertama sekali dipelopori oleh Biro Iklan Intervisa pada tahun 1968 yang bertujuan untuk menanggulangi masalah mercon (petasan) yang pada saat itu banyak menimbulkan korban cacat maupun kematian. Kemudian diikuti oleh Biro Iklan Matahari yang mengikrarkan pentingnya kesehatan ibu dan anak (Khasali, 1990: 204). Dengan bertambahnya informasi, pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat maka kualitas kehidupan masyarakat juga akan ikut berpengaruh. Menurut Widyatama (2007:104) umumnya, materi pesan yang disampaikan dalam iklan jenis ini berupa informasi-informasi publik untuk menggugah masyarakat melakukan kebaikan yang bersifat normatif. 2.3.2 Kriteria Iklan Layanan Masyarakat Menurut Kasali (1992:202) ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat, kriteria tersebut adalah ; 1. Non komersial, 2. Tidak bersifat keagamaan, 3. Non-politik, 4. Berwawasan nasional, 5. Diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat, 6. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima, 7. Dapat diiklankan, 8. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi, sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional. 2.4 Consumer Insight Consumer Insight yaitu suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi yang dalam dan lengkap mengenai pandangan atau persepsi paling jujur dari terget konsumen. Menurut Kasilo (2008:23) consumer insight adalah sebuah pengaruh dan biasanya ada di alam bawah sadar, yang mengarahkan tingkah laku. Ada yang menyebutnya forgotten truth atau hidden truth. Jadi itu adalah sesuatu yang tak tampak, padahal ada dan sangat berpengaruh. Misalnya, orang yang sejak kecil tidak suka dengan daging ayam lalu diberi pilihan antara soto dan bakso, tanpa sadar ia pasti akan memilih bakso. Sebab dalam persepsi umum, soto sangat dekat dengan daging ayam dan bakso lebih dekat dengan daging sapi. Memahami kebutuhan customer sebagai prasayarat kegiatan pemasaran, sering kali dilupakan para pemasar. Mereka lebih menitikberatkan pada strategi menjual produk dengan menanamkan keyakinan bahwa produk yang dijual adalah produk terbaik yang telah diciptakan dengan memperhatikan kebutuhan customer. Dalam consumer insight komunikasi persuasi, termasuk komunikasi pemasaran, menjadi titik awal yang sangat penting. Pasalnya, dengan insight yang tepat, jelas dapat mempermudah pembentukan tingkah laku TA sesuai yang kita kehendaki. Kasilo (2002:25) menambahkah, ada berbagai cara untuk menggali consumer insight. Cara yang paling populer adalah dengan Why Test, Reason Test atau ada juga yang menyebutnya dengan So What Test. Pada dasarnya, kepada target segmentasi kita “cerca” dengan pertanyaan “mengapa begitu ?” atau “biar apa?”. 2.5 Consumer Journey Ada kecenderungan saat ide sudah didapat, kita akan terburu-buru memikirkan bentuk iklan atau bahkan kita akan langsung membuat iklan, tanpa mengetahui dulu jenis media dan isi media apa yang diinginkan oleh target segmen kita. Untuk menentukan bagaimana menyampaikan ide-ide yang sudah ada kedalam media yang akan digunakan maka diperlukan sebuah perencanaan yang baik agar dapat menghasilkan point of contact (perhatian) yang dapat menjangkau sasaran dengan tepat. Consumer journey inilah yang digunakan untuk membuat atau menentukan media apa saja yang tepat digunakan untuk target segmentasi. Menurut Kasilo (2008:65) consumer journey adalah sebuah cara dimana kita harus mengamati jadwal hidup target segmentasi kita sehari-hari. Kita harus tahu kegiatan apa saja yang dilakukan target segmen kita, dari pagi bangun tidur hingga kembali tidur pada malam hari. Setelah menelaah consumer journey dengan memperhatikan sarana, penempatan dan kegiatan target segment membuat strategi komunikasi kita menjadi efektif dan efisien. Berawal dari consumer journey ini kita akan menemukan point of contact dari target segmen kita, asalkan kita tidak terpaku oleh media-media konvensional (televisi,radio,koran) kita akan menemukan berbagai bentuk media baru yang tadinya tidak pernah terpikirkan. Consumer insight merupakan bekal untuk membuat strategi komunikasi jadi efektif, sedangkan memahami consumer journey akan membuat strategi tersebut bisa disampaikan seara lebih efisien (Kasilo :2008,76) 2.6 Tinjauan Media Media adalah metode komunikasi umum yang membawa pesan, menurut Fandy Tjiptono (2007:243) dalam bukunya yang berjudul Strategi Pemasaran berpendapat bahwa media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak sasaran. 2.6.1 Jenis-Jenis Media Menurut beberapa praktisi periklanan, iklan dapat dikelompokkan sebagai berikut ; 2.6.1.1 Iklan Lini Atas (Above The Live) Yaitu media yang dapat diketahui oleh banyak khalayak atau menyeluruh yang terdiri dari iklan-iklan yang disampaikan lewat media cetak, media elektronik baik audio maupun audio visual serta media luar ruang atau outdoor media. Menurut Frank Jefkins (1997:135), iklan lini atas seringkali disebut sebagai iklan media baik itu media cetak (koran,majalah) maupun media eletronik (televisi,radio). Pemakaian iklan ini, mengharuskan adanya komisi dan biro iklan yang mengelolanya harus mendapat pengakuan dari lembaga asosiasi pemilik media. Iklan lini atas sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : - Televisi Menurut Rendra Widyatama (2007:92) berdasarkan bentuknya iklan televisi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis iklan, yaitu : a. Live Action : Video klip iklan yang melibatkan unsur gambar, suara dan gerak secara bersama b. Animation : Iklan yang dibangun berdasarkan gambar-gambar kartun baik gambar kartun yang digambar dengan tangan ataupun animasi komputer c. Stop Action : Iklan televisi yang berbentuk perpaduan antara teknik live action dan teknik animasi sehingga memberikan efek dramatik iklan d. Still : Iklan yang disampaikan dengna cara tidak melibatkan unsur gambar gerak, melainkan gambar diam e. Music : Iklan televisi yang disampaikan melalui musik sebagai media penyampaian pesan f. Superimposed : Bentuk iklan televisi dalam bentuk gambar iklan yang muncul di ujung layar, baik kiri atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, sementara siaran televisi tetap berlangsung g. Sponsor Program : Iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan lebih mendominasi h. Running Text : Iklan televisi dimana pesan diperlihatkan muncuk masuk secara perlahan bergerak dari kanan masuk pada layar lalu menghilang pada layar sebelah kiri i. Backdrop : Bentuk iklan televisi dimana pesan iklan diperlihatkan pada latar belakang acara yang diadakan j. Caption : Bentuk Iklan televisi dimana pesan yang digunakan hanya berupa tulisan saja yang muncul dibagian layar bawah k. Credit Title : Iklan yang diperlihatkan pada bagian akhir dari sebuah acara l. Ad Lips : Iklan televisi dimana pesan disampaiakan dan diucapkan pembawa acara secara langsung pada sebuah acara m. Property Endorsment : Iklan yang berbentuk dukungan sponsor yang diperlihatkan pada berbagai hal sebagai kelengkapan property siaran n. Promo Ad : Iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan acaranya Menurut Kasali (2007:121) menggambarkan kelebihan dan kekurangan media televisi, yaitu : Kelebihan : Efisien biaya, punya dampak dan pengaruh yang kuat. Kekurangan : Biaya tinggi, khalayak yang tidak selektif. - Radio Iklan radio memiliki karakteristik yang khas yaitu hanya dapat didengar melelui audio (suara) saja yang merupakan perpaduan dar kata-kata (voice), musik dan sound effect. Iklan radio terdiri dari beberapa jenis, yaitu (Widyatama, 2007:87) : a. Ad Lips : Iklan yang disampaiakan oleh penyiar secara langsung pada saat siaran, baik itu pada saat membawakan siaran musik, berita, dialog dan sebagainya b. Spot : Iklan yang disampaiakan dengna teknik perekamanan sebelumnya sehingga membutuhkan naskah terlebih dahulu c. Sponsor Program : Pemberian waktu khusus kepada sponsor untuk menyampaikan pesan dengna cara membiayai sebuah program acara radio. Menurut Kotler (2000 : 670), kelemahan dan kelebihan radio adalah ; Kelebihan : Penggunaan masal, pilihan geografis dan demografis tinggi, biaya rendah Kelemahan : Hanya penyajian suara, perhatian lebih rendah dari pada televisi, struktur harga tidak standar, tidak ada jaminan posisi. - Surat Kabar dan Majalah Pembagian jenis iklan di surat kabar dan majalah dibagi dalam tiga kategori yang meliputi : a. Iklan Baris : Iklan ini umumnya hanya berisi pesan-pesan komersial yang berhubungan dengan kepentingan pengiklan seperti lowongan kerja, jual beli kendaraan, sewa rumah dan lain-lain. b. Iklan Display : Iklan ini berukuran minimal dua kolom hingga 1 halaman penuh. Pada umumnya menggunakan illustrasi, ruang kosong sebagai tambahan bagi materi visual d. Advertorial : Iklan yang didesain dengan bahasa berita, di dalam iklan ini hanya memunculkan foto produk dan isi beritanya adalah beberapa keunggulan produk tersebut Menurut Kotler (2000 : 670), kelemahan dan kelebihan radio adalah ; Kelebihan : Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen, dapat mengangkat citra, long life spon kualitas visual. Kekurangan : Eleksibilitas terbatas, biaya tinggi, distribusi 2.5.1.2 Iklan Lini Bawah (Below The Line) Yaitu media yang tidak dapat diketahui oleh banyak khalayak atau sifatnya terbatas, contohnya direct mail, exhibition (pameran), kalender, agenda, gift atau souvenir. Frank Jefkins (1994:13) mengatakan iklan lini bawah adalah iklan yang tidak menggunakan pembayaran komisi. Iklan lini bawah sendiri, menurut Widyaningtyas (2002:107) dibagi menjadi beberapa bagian : - Pameran : Iklan dalam pameran berbentuk General fairs, Specialized Show, Consumer Fairs, dan Solo Exhibition - Direct Mail : Merupakan kategori periklanan dalam menjual secara langsung kepada konsumen, bisa melalui surat, telepon, media cetak, kupon - Merchandising Schames : Merupakan bentuk periklanan yang berusahan mempertahankan pembelian lewat celah-celat yang dilupakan pesaing, misalnya potongan harga, voucher berhadiah - Point of Purchase Merupakan bentuk display untuk mendukung periklanan yang memiliki fungsi periklanan secara lengkap. 2.5.1.3 Media Luar Ruang Menurut Santosa (2009:168) media luar ruang adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada diluar rumah atau kantor. Media luar ruang membujuk konsumen ketika mereka sedag berada ditempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu, dan juga di tempat terjadinya transaksi. Sebagai media iklan yang ditampilkan di areal luar ruangan (outdoor advertising) memiliki berbagai macam tipe, bentuk yang jumlahnya sangat banyak dan beraneka ragam. Seperti : billboard advertising, baliho, megatron, videotron, neon box, pylon sign, spanduk, banner, dll. Dari istilah dan nama diatas sebenarnya memiliki fungsi yang sama sebagai alat propaganda promosi, hanya dari segi bentuk, konstruksi, dan visualnya saja yang memiliki perbedaan. Iklan media luar ruang dirasa memberikan dampak lebih karena sangat efisien dan efektif dalam mengkomunikasikan pesan iklan pada masyarakat yang beraneka ragam. Selain itu, media luar ruang ini memiliki waktu pemasangan yang relatif lama dan ketahanannya terbilang lama, tahan terhadap perubahan cuaca seperti hujan dan panas. Karakteristik inilah yang tidak dimiliki oleh media lainnya. 2.5.1.4 Through The Line / Unconventional Media Melemahnya pamor media konvensional membuat para pengiklan harus berpikir keras memikirkan cara baru dalam beriklan, termasuk bagaimana merancang suatu konsep media baru. Dalam menghadapi tantangan ini Through The Line (TTL) merupakan salah satu konsep media baru yang dirasa bisa memberikan bentuk baru bagi masyarakat. Konsep through the line pada mulanya merupakan upaya untuk membangun bentuk periklanan yang terintegrasi antara media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas (above the line) dan media lini bawah (bellow the line) dinilai tidak mampu memenuhi fungsinya secara optimal. Through the line merupakan bentuk pendekatan holistik dan disinyalir merupakan bentuk masa depan periklanan (Lwin, 2002:93). Para praktisi iklan tidak hanya mengandalkan media massa sebagai media penyampai pesan yang efektif. Salah satu konsep TTL yang paling populer di Indonesia adalah Ambient Media, meski belum banyak yang memahami namun penerapannya mulai dipercaya sebagai jalan keluar bagi masalah periklanan di Indonesia. Ambient Media merupakan sebutan untuk segala kemungkinan media beriklan yang diciptakan khusus untuk target tertentu melalui cara beriklan yang tidak biasa dan tidak terduga. Menurut Clemens Aristanto dalam artikel majalah Cakram Vol.284 2007, bila dibandingkan dengan iklan televisi, iklan ambient media justru memiliki stopping power yang cukup tinggi disebabkan oleh sifatnya yang unzappable (tidak dapat diganti salurannya seperti saluran dalam tv) dan unavoidable (tidak dapat dihindari). Kedua hal tersebut yang menyebabkan media ini memiliki daya pikat yang besar. 2.5.1.5 Infografis Tidak dapat dipungkiri hampir sebagian besar orang suka mendapatkan informasi dengan gambar, dan semakin unik dan kreatif informasi itu dikemas, maka orang akan semakin tertarik untuk mencari informasi tersebut. Itulah yang membuat infographic selalu menarik perhatian banyak orang. Infografis adalah gabungan tema besar kejadian yang informasinya digali secara mendalam kemudian ditampilkan secara bersamaan beserta foto yang menjelaskan tiap sudut permalahan. Dapat dikatakan infografis mungkin salah satu solusi terkait kebosanan masyarakat melihat tampilan presentasi yang monoton apalagi terkait prosentase data. Menurut Doug Newsom dan Jim Haynes dalam bukunya Public Relations Writing (2004:21), infografis adalah visual grafis yang menampilkan representasi dari informasi, data dan pengetahuan. Infografis menyajikan informasi yang cepat jelas dan kompleks, seperti tanda, peta, jurnalisme, pendidikan, dan pengetahuan. Dengan infografik informasi akan lebih mudah diproses dan juga mengubah data, informasi, permasalahan yang riil dan kompleks menjadi visual yang lebih sederhana untuk dicerna oleh audience. Popularitas infografis telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Infografis kini dapat ditemukan di berbagai surat kabar, presentasi, dan internet dengan beragam jenis visual grafis yang mencakup peta diagram, visualisasi data dan teknis, penjelasan instruksional dan ilmiah untuk menggambarkan informasi yang luas menjadi lebih padat dan mudah dimengerti. Jenis- Jenis Infografis Secara umum infografis terbagi menjadi dua jenis, yaitu grafis informatif dan grafis visual. a. Grafis informatif adalah grafis yang memaparkan kejadian, proses, hasil penelitian maupun fakta secara artistik. Di sini unsur-unsur yang terdapat dalam kaidah seni seperti warna, bentuk, irama, kesatuan dan komposisi antara penempatan infografis dan naskah diperhatikan untuk menarik perhatian pembaca. b. Sedangkan grafis visual adalah grafis yang bersifat sebagai ilustrasi dari seluruh isi berita maupun opini yang digambarkan secara analogi, simbol dan metafora dengan artistik. Grafis visual tidak terdapat ulasan maupun teks pendukung yang mendampingi. 2.5.1.6 Website Website merupakan salah satu media promosi yang paling popular saat ini, memiliki jangkauan ruang dan waktu yang tak terbatas. Pemanfaatan internet sebagai salah satu media pemasaran, dapat membantu menjaring konsumen lebih banyak. Perkembangan internet terus meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini, media promosi tidak hanya didominasi oleh website. Media promosi juga merambah ke jejaring sosial. Menuntut sistem pemasaran yang lebih proaktif dan agresif, langsung ke calon-calon pelanggan potensial. Selain itu, dengan semakin berkembangnya teknologi elektronika, internet juga semakin mudah dan cepat diakses oleh siapapun dan dari manapun. Kebutuhan website yang tidak hanya dapat diakses dari komputer meja ataupun laptop, tetapi juga semakin menuntut adaptasinya dengan perangkat-perangkat bergerak seperti handphone, smartphone, PDA, dan tablet. Karakteristik Website Beberapa karakteristik website diantaranya adalah ; a. Mengandung muatan informasi yang besar, paling atraktif, menghibur dan edukatif dalam sistem komunikasi massa b. Dapat menerobos batasan tempat dan waktu dalam memberikan informasinya c. Kaya akan tampilan grafis sehingga sangat terjangkau sebagai sarana berpromosi d. Media interaktif yang dapat menggabungkan seluruh media informasi, meliputi: audio visual, animasi, image dan teks