perbandingan fungsi jantung anak thalassemia mayor dengan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN FUNGSI JANTUNG ANAK THALASSEMIA
MAYOR DENGAN MENGGUNAKAN EKOKARDIOGRAFI
DAN
UJI BERJALAN 6 MENIT
TESIS
Felix
NPM 1006767563
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
JAKARTA
2014
i
ii
iii
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Bapa kami Yesus Kristus, terima kasih atas segala berkat dan bimbingan yang
telah Bapa berikan sehingga saya dapat menjalani program studi Ilmu Kesehatan
Anak ini sampai selesai. Tesis akhir ini pun dapat selesai berkat campur tanganMu. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Banyak pihak yang juga ikut membimbing selama masa penyusunan proposal
hingga penyusunan hasil tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
dr. Piprim B. Yanuarso, SpA(K) dan Dr. dr. Irawan Mangunatmadja,
SpA(K) selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
2.
Dr. dr. Pustika Amalia, SpA(K), dr. Darmawan B. Setyanto, SpA(K), dan
dr. Titis Prawitasari, SpA(K) selaku dewan penguji yang senantiasa
memberikan saran dan kritik untuk penyempurnaan tesis ini.
3.
Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, SpA(K) selaku ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM periode sebelumnya dan Dr. dr. Aryono
Hendarto, SpA(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM saat ini serta Dr. dr. Partini Pudjiastuti Trihono, SpA(K)
selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM periode
lalu dan dr. Bambang Tridjaja, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM saat ini, yang senantiasa memberikan
dukungan dan motivasi bagi saya dalam menempuh dan menyelesaikan
studi sebaik mungkin.
4.
Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM yang
telah berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga
selama masa adaptasi saya.
iv
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
5.
Orangtua saya Liauw Sip Tjhoi dan Soek Yen yang tiada henti memberikan
dukungan dan memanjatkan doa selama saya menjalani pendidikan ini.
6.
Adik saya, Wilfred, yang tidak pernah jemu memberikan dukungan moral
selama saya menjalani pendidikan spesialis ini.
7.
Seluruh perawat dan tenaga administrasi khususnya Pusat Thalassemia dan
Pusat Jantung Terpadu yang telah banyak membantu selama proses
pengambilan subjek penelitian hingga tesis ini dapat selesai.
8.
Seluruh suster dan romo di Panti Vincentius Putra dan Putri yang telah
mengijinkan anak panti asuhan sebagai subjek penelitian. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat.
9.
Seluruh orangtua subjek penelitian yang telah bersedia mengijinkan
anaknya menjadi subjek. Semoga orangtua semakin mawas diri bahwa
pemeriksaan dini fungsi jantung harus dilakukan secara teratur.
10. Para sahabat seperjuangan PPDS Juli 2010 yaitu dr. Windhi Kresnawati,
SpA, dr. Arie Dian Fatmawati, dr. Dina Indah Mulyani, dr. Dwi Miranti
Anggraini, dr. Idha Yulandari, dr. Irlisnia, dr. Ludi Dhyani Rahmartani, dr.
Nathanne Septiandi, dr. Nanda Wulandari, dr. Ramadianty, dan dr. Yessi
Yuniarti. Terima kasih saya ucapkan atas segala dukungan dan penyertaan
di kala suka dan duka selama menjalani program pendidikan ini. Semoga
persahabatan ini tidak akan pernah putus meskipun jarak memisahkan.
Akhir kata, saya berdoa agar Bapa Yesus Kristus senantiasa membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu saya. Saya pun akan terus berkarya untuk
memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi orang lain.
“You are the light of the world. A city set on a hill cannot be hidden. Nor do men
light a lamp and put it under a peck measure, but on a lampstand, and it gives
light to all in the house.” (Matthew 5:14-15)
Jakarta, 10 November 2014
Felix
v
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
vi
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
Program studi
Judul
: Felix
: Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak
: Perbandingan Fungsi Jantung Anak Thalassemia Mayor
Dengan Menggunakan Ekokardiografi dan Uji Berjalan 6
Menit
Latar belakang: Gagal jantung adalah penyebab utama kematian pada thalassemia
akibat penumpukan besi dari transfusi darah. Ekokardiografi sering digunakan untuk
evaluasi fungsi jantung, namun interpretasi hasilnya sangat bergantung dari operator. Uji
berjalan 6 menit adalah metode sederhana yang terbukti mempunyai reliabilitas baik
untuk menilai kapasitas fungsional kardiorespirasi sehingga dapat menjadi alternatif
penilaian fungsi jantung anak thalassemia.
Tujuan: Mendapatkan uji berjalan 6 menit sebagai metode sederhana untuk mengukur
fungsi jantung anak thalassemia.
Metode: Penelitian kasus kontrol pada subjek thalassemia dan kontrol berusia 11-18
tahun yang dipilih secara consecutive sampling. Subjek thalassemia mempunyai rerata
feritin serum >2500 ng/mL dalam 6 bulan terakhir. Subjek kontrol dalam kondisi sehat
dan tidak pernah menjalani transfusi darah. Uji berjalan 6 menit dilakukan pada kedua
subjek, sedangkan ekokardiografi konvensional (EK) dan tissue Doppler (ETD) hanya
dilakukan pada subjek thalassemia oleh seorang konsultan kardiologi anak. Data sekunder
lain pada subjek thalassemia diambil dari rekam medis yaitu rerata hemoglobin pratransfusi dalam 1 tahun terakhir, feritin serum dan saturasi transferin dalam 6 bulan
terakhir.
Hasil: Sebanyak 40 subjek thalassemia dan 109 kontrol berpartisipasi dalam penelitian
ini. Median usia subjek thalassemia 13,4 (11-17,9) tahun dan kontrol 14,2 (11,3-17,9)
tahun. Rerata hemoglobin pra-transfusi 7,6±0,6 g/dL. Median feritin serum 4246,5 (250610749,7) ng/mL dan saturasi transferin 100 (50-100) %. Setelah dilakukan matching usia
dan jenis kelamin, jarak tempuh uji berjalan 6 menit pada subjek thalassemia lebih
pendek daripada kontrol (465,1±74,2 vs 671±94,2, p<0,001). Parameter fungsi sistolik
dan diastolik jantung dari EK dalam batas normal, tetapi ETD menunjukkan 45% subjek
thalassemia mengalami gangguan fungsi diastolik (rasio E/E’ >8). Tidak ada faktor yang
berkorelasi dengan jarak tempuh pada subjek thalassemia, sedangkan tinggi badan
berkorelasi dengan jarak tempuh pada kontrol berdasarkan analisis bivariat.
Kesimpulan: Jarak tempuh antara subjek thalassemia lebih rendah daripada kontrol.
Peran ETD lebih baik daripada EK dalam mengevaluasi fungsi jantung. Uji berjalan 6
menit dapat digunakan sebagai skrining fungsi jantung pada anak thalassemia.
Kata kunci: thalassemia, ekokardiografi, uji berjalan 6 menit.
vii
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study program
Title
: Felix
: Pediatric resident, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
: The Comparison of Cardiac Function in Thalassemia
Major Children Using Echocardiography and Six Minute
Walk Test
Background: Heart failure is leading cause of mortality in thalassemia due to
transfusion-induced iron overload. Evaluation of cardiac function is routinely performed
with echocardiography. However, its interpretation depends on operator. The six minute
walk test is a simple and reliable method to assess cardiorespiratory performance,
therefore, it is suggested to be an alternative in evaluating cardiac function in thalassemia.
Aim: To obtain six minute walk test as a simple method in order to evaluating cardiac
function in thalassemia.
Methods: This case control study was performed in thalassemia subjects (cases) and
controls aged 11-18 year old which were selected with consecutive sampling. Cases
should have mean serum ferritin level >2500 ng/mL in last 6 months. Controls must be in
healthy condition and have never had blood transfusion. Both cases and controls
performed six minute walk test, while echocardiography (conventional and tissue
Doppler) was only done in cases by a pediatric cardiologist. Other secondary data
collected from medical records in cases were mean of pre-transfusion hemoglobin in last
1 year, serum ferritin and transferin saturation in last 6 months.
Results: There were 40 cases and 109 controls involved in this study with median age
were 13.4 (11-17.9) and 14.2 (11.3-17.9), respectively. The mean of pre-transfusion
hemoglobin was 7,6±0,6 g/dL. The median serum ferritin was 4246.5 (2506-10749.7)
ng/mL and transferin saturation 100 (50-100) %. After sex and age matching, the six
minute walk distance was lower in cases than controls (465.1±74.2 vs 671±94.2,
p<0.001). Conventional echocardiography did not find any systolic and diastolic
dysfunction in cases. However, tissue Doppler echocardiography found 18 (45%) subjects
with E/E’ ratio >8, which were categorized as diastolic dysfunction. There were no
factors correlated to six minute walk distance in cases, while body height was correlated
to six minute walk distance in controls based on bivariat analysis.
Conclusion: The distance of six minute walk test in thalassemia subjects was shorter than
controls. Tissue Dopper echocardiography is better than conventional in order to
evaluating cardiac function. The six minute walk test can be used for screening cardiac
function in thalassemia.
Keywords: thalassemia, echocardiography, six minute walk test.
viii
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............
ABSTRAK................................................................................................
ABSTRACT...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
DAFTAR SINGKATAN..........................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................
1.1 Latar belakang......................................................................................
1.2 Identifikasi masalah..............................................................................
1.3 Pertanyaan penelitian...........................................................................
1.4 Tujuan penelitian..................................................................................
1.4.1 Tujuan umum................................................................................
1.4.2 Tujuan khusus...............................................................................
1.5 Manfaat penelitian................................................................................
1.5.1 Bidang akademi............................................................................
1.5.2 Bidang masyarakat.......................................................................
1.5.3 Bidang penelitian..........................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
2.1 Thalassemia..........................................................................................
2.1.1 Gangguan jantung pada thalassemia............................................
2.1.2 Feritin dan thalassemia................................................................
2.2 Pemeriksaan profil jantung pada thalassemia......................................
2.2.1 Ekokardiografi.............................................................................
2.2.2 Cardiopulmonary exercise test.....................................................
2.2.3 Uji berjalan 6 menit......................................................................
BAB 3. KERANGKA TEORI DAN KONSEP......................................
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN................................................
4.1 Desain...................................................................................................
4.2 Tempat dan waktu penelitian...............................................................
4.3 Populasi penelitian...............................................................................
4.4 Kriteria inklusi dan eksklusi................................................................
4.4.1 Kriteria inklusi (kelompok thalassemia)......................................
4.4.2 Kriteria inklusi (kelompok kontrol)..............................................
4.4.3 Kriteria eksklusi...........................................................................
4.5 Besar sampel........................................................................................
4.6 Metode pengambilan sampel...............................................................
4.7 Alur penelitian......................................................................................
4.7.1 Alur penelitian kelompok thalassemia.........................................
ix
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
xiv
1
1
3
4
4
4
4
5
5
5
5
6
6
7
9
10
10
12
13
16
17
17
17
17
17
17
18
18
18
19
19
19
Universitas Indonesia
4.7.2 Alur penelitian kelompok kontrol................................................
4.8 Batasan operasional..............................................................................
4.9 Analisis statistik...................................................................................
4.10 Etik penelitian....................................................................................
BAB 5. HASIL PENELITIAN................................................................
5.1 Karakteristik subjek penelitian.............................................................
5.2 Profil laboratorium subjek penelitian...................................................
5.3 Profil jantung subjek penelitian............................................................
5.3.1 Profil ekokardiografi subjek thalassemia.....................................
5.3.2 Profil uji berjalan 6 menit subjek thalassemia dan kontrol..........
5.4 Hubungan antara berbagai variabel bebas dengan jarak tempuh.........
5.5 Perbandingan jarak tempuh antara subjek thalassemia dengan
kontrol setelah matching usia dan jenis kelamin........................................
BAB 6. PEMBAHASAN..........................................................................
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN........................................................
7.1 Simpulan..............................................................................................
7.2 Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................
x
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
20
21
24
24
25
25
26
26
26
27
28
29
31
36
36
36
37
42
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Karateristik antropometri subjek thalassemia............................
Tabel 5.2 Karakteristik antropometri berdasarkan jenis kelamin..............
Tabel 5.3 Profil laboratorium subjek penelitian.........................................
Tabel 5.4 Profil ekokardiografi subjek thalassemia...................................
Tabel 5.5 Karakteristik tanda vital sebelum dan sesudah UB6M..............
Tabel 5.6 Profil jarak tempuh berdasarkan jenis kelamin..........................
Tabel 5.7 Hubungan antara berbagai faktor dengan jarak tempuh............
Tabel 5.8 Hubungan antara jenis kelamin, status gizi, dan gangguan
diastolik dengan jarak tempuh...................................................
Tabel 5.9 Perbandingan jarak tempuh antara subjek thalassemia dan
kontrol setelah matching usia dan jenis kelamin.......................
xi
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
25
25
26
27
27
27
29
29
30
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Parameter fungsi sistolik (kiri) dan diastolik (kanan) dari
ekokardiografi konvensional...............................................
Gambar 2. Parameter fungsi sistolik (S’) dan diastolik (E’ dan A’) dari
ekokardiografi tissue Doppler.............................................
Gambar 3. Ilustrasi uji berjalan 6 menit.................................................
xii
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
11
12
15
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan uji berjalan 6 menit.................................................
Lampiran 2. Formulir studi.......................................................................
Lampiran 3. Surat etik penelitian...............................................................
Lampiran 4. Informed consent...................................................................
xiii
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
42
44
45
46
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
A’
BB
CPET
E’
E/A
E/E’
ETD
Hb
HLA
IMT
JT
LLA
MRI T2*
N
P
PVO2
S’
SpO2
TAPSE
TB
TD
TDD
TDS
UB6M
VO2
kecepatan miokardium selama akhir diastolik
Berat badan
Cardiopulmonary exercise test
kecepatan miokardium selama awal diastolik
Rasio kecepatan maksimal pengisian ventrikel awal diastolik dan
pengisian ventrikel saat kontraksi atrium
Rasio antara kecepatan maksimal pengisian ventrikel pada awal
diastolik dengan kecepatan miokardium pada awal diastolik
Ekokardiografi tissue Doppler
Hemoglobin
Human leukocyte antigen
Indeks massa tubuh
Jarak tempuh
Lingkar lengan atas
Magnetic resonance imaging T2 star
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Kapasitas ambilan oksigen puncak
kecepatan gerak dinding miokardium selama sistolik
Saturasi oksigen perifer
Tricuspid annular plane systolic excursion
Tinggi badan
Tekanan darah
Tekanan darah diastolik
Tekanan darah sistolik
Uji berjalan 6 menit
Kapasitas ambilan oksigen
xiv
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thalassemia merupakan kelainan genetik terbanyak ditemukan di dunia.1-2 Data
bulan Mei 2014 di Pusat Thalassemia RS Cipto Mangunkusumo (RSCM)
menunjukkan jumlah pasien thalassemia sebanyak 1723 pasien dan 51,9% di
antaranya adalah thalassemia beta.
Thalassemia dapat dibedakan secara klinis menjadi minor, intermedia, dan mayor.
Thalassemia mayor ditandai dengan anemia hemolitik berat sehingga memerlukan
transfusi darah rutin untuk kelangsungan hidup pasiennya. Transfusi darah akan
menyebabkan penumpukan besi pada organ tubuh sehingga menimbulkan
kerusakan kronik multiorgan, retardasi pertumbuhan, dan berkurangnya harapan
hidup.1-3
Gagal jantung masih menjadi penyebab utama kematian (mencapai 2/3 kematian)
pada thalassemia.4,5 Gagal jantung pada pasien thalassemia ditandai dengan dua
fenotip yaitu kardiomiopati dilatasi dan restriktif. Kardiomiopati dilatasi ditandai
dengan dilatasi ventrikel kiri dan penurunan kontraktilitas sehingga menyebabkan
gagal jantung kongestif. Sementara itu, kardiomiopati restriktif ditandai dengan
disfungsi diastolik yaitupenurunan pengisian ventrikel kiri akibat hipertensi
pulmonal, dilatasi ventrikel kanan dan gagal jantung. Kardiomiopati restriktif
terjadi lebih dini daripada kardiomiopati dilatasi.3,5 Awitan gagal jantung pada
pasien thalassemia di era tahun 1960 terjadi pada usia dekade kedua atau rerata
usia 16 tahun. Akan tetapi seiring dengan kemajuan terapi kelasi besi, rerata
awitan gagal jantung terjadi pada usia 27±6 tahun.3
Penumpukan besi pada miokardium berperan penting dalam mekanisme
terjadinya gagal jantung pada thalassemia. Beberaa tahun terakhir, patogenesis
gagal jantung pada thalassemia diketahui lebih kompleks. Beberapa faktor yang
juga turut berperan adalah infeksi virus dan faktor imunogenetik.5
1
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Penilaian disfungsi jantung akibat penumpukan besi dilakukan dengan teknik
pencitraan. Magnetic resonance imaging T2 star (MRI T2*) dapat mengevaluasi
besi pada jantung dengan akurat sehingga menjadi standar baku tindakan noninvasif untuk menilai derajat penumpukan besi di jantung, sekaligus mengevaluasi
keberhasilan terapi kelasi besi.6 Metode pencitraan lain adalah ekokardiografi,
namun ekokardiografi memiliki beberapa kekurangan di antaranya hanya mampu
mendeteksi disfungsi jantung pada kondisi lanjut dan tidak dapat mengevaluasi
kandungan besi pada jantung.5
Teknik pencitraan tersebut diatas hanya mampu menilai status anatomi dari
kelainan jantung namun tidak dapat mengevaluasi status fungsional klinis
kardiorespirasi.
Diagnosis
baku
emas
untuk
menilai
status
fungsional
kardiorespirasi adalah cardiopulmonary exercise test (CPET) dengan metode
Bruce atau Naughton. Uji fungsional kardiorespirasi pada CPET dilakukan dalam
keadaan maksimal yaitu pasien diminta berjalan di treadmill atau bersepeda
dengan sepeda statis pada kecepatan rendah, lalu beban jalan di treadmill atau
beban kayuh sepeda lambat laun ditambah setiap 2-3 menit sampai total waktu
maksimal 27 menit atau pasien berhenti karena kelelahan.7,8 Parameter yang
dihasilkan dari CPET adalah status kardiovaskular (frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, tekanan darah, saturasi oksigen, kapasitas konsumsi oksigen [VO2],
dan minute ventilation). Pelaksanaan CPET membutuhkan peralatan berukuran
besar dan mahal. Selain itu, aktivitas sehari-hari seseorang dijalankan dalam
kondisi submaksimal dari fungsi kardiorespirasi. Uji lain yang lebih sederhana,
mudah dilakukan dan tidak membebani fisis pasien diperlukan sebagai alternatif,
antara lain uji berjalan 6 menit.
Uji berjalan 6 menit (UB6M) adalah metode sederhana untuk menilai kapasitas
fungsional kardiorespirasi tingkat submaksimal pada pasien yang mengalami
penyakit paru atau kardiovaskular. Parameter yang dinilai dari UB6M adalah
jarak tempuh yang dapat dicapai oleh seorang pasien setelah berjalan selama 6
menit, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan saturasi oksigen skala
kelelahan (skala Borg). Uji ini merupakan modifikasi dari uji berjalan 12 menit
yang dikembangkan oleh Cooper.9 Banyak studi pada orang dewasa telah
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
3
menunjukkan bahwa UB6M dapat mengukur kapasitas latihan kardiovaskular
serta memprediksi morbiditas dan mortalitas pada pasien yang mengalami gagal
jantung kongestif dan penyakit paru menahun.10-12 Sementara itu, UB6M juga
sudah mulai banyak diteliti pada populasi anak dengan beberapa penyakit kronik
seperti kistik fibrosis, artritis juvenil idiopatik, hemofilia, dan palsi serebral.13-16
Kelebihan lain UB6M adalah reliabilitasnya tinggi sehingga tidak ada perbedaan
bermakna apabila dilakukan berulang kali dan jarak tempuh uji ini berkorelasi
kuat dengan VO2yang merupakan parameter kebugaran aerobik fisis seseorang.17
Kadar VO2 dapat diperoleh berdasarkan rumus/persamaan dari beberapa studi,
namun tidak dilakukan pada studi ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat diidentifikasi:
a.
Penyebab mortalitas utama pada thalassemia adalah gagal jantung dan
prevalensnya masih tinggi.
b.
Magnetic resonance imaging T2 star dapat mengevaluasi status
penumpukan besi di jantung tetapi tidak dapat menilai fungsi jantung. Selain
itu, harga pemeriksaannya mahal dan hanya tersedia di RSCM saat ini.
c.
Cardiopulmonary exercise test merupakan standar baku untuk menilai
fungsi kardiorespirasi tetapi membutuhkan peralatan yang besar dan mahal
serta interpretasinya membutuhkan keahlian khusus dari pemeriksa.
d.
Ekokardiografi
dapat
menilai
fungsi
jantung
namun
tidak
dapat
menggambarkan langsung status fungsional pada pasien. Selain itu,
ekokardiografi sangat bergantung dari kemampuan operator.
e.
Uji berjalan 6 menit adalah metode sederhana untuk menilai fungsi
kardiorespirasi dalam kehidupan sehari-hari yang sebagian besar dijalankan
dalam kondisi submaksimal.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
4
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari uraian tersebut di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut:
a. Bagaimana profil feritin serumdan saturasi transferin anak thalassemia mayor
dalam 6 bulan terakhir?
b. Bagaimana rerata hemoglobin pra-transfusi anak thalassemia mayor dalam 1
tahun terakhir?
c. Bagaimana fungsi kontraktilitas jantung (fungsi sistolik dan diastolik) anak
thalassemia mayor melalui ekokardiografi?
d. Bagaimana fungsi jantung anak thalassemia mayor dan sehat melalui UB6M?
e. Bagaimana hubungan antara hasil ekokardiografi dan jarak tempuh UB6M
pada anak thalassemia mayor?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mendapatkan metode sederhana untuk mengukur fungsi jantung anak thalassemia.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil feritin serum dan saturasi transferin anak thalassemia
mayor dalam 6 bulan terakhir.
b. Mengetahui rerata hemoglobin pra-transfusi anak thalassemia mayor
dalam 1 tahun terakhir.
c. Mengetahui fungsi kontraktilitas jantung (fungsi sistolik dan diatolik)
anak thalassemia mayor melalui ekokardiografi.
d. Mengetahui fungsi jantung anak thalassemia mayor dan sehat melalui
UB6M dengan parameter jarak tempuh yang dapat dicapai setelah
berjalan 6 menit.
e. Mengetahui hubungan antara hasil ekokardiografi dan UB6M pada
anak thalassemia mayor.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
5
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bidang Akademi
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui profil jantung melalui metode
ekokardiografi, dan UB6M pada anak thalassemia mayor dan sehat.
1.5.2 Bidang Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat merefleksikan kemampuan fungsional pasien
thalassemia mayor dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara sederhana.
1.5.3 Bidang Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi landasan penelitian lebih lanjut mengenai penilaian
kemampuan fungsional pada pasien dengan gangguan jantung lain.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Thalassemia
Thalassemia berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “thalassa” yang berarti laut
karena pada saat itu prevalensinya sangat tinggi di negara-negara yang berbatasan
dengan laut Mediterania yaitu Mediteranian, Timur Tengah, India Utara, Asia
Tenggara, dan Indocina Peninsula. Akan tetapi, adanya migrasi menyebabkan
distribusi pasien thalassemia menyebar ke seluruh dunia.1,2
Thalassemia merupakan kelainan genetik yang paling banyak ditemukan di dunia.
Sekitar 5% populasi dunia mempunyai variasi rantai globin.1,2 Angka pembawa
sifat thalassemia beta di Indonesia mencapai 3-5%, sedangkan di beberapa daerah
dapat mencapai 10%. Sebanyak 2500 bayi diperkirakan akan lahir dengan
thalassemia mayor setiap tahun.
Individu normal memiliki dua gen globin β pada kromosom 11. Pada thalassemia
beta terjadi mutasi salah satu atau kedua gen sehingga terjadi sintesis globin beta
yang tidak sesuai dan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien. Kelebihan
rantai globin alfa yang tidak mempunyai pasangan akan mengendap pada
membran sel eritrosit dan prekursornya. Hal ini menyebabkan kerusakan eritrosit
yang hebat pada intrameduler dan usia sel darah merah menjadi lebih pendek
sehingga pasien membutuhkan transfusi darah seumur hidup dengan harapan
hidup yang berkurang seiring dengan penimbunan besi pada jaringan tubuhnya
sebagai akibat transfusi.Kekurangan sintesis globin beta juga dapat menyebabkan
kerusakan pada prekursor eritroid di sumsum tulang.1,2
Thalassemia dapat dibedakan menjadi tiga bentuk klinis yaitu thalassemia mayor
intermedia, dan minor. Thalassemia mayor ditandai dengan anemia berat, yang
terjadi di tahun pertama kehidupan, dan memerlukan transfusi darah jangka
panjang. Thalassemia intermedia ditandai dengan anemia ringan-sedang dan
relatif tidak bergantung dengan transfusi darah sehingga angka kehidupannya
lebih panjang daripada mayor. Sementara itu, thalassemia minor – dikenal juga
6
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
7
dengan thalassemia karier/trait – tidak memberikan gejala atau hanya anemia
ringan dan memiliki ukuran eritrosit yang kecil (mikrositosis).1,18
2.1.1 Gangguan Jantung pada Thalassemia
Di tengah kemajuan terapi thalassemia mayor dan semakin lamanya angka
kehidupan pasien thalassemia, komplikasi jantung tetap menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada thalassemia. Gangguan jantung dapat
berupa kelainan irama dan kardiomiopati (kontraktilitas otot jantung).
Kardiomiopati pada thalassemia berhubungan dengan gangguan fungsi ventrikel
yaitu kelainan diastolik ventrikel kiri restriktif disertai peningkatan ketebalan
dinding posterior ventrikel kiri dan septum interventrikular, kemudian disertai
dilatasi dilatasi atrium kiri dan ventrikel kiri. Selain itu, jenis kardiomiopati lain
yang dapat terjadi adalah gangguan pengisian diastolik ventrikel kanan sebagai
akibat hipertensi pulmonal karena kelebihan besi dan timbunan besi di paru dan
ventrikel. Pada akhirnya gangguan jantung tersebut menyebabkan gagal jantung
kongestif.3,18
Awitan gagal jantung pada pasien thalassemia di era tahun 1960 terjadi pada usia
dekade kedua atau rerata usia 16 tahun. Akan tetapi seiring dengan kemajuan
terapi kelasi besi, rerata awitan gagal jantung terjadi pada usia 27±6 tahun.3
Prevalens gagal jantung pada pasien thalassemia di Iran selama 2007-2010
sebesar 19% dan sebanyak 91,5% di antaranya berusia 11-20 tahun (55,3% pada
kelompok 11-15 tahun, dan 36,2% pada kelompok 16-20 tahun).19 Pasien yang
mendapat transfusi darah tetapi tidak menggunakan kelasi besi dapat mengalami
gagal jantung dalam waktu 10 tahun sejak mulai transfusi.3 Data di Pusat
Thalassemia RSCM sampai dengan tahun 2013 menunjukkan kematian akibat
komplikasi jantung mencapai 46%.
Gagal jantung biasanya terjadi pada pasien yang tidak teratur menjalankan terapi
kelasi. Keluhan yang biasanya disampaikan adalah sesak napas dan lemas.
Sebagian besar gagal jantung pada thalassemia mayor disebabkan gangguan
fungsi sistolik yang disertai dilatasi pada ventrikel kiri.3 Studi Kremastinos20 dkk
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
8
menunjukkan 83% pasien thalassemia mayor mengalami gagal jantung kiri
dengan rerata fraksi ejeksi 36±9%, dan sisanya gagal jantung kanan yang ditandai
dengan dilatasi dan disfungsi ventrikel kanan, regurgitasi trikuspid, dan
peningkatan tekanan arteri pulmonal serta hambatan pengisian pada ventrikel kiri.
Studi itu juga menunjukkan bahwa pasien thalassemia dengan gagal jantung
mempunyai kadar serum feritin yang tinggi.
Patofisiologi kardiomiopati thalassemia cukup kompleks. Penumpukan besi
sebagai akibat dari transfusi darah berulang menjadi penyebab utama dari
kardiomiopati thalassemia. Dalam keadaan fisiologis, besi akan diangkut oleh
transferin di dalam sirkulasi darah. Ketika jumlah besi sudah berlebihan,
transferin akan tersaturasi sehingga besi yang tidak terikat dengan transferin akan
bebas bersirkulasi dan masuk ke miosit jantung melalui kanal kalsium (Ca2+)
dalam bentuk besi ferous (Fe2+). Di dalam miosit jantung, besi tersimpan dalam 3
bentuk yaitu feritin, hemosiderin, dan besi selular yang labil. Besi selular yang
labilmerupakan bentuk yang paling toksik karena dapat membentuk reactive
oxygen species sehingga menyebabkan kerusakan peroksidatif pada struktur sel,
dan apoptosis miosit jantung, selanjutnya menjadi disfungsi jantung. Kelasi besi
paling mudah mengikat besi selular yang labil daripada bentuk besi tersimpan
yang lain.18,20
Walaupun kelebihan besi dianggap berperan utama dalam patofisiologi gagal
jantung kiri, akhir-akhir ini semakin diketahui bahwa penyebabnya bersifat
multifaktorial terdiri dari faktor immunoinflamasi, genetik, dan virus.Faktorfaktor tersebut semakin kuat diyakini karena insiden gagal jantung thalassemia
semakin tinggi pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.3,18,20
Kerentanan toksisitas besi bervariasi pada setiap pasien thalassemia karena pasien
yang memiliki kadar besi yang sama mengalami tingkat kerusakan jantung yang
berbeda. Hal itu mungkin dikarenakan perbedaan biomolekuler yang terjadi dalam
individu tersebut.21,22 Studi Economou-Patersen23 dkk menunjukkan pasien
dengan alel e4 apolipoprotein E lebih berisiko mengalami gagal jantung kiri
karena apolipoprotein tersebut berkaitan dengan kemampuan antioksidan yang
kurang.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
9
Infeksi virus juga diduga turut berperan dalam terjadinya kardiomiopati
thalassemia. Infeksi virus menyebabkan miokarditis akut yang selanjutnya
menjadi kardiomiopati dilatasi. Beberapa virus yang terdeteksi dari biopsi
endomiokardium pada pasien dengan kardiomiopati dilatasi adalah enterovirus,
adenovirus, parvovirus B19, dan herpes virus tipe 6. Beberapa mekanisme
terjadinya disfungsi ventrikel kiri akibat infeksi virus adalah efek sitotoksik
langsung dari protein virus, kerusakan matriks ekstraselular dan sitoskeleton, dan
inflamasi kronik.3
Imunogenetik juga berperan pada kardiomiopati thalassemia. Studi Kremastinos24
dkk membuktikan bahwa pasien thalassemia yang memiliki alel human leukocyte
antigen (HLA)-DRB1*1401 berisiko lebih rendah mengalami gagal jantung
daripada HLA-DQA1*0501. Hal itu menunjukkan adanya peranan major
histocompability complex dalam patogenesis gangguan jantung pada thalassemia
mayor.
2.1.2 Feritin dan Thalassemia
Feritin serum adalah cadangan besi utama dalam tubuh manusia. Sintesis feritin
diatur oleh interaksi sitoplasma protein yang berikatan pada messenger RNA
(mRNA). Pengaturan tersebut penting dalam menjaga homeostasis besi. Kadar
feritin yang tinggi dapat ditemukan pada berbagai keadaan penyakit baik genetik
maupun didapat sehingga tidak selalu menggambarkan kelebihan besi. Akan
tetapi bila kadar feritin serum yang tinggi ditemukan juga bersamaan dengan nilai
saturasi transferin yang tinggi, maka individu tersebut dapat diduga kuat
mengalami kelebihan besi.21,22
Besi yang berlebih bersifat toksik pada semua sel tubuh dan menyebabkan
kerusakan organ irreversibel, salah satunya adalah kerusakan pada otot jantung.
Kadar feritin serum yang tinggi ditemukan baik pada thalassemia beta mayor
maupun minor.21,22
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
10
2.2 Pemeriksaan Profil Jantung pada Thalassemia
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gagal jantung merupakan komplikasi yang
sering dialami oleh pasien thalassemia. Awitan gagal jantung pada thalassemia
tidak dapat diprediksi. Penumpukan besi yang berlebihan pada otot jantung sering
tidak menimbulkan gejala sehingga pemeriksaan ekokardiografi mungkin
menunjukkan hasil fraksi ejeksi ventrikel kiri yang normal. Oleh karena itu,
deteksi dini penumpukan besi pada jantung menjadi isu penting terutama deteksi
dini yang bersifat non-invasif.7
Tindakan invasif yang selama ini telah dilakukan berupa pemeriksaan kadar
feritin serum atau biopsi belum mampu mendeteksi penumpukan besi pada otot
jantung. Beberapa pemeriksaan non-invasif yang saat ini dikemukakan untuk
menilai struktur dan fungsi kardiorespirasi pada thalassemia diantaranya adalah
ekokardiografi, MRI T2*, CPET, dan UB6M.7
2.2.1 Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah suatu alat untuk menilai struktur dan fungsi jantung.
Beberapa jenis pemeriksaan ekokardiografi yang dikenal adalah ekokardiografi 2
dimensi (konvensional) dan ekokardiografi tissue Doppler (ETD). Ekokardiografi
konvensional menangkap sinyal dari aliran darah transmitral, sedangkan ETD dari
gerakan dinding miokardium sehingga ETD dapat mengevaluasi gangguan
jantung lebih dini daripada ekokardiografi konvensional.25,26
Parameter fungsi jantung yang biasanya diukur melalui ekokardiografi
konvensional adalah:27
a. Fungsi sistolik ventrikel kiri: fraksi ejeksi dan fraksi pemendekan
b. Fungsi sistolik ventrikel kanan: tricuspid annular plane systolic excursion
(TAPSE)
c. Fungsi diastolik ventrikel kiri: kecepatan maksimal pengisian ventrikel pada
awal diastolik (E), kecepatan maksimal pengisian ventrikel pada saat
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
11
kontraksi atrium (A), dan rasio kecepatan maksimal pengisian awal dan akhir
(E/A).
Studi oleh Suwarniaty27 dkk mendapatkan sebanyak 21% pasien thalassemia
mempunyai fraksi ejeksi <64%, 25% fraksi pemendekan >44%, dan 10% rasio
E/A >2,5. Studi tersebut juga menyimpulkan terdapat hubungan antara lama
transfusi dengan rasio E/A >2,5 (gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri) dan
tidak didapatkan hubungan antara kadar feritin serum dengan gangguan fungsi
ventrikel kiri.
Parameter fungsi jantung pada ETD yang dapat dinilai adalah S’ (kecepatan gerak
dinding miokardium selama sistolik dalam cm/detik), E’ (kecepatan miokardium
selama awal diastolik dalam cm/detik), dan A’ (kecepatan miokardium selama
akhir diastolik dalam cm/detik). Baik parameter ekokardiografi konvensional
maupun ETD dapat dikombinasi. Studi Silvilairat28 dkk pada pasien thalassemia
betamenunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara peningkatan kadar feritin
serum dengan penurunan waktu deselerasi dan peningkatan rasio antara kecepatan
maksimal pengisian ventrikel pada awal diastolik dengan kecepatan miokardium
pada awal diastolik (E/E’) dari pemeriksaan ETD.
Gambar 1. Parameter fungsi sistolik (kiri) dan diastolik (kanan) dari ekokardiografi
konvensional.28
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
12
Gambar 2. Parameter fungsi sistolik (S’) dan diastolik (E’ dan A’) dari
ekokardiografi tissue Doppler28
2.2.2 Cardiopulmonary Exercise Test
Cardiopulmonary exercise test (CPET) adalah sebuah uji untuk menilai kapasitas
fungsi kardiorespirasi dan prognosis pada pasien dengan gagal jantung dan
gangguan kardiovaskular lain. CPET dilakukan dengan sepeda ergometer atau
treadmill. Selama melakukan CPET, beban latihan akan ditambahkan secara
bertahap seperti beban pedal pada sepeda yang bertambah atau tanjakan pada
treadmill. Sebuah corong dengan katup non-rebreathing dimasukkan dalam mulut
agar dapat dilakukan analisis oksigen dan karbondioksida udara inspirasi dan
ekspirasi.7
Salah satu parameter yang dinilai dari CPET adalah kapasitas konsumsi oksigen
(VO2). Kapasitas konsumsi oksigen dipengaruhi oleh curah jantung dan perbedaan
kandungan oksigen dalam arteri dan vena, serta akan meningkat linier sampai
mencapai keadaan plateu atau mendekati maksimal (VO2max). Pada pasien gagal
jantung, tingkat aktivitas fisis yang dapat dilakukan terbatas sehingga belum
mencapai VO2max. Kadar ambilan oksigen yang dapat tercapai sebelum VO2max
disebut puncak VO2 (peak VO2/PVO2). Pasien dengan gagal jantung memiliki
nilai PVO2 yang rendah. PVO2>18 mL/kg/menit menandakan prognosis baik,
sedangkan PVO2<10 mL/kg/menit berisiko mengalami gangguan jantung dan
kematian.31
Pada pasien thalassemia yang sudah mengalami gagal jantung, kemampuan untuk
melakukan aktivitas fisis terbatas. Curah jantung yang menurun tidak dapat
mencukupi perfusi pada otot skeletal sehingga metabolisme anaerob akan terjadi
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
13
lebih cepat. Besi yang menumpuk dalam jantung juga merusak fungsi rantai
respirasi mitokondria. Kadar anemia juga akan memengaruhi suplai oksigen pada
otot sehingga kandungan oksigen arteri juga berkurang.7
Meskipun CPET mampu menilai fungsi kardiorespirasi lebih komprehensif
dibandingkan ekokardiografi atau MRI T2*, CPET tetap memiliki keterbatasan
antara lain pelaksanaannya membutuhkan tenaga ahli yang berpengalaman,
interpretasi nilai dan teknik pelaksanaannya tidak mudah.7
2.2.3 Uji Berjalan 6 Menit
Uji berjalan 6 menit adalah metode sederhana dengan berjalan 100 kaki tanpa
memerlukan peralatan khusus dan tidak membutuhkan keahlian khusus bagi
pemeriksa. Berjalan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari yang dilakukan
oleh semua orang. Uji ini menilai jarak yang dapat ditempuh oleh pasien dengan
cara berjalan di permukaan yang rata dan keras selama 6 menit. Uji ini dapat
menilai sistem pernapasan dan kardiovaskular, sirkulasi, neuromuskular, dan
metabolisme otot secara keseluruhan. Akan tetapi, uji ini tidak dapat menilai
fungsi dari organ-organ tersebut secara spesifik. Uji ini menilai kapasitas
fungsional submaksimal. Oleh karena sebagian besar aktivitas sehari-hari
dilakukan dalam kondisi submaksimal, UB6M dapat mencerminkan kemampuan
fungsional dalam kehidupan sehari-hari.9,30
Uji berjalan ini bermula dari ide Balke pada tahun 1960. Balke mengembangkan
uji berjalan sederhana untuk mengevaluasi kapasitas fungsional dengan mengukur
jarak tempuh yang dicapai setelah berjalan selama suatu waktu. Kemudian, waktu
12 menit ditetapkan oleh Cooper untuk mengevaluasi tingkat kebugaran fisis pada
orang sehat dan digunakan juga pada pasien bronkitis kronik. Akan tetapi,
Butland dkk menilai bahwa waktu 12 menit dirasakan terlalu lama dan
melelahkan pasien dengan penyakit saluran napas sehingga mereka menetapkan
waktu 6 menit. Pada akhirnya, UB6M diteliti dan dibandingkan dengan 12 menit.
Hasilnya sudah teruji sahih untuk mengukur toleransi latihan dan ketahanan
seseorang.31-33
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
14
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa UB6M dapat dilakukan pada anak
dengan nilai reliabilitas dan validitas yang baik. Indikasi utama dari UB6M adalah
menilai respon pengobatan pada pasien yang memiliki gangguan jantung dan
paru. Uji berjalan 6 menit juga digunakan untuk pengukuran status fungsional
pasien, prediktor mortalitas dan morbiditas. Parameter yang dapat diukur dari
UB6M adalah tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, saturasi oksigen
perifer, jarak tempuh, dan tingkat kelelahan (berdasarkan skala Borg).9,30
Studi Miyamoto34 dkk menunjukkan bahwa berjalan 6 menit dapat digunakan
untuk menilai prognosis pasien dengan hipertensi pulmonal. Jarak tempuh pada
pasien dengan hipertensi pulmonal lebih pendek daripada pasien sehat (297±188
vs 655±91 meter; p<0,001). Pasien yang hanya mampu berjalan <332 meter
memiliki angka hidup yang lebih rendah daripada yang mampu berjalan >332
meter. Hal itu membuktikkan bahwa UB6M dapat menjadi faktor yang indepen
dan kuat dalam menilai prognosis angka kematian/mortalitas.
Studi Hassan15 dkk menyimpulkan adanya penurunan jarak tempuh pada anak
dengan penyakit kronik (hemofilia, artritis idiopatik juvenil, dan spina bifida)
melalui metode UB6M dibandingkan dengan nilai referensi. Jarak tempuh yang
bisa dicapai pada kelompok hemofilia adalah 90-92%, artritis idiopatik juvenil 7275%, dan spina bifida 60-62% dari nilai referensi.
Meskipun sederhana, UB6M telah terbukti mampu menilai VO2 seperti pada
CPET (r=0,68-0,76).35,36 Studi oleh Zugck35 dkk menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara jarak tempuh dan VO2, serta perubahan jarak tempuh selama
berjalan 6 menit dapat memprediksi perubahan PVO2.
Nilai referensi jarak tempuh pada anak sehat sudah dilakukan di beberapa etnis
populasi di dunia antara lain India (7-12 tahun), Inggris (7-11 tahun), Amerika
Serikat (7-11 tahun), dan Cina (7-16 tahun).37-40 Nilai referensi tersebut bervariasi
dan dipengaruhi oleh usia, tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin. UB6M
juga telah dilakukan pada populasi anak Indonesia. Munadia41 dkk mendapatkan
rerata jarak tempuh UB6M pada anak sehat berusia 9-10 tahun sebesar
500,08±53,7 meter pada anak lelaki dan 481,82±47,2 meter pada anak perempuan.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
15
Penelitan tersebut juga menyimpulkan ada perbedaan jarak tempuh yang
bermakna antara anak lelaki dan perempuan. Hanya tinggi badan perempuan yang
berkorelasi dengan jarak tempuh. Reliabilitas UB6M terbukti baik dengan
intraclass correlation 0,96-0,98 pada anak dengan/tanpa penyakit kronik.
Perbedaan jarak tempuh pada populasi anak terdeteksi cukup bervariasi yaitu dari
36 meter sampai 139 meter.42-44
30 m
Gambar 3. Ilustrasi uji berjalan 6 menit
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
16
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Thalassemia mayor
Kekurangan sintesis
rantai globin beta
Hemolisis
Inefektif eritropoiesis
Anemia
Peningkatan sintesis
eritropoietin
Transfusi darah
berulang
Ekspansi eritroid pada
sumsum tulang
Kelasi besi
Penumpukan besi
Diet
Kerusakan oksidatif
Inflamasi
Genetik
Infeksi virus
Paru
Pemeriksaan penunjang:
Ferritin
Saturasi transferin
Non-transferred binding iron
MRI T2*
Organ lain:
Hati, ginjal, organ
reproduksi, tulang
Jantung
Remodelling ventrikel
Disfungsi endotel
Faktor pejamu:
 Jenis kelamin
 Berat badan
 Tinggi badan
 Status gizi
Kardiomiopati
Struktur/Anatomi:
 Ekokardiografi
 MRI T2*
 Angiografi
Fungsional:
 Ekokardiografi
 Uji berjalan 6 menit
 Cardiopulmonary
exercise test
------- : yang diteliti
16
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
17
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol pada anak thalassemia
mayor yang terdaftar di Pusat Thalassemia RSCM (sebagai kelompok kasus) dan
anak sehat (sebagai kelompok kontrol).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Thalassemia RSCM (subjek thalassemia) dan
Panti Asuhan Vincentius Putera dan Puteri (subjek kontrol).Pemeriksaan
laboratorium di laboratorium 24 jam Patologi Klinik RSCM, dan ekokardiografi
di Poliklinik Jantung Terpadu RSCM. Waktu penelitian dilakukan pada AgustusSeptember 2014.
4.3 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
thalassemia dan anak sehat. Populasi target kelompok thalassemia adalah semua
anak dengan thalassemia mayor. Populasi terjangkau kelompok thalassemia
adalah anak thalassemia mayor berusia 11-18 tahun dan terdaftar di Pusat
Thalassemia RSCM. Sampel kelompok thalassemia adalah subjek dari populasi
terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sementara itu, sampel
kelompok sehat adalah subjek sehat berusia 11-18 tahun.
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1 Kriteria Inklusi (Kelompok Thalassemia)
1. Pasien thalassemia mayor yang terdaftar di Pusat Thalassemia RSCM.
2. Berusia 11-18 tahun.
3. Rerata kadar feritin serumdalam 6 bulan terakhir ≥ 2500 ng/mL.
4. Telah menyelesaikan akhir dari serial transfusi darah pada hari pemeriksaan.
17
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
18
5. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent.
4.4.2 Kriteria Inklusi (Kelompok Kontrol)
1. Sehat atau thalassemia trait.
2. Tidak menjalani transfusi darah.
4.4.3 Kriteria Eksklusi
1. Hipersplenisme
2. Mempunyai penyakit asma, kelainan jantung bawaan, dan disfungsi
neuromuskular.
3. Klinis sakit.
4.5 Besar Sampel
Besar sampel dengan menggunakan perhitungan sampel tunggal untuk estimasi
proporsi suatu populasi adalah:
n = Zα2PQ
d2
n = besar sampel penelitian yang dibutuhkan
P = prevalens gagal jantung pada thalassemia pada kelompok 11-20 tahun
berdasarkan kepustakaan adalah 91,5%.19 Penelitian ini membatasi batas usia
anak adalah 18 tahun sesuai dengan definisi anak dari UNICEF.45
Q = 1-P
Zα = interval kepercayaan yang ditetapkan, yaitu 95% = 1,96
d = perbedaan hasil yang dianggap bermakna, ditetapkan 10% (0,1)
Maka besar sampel:
n= (1,96)2 x 0,915 x 0,085 = 30
0,12
Oleh karena penelitian ini juga membandingkan rerata jarak tempuh populasi
tidak berpasangan (antara subjek thalassemia dan sehat), maka besar sampel
adalah:
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
19
n1 = n2 = 2 (Zα+Zβ)s2
(x1-x2)
Keterangan :
n: jumlah sampel yang diperlukan.
α: tingkat kemaknaan yang ditetapkan oleh peneliti (95% sehinggaZα = 1,96)
β: kekuatan yang ditetapkan oleh peneliti (0,8 sehingga Zβ = 0,842)
s: simpang baku kedua kelompok (=58,1 meter)29
x1-x2: perbedaan klinis yang diinginkan (=36 meter)42
n1 = n2 = 2 (1,96 + 0,842) x 58,12 = 40
36
4.6 Metode Pengambilan Sampel
Sampel pada kelompok thalassemia akan diambil dengan cara consecutive
sampling, sedangkan sampel pada kelompok kontrol adalah subjek sehat yang
disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin pada kelompok thalassemia (age and
sex-matched).
4.7 Alur Penelitian
4.7.1 Alur Penelitian Kelompok Thalassemia
Pasien thalassemia mayor yang terdaftar di Poliklinik Thalassemia RSCM,
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Pengisian lembar persetujuan untuk mengikuti penelitian
Sebelum memulai UB6M, pasien dilakukan:
 Pencatatan rerata Hb pra transfusi dalam satu tahun terakhir
 Pemeriksaan antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
atas)
 Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen perifer)
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
20
Berjalan 6 menit sesuai standar American Thoraric Society 2002
Sesudah menyelesaikan berjalan 6 menit, pasien dilakukan:
 Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen perifer)
 Pencatatan jarak tempuh
 Penilaian tingkat sesak napas dan kelelahan dengan skala Borg
Dilakukan pemeriksaan Hb pada hari yang sama dengan pelaksanaan UB6M
Pemeriksaan ekokardiografi (parameter yang diambil: fraksi pemendekan,
fraksi ejeksi, E/A, TAPSE, E/E’)
Analisis data
Penyajian data berupa teks, tabular, dan grafik
*) UB6M dan ekokardiografi tidak harus berurutan seperti alur di atas. Subjek
bisa diperiksakan ekokardiografi terlebih dahulu, lalu berjalan 6 menit.
4.7.2 Alur Penelitian Kelompok Kontrol
Anak sehat
Pengisian lembar persetujuan untuk mengikuti penelitian
Sebelum memulai uji berjalan 6 menit, anak sehat dilakukan:
 Pemeriksaan antropometri (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
atas)
 Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen perifer)
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
21
Sesudah menyelesaikan berjalan 6 menit, pasien dilakukan:
 Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen perifer)
 Pencatatan jarak tempuh
Dilakukan pemeriksaan Hb pada hari yang sama dengan pelaksanaan UB6M
Penyajian data berupa teks, tabular, dan grafik
4.8 Batasan Operasional
1.
Fungsi jantung: fungsi kontraktilitas jantung untuk memompa darah yang
digambarkan melalui fungsi sistolik dan diastolik dari ekokardiografi dan
jarak tempuh dari UB6M.
2.
Ekokardiografi: alat diagnostikmenggunakan gelombang ultrasound
untuk memberikan anatomi, fungsi sistolik dan diastolik dari jantung
tersebut.Jenis yang digunakan adalah General Electric Vivid-7 (1,5-4
MHz transduser).
3.
Uji berjalan 6 menit: suatu metode berjalan kaki selama 6 menit yang
dilakukan secepatnya dan semampunya oleh subjek penelitian. Evaluasi
fungsi jantung digambarkan melalui parameter jarak tempuh.30
4.
Tekanan darah: diukur dengan pengukur tekanan darah digital baik
sebelum maupun sesudah berjalan 6 menit. Alat pengukur tekanan darah
digital yang digunakan adalah OMRON HEM-7203.
5.
Frekuensi nadi: jumlah denyut jantung per satuan waktu (per menit) yang
diukur dengan alat pengukur saturasi oksigen perifer NONIN 9500 yang
diletakkan di jari tangan subjek penelitian.
6.
Frekuensi napas: jumlah siklus napas (memasukkan dan mengeluarkan
udara) per satuan waktu (per menit) yang diukur secara manual.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
22
7.
Saturasi oksigen perifer: indikator persentase hemoglobin tersaturasi
dengan oksigen yang diukur dengan alat pengukur saturasi oksigen
perifer NONIN 9500 yang diletakkan di jari tangan subjek penelitian
8.
Usia: berdasarkan anamnesis tanggal kelahiran dari orangtua atau subjek
sendiri. Usia dinyatakan dalam tahun dan dihitung sejak tanggal lahir
sampai pasien terhitung sebagai subjek penelitian.
9.
Berat badan: diukur dengan timbangan berat badan berdiri tanpa
menggunakan sepatu dan alas kaki, dan hanya memakaipakaian yang
dikenakan. Berat badan ditimbang dengan menggunakan timbangan
digital SECA 803.
10. Tinggi badan: diukur pada posisi berdiri dengan punggung bersandar
pada dinding, muka lurus menghadap ke depan, telapak kaki dirapatkan
tanpa menggunakan sepatu dan alas kaki. Tinggi badan diukur dengan
menggunakan Shorr Board.
11. Lingkar lengan atas: diukur pada pertengahan antara pangkal lengan atas
(acromion) dan ujung siku (olecranon) dalam ukuran cm dengan SECA
201.
12. Status
gizi:pada
kelompok
anak
sehat,
status
gizi
dinilai
berdasarkanpemeriksaan klinis dan antropometri berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Pengelompokkan status gizi pada anak sehat
berdasarkan persentil indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan usia di
kurva NCHS/CDC 2000yaitu:46

Obesitas, jika IMT >P95.

Gizi lebih, jika IMT P85-95.

Gizi baik, jika IMT P5-85.

Gizi kurang, jika IMT <P5.
Sedangkan pada kelompok thalassemia, status gizi dinilai berdasarkan
pemeriksaan klinis dan antropometri lingkar lengan atas (LLA) menurut
usia yang diukur berdasarkan tabel Frisancho. Parameter LLA digunakan
karena organomegali pada kelompok thalassemia; dikelompokkan
sebagai berikut:46

Gizi baik: LLA menurut usia >85%.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
23

Gizi kurang: LLA menurut usia 70-85%.

Gizi buruk: LLA menurut usia <70%.
13. Sehat: tidak menderita thalassemia mayor, tidak menderita penyakit akut
dan kronik yang dapat mengganggu fungsi jantung dan pernapasan
seperti keganasan, diabetes melitus, dan asma.
14. Kelainan jantung bawaan: kelainan jantung yang diketahui saat lahir atau
sebelum kelahiran (masih dalam kandungan); didapat dari anamnesis dan
pemeriksaan fisis.
15. Asma: gejala batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik,
cenderung pada malah hari/dini hari (nokturnal), musiman, setelah
aktivitas fisis, serta ada riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarga;
didapat dari anamnesis.47
16. Disfungsi neuromuskular: kelainan saraf yang menyebabkan gangguan
pada otot.48
17. Fraksi pemendekan: perubahan persentase diameter ventrikel kiri yang
terjadi saat sistolik dengan mengukur diameter sistolik akhir dan
diameter diastolik akhir menggunakan ekokardiografi M-mode. Nilai
normal fraksi pemendekan adalah 28-44%.27
18. Fraksi ejeksi: parameter untuk mengukur kemampuan ejeksi sistolik
ventrikel kiri. Nilai normal fraksi ejeksi adalah 56-78%.27
19. TAPSE: nilai normal untuk usia 11-18 tahun adalah 1,83-2,91 cm.49
20. Rasio E/A: rasio kecepatan maksimal pengisian ventrikel awal diastolik
dan pengisian ventrikel saat kontraksi atrium. Gangguan diastolik
dikategorikan bila rasio E/A <1.50
21. E/E’: rasio antara kecepatan maksimal pengisian ventrikel pada awal
diastolik dengan kecepatan miokardium pada awal diastolik. Gangguan
diastolik dikategorikan bila E/E’ >8.51,52
22. Hb sebelum transfusi: rerata Hb sebelum transfusi selama 1 tahun.
23. Feritin serum: batas kadar feritin serum yang diikutsertakan dalam
penelitian adalah ≥2500 ng/mL dalam 6 bulan terakhir. Kadar feritin
serum ≥2500 ng/mL sudah dikategorikan severe iron overload.53
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
24
24. Saturasi transferin: indikator jumlah besi serum yang terikat oleh
transferin (rasio antara serum besi dan total iron binding capacity dalam
persentase).
25. Hipersplenisme:
splenomegali
yang
disertai
leukopeni
atau
trombositopeni dan kebutuhan darah transfusi 1,5x dari jumlah darah
transfusi yang dibutuhkan pada pasien thalassemia yang menjalani
spelenektomi.53
4.9 Analisis Statistik
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir laporan penelitian yang telah
disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam data base komputer menggunakan
program SPSS versi 15.0. Data deskriptif disajikan secara tekstular, grafik, dan
tabular. Metode statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data
numerik dengan Pearson/Spearman, analisis data komparatif dengan uji T/Mann
Whitney, dan analisis multivariat dengan regresi linier.
4.10 Etik Penelitian
Penelitian dilakukan dengan persetujuan orangtua. Orangtua diminta untuk
mengisi surat persetujuan penelitian, setelah mendapatkan penjelasan mengenai
tujuan penelitian. Penelitian ini sudah mendapatkan lolos kaji etik dari Komisi
Etik Penelitian FKUI-RSCM pada tanggal 4 Agustus 2014 dengan no.
514/H2.F1/ETIK/2014.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
25
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan 40 subjek thalassemia (21 lelaki dan 19
perempuan) yang terdiri dari thalassemia beta (52,5%) dan sisanya thalassemia
beta-HbE.Sementara itu, subjek kontrol yang ikut serta dalam penelitian ini
sebanyak 109 subjek (52 lelaki dan 57 perempuan).
Tabel 5.1 Karakteristik antropometri subjek penelitian
Karakteristik
Thalassemia (n=40)
Kontrol (n=109)
Usia (tahun)+
13,4 (11-17,9)
14,2 (11,2-17,9)
BB (kg)+
31 (24-65)
45,3 (25,1-90,5)
TB (cm)+
141,5 (122-159)
154,5 (130,5-176)
LLA (cm)+
17,7 (14,7-28)
22,5 (16-38,5)
Status gizi*
Gizi kurang
34 (85%)
17 (15,6%)
Gizi baik
6 (15%)
79 (72,4%)
Gizi lebih
9 (8,3%)
Obesitas
4 (3,7%)
Keterangan:
+: data disajikan dalam nilai median (rentang minimum – rentang maksimum)
*: data disajikan dalam nilai frekuensi (persentase)
BB: berat badan; TB: tinggi badan; LLA: lingkar lengan atas
Karakteristik
Usia (tahun)+
BB (kg)+
TB(cm)+
Tabel 5.2 Karakteristik antropometri berdasarkan jenis kelamin
Thalassemia
Kontrol
Lelaki (n=21)
Perempuan
Lelaki (n=52)
Perempuan
(n=19)
(n=57)
13,4 (11,2-16,3)
13,4 (11,0-17,9)
14,2 (11,9-17,4)
14,2 (11,2-17,9)
30 (24-56)
36 (24-65)
45,95 (27,9-81,5) 42,7 (25,1-90,5)
140 (124-158)
144 (122-157)
160,05 (134,4151 (130,5-171)
176)
17 (14,7-24,2)
19 (15-28)
23 (16-33,5)
22 (17,5-38,5)
LLA (cm)+
Status gizi*
Gizi kurang
19 (90,5%)
15 (79%)
8 (15,4%)
Gizi baik
2 (9,5%)
4 (21%)
37 (71,1%)
Gizi lebih
5 (9,6%)
Obesitas
2 (3,9%)
Keterangan:
+: data disajikan dalam nilai median (rentang minimum – rentang maksimum)
*: data disajikan dalam nilai frekuensi (persentase)
BB: berat badan; TB: tinggi badan; LLA: lingkar lengan atas
25
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
9 (15,8%)
42 (73,7%)
4 (7%)
2 (3,5%)
Universitas Indonesia
26
5.2 Profil Laboratorium Subjek Penelitian
Profil laboratorium pada subjek thalassemia yang diperiksa dan dikumpulkan
adalah kadar Hb pasca-transfusi, rerata Hb pra-transfusi selama satu tahun
terakhir, rerata feritin serum dan saturasi transferin selama 6 bulan terakhir.
Waktu pemeriksaan kadar Hb pasca-transfusi dilakukan pada hari yang sama
dengan hari pelaksanaan UB6M. Jarak antara hari pasca-transfusi dan hari
pelaksanaan UB6M tidak lebih dari 7 hari.
Sementara itu, hanya 52 (47,7%) dari 109 subjek kontrol yang bersedia dilakukan
pemeriksaan kadar Hb. Kadar Hb diperiksa paling lama 2 hari setelah hari
pelaksanaan UB6M.Sebanyak 4 (7,7%) dari 52 subjek kontrol mengalami Hb <12
g/dL yaitu 10,3 g/dL; 11,0 g/dL; 11,1 g/dL; dan 11,8 g/dL.
Tabel 5.3 Profil laboratorium subjek penelitian
Profil laboratorium
Nilai
Thalassemia
Kadar Hb pasca-transfusi (g/dL)^
11,2±1,2
Kadar Hb pra-transfusi selama 1 tahun 7,6±0,6
(g/dL)^
4246,5 (2506-10749,7)
Feritin serum (ng/mL)+
100 (50-100)
Saturasi transferin (%)+
Kontrol
Kadar Hb (g/dL)^
13,7±1,4
Keterangan:
^: data disajikan dalam rerata±standar deviasi
+: data disajikan dalam nilai median (rentang minimum – rentang
maksimum)
5.3 Profil Jantung Subjek Penelitian
5.3.1 Profil Ekokardiografi Subjek Thalassemia
Jenis ekokardiografi yang dilakukan adalah ekokardiografi konvensional dan
ETD. Ekokardiografi dilakukan oleh konsultan kardiologi anak. Parameter yang
dinilai adalah fungsi sistolik jantung (fraksi ejeksi, fraksi pemendekan, TAPSE)
dan fungsi diastolik (rasio E/A, dan rasio E/E’). Nilai fraksi ejeksi, fraksi
pemendekan, TAPSE, dan rasio E/A melalui ekokardiografi konvensional
menunjukkan hasil normal. Akan tetapi, sebanyak 18 (45%) dari 40 subjek
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
27
mempunyai rasio E/E’ >8 yang merupakan petanda gangguan fungsi diastolik
melalui pemeriksaan ETD.
Tabel 5.4 Profil ekokardiografi subjek thalassemia
Profil ekokardiografi
Nilai
Ekokardiografi konvensional
Fraksi ejeksi (%)^
69,6±6,9
Fraksi pemendekan (%)^
39,3±5,9
TAPSE^
2,4±0,3
Rasio E/A^
1,6±0,3
Ekokardiografi tissue Doppler
Rasio E/E’^
7,7±1,7
Keterangan:
^: data disajikan dalam rerata±standar deviasi
5.3.2Profil Uji Berjalan 6 Menit Subjek Thalassemia dan Kontrol
Sebelum dan sesudah menjalani UB6M, parameter tanda vital yang diukur adalah
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, frekuensi nadi, frekuensi napas,
saturasi oksigen perifer, dan jarak tempuh.
TDS
(mmHg)^
TDD
(mmHg)^
N
(x/menit)^
P
(x/menit)^
SpO2(%)^
JT (m)^
Tabel 5.5 Karakteristik tanda vital sebelum dan sesudah UB6M
Thalassemia
Kontrol
(n=40)
(n=109)
Pra
Pasca
p
Pra
Pasca
104,6±13,3 108,9±13,7 0,017
110,9±12,8 115,9±15,3
p
<0,001
68,9±10,9
72,8±9,3
tb
66,9±8,8
67,7±7,9
tb
88,4±12
94,87±12,9
<0,001
85,2±12,2
102,1±15,2
<0,001
22,3±3,3
24,06±4
0,017
19,4±2,2
22,3±3,2
<0,001
98,4±0,9
465,1±74,2
98,23±1,1
tb
98±1
660,3±94,5
97,7±0,9
<0,001
TDS: tekanan darah sistolik; TDD: tekanan darah diastolik; N: frekuensi nadi; P: frekuensi napas;
SpO2: saturasi oksigen perifer; JT: jarak tempuh UB6M; 95% IK: 95% interval kepercayaan; tb:
tidak bermakna (p >0,05)
Tabel 5.6 Profil jarak tempuh berdasarkan jenis kelamin
Thalassemia
Kontrol
JT
(m)
Lelaki
(n=21)
470,8±69,7
Perempuan
Total
(n=19)
(n=40)
458,8±80,3 465,1±74,2
Lelaki
(n=52)
725,5±72,1
Perempuan
Total
(n=57)
(n=109)
600,8±70,4 660,3±94,5
JT: jarak tempuh
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
28
5.4 Hubungan antara Berbagai Variabel Bebas dengan Jarak Tempuh
Uji bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai variabel bebas
dengan jarak tempuh (tabel 5.7). Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa semua
variabel bebas tidak memiliki hubungan dengan jarak tempuh pada kelompok
thalassemia, sedangkan variabel bebas yang berhubungan dengan jarak tempuh
pada kelompok kontrol adalah tinggi badan (p = 0,007; r = 0,259).
Selanjutnya, variabel bebas yang mempunyai nilai p<0,25 dalam hubungannya
dengan jarak tempuh diikutsertakan dalam analisis multivariat menggunakan
regresi linier backward. Variabel bebas yang diikutsertakan dalam analisis
multivariat pada kelompok thalassemia adalah usia dan feritin serum. Fraksi
ejeksi dan TAPSE tidak diikutsertakan ke dalam analisis multivariat meskipun
nilai p<0,25 karena bukan merupakan parameter klinis. Hasilnya adalah kedua
variabel bebas tersebut tidak mempunyai kemaknaan.
Sementara itu, variabel bebas yang diikutsertakan dalam analisis multivariat pada
kelompok kontrol adalah usia dan tinggi badan. Kadar Hb tidak diikutsertakan
karena tidak semua subjek memiliki data tersebut. Hasilnya adalah usia dan tinggi
badan memengaruhi jarak tempuh (p = 0,004; 95%IK -29,6-5,7 dan p <0,001;
95%IK 2,0-6,2, berturut-turut). Kedua variabel bebas tersebut memengaruhi
13,7% dari jarak tempuh kelompok kontrol pada studi ini dan rumus yang didapat
adalah jarak tempuh kelompok kontrol = 273,934 + (-)17,649 (usia) + 4,112
(tinggi badan).
Pada tabel 5.8 dapat dilihat hubungan antara jenis kelamin,status gizi, dan
gangguan diastolik berdasarkan rasio E/E’ (variabel kategorik) dengan jarak
tempuh pada kedua kelompok. Jenis kelamin pada kelompok kontrol berhubungan
bermakna dengan jarak tempuh dengan nilai p <0,001; 95%IK 97,6-151,7.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
29
Tabel 5.7 Hubungan antara berbagai faktor dengan jarak tempuh
Usia
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar lengan atas
Kadar Hb
Rerata Hb satu
tahun terakhir
Feritin serum
Saturasi transferin
Fraksi ejeksi
Fraksi pemendekan
TAPSE
Rasio E/A
Rasio E/E’
Keterangan:
#: uji Spearman
Jarak tempuh
Thalassemia
Kontrol
Bivariat
Multivariat
Bivariat
Multivariat
p = 0,093
Tidak bermakna
p = 0,226
p = 0,004
p = 0,854#
p = 0,413#
p = 0,952
p = 0,007
p <0,001
p = 0,790#
p = 0,256#
p = 0,707
p = 0,132
p = 0,458
p = 0,171#
p = 0,421#
p = 0,246
p = 0,291
p = 0,153
p = 0,521
p = 0,606
Tidak bermakna
-
Tabel 5.8 Hubungan antara jenis kelamin, status gizi, dan gangguan diastolik dengan
jarak tempuh
Jenis
kelamin
Status gizi
Thalassemia
Lelaki: 470,8±69,7
Perempuan: 458,8±80,3
Kurang:442,8 (268-600)
Baik:492,9 (315-543,2)
Jarak Tempuh (m)
p
Kontrol
0,615^ Lelaki: 725,5±72,1
Perempuan: 600,8±70,4
0,677# Kurang: 671,8±128,2
Baik: 666,7±85,5
Lebih/obese: 605,8±85,5
0,589^ -
p
<0,001^
0,084*
Gangguan Ya: 457,9±81,2
diastolik
Tidak: 470,9±69,3
(E/E’)
Keterangan:
^: uji T tidak berpasangan; data rerata±standar deviasi
#: uji Mann-Whitney; data median (rentang minimum-rentang maksimum)
*: uji ANOVA one-way; data rerata±standar deviasi
5.5 Perbandingan Jarak Tempuh antara Subjek Thalassemia dengan
Kontrol Setelah Matching Usia dan Jenis Kelamin
Sebanyak 40 dari 109 subjek kontrol dipilih dengan cara matching usia dan jenis
kelamin terhadap 40 subjek thalassemia. Perbandingan dari kedua kelompok
tersebut menunjukkan perbedaan bermakna pada berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, dan jarak tempuh (tabel 5.9).
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
30
Tabel 5.9 Perbandingan jarak tempuh antara subjek thalassemia dan kontrol setelah
matching usia dan jenis kelamin
Usia (tahun)
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m)
Lingkar lengan atas (cm)
Jarak tempuh (m)
Kasus (n=40)
13,9±1,7
34±8,9
141,1±9,3
18,3±2,7
465,1±74,2
Kontrol (n=40)
13,9±1,6
45,3±9,1
153,7±9,1
22,7±2,5
671±94,2
p=0,898
p<0,001
p<0,001
p<0,001
p<0,001
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
31
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang memeriksakan profil jantung
dengan metode UB6M pada anak thalassemia. Sebagai komparasi, penelitian ini
juga memeriksakan ekokardiografi konvensional dan ETD. Ekokardiografi
merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada semua anak thalassemia
agar fungsi jantung dapat dievaluasi sehubungan dengan risiko komplikasi
penumpukan besi pada otot jantung. Sayangnya, jenis ekokardiografi yang biasa
dilakukan adalah konvensional, bukan ETD karena keterbatasan alat. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa ETD lebih sensitif untuk menilai gangguan fungsi
diastolik yang terjadi lebih dini daripada gangguan fungsi sistolik pada gangguan
jantung akibat penumpukan besi pada thalassemia.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Massa otot tidak diperiksa pada studi
ini. Massa otot pada subjek thalassemia diprediksi lebih kecil daripada subjek
kontrol karena berat dan tinggi badan kedua kelompok subjek tersebut berbeda
bermakna (setelah matching usia dan jenis kelamin). Massa otot berperan dalam
UB6M, terutama otot rangka aksial dan apendikular. Anak thalassemia sering
didapatkan kerusakan otot rangka tersebut dan tingkat keparahannya dipengaruhi
oleh lama sakit, jenis obat, dan jumlah volume transfusi darah.54 Semua faktor
tersebut tidak dinilai dalam studi ini. Analisis multivariat oleh Fung55 dkk
menunjukkan bone mineral content dan bone mineral areal density pada subjek
thalassemia lebih rendah daripada kontrol; dan osteokalsin sebagai penanda
pembentukan tulang baru juga berkurang pada thalassemia. Pemeriksaan bone
mineral density tidak dilakukan pada studi ini.
Studi ini tidak mengevaluasi tingkat dan kebiasaan aktivitas fisis sehari-hari pada
semua subjek yang dapat memengaruhi jarak tempuh UB6M. Studi de Andrade56
dkk menunjukkan anak asma yang aktivitasnya lebih banyak duduk (sedentary)
mempunyai jarak tempuh lebih pendek daripada anak asma yang beraktivitas
lebih dari 2-3 jam per minggu. Aktivitas fisis pada studi ini tidak dinilai.
Berdasarkan pengamatan peneliti, anak thalassemia di tempat studi berlangsung
31
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
32
cenderung sedentary karena orangtua khawatir anak mereka akan cepat lelah,
kadar Hb cepat turun, dan risiko patah tulang. Hal yang berbeda tampak pada anak
panti asuhan yang mempunyai jadwal berolahraga baik di sekolah maupun panti
asuhan.
Faktor lain yang juga memengaruhi UB6M namun tidak diteliti adalah kapasitas
fungsi paru. Studi telah melaporkan bahwa anak thalassemia dapat mengalami
gangguan restriktif (16-35%) dan obstruktif (3-15%) paru. Gangguan fungsi paru
tersebut dapat disebabkan karena deposit besi pada paru, yang dapat dibuktikan
dengan penemuan iron laden macrophage dari bronchoalveolar lavage.57,58
Pada beberapa kesempatan, aktivitas berjalan pada studi ini dilakukan bersamasama pada lebih dari satu subjek. Hal itu menimbulkan motivasi persaingan di
antara mereka sehingga memengaruhi jarak tempuh. Selain itu, kadar Hb tidak
bisa disetarakan antara subjek thalassemia dengan kontrol meskipun subjek
thalassemia sudah menjalani transfusi. Hal itu dikarenakan jumlah darah transfusi
yang didapat kurang dari yang dibutuhkan untuk mencapai target Hb yang
diinginkan (Hb ≥12 g/dL).
Gangguan fungsi diastolik pada ETD ditandai dengan rasio E/E’ >8, yang
ditemukan pada 18 dari 40 (45%) subjek thalassemia, sehingga sudah
dikategorikan mengalami kardiomiopati. Dengan metode ETD, Silvilairat28 dkk
melaporkan semua subjeknya yang memiliki kadar feritin serum >5000 ng/mL (11
subjek) mengalami gangguan fungsi diastolik, sedangkan subjek dengan feritin
serum <2500 ng/mL tidak mengalami gangguan fungsi diastolik. Hasil yang
berbeda ditemukan pada penelitian ini yang hanya mendapatkan 6 dari 13 subjek
(46,2%) dengan rerata feritin serum >5000 ng/mL mengalami gangguan fungsi
diastolik. Hasil yang berbeda itu disebabkan karena parameter penelitian fungsi
diastolik yang digunakan Silvilairat28 dkk lebih banyak yaitu waktu deselerasi,
kecepatan miokardium pada diastolik awal (E’), dan rasio E/E’. Studi lain yang
menggunakan metode ETD pada subjek thalassemia adalah Josep52 dkk yang
melaporkan sebanyak 84,2% subjek dalam studinya mengalami gangguan fungsi
diastolik. Prevalensnya lebih tinggi daripada studi ini karena jumlah sampelnya
lebih banyak.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
33
Kardiomiopati pada studi ini didapatkan berdasarkan rasio E/E’. Studi ini tidak
mengorelasikan parameter E/E’ dengan akumulasi besi dari MRI T2* yang
merupakan baku emas evaluasi status besi di jantung. Studi oleh Aypar59 dkk
melaporkan korelasi yang kuat antara parameter E’ dengan MRI T2* pada subjek
thalassemia mayor berusia 6-31 tahun (p=0,004, r=0,54). Oleh karena itu,
sebanyak 45% subjek dengan rasio E/E’ >8 pada studi ini kemungkinan besar juga
mempunyai akumulasi besi yang cukup tinggi dalam jantungnya.
Prevalens kardiomiopati pada studi ini lebih tinggi daripada studi kohort
retrospektif oleh Li60 dkk yang menemukan 15,1% kasus kardiomiopati pada 232
subjek thalassemia (usia 1,4-30,3 tahun) dengan median usia awitan
kardiomiopati 16 tahun. Hal itu dikarenakan kardiomiopati pada studi Li dkk
adalah kasus yang disertai gejala klinis gagal jantung kongestif, sedangkan semua
subjek pada studi ini belum didapatkan gagal jantung kongestif.
Kedelapan belas subjek dengan gangguan fungsi diastolik tersebut mempunyai
fungsi sistolik yang normal dan dapat menyelesaikan UB6M sampai waktu
habis.Studi
ini
tidak
menunjukkan
hubungan
antara
semua
parameter
ekokardiografi, termasuk rasio E/E’, dengan jarak tempuh. Hal itu dikarenakan
semua subjek thalassemia fungsi sistolik yang normal (fraksi ejeksi >55%, fraksi
pemendekan >27%, dan TAPSE >1,2 cm). Studi Bussoni61 dkk pada 44 subjek
dewasa dengan gagal jantung stabil dan fraksi ejeksi <50% menunjukkan rasio
E/E’ berkorelasi negatif dengan jarak tempuh pasca-UB6M (r=0,516). Gangguan
fungsi diastolik juga ditemukan terjadi lebih dulu sebelum fungsi sistolik pada
studi Sayed62 dkk.
Meskipun semua kelompok subjek dapat menyelesaikan UB6M, perbedaan jarak
tempuh yang bermakna didapatkan antara kedua kelompok tersebut (matching
usia dan jenis kelamin). Subjek kontrol berjalan lebih jauh daripada subjek
thalassemia. Hipotesis studi ini menduga bahwa perbedaan itu dapat disebabkan
karena beberapa faktor, di antaranya antropometri, kadar Hb, dan profil besi pada
subjek thalassemia.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
34
Analisis bivariat tidak menunjukkan hubungan antara antropometri dengan jarak
tempuh pada subjek thalassemia, sedangkan tinggi badan berhubungan dengan
jarak tempuh pada subjek kontrol. Tinggi badan berkaitan dengan jarak langkah
kaki saat berjalan. Tinggi badan semakin tinggi, jarak langkah kaki semakin
jauh.40 Di samping tinggi badan, studi juga telah menunjukkan bahwa panjang
kaki (true leg length) lebih menjelaskan perbedaan variasi jarak tempuh daripada
tinggi badan saja. Hasil regresi univariat dari studi Oliveira63 dkk menunjukkan
panjang kaki memiliki koefisien korelasi yang lebih besar daripada tinggi badan.
Pada penelitian ini, panjang kaki tidak diukur.
Berat badan pada subjek kontrol tidak berhubungan dengan jarak tempuh. Hal itu
serupa dengan beberapa studi.40,64 Jumlah subjek kontrol dengan gizi lebih/obese
pada studi ini tidak sebanding dengan gizi normal dan kurang sehingga dapat
memengaruhi hasil, meskipun secara deskriptif terlihat jarak tempuh gizi lebih/
obese lebih rendah daripada gizi kurang maupun baik. Beberapa studi
memaparkan jarak tempuh yang dapat dicapai oleh anak dengan gizi lebih/obese
lebih rendah daripada anak gizi normal karena kebutuhan energi anak dengan gizi
lebih/obese lebih besar sehingga lebih cepat lelah.65,66
Studi ini tidak menunjukkan kadar Hb saat dilakukan UB6M tidak berhubungan
dengan jarak tempuh pada kedua kelompok, begitu pun juga rerata kadar Hb satu
tahun terakhir pada subjek thalassemia. Hal itu mungkin disebabkan karena
hipoksia kronik yang dialami subjek thalassemia memberikan efek kardioprotektif
melalui mekanisme remodelling gen yang mengatur ekspresi molekuler penting
pada metabolisme jantung seperti hypoxia-induced factor-1 alfadan modulasi
Ca2+ signalling pada mitokondria sehingga mengurangi apoptosis sel jantung.67
Di sisi lain, studi Waltz68 dkk pada 42 anak anemia sel sabit menunjukkan kadar
Hb berhubungan dengan jarak tempuh (r=0,46) pada analisis univariat, namun
tidak pada analisis multivariat. Kadar Hb adalah salah satu faktor yang
memengaruhi VO2max. Studi Andreacci69 dkk menunjukkan anak ras kulit hitam
yang mempunyai kadar Hb lebih rendah, meskipun masih dalam rentang normal
(kelompok pra-pubertas: 12,1±0,5 vs 12,8±0,9 g/dL dan kelompok pubertas:
13±0,9 vs 13,6±0,7 g/dL), memperlihatkan VO2max yang lebih rendah daripada
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
35
anak ras kulit putih (kelompok pra-pubertas: 28,8±7,8 vs 35,0±6,5 ml/kg/menit, p
<0,01 dan kelompok pubertas: 33,7±6,41 vs 40,4±10,2 ml/kg/menit, p <0,05).
Kadar Hb yang rendah akan menurunkan kapasitas transpor oksigen sehingga
konsumsi oksigen total pada tubuh saat beraktivitas juga menurun.
Salah satu kriteria inklusi studi ini adalah rerata feritin serum >2500 ng/mL
(severe iron overload) dalam 6 bulan terakhir, dengan dugaan bahwa dampak
penumpukan besi di organ tubuh (khususnya jantung) lebih jelas terlihat. Akan
tetapi, hasil studi tidak menemukan hubungan antara feritin serum dan saturasi
transferin dengan parameter ekokardiografi dan jarak tempuh. Hasil ini berbeda
dengan Silvilairat28 dkk menemukan ada hubungan antara peningkatan rasio E/E’
dengan penumpukan besi pada jantung (kadar feritin serum). Studi tersebut juga
memaparkan bahwa fungsi jantung akan lebih baik pada kadar feritin serum
<2500 ng/mL, namun seorang subjek dengan rerata feritin serum tertinggi pada
studi ini (10749,7 ng/mL) memiliki hasil ekokardiografi yang normal. Bosi70 dkk
melaporkan korelasi negatif yang lemah antara kadar feritin serum dan fraksi
ejeksi.
Kelemahan pemeriksaan profil besi sebagai penanda penumpukan besi pada organ
tubuh juga dilaporkan oleh studi Eghbali71 dkk dan El Beshlawy72 dkk yang tidak
menunjukkan hubungan antara feritin serum dengan MRI T2* jantung yang
merupakan baku emas pemeriksaan penumpukan besi di organ jantung, sedangkan
studi Azarkeivan73 dkk hanya menemukan korelasi lemah antara kedua
pemeriksaan itu.Reliabilitas feritin serum kurang baik karena banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain infeksi/inflamasi dan penyakit hati.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
36
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Median feritin serum tertinggi subjek thalassemia pada penelitian ini
mencapai 10749,67 ng/mL, sedangkan saturasi transferin tertinggi mencapai
100%.
2. Rerata Hb pra-transfusi pada subjek thalassemia adalah 7,58±0,63 g/dL.
3. Fungsi sistolik dan diastolik pada subjek thalassemia melalui ekokardiografi
konvensional masih baik, sedangkan fungsi diastolik melalui ETD didapatkan
45% sudah mengalami gangguan.
4. Jarak tempuh antara subjek thalassemia lebih pendek daripada subjek kontrol.
5. Tidak ada hubungan antara parameter ekokardiografi dengan jarak tempuh.
6. Uji berjalan 6 menit tidak dapat menilai fungsi jantung secara akurat, namun
dapat digunakan sebagai skrining awal gangguan fungsi jantung pada anak
thalassemia.
7.2 Saran
1. Diperlukan penelitian kohort prospektif untuk mengevaluasi perubahan
jarak tempuh pada anak thalassemia secara berkala.
2. Pemeriksaan ETD perlu dilakukan setiap tahun untuk mendeteksi lebih
dini gangguan jantung pada pasien thalassemia daripada ekokardiografi
konvensional.
3. Penelitian uji berjalan 6 menit selanjutnya dapat dilakukan matching
berdasarkan antropometri (tinggi badan dan berat badan).
36
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Rund D, Rachmilewitz E. Beta-thalassemia. N Engl J Med. 2005;353:113546.
Cohen AR, Galanello R, Pennell DJ, Cunningham MJ, Vichinsky E.
Thalassemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2004:14-34.
Kremastinos DT, Farmakis D, Aessopos A, Hahalis G, Hamodraka E,
Tsiapras D, dkk. β-thalassemia cardiomyopathy: history, present
considerations, and future perspectives. Circ Heart Fail. 2010;3:451-8.
Khan FR, Mahsud MAJ, Ayub T, Khan MH, Shah SH. Frequency of heart
failure in patients with beta thalassemia major. Gomal J Med Sci.
2006;4:49-51.
Kremastinos DT. β-thalassemia heart disease: is it time for its recognition as
a distinct cardiomyopathy?. Hellenic J Cardiol. 2008;49:451-2.
Kirk P, Roughton M, Porter JB, Walker JM, Tanner MA, Patel J, dkk.
Cardiac T2* magnetic resonance for predicition of cardiac complications in
thalassemia major. Circulation. 2009;120:1961-8.
Carpenter JP, Pennel DJ. Cardiopulmonary exercise testing in thalassemia.
Int J Cardiovasc Imaging. 2009;25:785-8.
Noonan V, Dean E. Submaximal exercise testing: clinical application and
interpretation. Phys Ther. 2000;80:782-807.
Enright PL. The six-minute walk test. Respir Care. 2003;48:783-5.
Guyatt GH, Thompson PJ, Berman LB, Sullivan MJ, Townsend M, Jones
NL, dkk. How should we measure function in patients with chronic heart
and lung disease?. J Chron Dis. 1985;38:517-24.
Bittner V, Weiner DH, Yusuf S, Rogers WJ, McIntyre KM, Bangdiwala SI,
dkk. Prediction of mortality and morbidity with a 6-minute walk test in
patients with left ventricular dysfunction. JAm Med Assoc.1993;270:17027.
Faggiano P, D’Aloia A, Gualeni A, Brentana L, Cas LD. The 6 minute
walking test in chronic heart failure: indications, interpretation and
limitations from a review of the literature. Eur J Heart Fail. 2004;687-91.
Cunha MT, Rozov T, Olievera RC, Jardim JR. Six minute walk test in
children and adolescent with cystic fibrosis. Pulmonology. 2006;41:618-22.
Paap E, Net VD, Helders PJM, Takken T. Physiologic response of six
minute walk test in children with juvenile idiopathic arthritis. Arthritis
Rheum. 2005;53:351-6.
Hassan J. Net VD, Helders PJM, Prakken BJ, Takken T. Six minute walk
test in children with chronic conditions. Br J Sport Med. 2008;44:270-4.
Carol MA, Marrie TW, Tim SO. The six minute walk test for children
cerebral palsy. International J of Rehab. 2008;31:185-8.
Li AM, Yin J, Yu CCW, Tsang T, So HK. Wong E, dkk. The six-minute
walk test in healthy children: reliability and validity. Eur Respir J.
2005;25:1057-60.
Wood JC. Cardiac complications in thalassemia major. Hemoglobin.
2009;33:S81-6.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
38
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Karimi M, Emadmarvasti V, Hoseini J, Shoja L. Major causes of hospital
admission in beta thalassemia major patients in Southern Iran. Iran J Pediatr.
2011;21:509-13.
Kremastinos DT, Tsetsos GA, Tsiapras DP, Karavolias GK, Ladis VA,
Kattamis CA. Heart failure in beta thalassemia: a 5-year follow-up study.
Am J Med. 2001;111:349 -54.
Lekawanvijit S, Chattipakorn N. Iron overload thalassemic cardiomyopathy:
iron status assessment and mechanisms of mechanical and eletrical
disturbance due to iron toxicity. Can J Cardiol. 2009;25:213-8.
Estevao IF, Junior PP, Bonini-Domingos CR. Serum ferritin and transferin
saturation levels in β0 and β+ thalassemia patients. Genet Mol Res.
2011;10:632-9.
Economou-Petersen E, Aessopos A, Kladi A, Flevari P, Karabatsos F,
Fragodimitri C, dkk. Apolipoprotein E epsilon4 allele as a genetic risk
factor for left ventricular failure in homozygous beta-thalassemia. Blood.
1998;92:3455-9.
Kremastinos DT, Tiniakos G, Theodorakis GN, Katritsis DG, Toutouzas
PK. Myocarditis in beta-thalassemia major: a cause of heart failure.
Circulation. 1995;91:66-71.
Erbel R, Wallbridge DR, Zamorano J, Drozdz J, Nesser HJ. Tissue doppler
echocardiography. Heart. 1996;76:193-6.
Price DJA, Wallbridge DR, Stewart MJ. Tissue doppler imaging: Current
and potential clinical applications. Heart. 2000;84:ii11-8.
Suwarniaty R, Ontoseno T, Permono B, Sastroasmoro S. Pengaruh kadar
feritin serum terhadap fungsi ventrikel kiri pada thalassemia mayor yang
mendapat transfusi multipel. Sari Pediatri. 2007;9:178-84.
Silvilairat S, Sittiwangkul R, Pongport Y, Charoenkwan P, Phornphutkul C.
Tissue doppler echocardiography reliably reflects severity of iron overload
in pediatric patiens with β thalassemia. Eur J Echocardiogr. 2008;9:368-72.
Arena R, Myers J, Williams MA, Gulati M, Kligfield P, Balady GJ, dkk.
Assessment of functional capacity in clinical and research settings: A
scientific statement from the American Heart Association Commitee on
exercise, rehabilitation, and prevention of the council on clinical cardiology
and the council on cardiovascular nursing. Circulation. 2007;116:329-43.
American Thoracic Society. Guidelines for the six-minute walk test. Am J
Respir Crit Care Med. 2002;166:111-7.
Balke B. A simple field test for the assessment of physical fitness. Rep Civ
Aeromed Res Inst 1963;53:1-8.
Cooper KH. A means of assessing maximal oxygen intake: correlation
between field and treadmill testing. JAm Med Assoc. 1968;203:201-4.
Butland RJ, Pang J, Gross ER, Woodcock AA, Geddes DM. Two-,six-, and
twelve- minute walking tests in respiratory disease. Br Med J.
1982;284:1607-8.
Miyamoto S, Nagaya N, Satoh T, Kyotani S, Fumio S, Fujita M, dkk.
Clinical correlates and prognostic significance of six-minute walk test in
patients with primary pulmonary hypertension. Am J Respir Crit Care Med.
2000;161:487-92.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
39
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
Zugck C, Kruger C, Durr S. Is the 6-minute walk test a reliable substitute of
peak oxygen uptake in patients with dilated cardiomyopathy?. Eur Heart J.
2000; 21:540–9.
Ross RM, Murthy JN, Wollak ID, Jackson AS. The six minute walk test
accurately estimates mean peak oxygen uptake. BMC Pulm Med.
2001;10:31-9.
D’silva C, Vaishali K, Venkatesan P. Six-minute walk test-normal values of
school children aged 7-12 years in India: a cross sectional study. Indian J
Pediatr. 2012;79:597-601.
Lammers AE, Hislop AA, Flynn Y, Haworth SG. The 6-minute walk test:
normal values for children of 4-11 years of age. Arch Dis Child.
2008;93:464-8.
Klepper SE, Muir N. Reference values on the 6-minute walk test for
children living in the United States. Pediatr Phys Ther. 2011;23:32-40.
Li AM, Yin J, Au JT, So HK, Tsang T, Wong E, dkk. Standard reference for
the 6-minute walk test in healthy children aged 7 to 16 years. Am J Respir
Crit Care Med. 2007;176:174-80.
Munadia, Nusdwinuringtyas N, Nasution A, Suryanto. Nilai rerata jarak
tempuh uji jalan 6 menit pada anak kelompok usia 9-10 tahun. Maj Kedokt
Indon. 2010;60:213-8.
de Groot JF, Takken T, Gooskens RH, Schoenmakers MA, Wubbeis M,
Vanhees L, dkk. Reproducibility of maximal and submaximal exercise
testing in “normal ambulatory” and “community ambulatory” children and
adolescents with spina bifida: which is best for the evaluation and
application of exercise training? Phys Ther. 2011;91:267-76.
Cunha MT, Rozov T, de Oliveira RC, Jardim JR. Six-minute walk test in
children and adolescents with cystic fibrosis. Pediatr Pulmonol.
2006;41:618-22.
de Groot JF, Takken T. The six-minute walk test in paediatric populations. J
Physiotherapy. 2011;57:128.
UNICEF. The convention on the rights of the child. Diunduh dari
www.unicef.org/crc/files/Guiding_Principles.pdf. Diaksespada tanggal 21
Mei 2014.
Center for Disease Control and Prevention. About BMI for Children and
Teens.
Diunduh
dari
http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_c
hildrens_bmi.html. Diakses pada tanggal 22 September 2014.
UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman nasional asma anak. UKK
Pulmonologi 2004.
Muscular dystrophy association. What is a neuromuscular disease? Diunduh
dari www.mda.org/publications/teachers-guide/what-is-a-neuromusculardisease. Diakses pada tanggal 21 Mei 2014.
Koestenberger M, Ravekes W, Everett A, Stueger HP, Heinzl B,
Gamillscheg A, dkk. Right ventricular function in infants, children and
adolescents: Reference values of the tricuspid annular plane systolic
excursion (TAPSE) in 640 healthy patients and calculation of z score
values. J Am Soc Echocardiogr. 2009;22:715-9.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
40
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
Satpathy C, Mishra TK, Satpathy R, Satpathy HK, Barone E. Diagnosis and
management of diastolic dysfunction and heart failure. Am Fam Physician.
2006;73:841-6.
Kasner M, Westerman D, Steendijk P, Gaub R, Wilkenshoff U, Weitman K,
dkk. Utility of Doppler echocardiography and tissue Doppler imaging in the
estimation of diastolic function in heart failure with normal ejection
fraction: a comparative Doppler-conductance catheter study. Circulation.
2007;116:637-47.
Josep R, Wahidiyat PA, Trihono PP, Yanuarso PB. Comparison of cardiac
dysfunction in thalassemia major patients using deferoxamine or
deferiprone as an iron-chelating agent. Paediatr Indones. 2012;52:272-9.
Thalassemia International Federation. Blood transfusion therapy in βthalassemia major. Dalam: Cappellini MD, Cohen A, Eleftheriou A, Piga A,
Porter J, Taher A, penyunting. Guidelines for the clinical management of
thalassemia. Edisi ke-2. Cyprus: Thalassemia International Federation;
2008.h.20-32.
Bedair EM, Helmy An, Yakout K, Soliman AT. Review of radiologic
skeletal changes in thalassemia. Pediatr Endocrinol Rev. 2008;6 Suppl
1:123-6.
Fung EB, Vichinsky EP, Kwiatkowski JL, Huang J, Bachrach LK, Sawyer
AJ, dkk. Characterization of low bone mass in young patients with
thalassemia by DXA, pQCT, and markers of bone turnover. Bone.
2011;48:1305-12.
de Andrade LB, Silva DARG, Salgado TLB, Figueroa JN, Lucena-Silva N,
Britto MCA. Comparison of six-minute walk test in children with
moderate/severe asthma with reference values for healthy children. J Pediatr
(Rio J). 2013. Diunduh dari http://dx.doi/org/10.1016/j.jped.2013.08.006.
Diakses pada tanggal 29 September 2014.
Parakh A, Dubey AP, Chowdhury V, Sethi GR, Jain S, Hira HS. Study of
pulmonary function tests in thalassemic children. J Pediatr Hematol Oncol.
2007;29:151-5.
Abu-Ekteish FM, Al-Rimawi HS, Al-Ali MK, Shehabi IM. Pulmonary
function tests in children with beta-thalassemia major. Chron Respir Cis.
2007;4:19-22.
Aypar E, Alehan D, Hazirolan T, Gumruk F. The efficacy of tissue Doppler
imaging in predicting myocardial iron load in patients with beta-thalassemia
major: correlation with T2* cardiovascular magnetic resonance. Int J
Cardiovasc Imaging. 2010;26:413-21.
Li CK, Luk CW, Ling SC, Chik KW, Yuen HL, Li CK, dkk. Morbidity and
mortality patterns of thalassemia major patients in Hong Kong:
restrospective study. Hong Kong Med J. 2002;8:255-60.
Bussoni MF, Guirado GN, Roscani MG, Polegato BF, Matsubara LS, Bazan
SGZ, dkk. Diastolic function is associated with quality of life and exercise
capacity in stable heart failure patients with reduced ejectin fraction. Braz J
Med Biol Res. 2013:46:803-8.
Sayed SZ, Aly BA, El-Hakim A, Omar SM, Amin AS. The early cardiac
involvement in patients with β-thalassemia major. Egypt Heart J.
2013;65:243-9.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
41
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
Oliveria A, Rodrigues CC, Rolim DS, Souza AAL, Nascimento OA, Jardim
JR, dkk. Six-minute walk test in healthy children: is the leg length
important?. Ped Pulmonol. 2013;48:921-6.
Roush J, Guy J, Purvis M. Reference values and relationship of the six
minute walk test and body mass index in healthy third grade school
children. Internet J Allied Health Sci Pract. 2006;4:1-6.
Morinder G, Mattsson E, Sollander C, Marcus C, Larsson UE. Six-minute
walk test in obese children and adolescents: reproducibility and validity.
Physiother Res Int. 2009;14:91-104.
Pathare N, Haskvitz EM, Selleck M. 6-Minute walk test performance in
young children who are normal weight and overweight. Cardiopulmonary
Physical Therapy J. 2012;23:12-25.
Essop MF. Cardiac metabolic adaptations in response to chronic hypoxia. J
Physiol. 2007;584:715-26.
Waltz X, Romana M, Hardy-Dessources MD, Lamarre Y, Divialle-Dumdo
L, Petras M, dkk. Hematological and hemorheological determinants of the
six-minute walk test performance in children with sickle cell anemia.
PlosOne. 2013;8:e77830.
Andreacci JL, Robertson RJ, Dube JJ, Aaron DJ, Balasekaran G, Arslanian
SA. Comparison of maximal oxygen consumption between black and white
prepubertal and pubertal children. Pediatr Res. 2004;56:706-13.
Bosi G, Crepaz R, Gamberini MR, Fortini M, Scarcia S, Bonsante E, dkk.
Left ventricular remodeling, and systolic and diastolic function in young
adults with thalassemia major: A Doppler echocardiographic assessment
and correlation with haemotological data. Heart. 2003;89:762-6.
Eghbali A, Taherahmadi H, Shahbazi M, Bagheri B, Ebrahimi L.
Association between serum ferritin level, cardiac and hepatic T2-star MRI
in patients with major β-thalassemia. Iran J Ped Hematol Oncol. 2014;4:1721.
El Beshlawy A, El Tagui M, Hamdy M, El Ghamrawy M, Azim KA, Salem
D, dkk. Low prevalence of cardiac siderosis in heavily iron loaded Egyptean
thalassemia major patients. Ann Hematol. 2014;93:375-9.
Azarkeivan A, Hashemieh M, Akhlaghpoor S, Shirkavand A, Yaseri M,
Sheibani K. Relation between serum ferritin and liver and heart MRI T2* in
beta thalassemia major patients. East Mediterr Health J. 2013;19:727-32.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
42
Lampiran 1. Panduan pelaksanaan uji berjalan 6 menit
Aspek teknis UB6M berdasarkan American Thoracic Society 2002 adalah sebagai
berikut:30
1. Lokasi: lingkungan indoor dengan permukaan jalan (koridor) yang rata.
Panjang koridor 30 m dan harus ditandai tiap 3 m. Titik putaran ditandai
dengan cone pada ujung 30 m.
2. Persiapan pasien:
a. Baju dan sepatu yang nyaman bagi pasien.
b. Obat-obatan yang biasa diminum tetap dilanjutkan.
c. Makanan ringan sebelum pengujian diperbolehkan.
d. Latihan/olahraga fisis yang berlebihan tidak dilakukan dalam 2 jam
sebelum pengujian.
3. Pengukuran:
a. Pengujian ulang sebaiknya dilakukan pada jam yang sama dari hari yang
berbeda untuk meminimalkan variabilitas waktu.
b. Pemanasan sebelum pengujian tidak dilakukan.
c. Pasien harus duduk di kursi, di dekat titik start, selama minimal 10 menit
sebelum pengujian dilakukan. Selama waktu 10 menit ini, dilakukan
pemeriksaan fisis (frekuensi nadi dan tekanan darah), kontraindikasi,
pakaian dan sepatu yang dikenakan.
d. Pulse oximetrymenjadi alat opsional. Bila hendak digunakan, pengukuran
frekuensi nadi dan saturasi oksigen hendaknya mengikuti instruksi dari
produsen (manual book) untuk meminimalkan artefak. Pastikan pencatatan
dilakukan saat pembacaan alat sudah stabil.
e. Pasien berdiri dan nilai skala sesak napas dan tingkat kelelahan dengan
menggunakan skala Borg.
f. Persiapkan stopwatch sebagai alat ukur waktu dari 0 sampai 6 menit.
Pastikan semua data pra pengujian sudah lengkap. Setelah itu posisikan
pasien pada titik start.
g. Beri instruksi kepada pasien sebagai berikut:
 “Tujuan dari uji ini adalah berjalan sejauh mungkin selama 6 menit.
Anda akan berjalan bolak-balik sepanjang koridor ini. Enam menit
adalah waktu yang cukup lama untuk berjalan, jadi anda mungkin akan
kelelahan. Anda mungkin akan merasa sesak napas. Anda dipersilakan
untuk memperlambat jalan anda, berhenti, atau beristirahat. Anda juga
dapat bersandari pada dinding di sepanjang koridor ini dan mulai
berjalan lagi setelah siap.
Anda akan berjalan bolak-balik melewati cone tersebut. Ketika sudah
sampai di ujung jalan yang ditandai cone, anda diminta untuk berbalik
melewati cone tersebut dan berjalan kembali ke arah titik start.
Sekarang saya akan menunjukkan kepada anda cara berjalan.”
 Demonstrasi berjalan dilakukan satu putaran oleh peneliti.
 “Apakah anda sudah siap melakukannya? Saya akan menggunakan
penghitungan sejumlah putaran yang dapat akan selesaikan. Ingatlah
bahwa tujuan dari uji ini adalah berjalan sejauh mungkin selama menit,
tetapi tidak berlari atau jogging. Mulailah sekarang atau kapanpun anda
siap.”
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
43
h. Posisikan pasien pada garis start. Anda juga harus berdiri di dekat garis
start selama pengujian berlangsung. Anda tidak diperkenankan berjalan
bersama dengan pasien. Saat pasien mulai berjalan, mulailah menyalakan
stopwatch.
i. Tidak berbicara dengan orang lain selama pasien berjalan. Gunakan nada
yang datar saat memberi peringatan atau kata dukungan. Perhatikan
pasien. Jangan teralih dan tetap fokus dalam menghitung jumlah putaran
yang dapat dilakukan pasien. Setiap kali pasien kembali ke titik start,
tandai jumlah putaran pada lembar uji.
 Setelah menit pertama, katakan kepada pasien (dengan nada datar):
“Anda melakukannya dengan baik. Anda masih mempunyai sisa waktu
5 menit.”
 Ketika waktu menyisakan 4 menit, katakan kepada pasien: “Teruskan
usaha anda. Anda mempunyai sisa waktu 4 menit.”
 Ketika waktu menyisakan 3 menit, katakan kepada pasien: “Anda
melakukannya dengan baik. Anda sudah menjalani setengah
perjalanan.”
 Ketika waktu menyisakan 2 menit, katakan kepada pasien: “Teruskan
usaha anda. Anda mempunyai sisa waktu 2 menit.”
 Ketika waktu menyisakan 1 menit, katakan kepada pasien: “Anda
melakukannya dengan baik. Anda mempunyai sisa waktu 1 menit.”
 Hindari penggunaan kata-kata dukungan yang lain (atau bahasa tubuh).
 Jika pasien berhenti berjalan di tengah pengujian dan butuh istirahat,
katakan: “Anda boleh bersandar pada tembok jika ingin; dan lanjutan
berjalan ketika sudah siap.” Jangan hentikan stopwatch. Ketika pasien
menolak untuk melanjutkan perjalanan sebelum 6 menit selesai (atau
ketika terdapat indikasi pasien harus berhenti), bawa kursi kepada
pasien agar pasien dapat duduk, hentikan pengujian, dan catat jarak
tempuh yang berhasil dilalui, waktu berhenti, dan alasan pasien
berhenti.
 Ketika waktu menyisakan 15 detik, katakan: “Sebentar lagi saya akan
meminta anda berhenti. Ketika saya bilang berhenti, anda harus
berhenti di tempat anda berada dan saya akan datang menghampiri
anda.”
 Ketika stopwatch berbunyi, katakan: “Berhenti!” Berjalan ke arah
pasien. Pertimbangkan membawa kursi bila pasien tampak kelelahan.
Tandai pada lantai tempat dimana pasien berhenti.
j. Setelah pengujian: catat tingkat sesak napas dan kelelahan pasien dengan
skala Borg.
k. Jika menggunakan pulse oxymetry, ukur saturasi oksigen dan frekuensi
nadi.
l. Catat jumlah putaran yang berhasil dilakukan.
m. Hitung jarak tempuh pasien.
n. Beri selamat kepada pasien atas usahanya dan berikan minum.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
44
Lampiran 2. Formulir studi
Nama:
Jenis kelamin:
Tanggal lahir:
Data dasar
Tanggal periksa
Berat badan:
:
Tinggi badan:
:
Lingkar lengan atas:
:
Feritin 6 bulan terakhir (≥2500
:
:
ng/mL)*
Rerata hemoglobin pra transfusi 1
:
tahun terakhir*
Uji berjalan 6 menit
Tanggal periksa
:
Tekanan darah
Pra:
Pasca:
Frekuensi nadi
Pra:
Pasca:
Frekuensi napas
Pra:
Pasca:
Saturasi oksigen
Pra:
Pasca:
Jarak tempuh
Ekokardiografi*
Tanggal periksa
Fraksi ejeksi
:
Fraksi pemendekan
:
Rasio E/A
:
Sa
:
Rasio E/Ea
:
:
*) Hanya pada kelompok thalassemia
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
45
Lampiran 3. Surat etik penelitian
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
46
Lampiran 4. Informed consent
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro no. 71 Jakarta 10430
Telp: (021) 3918301 Fax: (021) 3148991
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(FORMULIR INFORMED CONSENT)
Peneliti Utama
Pemberi informasi
Penerima Informasi
Nama Subjek
Tanggal Lahir(Umur)
Jenis Kelamin
Alamat
No telepon (HP)
1
JENIS
INFORMASI
Judul penelitian
2
Tujuan penelitian
: Dr. Felix
: Dr. Felix
:
:
:
:
:
:
ISI INFORMASI
TANDAI
PERBANDINGAN FUNGSI JANTUNG ANAK
THALASSEMIA MAYOR DENGAN
MENGGUNAKAN EKOKARDIOGRAFI DAN UJI
BERJALAN 6 MENIT
Tujuan Umum
Mendapatkan metode sederhana untuk mengukur
fungsi jantung anak thalassemia.
Tujuan Khusus

engetahui profil feritin serum dan saturasi
transferin anak thalassemia mayor dalam 6 bulan
terakhir.

engetahui rerata hemoglobin pra-transfusi anak
thalassemia mayor dalam 1 tahun terakhir.

engetahui fungsi kontraktilitas jantung (fungsi
sistolik dan diatolik) anak thalassemia mayor
melalui ekokardiografi.

engetahui fungsi jantung anak thalassemia mayor
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
47
3
4
Metodologi
penelitian
Risiko & efek
samping dalam
penelitian
5
Manfaat
penelitian
(termasuk
manfaat bagi
subjek penelitian)
6
Prosedur
penelitian
dan sehat melalui UB6M dengan parameter jarak
tempuh yang dapat dicapai setelah berjalan 6
menit.
 Mengetahui hubungan antara hasil ekokardiografi
dan UB6M pada anak thalassemia mayor.
Desain penelitian adalah kasus kontrol.
Efek samping dari uji berjalan 6 menit adalah
kelelahan, sesak napas, atau gagal jantung. Namun
jarang terjadi karena berjalan adalah tindakan yang
dilakukan sehari-hari. Selain itu, subjek boleh
berhenti bila mulai merasakan kelelahan.
Penelitian ini diharapkan dapat membandingkan
antara uji berjalan 6 menit dan ekokardiografi untuk
menilai fungsi jantung pasien thalassemia. Uji
berjalan 6 menit merupakan metode sederhana dan
interpretasinya tidak membutuhkan keahlian khusus.
Jarak tempuh uji berjalan 6 menit dapat
merefleksikan kemampuan fungsional, tingkat
kebugaran dan prognosis pasien thalassemia.

Pada kelompok thalassemia:
o Penelitian dilakukan setelah subjek selesai
menjalani satu seri transfusi (dengan harapan
kadar hemoglobin sudah adekuat [target Hb ≥12
g/dL])
o
Sebelum penelitian dimulai, subjek akan
dilakukan pengukuran antropometri (berat
badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas),
saturasi perifer, tekanan darah, frekuensi nadi,
dan frekuensi napas.
o
Kemudian,
subjek
akan
dilakukan
ekokardiografi.
o
Parameter yang diukur dari ekokardiografi
adalah fungsi sistolik (fraksi ejeksi, fraksi
pemendekan, TAPSE) dan fungsi diastolik
(rasio E/A, rasio E/E’).
o
Setelah selesai ekokardiografi, subjek
diminta untuk berjalan di sebuah lintasan lurus
sepanjang 30 meter bolak balik selama 6 menit
atau sampai pasien lelah/tidak sanggup.
o
Parameter yang diukur dari uji berjalan 6
menit adalah jarak tempuh (dalam meter),
frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah,
dan saturasi oksigen perifer.

Pada kelompok kontrol (sehat):
o Sebelum penelitian dimulai, subjek akan
dilakukan pengukuran antropometri (berat
badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas),
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
48
7
8
9
10
11
12
13
14
15
saturasi perifer, tekanan darah, frekuensi
nadi, dan frekuensi napas.
o Kemudian, subjek diminta untuk berjalan di
sebuah lintasan lurus sepanjang 30 meter
bolak balik selama 6 menit atau sampai
pasien lelah/tidak sanggup.
o Parameter yang diukur dari uji berjalan 6
menit adalah jarak tempuh (dalam meter),
frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan
darah, saturasi oksigen perifer.
Ketidaknyamanan Saat diminta berjalan selama 6 menit.
subjek penelitian
(potential
discomfort)
Alternatif
Tidak ada.
penelitian
Penjagaan
Data-data subjek yang diteliti hanya akan diketahui
kerahasiaan data
oleh peneliti dan tidak disebarluaskan ke pihak lain.
Kompensasi bila Biaya perawatan penanganan efek samping yang
terjadi efek
muncul hingga kondisi tersebut teratasi ditanggung
samping
oleh peneliti.
Nama dan alamat Dr. Felix
peneliti serta
Jl. Ir. H. Juanda 109AB/241, Bekasi Timur 17111,
nomor telepon
Duren Jaya, Jawa Barat.
yang dapat
Telp. 081219026824.
dihubungi
Jumlah subjek
40 anak thalassemia mayor berusia 11-18 tahun dan
40 anak sehat age matched.
Bahaya potensial Efek kelelahan dan tanda gagal jantung pada subjek
thalassemia.
Biaya yang
Rp. 11.282.000
timbul
Insentif bagi
Subjek akan mendapat alat tulis. Biaya pemeriksaan
subjek
laboratorium dan ekokardiografi ditanggung oleh
peneliti.
Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Dr. Felix, dengan judul “PERBANDINGAN FUNGSI
JANTUNG ANAK THALASSEMIA MAYOR DENGAN MENGGUNAKAN
EKOKARDIOGRAFI DAN UJI BERJALAN 6 MENIT”, informasi tersebut
telah Saya pahami dengan baik.
Dengan menandatangani formulir ini, Saya menyetujui untuk diikutsertakan
dalam penelitian di atas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun.
Apabila suatu masa, saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, Saya berhak
membatalkan persetujuan ini.
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
49
Tanda tangan subjek atau cap jempol, Tanggal
Nama subjek
Tanda tangan saksi/wali, Tanggal
Nama saksi/ wali
*Keterangan: Tanda tangan saksi/ wali diperlukan apabila subjek tidak bisa baca
tulis, penurunan kesadaran, mengalami gangguan jiwa, dan berusia di bawah 18
tahun.
Inisial subjek
Universitas Indonesia
Perbandingan fungsi…, Felix, FK UI, 2014
Download