BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Oksigenasi Oksigen adalah salah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Oksigenasi
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Kekurangan oksigen
kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Selain itu oksigen
digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen
akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.Oksigenasi adalah
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran masuknya
oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lender
(suction)
Tujuan :
1. untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. untuk menurunkan kerja paru-paru
3. untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen
ke jaringan tubuh
ditentukan oleh system respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
1. Sistem respirasi/pernapasan
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen,
dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi
pernapasan antara 12-15 kali per menit.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg)
sehingga udara akan masuk ke alveoli.
a. Kebersihan jalan napas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
b. Adekuatnya system saraf pusat dan pusat pernapasan.
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru.
d. Kemampuan otot-otot pernapasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal
interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di
mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris
dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta
dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi
paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktuwaktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Oksigen terus- menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan
karbon dioksida (CO 2 ) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi
udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
area membrane respirasi akan memengaruhi proses difusi. Misalnya pasa tekanan parsial
(P) O 2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO 2
dengan PCO 2 akan dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO 2
dengan maka CO 2 akan berdifusi keluar alveoli.
2. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena
pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.
Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol,
dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke jantung
melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui
katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi secara
sistemik berdampak pada kemampuan transport gas oksigen dan karbon dioksida.
3. Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksia dari
jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah
merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi
dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi membentuk oksihemoglobin
(HbO 2 ). Afinitas atau ikatan Hb dengan O 2 dipengaruhi oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3
difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Faktor-faktor
yang
memengaruhi
kebutuhan
oksigen
antara
lain
fisiologi,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O 2 seperti pada anemia.
b.Menurunnya konsentrasi O 2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O 2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c.Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi:
1. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada pasien dekom
menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri
koroner ke miokardium.
Perubahan Fungsi pernapasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O 2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hoperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada
(chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O 2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO 2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada
keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O 2 seluler akibat dari defisiensi O 2 yang diinspirasi atau
meningkatkan penggunaan O 2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O 2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O 2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O 2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan
clubbing.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
B. Efusi Pleura
1.
Pengertian
Efusi pleura adalah pengumplan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara
permukaan viceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi teapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adnya friksi ()Smeltzer C Suzanne).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price & Wilson, 2006)
Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleuralyang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakitsekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 menjadi 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya efusi (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Efusi pleura merupakan penyakit sauran pernapasan. Penyakit ini bukan merupakan
suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat
mengancam jiwa penderita (WHO).
Secara geografis penyakit ini tersdapat diseluruh dunia bahkan menjadi masalah utama
di negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena
faktor lingkungan di Indonesia. Penyakit efusi pleura dapat ditemukan sepanjang tahun dan
jarang dijumpai secara sporadis tetapi lebih sering bersifat epidemikk di suatu daerah.
Pengetahuan yang dalamtentang efusi pleura dan segalanya merupakan pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Disamping pemberian obat, penerapan proses
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
keperawatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan
dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat efusi pleura.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan-cairan dalam
rongga pleura (Price & Wilson, 2006).
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga pleural,
antara lapisan Visceral dan Parretal (Mansjoer Arif, 2001).
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).Pleura
merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi rongga
dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis
dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura
lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit,
pleura mungkin mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga
pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam pleura
parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih
perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih
perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis lebih
besar daripada pleura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal hanya
terdapat beberapamililiter cairan.
Efusi Pleura dibagi menjadi 2 yaitu (Morton, 2012) :
1. Efusi Pleura Transudat
Merupakan Ultrafiltrat Plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura seperti gagal jantung kongestif,
atelektasis, sitosis, sindrom nefrotik dan dialysis peritoneam.
2. Efusi Pleura Eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan dengan dehidrogenose laktat (LDH) lebih dari 0,6
c.
LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum penyebab efusi
pleura eksudat seperti pneumonia, emprema, penyakit metastatis (mis kanker
paru, payudara, lambung atau ovarium), hematotorak, infark paru, keganasan,
rupture aneurisma aorta.
b. Penyebab
Efusi pleura adalah akumululasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan
oleh satu dari lima mekanisme berikut:
1. Peningkatan tekana pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan ostomic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intra pleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tinjauan tentang WSD (Water Seal Drainase)
a. Pengertian
Merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah, pus/cairan) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan menggunakan
pipa penghubung.
Pada kasus trauma dada, infeksi bakteri, atau pembedahan dapat mengakibatkan tekanan
negatif pada paru-paru sehingga menyebabkan kolaps paru. Udara atau cairan dapat masuk
kedalam rongga pleura. Perlu dilakukan pemasangan selang menembus toraks dan drainase
dada yang tertutup (WSD) untuk mengeluarkan udara atau cairan dari dalarn rongga pleura.
b. Tujuan
Adapun tujuannya untuk mencegah akumulasi darah atau udara disekitar jantung.
Lokasi pemasangan WSD sesuai dengan indikasi yang di butuhkan pada pemasangan selang
tersebut. WSD pada mediastinum diletakan tepat di bawah sternum. Selang WSD di letakan
pada posisi posterior atau lateral bawah untuk mengalirkan udara atau cairan.
Tujuan penatalaksanaan WSD secara umum:
1. Mengeluarkan cairan, udara dari rongga pleura dan rongga thorax.
2.Mencegah masuknya udara kembali yang dapat mengakibatkanpneumothorax.
3. Mempertahankan agar paru-paru tetep, mengembang, atau tekanan tetapnegatif.
c. Macam-macam WSD antara lain:
1) WSD dengan satu botol.
Chest tube dari klien dihubungkan dengan selang dari botol WSD. Selang WSD
harus tertanam dibawah air dalam botol WSD+1-2 cm H20 untuk mencegah masuk ke selang
WSD. Selang lain terbuka keluar untuk mengeluarkan udara. Fluktuasi cairan (undulasi)
dalam selang WSD harus selalu terlihat seirama dengan inspirasi dan ekspirasi. Pengeluaran
cairan karena faktor gravitasi. Merupakan tehnik yang sering digunakan.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Gambar 1.1
Sistem 1 botol (tidak ada udara) drainase akan menyatu dengan
Waterseal
Gambar 1.2
Sistem 1 botol dengan pengikat vertikal untuk mengukur
drainase. Pengikat dapat ditandai jam atau dengan mengubahnya untuk mengecek
jumlah drainase.
2) WSD dengan dua botol.
Pada prinsipnya sama saja, hanya saja ada Sistem penampungan air tertutup. Water
Seal Chamber dan botol penampung. Pengeluaran cairan tergantung: (1) Gravitasi dan (2)
Suction yang dihubungkan dengan pada saluran pembuangan udara pada botol.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Gambar 1.3
Sistem 2 botol dengan tempat atau wadah untuk drainase dan
untuk mengalirkan drainase.
Gambar 1.4
Alternatif sistem 2 botol, sistem ini mengumpulkan drainase
dengan waterseal dan sebuah kontrol wadah penghisap
3).WSD dengan tiga botol.
Sama dengan sistem dua botol, ditambah situ botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air
botol WSD. Drainage tergantung suction (hisapan) yang dikontrol dengan manometer.
Botol ketiga mempunyai tiga selang.
a.
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol kedua.
b.
Tube pendek lain di hubungkan dengan suction.
c.
Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke udara
atmosfir. (Mansjoer, 1999 ; Parji Santora, 2004)
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Gambar 1.5
Sistem 3 botol, 1 untuk drainase, 2 untuk waterseal dan yang ke
3 untuk penghisap.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
C. Anatomi fisiologi
1. Anatomi Sistem Pernafasan
Gambar.1.6 Sistem Respirasi pada manusia (kiri) dan struktur Aleolus (kanan),
(Sumber: Compabel ef al,1999)
Organ-organ Pernafasan Terdiri dari
a. Nasal Cavity
Merupakan saluran udara yang didalamnya terdapat bulu yang berguna untuk
menyaring udara,debu dan kotoran yang masuk ke dalam hidung.
b. Pharynk.
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar tengkorak dibrlakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher,yang menghubungkan pharynk dengan organ lainnya. Ke atas
berrhubungan dengan rongga hidung dengan perantara koana. Ke depan berhubungan
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dengan rongga mulut, ke bawah dengan lubang larynx dan ke belakang lubang
esophagus.
c. Larynx.
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara,terletak didepan
pharynx sampai ktinggian vertebrata servikalis dan masukan ke dalam trachea
d. Trachea
Merupakan bagian lanjutan dari Larynx terbentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang
terdiri dari lubang-lubang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda atau huruf C.
Panjang trachea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos
e. Paru-paru kanan
Merupakan sebuah alat tubuh sebagian besar terdiri dari gelembung gelembung
hawa/alveoli. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru-paru) Lobus destra
superior, Lobus Media, Lobus Inferior. Tiap Lobus terdiri dari belah-belah yang
bernuama Segment. Paru-paru kanan mempunyai 10 segment yaitu 5 segment pada
lobus superior, 2 segment pada lobus medialis, dan 3 segment pada lobus inferior.
f. Merupakan sebuah alat tubuh sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
hawa/alveoli. Paru-paru kiri erdiri dari pulmo Sinistra, Lobus Superior dan Lobus
Inferior. Tiap lobus terdiri dari belah-belah yang bernama segment yaitu 5 segment
lobus superior, dan 5 segment pada lobus inferior.
g. Bronchus.
Merupakan lanjutan dari Trachea, mempunyai struktur serrupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronchus itu berjalan kebawah dan ke samping arah
tumpuk paru-paru. Bronchus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada Bronchus
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronchus kiri lebih panjang dan
lebih ramping dari pada bronchus kanan,terdiri dari 9-12 cincin, mempunyai dua
abang.
h. Bronchiole.
Merupakan Bronchus cabang-cabang. Pada Bronchiole tak terdapat cincin lagi dan
pada ujung Bronchiole terdapat gelembung paru/hawa alveoli.
(Syaifudin,1997)
2. Fisiologi pernafasan Paru-paru
Menurut Setiadi, 2007Paru-paru terdiri dari beberapa lobus:
a. Paru-paru kanan terdiri dari Lobus ats,tengah,bawah.
b. Paru-paru kiri terdiri dari lobus atas dan bawah.
Udara dialirkan ke setiap lobus melalui bronkus utama, perbedaan antara paru
kanan dan kiri dalam ukuran saluran udaranya. Bronkhus kiri lebih sempit dan
berjalan dengan membentuk sudut dri kiri trakhea yang lebih tajam menjadikan saat
penghisapan sekret dari kiri lebih sulit.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna,oksigen diambil melalui
mulut dan hidung pada waktu bernafas. Oksigen masuk melalui trakhea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung
dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Ada empat proses yang berhubungan
dengan pernafasan pulmonar:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar darah dalam alveoli
dengan udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat
yang bisa dicapai untuk semua bagian
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.
Besarnya daya muat udara paru-paru 4.500 mL sampai 5000 mL (4,5 s/d 5 liter)
udara yang di proses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)
D. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis
1)
Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior,
tumor, sindroma meig.
2)
Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya,
tumor, ifark paru,
radiasi, penyakit kolagen.
3)
Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma,
infark paru,
tuberkulosis.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viceralis.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit
dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru,
lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis (Arif Muttaqin, Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan).
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
E. Patifosiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H 2 O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan
osmotik
koloid
menurun
misalnya
pada
penderita
hipoalbuminemia
dan
bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,
bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra
pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase
limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru
dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan
yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik
kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi
atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura,
yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma
dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).
F. Tanda dan gejala
1) Batuk
2) Dispnea bervariasi
3) Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4) Pada efusi yang beratterjadi penonjolan ruang interkosta.
5) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
6) Perkusi meredup diatas efusi pleura.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
7) Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
8) Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
9) Fremitus fokal dan raba berkurang.
10) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.
F. Penatalaksanaan umum
1. Penatalaksanaan Medis menurut (Boughman, 2000)
a. Torakosentesis dilakukan untuk membuang cairan, mengumpulkan spesimen
untuk analisis dan menghilangkan dispnea
b. Slang dada dan drainaseter-seal mungkin diperlukan untuk pneumothorak
c. Obat dimasukkan ke dalam ruag pleura untuk mengoblitersai ruang pleura dan
mencegah penumpukan cairan lebih lanjut
d. Modalitas pengobatan lainnya : radiasi dinding dada, operasi pleurektomi dan
terapi diuretik
Tinjauan tentang WSD
a. Pengertian
Water-seal drainase(WSD) atau selang dada adalah salah satu selang yang
dimasukkan kedalam ruang atau rongga pleurauntuk memindahkan air atau udara
sehingga mengembalikan rongga intrapleura kepada tekanan negatif dsn memperbaiki
kolaps paru atau bagian-bagian lain (Thelan, 1994)
Tempat terbaik pemasangan selang dada adalah pada intercostal space atau ruang
antar iga (ICS) II dan III dinding thorax anterior (dinding dada bagian depan) ke arah
atas rongga pleura berlawanan dengan cairan yang secara gravitasi terdapat pada
bagian terbawah rongga.
Penempatan selang dad untuk drain cairan adalah pad
rongga thorax bagian bawah pada ICS VI, VII, atau, XI. Pada beberapa keadaan
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dilakukan penempatan selang pada kedua lokasi untuk membuang udara dan cairan.
Kebocoran atau tersumbatnya selang dada dapat mengakibatkan distress pernafasan.
Merupakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus atau
cairan) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan menggunakan
pipa penghubung.
Pada kasus trauma dada, infeksi bekteri atau pembedahan dapat mengakibatkan
tekanan negatif pada paru-paru sehingga menyebabkan kolaps paru. Udara atau cairan
dapat masuk ke dalam rongga pleura. Perlu dilakukan pemasangan selang menembus
thoraks dan drainase dada yang tertutup (WSD).
b. Tujuan
Adapun tujuannya untuk mencegah akumulasi darah atau udara disekitar
jantung. Lokasi pemasangan WSD sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan
pada pemasangan selang tersebut. Selang WSD diletakkan pada posisi
posterior/lateral bawah untuk mengalirkan udara atau cairan.
Tujuan penatalaksanaan umum
1. Mengeluarkan cairan, udara dari rongga pleura dan rongga thorax
2. Mencegah masuknya udara kembali yang mengakibatkan pneumotoraks
3. Mempertahankan agar paru-paru tetap mengembang, atau tekanan tetap
negatif.
c. Macam-macam dengan satu botol
1. WSD dengan satu botol
2. WSD dengan dua botol
3. WSD dengan tiga botol
d. Indikasi
Indikasi pemasangan water-seal drainase adalah:
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1. Pneumotoraks>20%: terbuka, tertutup
2. Hemotoraks
3. Pneumotoraks : akibat pembedahan, setelah pembedahan dada
4. Efusi pleura
5. Ventilasi mekanis pasien beberapa ukuran pneumotoraks dan hemotoraks
e. Komplikasi
1. Selang dada terdorong ke luar (tension pneumotoraks)
2. Udara di dalam rongga pleura tidak mengalir
f. Tanda-tanda klinis pasien dilaporkan segera kepada perawat penanggung
jawab bila terpasang WSD (Koizer & Erb, 1982):
1. Peningkatan kecepatan pernafasan (RR)
2. Dispnea
3. Pecepatan denyut nadi
4. Merasakan tekanan di dalam dada
5. Tampak peningkatan jumlah darah didalam sistem drainase.
Perawatan lika di area WSD (Anonim. 2003):
1.
Angkat balutan yang sudah kotor di area penusukkan dengan menggunakan
pinset. Tidak dibenarkan memotong kasa dengan gunting di dekat area
penusukan, kerena serpihan kasa bisa membahayakan lika klien
2.
Pertahankan kepatenan selang. Selang tidak boleh ditarik atau diubah-ubah
posisinya
3.
Gunakan sarung tangan steril, ambil kasa steril, lipat kasa seperti pita (bagian
yang ada serpihannya dilipat kedalam) dan bubuhi dengan antiseptik di ujung
kasa
4.
Berikan antiseptik pada pangkal selang yang dekat dengan kulit pasien.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5.
Tempelkan kasa tersebut pada selang WSD dengan alat melingkar dari atas ke
bawah (berlapis). Lalu tutuo dengan kasa yang besar setelah itu di fiksasi dengan
menggunakan plester yang kuat tanpa celah
6.
Prinsipnya kasa harus tetap kering
7.
Bila sudah selesai, rapikanlah kembali klien dan alat-alat
Tanggung jawab perawat dalam perawatan WSD (Freedline & Fishman) antara lain:
1. Menjaga keutuhan dan kelancaran sistem drainase dalam WSD
2. Taruhlan selang WSD di atass tempat tidr sepanjang selangnya dan ujung dari
WSD. Letakkan di dekat botolnya. Kemudian pastikan selang WSD tidak
tertekan oleh pasien
3. Jangan sampai selang WSD tertekuk atau terlipat
4. Fiksasi/plester pada are insersi (penanaman) WSD di dada untuk mencegah
keluarnya udara
5. Observasi jumlah, warna, dan cairan drainase yang keluar
6. Tandai pada botol pada saat terakhir shift dan catat pada buku intake dan
output
7. Laporkan pada dokter jika ada perubahan pada cairan drainase
8. Kaji status respiratori minimal setiap 2 jam sekali dengan mendengarkan
suara pernafasan, observasi rata-rata pernafaan, dan irama pernafasan
9. Dokumentasi pada awal shift dan jika ada perubahan
10. Jika ada penurunan suara nafas di informasikan kepada pasien pada area yang
terpasang WSD
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11. Dorong pasien untuk latihan nafas dalam dan batuk dengan cara posisi pasien
duduk sambil mendekap bantal di perut, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi nyeri pada saat latihan
12. Observasi dan dokumentasi warna, jumlah dan konsistensi sputum
13. Balutan di sekitar WSD diganti setiap hari atau seperlunya saja sesuai
kebijakan rumah sakit (instruksi)
14. Palpasi daerah atau area disekitar tube adanya empisema
15. Jika cairan drainase lebih dari 100 cc/jam, catat dan laporkan pada dokter, jika
cairan berubah meerah
16. Jika botol drainase akan diganti karena penuh terlebih dahulu mengklem
selang agar udara tidak masuk
Pencabutan selang WSD
1. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan:
a. Tidak ada undulasi
b. Cairan yang keluar sudah tida ada
c. Tidak ada gelembung udara yang keluar
d. Kesulitan bernafas tidak ada
e. Dari Rontgen Foto tidak ada cairan atau udara
f. Dari pemeeriksaan tidak ada cairan atau udara
2. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau
pengurutan selang
2. Penatalaksanaan umum
1. Penatalaksanaan umum
Adapun penata laksanaan efusi pleura yaitu:
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a. Drainase caira efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri dan
dispepmea, cairan efusi sebanyak 1-1.5 liter sehingga perlu dikeluarkan segera, untuk
mencegah meningkatnya edema peru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih banyak
maka pengeluran cairan berikutnya dapat d1laLukan I jam kemudian.
b. Anti blotil, jika terdapat empiema.
c. Pleurodesis.
d. Operatif.
Obat untuk penyembuhan penyakit TBC dikemas dalam paket "Combipak". Didalam
combipak terdiri dari empat jenis obat yang dimasukan kedalam buster-buster. Dalam
satu hari anda harus minum obat yang ada didalam satu buster. Didalam combipak
tertera keterangan mengenai beberapa banyak obat yang harus anda minum dan
berapa lama waktu yang anda perlukan untuk minum obat sampai sembuh. (Mansjoer,
1999)
2. Penetalaksanaan umum lain
Obat anti TB (OAT).
OAT harus diberikan dalam kombinasi setidaknya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat ketiga. (Mansjoer, 1999)
Tujuan pemberian OAT :
1). Membuat konversi seputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
2). Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
3). Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi mengurangi perbaikan tahan
imunologis.
Pengobatan tuberculosis dilakukan dua fase yaitu:
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1). Fase Awal Intensif.
Dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah
dengan cepat.
2). Fase Lanjutan.
Melalui kegiatan seterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan
bakteri ostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin (R), Pirazinamid
(P) dan Streptomizin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol yang bersifat bakteriostatik.
3). Pembedahan Pada, Tuberculosis Paru.
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang. Indikasi
pembedahan di bedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
Indikasi mutlak pembedahan antara lain adalah:
a. Semua pasien yang mendapat OAT adakuat tetapi seputum tetap positif.
b. Pasien batuk darah masih tidak dapat di atasi dengan cara konserfatif.
c. Pasien dengan fistula, bronkopleura dan episema yang tidak dapat di atasi secara
konserfatif.
Indikasi relatif pembedahan antara lain adalah:
1. Pasien dengan seputum negatif dan batuk-batuk berdarah berulang.
2. Kerusakan satu paru-paru atau lobos dengan keluhan.
3. Sisa kwalitas yang menetap.
4. Pengawasan menelan obat (PMO)
Salah satu dari komponen DOTS (Directly Observed Treatment Short course) adalah
nama suatu strategi untuk suatu yang dilakukan di pelayanan kesehatan. Dasar di
dunia untuk mendetsi dan menyembuhkan pasien TB.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Stategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang sehingga program ini
menjadi salah satu peoritas dan pendanapun akan tersedia.
2. Microskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melalui pemeriksaan
seputum langsung pasien dengan penemuaan secara pasif.
3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh
pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh
obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya.
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sehingga dari sistem survelain
pemantauanpenyakit ini dapat berjalan.
5. Panduan obat anti TB, jangka pendek yang benar termasuk dosis dan jangka waktu
yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan termasuk jaminannya
kelangsungan persediaan panduan obat ini. Panduan yang berlaku di Indonesia sesuai
anjuaran WHO.
Untuk rpenjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO
a. Persyaratan PMO
1). Seseorang yang dikenal dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
ataupun penderita, selain itu karus disegani dan dihormati oleh penderita.
2). Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
3). Bersedia membantu penderita dengan suka rela.
4).Bersedia dilatih dan membantu penyuluhan bersama-sama dengan penderita.
b. Seseorang yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan misalnya bidan di desa, perawat, pekarya,
sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK
atau tokoh masyarakat lainya atau anggota lainnya.
c. Tugas seorang PMO
1). Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai secara
pengobatan.
2). Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur.
3). Mengingatkan pada penderita untuk memeriksa ulang dahak pada waktu-waktu
yang telah dilakukan.
4). Memberi penyuluhan pada anggota keludrga penderita TBC yang mempunyai
gejala-gejala tersekut untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan.
d. Informasi yang perlu di pahami oleh PMO untuk disampaikan kepada masvatakat
1). TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan.
2). TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur.
3). Tatalaksana pengobatan penderita pada tahap intensif dan lanjutan.
4). Pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu diawasi.
5). Efek samping obat dan tindakan yang hares dilakukan bila terjadi efek samping
tersebut.
6). Cara penularan dan poencegahan penularan penyakit TBC.
Pemeriksaan penunjang
Beberapa hal untuk menegakkan diagnosis efusi pleura antara lain
1). Anamnesis adanya keluhan nyeri dada dan dispnea.
2). Pemeriksaan fisik daerah efusi, fremitus tidak ada perkusi redup suara nafas
berkurang.
3). Pemeriksaan laboratorium, analisa cairan, efusi yang diambil lewat torak kosentesis.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4). Pemeriksaan radiologi dalam foto toraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan
akan terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah cairan efusi lebil, dari 300 ml.
Apabila di curigai seseorang tertular peyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakakkan diagnosis adalah: (Anonim, 2007)
a. Anamnese baik terhadap pasien maupun keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan Laboratorium (darah, dahak, cairan otak)
d. Pemeriksaan patologi anatomi
-
Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segment apikal lobus bawah.
-
Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
-
Adanya kalitas tunggal atau ganda.
-
Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
-
Adanya kalsifikasi bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian.
-
Bayangan miller.
e. Rontgen dada (thorax photo).
f. Uji tuberkulin
Adapun obat yang digunakan adalalah OT (old tuberculin) yang diperoleh dari
basil yang telah mati dan mengandung basil lain yang terkandung dalam basil tersebut
g. Pemeriksaan rontgenegrafi.
h. Tes PAP (Periksidose Anti Peroksida).
Merupakan uji serologis imunoperosikdose melalui alat
histogen. Imun
perosikdose serta satu minggu untuk membentuk adanya IgG sepisifik terhadap basil
tuberculosis.
i. Teknik biomolekuler.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang
dilakukan dengan metode PCR (Polvinerase Chair Rection )
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
G. Pathway
a. Pathways dan perumusan diagnosa keperawatan
Mikrobakterium tuberkulosis
Perokok
Masuk kedalam tubuh melalui udara
Tidak di Imunisasi
Daya tahan tubuh lemah
Kurang Gizi
Terkumpul diparu dan berkembang biak
Droplet
Terbentuk tuberkel dalam ruang paru-paru
Produksi sputum meningkat
TBC
Menyebar ke pleura
Produksi mukus
Penimbunan cairan
Penumpukkan Mukus
Pemasangan WSD
Luka insisi
Terpotongnya syaraf
Kelamahan Fisik
Kebutuhan dibantu
Nyeri
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
Bronkus Menyempit
Mual, Muntah
Anoreksia
Media
Resiko
Infeksi
Sesak Nafas
Defisit
Perawatan
Pola Nafas
tidak Efektif
BB Menurun
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Gambar 1.7 Patway
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
H. Fokus intervernsi Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan
cairan dalam rongga pleura.
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Kelas 4 : respon kardiovaskular / pilmonal
a.. Definisi : Inspirasi atau Ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
b. Batasan karakteristik :
• Perubahan kedalaman pernafasan, Perubahan ekskursi dada, Mengambil posisi
tiga titik, Bradipneu, Penurunan tekanan ekspirasi, Penurunan ventilasi semenit,
Dipneu, Peningkatan diameter anterior-posterior, Pernapasan cuping hidung,
Ortopneu, Fase ekspirasi memenjang, Pernapasan bibir, Takipnea, Penggunaan
otot aksesorius untuk bernafas
c. Faktor yang berhubungan
• Ansietas, Posisi tubuh, Deformitas tulang, Deformitas dinding dada, Keletihan,
Hiperventilasi, Sindrom hipoventilasi, Gangguan muskoloskeletal, Kerusakan
neurologis, Imaturitas nurologis, Disfungsi neuromuskular, Obesitas, Nyeri,
Keletihan otot pernapasan, Cedera medula spinalis
d. NOC
• Respiratory status
• Respiratory status : Airway patency
• Vital sign status
Kriteria hasil:
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Mendemonstrasikan batuk efektif tidak ada sianosis dan dipsneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada purse lips), Menunjukkan
jalan nafas yang paten (tekanan darah, nadi, pernapasan).
e. NIC
Airway Managemen
•
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift, Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan, Pasang mayo bila perlu, Lakukan fisio therapi dada bila perlu,
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction, Auskultasi suara nafas catat
adanya nafas tambahan, Lakukan suction pada mayo, Berikan bronkodilator
bila perlu, Berikan pelembab udara kassa basah NaCl Lembab, Atur intake
untuk cairan mengoptimalkan keseimbangnan, Monitor respirasi dan status
O2, Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea, Pertahankan jalan nafas yang
paten, Atur peralatan oksigenasi, Pertahankan posisi pasien, Observasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi, Monitor adanya kevemasan pada pasien terhadap
oksigenasi, Vital Sign monitoring, Monitor TD, nadi, suhu, dan RR, Catat
adanya fluktuasi tekanan darah, duduk, atau berdiri, Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan, Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas, Monitor kualitas darinnadi, Monitor frekuensi dan irama pernafasan,
Monitor suara paru, Monitor suara pernapasan abnormal, Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit, Monitor sianosis perifer, Monitor adanya cushing triad,
Identivikasi penyebab dari perubahan vital sign
2.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan
akibat sesak napas.
Domain 2 : Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Kelas 1 : Makan
a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
b. Batasan karakteristik :
•
Kram abdomen, Nyeri abdomen , Menghindari makanan, Berat badan 20% atau
lebih di bawah berat badan ideal, Kerapuhan kapiler, Diare, Kehilangan rambut
berlebihan, Bising usus hiperaktif, Kurang makanan, Kurang informasi, Kurang
minat pada makanan, Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat,
Kesalahan
konsepsi,
Kesalahan
informasi,
Membran
mukosa
pucat,
Ketidakmampuan memakan-makanan, Tonus otot menurun, Mengeluh asupan
makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance), Cepat kenyang setelah
makan, Sariawan rongga muluit, Steatorea, Kelamahan otot pengunyah, Kelemahan
otot untuk menelan.
c. Faktor yang berhubungan
•
Faktor biologis
•
Faktor ekonomi
•
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
•
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
•
Ketidakmampuan menelan makanan
•
Faktor biologis
d. NOC:
•
Nutrition Status
•
Nutrition Status : food and Fluid intake
•
Nutrition Status : nutrient Intake
•
Weight Control
Kriteria hasil :
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
•
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan, Mampu mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan nutrisi, Tidak
ada tanda malnutrisi, Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan,
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
e.
NIC:
Nutrition managemen
•
Kaji adanya alergi makanan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, Anjurkan pasien untuk meningkatkan
nintake fe, Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, Berikan
substansi gula, Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, Berikan makanan yang terpilih, Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian, Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisinyang dibutuhkan
Nutrition Monitoring, BB pasieb dalam batas normal, Monitor adanya penurunan
berat badan, Monitor tipe dan jumlah aktivitas
3.
Defisit perawatan diri b.d ketidakmampuan mandi dan toileting
Domain 4: Aktivita istirahat
Kelas 5 : Perawatan Diri
a. Definisi : Hmbatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/aktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
b. Faktor Resiko
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
•
Gangguan kognitif, penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan merasakan hubungan spesial, gangguan
muskoloskeletal, gangguan neuromuskular, nyeri, gangguan persepsi, ansietas berat.
c. NOC:
•
Activity Intolerance
•
Mobility: physical impaired
•
Fatique level
•
Anxiety self control
•
Ambulation
•
Self care deficit Toileting
•
Self care Hygiene
•
Urinari incintinence: funcional
Kriteria hasil:
•
Pengetahuan perawatan Ostomy: tingkat pemahaman yang ditujunjukkan tentang
pemeliharaan ostomy, perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu
untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri atau dengan alat
bantu, perawatan diri hygiene: mampu untuk mempertahankan kebersihan
dan
penampilan yang rapi secara mandiri dengan alat bantu, perawatan diri eliminasi
mampu untuk melakukan aktivitas eliminasi secara mandiri atau tanpa alat bantu,
mampu duduk dan turun dari kloset, membersihkan diri setelah eliminasi, mengenali
dan mengetahui kubutuhan bantuan untuk eliminasi.
d. NIC
Self Care Assistance: Toileting
•
Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikn aktivias perawatan diri,
pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri, lepaskan
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
pakaian yang penting untuk memungkinkan penghapusan, membantu pasien ke
toilet/commede/bedpan/fraktur pan/urinor pada selang waktu tertentu, pertimbangkan
respon pasien terhadap kurangnya privasi, menyediakan privasi selama eliminasi,
memfasilitasi
kebersihan
toilet
setelah
selesai
eliminasi,
menyirm
toilet/membersihkan penghapusan alat, memulai jadwal ke toilet, sesuai, memulai
pasien/tempat lain dalamtoilet rutin, memulai mengelilingi kamar mandi, seuai dan
dibutuhkan menyediakan alat bantu (misalnya, kateter eksternal atau urinal), sesuai
memantau integritas kulit pasien
4.
Resiko infeksi b.d adanya luka pemasangan WSD.
Domain 11: keamanan / perlindungan
Kelas 1: Infeksi
a. Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogen
b. Faktor Resiko
• Penyakit kronis
- Diabetes Melitus
- Obesitas
• Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghiondari pemajanan patogen
• Pertahan tubuh primer yang tidak adekuat
Gangguan periltalsis.Kerudsakan integritas kulit (pemasangan kateter intra vena,
prosedur invasif), Perubahan sekresi pH, Penurunan kerja siliaris, Pecah ketuban dini, Pecah
ketuban lama, Merokok, Stasis cairan tubuh, Trauma jaringan (mis, trauma, destruksi
jaringan)
• Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
Penuruna hemoglobin, Imunodupresi, Leukopenia, Vaksinasi, Pemajanan terhadap
patogen lingkungan meningkat, Prosedur invasif, Malnutrisi
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. NOC :
• Immune status
• Knowledge : infection control
• Risk kontrol
Kriteria hasil
• Klien bebas tanda dan gejala dari infeksi
• Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya,
• Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
• Jumlah leukosit dalam batas normal
• Menunjukkan perilaku hidup sehat
d. NIC
Infection Control (kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain, Pertahankan teknik sosial, Batasi
pengunjung bila perlu, Instruksi pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjumg dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien, gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan,
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan, Gunakan baju, sarung tangan
sebagai pelindung, Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat, Ganti letak IV
periver dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum, Gunakan kateter
intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing, Tingkatkan intake nutrisi, Berikan
therapi antibiotik bila perlu, Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal, Monitor
hitung granulosit, WBC, Monitor kerentanan terhadap infeksi, Batasi pengunjung,
Pertahankan teknis asepsis pada pasien yang beresiko, Pertahankan teknik isolasi, Berikan
perawatan kulit pada epidema, Inspeksi kulit padamembran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainaseinspeksi kondisi luka, Dorong masukkan nutrisi yang cukup.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5.
Nyeri b.d agen injuri fisik luka inisi pemasangan selang WSD Hematotorax Dextra
Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: kenyamanan fisik
a. Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menenangkan yang
muncul akibat kerusakan sedemikian rupa (International Asssociation for the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
beat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6
bulan.
b. Batasan karakteristik:
•
Perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi
jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, Diaforesis,
perilaku ditraksi (mis, berjalan mondar mandir, mencari orang lain, dan
atau aktivitas lain aktivitas yang berulang), mengekspresikan perilaku,
masker wajah, sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit, indikasi
nyeri, yang dapat diamati, erubahana posisi untuk menghindari nyri, sikap
tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkan nyeri secara verbal, fokus
pada diri sendiri, gangguan tidur.
c. Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
d. NOC
•
Pain Level
•
Pain control
•
Comfort Level
Kriteria hasil:
•
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampumenggunakan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tandanyeri), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
e. NIC
Pain Managemen
•
Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik durasi,
frekuensi kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapiutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien, kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, evaluasi
prngalaman nyeri masa lampau, evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau, bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan konrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, kurangi faktor presipitasi
nyaeri, kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukkan intervensi, tingkatkan istirahat.
Asuhan Keperawatan Pada..., DIAN ANGGRAENI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download