Authors : Yayan Akhyar Israr, S.Ked Christopher A.P, S. Ked Riri Julianti, S.Ked Ruth Tambunan, S. Ked Ayu Hasriani, S. Ked Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 © Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk ANTENATAL CARE PENDAHULUAN Sebagian besar kehamilan berlangsung normal dan tanpa perlu disertai dengan intervensi medis. Salah satu tujuan perawatan antenatal adalah memungkinkannya proses surveillance terhadap semua kehamilan sehingga dapat melakukan deteksi komplikasi sedini mungkin. Di negara berkembang, banyak ibu hamil yang tidak memperoleh perawatan antenatal yang memadai dan hal ini dapat menyebabkan akibat yang serius.1 Asuhan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.2 Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan mengembangkan komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa meningkat menjadi fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi menurun.2 Pelayanan kebidanan terdiri atas pengawasan serta penanganan wanita dalam masa hamil dan pada waktu persalinan, perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan, perawatan bayi, dan pemeliharaan laktasi. Dalam arti yang lebih luas usaha-usaha dimulai lebih dahulu dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan para remaja yang sebagai calon ayah dan ibu, dan dengan membantu mereka dalam mengembanghkan sikap yang wajar terhadap kehidupan kekeluargaan serta tempat keluarga dalam masyarakat. Termasuk pula bimbingan mereka untuk kelak menjadi ayah dan ibu yang baik serta pengertian tentang soalsoal yang bersangkutan dengan kesehatan reproduksi.3 1 PELAYANAN ANTENATAL CARE Pelayanan antenatal ialah suatu upaya untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.2 Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas Puskesmas.2 TUJUAN ANTENATAL CARE Pemeriksaan prenatal awal harus dimulai segera setelah diperkirakan terjadinya kehamilan atau setelah terlambat menstruasi. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Tujuan antenatal care yaitu:1 1. Ibu hamil mencapai akhir kehamilan dalam keadaan sehat atau bahkan lebih sehat dibandingkan masa sebelum hamil. 2. Deteksi dan terapi dini masalah fisik atau psikologi yang muncul selama kehamilan. 3. Pencegahan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang memadai terhadap komplikasi kehamilan. 4. Persalinan bayi yang sehat. 5. Memberikan kesempatan pada ibu dan atau keluarga untuk melakukan diskusi mengenai hal-hal yang mencemaskan atau mengkhawatirkan dalam kehamilan maupun persalinan. 6. Informasi pada ibu hamil mengenai rencana penatalaksanaan kehamilan dan persalinan berikut alasannya secara terinci. 7. Pasangan suami istri dipersiapkan untuk menghadapi proses persalinan, perawatan bayi termasuk pemberian informasi mengenai gizi, perawatan anak dan keluarga berencana. 2 Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.2 Ini berarti dalam ante natal care harus diusahakan agar:2 1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat 2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati 3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal REKAM MEDIS PRENATAL Rekam medis prenatal dalam sistim perawatan kesehatan prenatal sangat pembantu pelaksanaan antepartum dan intrapartum. Terdapat beberapa definisi penting untuk menghasilkan rekam medis prental yang akurat, yaitu: 4 a. Primipara yaitu seorang wanita yang pernah sekali melahirkan janin yang mencapai viabilitas dengan demikian penghentian kehamilan setelah tahap abortus member paritas bagi wanita bersangkutan. b. Multipara yaitu seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai usia viabilitas. Yang menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang kehamilan yang mencapai viabiltas dan bukan janin yang dilahirkan. c. Nuligravida yaitu seorang wanita yang saat ini tidak sedang atau tidak pernah hamil. d. Gravida yaitu seorang wanita yang sedang atau pernah hamil, apapun hasil akhir kehamilanny. Dengan terjadi kehamilan pertama, maka ia menjadi seorang primigravida, dan dengan kehamilan berikutnya ia menjdi multigravid. e. Nillipara yaitu seorang wanita yang belum kehamilannya melebihi usia abortus. f. Parturien yaitu seorang yang sedang melahirkan g. Puerpera yaitu seorang wanita yang baru melahirkan 3 pernah menyelesaikan PENENTUAN USIA KEHAMILAN Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira–kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). - Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). - Kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postmatur. - Kehamilan antara 28 – 36 minggu disebut kehamilan prematur. - Kehamilan yang terakhir ini mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda mempunyai prognosis buruk.3 Ditinjau dari tua kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian: 3 1. Kehamilan triwulan I (antara 0 sampai 12 minggu) 2. Kehamilan triwulan II (antara 12 sampai 28 minggu) 3. Kehamilan triwulan III (antara 28 sampai 40 minggu) Untuk menentukan usia kehamilan dapat digunakan kriteria sebagai berikut :3 1. Berdasarkan panjangnya janin ( menurut Haaese) Dalam 5 bulan yang pertama panjangnya janin dalam cm adalah kuadrat dari umur kehamilan dalam bulan, dan setelah bulan kelima umurnya dalam bulan dikalikan dengan 5 (lima). Tabel 1. Penentuan usia kemamilan menurut Haaese Umur (bulan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Panjang (cm) 12 = 2 22 = 2 32 = 9 42 = 16 52 = 25 6 x 5 = 30 7x5 =35 8x5 = 40 9x5 =45 10x5 =100 2. Berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (menurut Naegele) Untuk menentukan usia kehamilan, lebih tepat jika kita menghitung umur janin dari saat konsepsi. Pada siklus menstruasi 28 hari (4 minggu) yang teratur, ovulasi terjadi 2 minggu setelah haid yang terakhir. Dari HPHT dapat ditentukan 4 tafsiran persalinan berdasarkan rumus Neagle yaitu tanggal ditambah 7 (tujuh), bulan dikurang 3 (tiga), dan tahun ditambah 1(satu). Contoh : Haid terakhir : 3 – 5 – 2003 (+7) (-3) (+1) Tgl Persalinan : 10 - 2 - 2004 Saat persalinan tergantung pada saat ovulasi, maka karena saat ovulasi ditentukan juga oleh lamanya siklus, maka hukum Naegele hanya berlaku untuk siklus 28 hari 3. Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (menurut Leopold) Tabel 2. Penentuan usia kehamilan menurut Leopold < 12 minggu Belum dapat diraba 12 minggu 1-2 jari atas simpisis 16 minggu Pertengahan simpisis – pusat 20 minggu 3 jari bawah pusat 24 minggu setinggi pusat 28 minggu 3 jari atas pusat 32 minggu Pertengahan P.X – pusat 36 minggu 3 jari bawah P.X 40 minggu Pertengahan P.X – pusat 4. Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri dalam cm (menurut Mc-Donald) Rumus : Tinggi Fundus Uteri (Cm) = Tuanya kehamilan dalam 3,5 cm Tabel 3. Penentuan usia kehamilan menurut Mc-Donald Tinggi Fundus Uteri (cm) 20 23 26 30 33 Usia Kehamilan (bulan) 5 6 7 8 9 5 KOMPONEN YANG DI ANJURKAN PADA ASUHAN PRENATAL RUTIN SETELAH KUNJUNGAN PERTAMA Komponen-komponen yang dianjurkan pada asuhan prenatal rutin setelah kunjungan pertama dapat dilihat pada table berikut :5 Tabel 4. Komponen anjuran Prenatal rutin setelah kunjungan pertama Interval kunjungan Setiap 4 minggu sekali sampai minggu ke-28, kemudian setiap 2-3 minggu sekali sampai minggu ke-36, dan sesudahnya setiap minggu Setiap kunjungan Ukur tekanan darah, berat badan, protein dan glukosa urin, ukuran uterus, bunyi jantung janin, gerakan janin,, kontraksi, perdarahan dan pecah ketuban, ultra sonografi hanya atas indikasi spesifik. 15-20 Penapisan alfa-fetrotein diserum ibu 24-28 minggu Penapisan untuk diabetes gestasional apabila ada indikasi 28 minggu Pemeriksaan antibody pada wanita negative –D (Rh-), pemberian globulin imun anti–D apabila diindikasikan. SURVEILANS PRENATAL Pada setiap kunjungan ulang dilakukan langkah-langkah untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janinnya. Informasi tertentuyang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu :5 Janin : a. Bunyi jantung b. Ukuran saat ini dan laju perubahannya c. Jumlah cairan ketuban d. Bagian terbawah janin dan penurunannya/ station (pada tahap lanjut kehamilan ) e. Aktifitas Ibu: a. Tekanan darah saat ini dan besar perubahannya b. Berat badan saat ini dan besar perubahanya c. Gejala,termasuk nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri abdomen, mual dan muntah, perdarahan, cairan dari vagina, disuria. 6 d. Tinggi pundus dari simfisis dalam sentimeter e. Pemeriksaan dalam ( vaginal touché ) pada kehamilan tahap lanjut sering memberikan informasi berharga f. Memastikan bagian terbawah janin g. Penurunan bagian terbawah janin h. Perkiraan klinis kapasitas paggul dan konfigursi umumnya i. Kisistensi, pendataran, dan pembukaan servik 7 PREEKLAMPSIA PENDAHULUAN Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda pentig preeklampsia, dan apabila tidak terdapat proteinuria, diagnosisnya dipertanyakan. Proteinuria didefenisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara menetap pada sampel urin. Pada kenyataannya, preeklampsia secara klinis mulai tampak hanya menjelang akhir suatu proses patofisiologis yang mungkin sudah dimulai 3 sampai empat bulan sebelum timbulnya hipertensi. Kriteria minimum untuk menegakkan diagnosa preeklampsia adalah hipertensi ditambah proteinuria minimal. Semakin parah hipertensi atau proteinurianya, semakin pasti diagnosis preeklampsi. Demikian juga temuan laboratorium pada tes fungsi ginjal, hati dan hematologis meningkatkan kepastian preeklampsia.4 Kombinasi proteinuria dan hipertensi selama kehamilan secara nyata meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas peinatal. Hasil dari sebuah studi prospektif selama 13 tahun yang dilaporkan oleh Friedman dan Neff (1976) pada lebih dari 38.000 kehamilan, dimana hipertensi saja berkaitan dengan kematian janin sebesar 3 kali lipat. Memburuknya hipertensi, terutama apabila disertai oleh proteinuria, merupakan pertanda buruk. Naeye dan Friedman dalam Knuppel (1999) menyimpulkan bahwa 70 % peningkatan kematian janin pada para wanita di atas disebabkan infark besar pada plasenta, ukuran plasenta yang terlalu kecil, dan solusio plasenta. Faktor lain yang menunjukkan keparahan hipertensi adalah disfungsi jantung dengan edem paru serta pertumbuhan janin terhambat yang nyata.6 Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya, jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10% .Insiden preeklampsia sering disebut sekitar 5%, walaupun laporan yang ada sangat bervariasi. Insiden sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis dan karenanya juga 8 predisposisi genetik, sementara faktor lingkungan juga berperan, sebagai contoh, Palmer dkk (1999) melaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa wanita yang sosio ekonominya lebih maju, lebih jarang terjangkit preeklampsia, bahkan setelah faktor ras dikontrol. Faktor risiko lain yang berkaitan dengan preeklampsia adalah kehamilan multipel, riwayat hipertensi kronik, usia ibu lebih dari 35 tahun, obesitas dan ibu etnis Amerika-Afrika. Hubungan antara berat badan ibu dengan preeklampsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3 % untuk wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 menjadi 13,3 %.7 Wanita yang mengalami preekLampsia lebih rentan mengalami penyulit hipertensi pada kehamilan berikutnya. Umumnya semakin dini preeklampsia didiagnosis saat hamil, semakin besar kemungkinan kekambuhannya. Wanita multipara yang mengalami preeklampsia beresiko tinggi mengalami kekambuhan preeklampsia pada kehamilan berikutnya dibandingkan nulipara yang mengalami preeklampsia.7 Pada preeklampsia sering dijumpai perburukan patologis fungsi sejumlah organ dan sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Wanita dengan preeklampsia berat-eklampsia biasanya mengalami odem paru setelah melahirkan dapat terjadi gangguan penglihatan pada preeklampsia berat tersendiri atau bersama dengan kejang, walaupun jarang, keluhan nyeri kepala, perubahan fungsi dan integritas hepar dapat terjadi. Keterlibatan hepar pada preeklampsia adalah hal yang serius dan sering ditandai oleh tanda-tanda keterlibatan organ lain, terutama ginjal dan otak, bersama dengan hemolisis dan trombositopenia. Keadaan ini sering disebut sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low platelet count).7 DEFINISI Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan menggunakan fase V korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Preeklampsia bukan merupakan penyakit melainkan reaksi tubuh untuk mempertahankan kebutuhan janin.4 9 A. Preeklampsia Kriteria minimum : 4 - TD ≥ 140/90 mmHg - Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ + 1 pada dipstick Kriteria diagnosis PEB : 4,10 - TD sistolik > 160-180 ; diastolik > 110 mmHg - Proteinuria > 5 g/ 24 jam - Oligouria (<500 ml/24 jam) - Gangguan cerebral atau visual - Edema pulmonum - Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan - Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas - Trombositopenia - PJT/Restriksi pertumbuhan/Oligohidramnion - Kreatinin serum meningkat B. Impending Eklamsia Impending eklamsia adalah preeklamsia disertai gejala beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang progesif. Impending eklamsia ditangani sebagai eklamsia.4,10 C. Eklampsia Eklamsia adalah Kejang yang tidak disebabkan hal-hal lain pada seorang wanita hamil selain preekalmpsia seperti epilepsi atau defisit neuorolgis lainnya.4 ETIOLOGI Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui walaupun diyakini bahwa preeklampsia berhubungan erat dengan plasenta. Hipotesis yang penting pada patogenesis preeklampsia adalah terdapatnya senyawa yang dihasilkan jaringan uteroplasenta yang masuk kedalam sistem sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan endotel. Perubahan endotel yang terjadi dianngap sebagai penyebab 10 utama timbulnya gejala preeklampsia seperti hipertensi, proteinuria, dan aktivasi sistem hemostasis.4,7 KOMPLIKASI Komplikasi tergantung dari derajat preeklamsia atau eklamsia. Yang termasuk komplikasi antaralain atonia uteri. Sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low platelet count), ablasia retina, KID, gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian.4 PENGELOLAAN KEHAMILAN Pada umumnya PEB pada kehamilan < 28 minggu dan > 35 minggu dilahirkan, sedangkan pada kehamilan antara 28-35 minggu masih kontroversi antara ekspektatif yaitu menunda persalinan sambil diberikan pematangan paru versus tindakan aktif untuk melahirkan tanpa memandang usia kehamilan.9,10 INDIKASI MELAHIRKAN JANIN SELAMA PERIODE EKSPEKTATIF PADA PREEKLAMPSIA BERAT Indikasi melahirkan janin selama periode ekspektatif pada pasien PEB antara lain: 9,10 a. Indikasi Janin 1. Usia kehamilan > 35 minggu 2. Usia kehamilan < 35 minggu dengan paru janin yang sudah matang atau selesai pemberian steroid 3. TBA < 5 th persentil 4. adanya oligohidramnion berat 5. tes kesejahteraan janin yang abnormal 6. ketuban pecah b. Indikasi Ibu 1. Persalinan pretem atau perdarahan pervaginam 2. Eklampsia atau encepalopati 3. Udem paru atau gagal ginjal 4. Oliguria menetap setelah diterapi 5. Trombositopenia menetap 11 6. Nyeri epigastrium berat atau keluhan serebral 7. Keinginan ibu 8. Hipertensi berat yang tidak responsif dengan pemberian terapi yang maksimal Hingga saat ini waktu untuk terminasi kehamilan pada PEB preterm masih menjadi perdebatan. Oleh karena penyembuhan preeklampsia hanya dengan melahirkan janin, maka terdapat kesepakatan umum untuk terminasi pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu atau jika terdapat bukti adanya distress janin atau ibu sebelum waktu itu. Akan tetapi belum ada kesepakatan mengenai terminasi kehamilan pada pasien PEB sebelum usia kehamilan 34 minggu.Manajemen aktif pada PEB sebelum usia kehamilan 34 minggu akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal karena prematuritas. Dengan demikian akan memperpanjang perawatan janin pada neonatal intensive care unit. Sebaliknya, manajemen ekspektatif dapat menimbulkan kematian janin intra uterin dan peningkatan morbiditas maternal.8 Dengan monitoring ketat terhadap janin dan ibu akan dapat menurunkan komplikasi janin dan ibu pada preeklampsia preterm. Pemantauan janin antenatal pada PEB preterm mencakup penghitungan gerak janin oleh ibu, NST dan/atau profil biofisik setiap hari dan USG untuk memantau pertumbuhan janin 2 kali seminggu. Sedangkan pemantauan ibu mencakup kontrol ketat tekanan darah, gejala sakit kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium, nyeri perut, perdarahan pervaginam dan pemeriksaan laboratorium hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari, fungsi hepar 2x seminggu.8,9 PEDOMAN PENATALAKSANAAN PASIEN PREEKLAMPSIA BERAT YANG JAUH DARI ATERM Pedoman penatalaksanaan pasien preeklampsia berat yang jauh dari aterm antara lain:9 1. Indikasi ibu • Kelahiran Cepat ( dalam 72 jam ) Jika ditemukan satu / lebih gejala berikut : 12 - Hipertensi yang tidak terkontrol : Sistolik ≥ 160 mmhg atau Diastolik ≥ 110 mmhg maksimal dengan 2 kali pemberian antihipertensi yang dianjurkan. - Ada Eklampsia - Trombosit < 100.000 / mm3 - SGOT / SGPT > 2 X dari nilai normal dengan nyeri epigastrium atau kuadran atas kanan perut • - Edema paru - Fungsi ginjal yang terganggu : Kreatinin > 1 mg% - Solusio Plasenta - Nyeri kepala terus menerus dan gangguan penglihatan. Ekspektatif Jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut :9 - Hipertensi terkontrol - Proteinuria - Oliguria (< 0,5 ml/kgbb/jam) yang berhasil dihilangkan setelah diberi terapi dan dengan diet biasa. - SGOT / SGPT < 2 X dari nilai normal. - Tidak ada nyeri epigastrium atau kuadran atas kanan perut. 2. Indikasi Janin 9 Kelahiran Cepat ( dalam 72 jam ) Jika ditemukan satu / lebih gejala berikut : - Keadaan berulang dari deselerasi variabel atau lambat yang berat. - Profil biofisik 4 atau kurang pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam. - Indeks Cairan Amnion 2 cm atau kurang - TBA dengan USG 5th persentil atau kurang - Reverse umbilical artery diastolic flow Ekspektatif Jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut : - Profil Biofisik ≥ 6. - Indeks Cairan Amnion > 2 cm. - TBA dengan USG > 5th persentil. 13 MANAGEMEN PREEKLAMPSIA BERAT PREEKLAMPSIA BERAT - Persiapkan persalinan (ruangan) Evaluasi ibu dan fetus X 24 jam Magnesium sulfat x 24 hours Antihipertensive if sistolic ≥ 160 mmHg Distolik ≥ 110 atau MAP > 125 mmHg - Distress maternal Kondisi fetus yang tidak baik Ruptur membran Kehamilan 34 minggu - MgSO4 - Persalinan YES IUGR berat steroid YES No < 23 minggu 23-32 minggu Terminasi kehamilan - 33-34 minggu Steroid pada minggu 24-32 Antihipertensi bila perlu Evaluasi kondisi ibu dan fetus Persalinan pada 34 minggu Gambar 1. Manajemen anjuran untuk preeklamsia berat.7 14 Tabel 5. Daftar obat untuk penangan hipertensi kronik dalam kehamilan7 Obat Dosis Awal Dosis Maksimum harian 1200-2400 mg Efek samping yang sering Sakit kepala - Labetalol 100 mg per 8 jam - Thiazid diuretik 12,5 mg 2 kali per hari 50 mg Hipolkalemi 10 mg per 8 jam 30 mg per hari 120 mg 240 mg Hipotensi Sakit kepala Takikardi 250 mg dua kali per hari 4 gram - Nifedipine Kerja pebdek Kerja panjang - Metildopa Alpha Rasa haus Evaluasi enzim hati Tabel 6. Pengobatan untuk hipertensi akut berat7 Obat - Hidralazine Dosis 5-10 mg IV setiap 20 menit Onset Kerja 10-20 menit Durasi kerja 3-6 jam Efek samping Takikardi Sakitkepala Mual Angina - Labetalol 20-80 mg IV setiap 20 menit 5-10 menit 3-6 jam Muntah Block jantung - Sodium nitroprusside 0,25-5 mcg/kg/menit 1-2 menit 1-2 menit Nausea Muntah Nyeri otot - Nikardipine 5-15 mg per jam IV 1-4 jam 1-4 jam Takikardi Sakit kepala Phlebitis 15 DAFTAR PUSTAKA 1. Widjanarko B. Perawatan Antenatal. Disitasi dari: http://www. obfkumj.blogspot. pada tanggal: 10 Juli 2009 2. Henri P. Telaah Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care pada Sarana Kesehatan. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Bogor: IPB.2007 3. Winkjosastro H. Pengawasan Wanita Hamil. Dalam: Ilmu Kebidanan.Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo;2002. 4. Webmaster. Resiko Tinggi Kehamilan Remaja (Usia Muda). Disitasi dari: http://www.creasoft.wordpress.com pada tanggal:10 Juli 2009.Pembaharuan terakhir [Januari 2008] 5. Cunningham GF,Gant NF, Leveno KJ,et al.Prenatal Care.Dalam: Williams Obstetric Vol.1 Edisi 21. New York: The Mc Graw-Hill Companies,inc; 2006. 6. Knuppel RA, Drukker JE. Hypertension in pregnancy. In High Risk Pregnancy, 2nd ed. .>B Sauders Company. Philadelphia, 1999:501-513. 7. Sibai BM, et al. Aggressive versus expactant management of severe preeclampsia at 28 to 32 weeks’ gestation : A randomizad controlled trial. Am J Obstet Gynecol 1994;171:818-22) 8. Sibai BM. Diagnosis and Managemen of Gestasional hipertension and Preeclampsia. High risk pregnancy series : an expert's reviews. vol.102. Edisi pertama. New York : The American College of Obstetricians and Gynaecologist. Alih bahasa : Wibowo N. Diagnosis dan Managemen Preeklampsia Berat. Jakarta : Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri and Ginekologi FKUI-RSCM;2004. 9. Friedman A, Schiff, et al. Ecpectant Management of Severe Preeclampsia Remote from Term. Dalam : Clinical Obstetric and Gynecology. Edisi kedua. Philadelphia : McGraw-Hill Companies Inc;1999. 42:470-8. 10. Norwitz ER, et al. Screening for and management of preeclampsia. Disitasi dari : http://www.uptodate.com pada tanggal : 23 Juli 2009. Perbaharuan terakhir : Januari 2004. 16 © Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk