BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia adalah sindrom spesifik pada kehamilan yang menyebabkan disfungsi organ serta ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah dan ditemukannya proteinuria. Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan diatas 20 minggu (Cunningham et al., 2010). Menurut klasifikasi National High Blood Pressure Education Working Group, preeklampsia merupakan salah satu kategori hipertensi dalam kehamilan yang memiliki kriteria peningkatan tekanan darah > 140/90 dengan proteinuria > 300 mg pada urin 24 jam. Sebanyak 70% penderita hipertensi dalam kehamilan didiagnosis sebagai preeklampsia (Mosayebi et al., 2013). Angka kejadian preeklampsia di beberapa rumah sakit di Indonesia cenderung mengalami peningkatan sekitar 1,0% - 1,5% pada sekitar 1970-2000 (Sofoewan, 2003). Di RSUP M. Djamil Padang didapatkan 2,38% kasus preeklampsia terjadi pada tahun 2003, 3,69% pada tahun 2004, 3,43% pada tahun 2005 (Ruddin, 2004; Desfiyanti, 2006). Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 10,3% kasus (RSUP M. Djamil Padang, 2013) dan tahun 2013 terdapat 13,6% (RSUP M. Djamil Padang, 2014). Preeklampsia adalah penyakit multisistem yang tidak dapat diprediksi dengan etiopatogenesis yang masih belum jelas hingga saat ini. Adanya disfungsi endotel-trofoblas yang disebabkan oleh sejumlah mekanisme kompleks diduga berperan dalam terjadi preeklampsia. Meskipun dengan etiopatogenesis yang belum jelas, preeklampsia berkontribusi sebanyak 10% sebagai komplikasi dalam kehamilan (Mosayebi et al., 2013). Berdasarkan klasifikasi menurut derajat, preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia ringan ditandai dengan tekanan darah < 160/110 dan proteinuria < +2, Sedangkan preeklampsia berat ditandai dengan tekanan darah > 160/110 dan proteinuria > +3. Preeklampsia ringan yang tidak dikontrol dengan baik melalui asuhan antenatal dapat berkembang menjadi preeklampsia berat. Preeklampsia berat dapat berdampak pada fetal outcome, seperti BBLR hingga kematian ibu dan janin (Aksornphusitaphong dan Phupong, 2013). American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists mendefinisikan asuhan antenatal sebagai suatu program perawatan antepartum komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu perawatan medis dan dukungan psikososial yang secara optimal dimulai sebelum konsepsi dan meluas ke periode antepartum. Perawatan komprehensif ini mencakup penilaian prakonsepsi, kunjungan awal perawatan kehamilan, serta tindak lanjut selama kunjungan antenatal berikutnya. Tujuan utama tindakan ini ialah menentukan status kesehatan ibu dan janin, menentukan usia gestasi janin, dan memulai rencana untuk melanjutkan perawatan obstetric (Cunningham et al., 2010). Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkualitas dengan kuantitas yang sesuai (Sistiarani, 2008; Hermawan, 2013). Kualitas asuhan antenatal ialah kemampuan tenaga kesehatan untuk melakukan konseling dan penyediaan layanan selama kehamilan. Dalam kualitas asuhan antenatal yang paling penting ialah tenaga kesehatan dapat mendeteksi faktor risiko pada kunjungan awal serta melakukan pengamatan dan pada kunjungan berikutnya. Sedangkan kuantitas asuhan antenatal merupakan jumlah kunjungan asuhan antenatal yang dilakukan oleh wanita selama kehamilan dimulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga (Maryland PRAMS, 2007). Di Indonesia asuhan antenatal biasanya dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan. Kunjungan dimulai dari trimester pertama sebanyak satu kali, dilanjutkan pada trimester kedua sebanyak satu kali, dan pada trimester ketiga sebanyak dua kali (Kemenkes RI, 2013). Wanita yang tidak memiliki komplikasi dapat melakukan kunjungan minimal, sedangkan pada kehamilan dengan komplikasi seperti preeklampsia, asuhan antenatal sebaiknya dilakukan kunjungan tambahan. Tidak ada jumlah yang pasti, tetapi sebaiknya dilakukan lebih dari 7 kali kunjungan (Greenberg, 2007). Adekuatnya asuhan antenatal tidak hanya dicerminkan dari permulaan dimulainya asuhan antenatal dan jumlah kunjungan tapi juga ditentukan dengan kualitas asuhannya. Index Kessner mengklasifikasikan asuhan antenatal dengan adekuat, intermediet, dan tidak adekuat. Faktanya kualitas asuhan antenatal jauh lebih penting dibandingkan kuantitasnya. Beberapa studi lain menjabarkan pengetahuan ibu hamil, pendidikan kesehatan, dan modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan efek asuhan antenatal (Liu C et al., 2010). Bagaimanapun juga, kuantitas asuhan antenatal tidak menjadi indikator utama dalam kualitas asuhan antenatal, kunjungan minimal pada ibu hamil berisiko rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan. Pada wanita hamil yang memiliki risiko tinggi seperti preeklampsia harusnya menjalankan asuhan antenatal secara komprehensif, terkoordinasi, berkelanjutan, serta pemeriksaan yang berbasis rumah sakit untuk mengurangi kemungkinan memburuknya komplikasi pada saat kelahiran (Liu C et al., 2012). Berdasarkan penjabaran mengenai asuhan antenatal dan preeklampsia di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan asuhan antenatal dengan preeklampsia di RSUP M. Djamil. Penelitian akan dilakukan dengan cara menganalisis data dari rekam medik pasien yang di rawat di bagian kebidanan RSUP M. Djamil Padang selanjutnya dilakukan wawancara. 1.2 Rumusan Masalah Penelitan Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana hubungan asuhan antenatal dengan preeklampsia di RSUP M. Djamil Padang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan asuhan antenatal dengan preeklampsia di RSUP M. Djamil Padang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui kualitas asuhan antenatal penderita preeklampsia yang melahirkan di RSUP M. Djamil Padang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013. b. Mengetahui kuantitas asuhan antenatal penderita preeklampsia yang melahirkan di RSUP M. Djamil Padang periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013. c. Mengetahui tenaga kesehatan yang melakukan asuhan antenatal pada penderita preeklampsia yang melahirkan di RSUP M. Djamil Padang 1 Januari 2013 – 31 Desember 2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Merupakan suatu pengalaman bagi peneliti dalam memperluas wawasan keilmuan, khususnya mengenai hubungan kualitas asuhan antenatal dengan preeklampsia. 1.4.2 Manfaat Bagi Klinisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan teori dan bukti medis secara ilmiah mengenai hubungan kualitas asuhan antenatal pada kejadian preeklampsia sehingga dapat membantu dalam pencegahan. 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan informasi mengenai pentingnya asuhan antenatal untuk mencegah komplikasi dalam kehamilan.