1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia merupakan penyebab kedua kematian ibu di dunia setelah pendarahan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51%-38,4%. Di negara maju, angka kejadian preeklampsia berkisar 5%–6%, frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhi. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5%. 1 Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan 1,2,3 oleh hipertensi dalam kehamilan (HDK). Di Sumatera Utara, dilaporkan kasus preeklampsia terjadi sebanyak 3.560 kasus dari 251.449 kehamilan selama tahun 2010, sedangkan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dilaporkan angka kematian ibu penderita preeklampsia tahun 2007-2008 adalah 3,45%, pada tahun 2008-2009 sebanyak 2,1%, dan pada 4 tahun 2009-2010 adalah 4,65%. Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam dan terjadinya penurunan perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Melalui penelitian oleh Meis dkk, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%- Universitas Sumatera Utara 2 nya disebabkan oleh preeclampsia.5,9 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR memiliki risiko kematian pada usia di bawah 1 tahun, 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat lahir normal. Hal ini dimungkinkan karena pada BBLR kematangan organ organ tubuh yang belum sempurna.12 Apabila BBLR tidak ditangani dengan baik maka akan memiliki risiko untuk mengalami penyakit neonatus yang lebih besar dari pada bayi dengan berat lahir normal. Beberapa penyakit yang sering dialami BBLR adalah sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan intraventrikular, fibroplasia retrolental dan hiperbilirubinemia. 13 Pada BBLR dapat terjadi kekurangan surfaktan dan belum sempurna pertumbuhan dan perkembangan paru sehingga kesulitan memulai pernafasan.14 Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% sampai 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah bayi berat lahir rendah, yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun.6 Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).6 Hasil Dinkes Sumatera Utara tahun 2012 menyatakan bahwa persentase BBLR di Sumatera Utara sebesar 0,45%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Kabupaten Nias (4,70%) dan terendah di Kota Gunung Sitoli (0,00%) 7 Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa preekelampsia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Salah satu komplikasi pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dan tidak preeklampsia dengan bayi berat lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015. Universitas Sumatera Utara 3 1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak menderita preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di RSUP H. Adam Malik Medan 2015 ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus yang menderita preeklampsi dan tidak menderita preeklampsi dengan kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di RSUP H. Adam Malik Medan 2015 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil di RSUP H. Adam Malik Medan 2015. 2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus yang tidak preeklampsia pada ibu hamil di RSUP H. Adam Malik Medan 2015. 3. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri RSUP H. Universitas Sumatera Utara 4 Adam Malik Medan agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia atau pasien lainnya. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat digunakan dalam menangani pasien preeklampsia. 4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Bagi institusi Pendidikan Bisa dijadikan bahan bacaan, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 1.4.3 Bagi Rumah Sakit Sebagai evaluasi dan suatu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komperhensif terhadap penderita preeklampsia. Universitas Sumatera Utara