BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT

advertisement
BAB VI
PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN
TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN
6.1. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan
Pemberdayaan organisasi perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terdiri dari
stuktur kelembagaan, peraturan perusahaan, dan manajerialisasi sumberdaya manusia. Proses
manajemen terlihat pada proses seleksi karyawan yang akan memasuki organisasi perusahaan
dan pembinaan arahan kebijakan, keterampilan, dan penyesuaian dengan lingkungan kerja.
Perusahaan menitikberatkan pada pengelolaan karyawan baru dengan training. Prosesi
training dimulai dengan observasi kawasan industri perusahaan hingga proses metabolisme
produksi di lingkungan kerja perusahaan Showa Indonesia Manufacturing. Observasi tersebut
mencakup keadaan sirkulasi manufaktur kawasan industri JABABEKA dan urusan
transportasi penyaluran produk perusahaan dalam hal ini keluar dari lingkungan kerja.
Maksud perusahaan dalam urusan itu adalah apabila sewaktu waktu ditugasi melakukan
hubungan dan koordinasi dengan vendor perusahaan. Metabolisme perusahaan sendiri
mencakup pembelian raw material, mendesain produk, mencetak produk, proses transaksi,
hingga proses distribusi produk. Perusahaan berupaya melakukan perbaikan hubungan
kepada karyawan tetap/lama perusahaan yakni memberikan pelayanan pada program
penyegaran jasmani dan rohani. Penyegaran jasmani diadakan dengan senam bersama setiap
hari minggu pagi dan di pagi hari sebelum jam kerja diadakan apel pagi. Penyegaran rohani
diberikan perusahaan melalui pengajian di masjid perusahaan setiap malam jumat dan
minggu malam. Perusahaan menganggap keterampilan dan kemampuan karyawan baru cukup
memadai karena sebelumnya telah dilakukan test ulang mengenai orang-orang yang
kompeten dan berkomitmen tinggi untuk mampu berbuat banyak atau berkontribusi besar
bagi perusahaan. Di perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terlihat para pimpinan divisi
yang berperan pada pengangkatan karyawan tetap, karena setiap hari melihat kinerja dan
melakukan pantauan terhadap karyawan-karyawan yang baru mulai bekerja.
Karyawan wajib diberikan bekal agama agar tidak hanya mementingkan duniawi
saja melainkan surgawi. Maksud positif perusahaan tentu saja mengantisipasi bagi
karyawan untuk tidak berbuat curang (korupsi) terhadap keuangan perusahaan. (Bapak Sgy,
45 tahun kepala marketing).
Pelatihan yang diberikan pimpinan dan karyawan senior terhadap karyawan yang baru
memasuki organisasi perusahaan diterima dengan senang hati dan setiap kali diterangkan
selalu diperhatikan dengan baik. Pada umumnya pemimpin langsung mengarahkan
pandangan karyawan ke alat/mesin untuk melakukan percobaan, sehingga mengefisensikan
waktu dan lebih cepat tanggap dengan pekerjaan yang nantinya akan dilakukan karyawan
baru. Karyawan di Showa Indonesia Manufacturing merasa pelatihan diberikan sangatlah
berpengaruh besar terhadap kemajuan perusahaan karena faktor sumberdaya manusia
berperan penting dalam mengoperasikan fasilitas produksi perusahaan.
Fokus utama pemberdayaan organisasi adalah komunikasi antara pimpinan dan
karyawan. Kedua belah pihak saling bekerjasama agar harapan dan tujuan perusahaan
tercapai. Penilaian kinerja training ditunjukkan dengan keefektivitasan transformasi
pengalaman kerja seorang manajer team kepada bawahannya (karyawan). Manajer bertindak
sebagai leader grup penentu waktu selesai pengerjaan produk, memberikan penugasan,
mengarahkan cara pembuatan, dan memberikan keputusan lainnya. Manajer perusahaan
menuntut karyawan untuk bekerja sungguh-sungguh sesuai dengan rencana yang dibuat
atasan. Di Showa Indonesia Manufacturing, manajer menitikberatkan pada hasil yang dicapai
dengan sistem pendampingan karyawan. Manajer bertindak sesuai dengan prosedur yang ada
dan mencoba mengenal lebih dekat dengan para karyawan sehingga tercipta hubungan yang
baik dan kerjasama yang intensif.
Tabel 8. Skor Tingkat Pemberdayaan Organisasi Pada Divisi Produksi, HRD, dan Marketing
Penilaian
No
aspek
Produksi
HRD Marketing
P
H
M
1 Intensitas Training
73.2
73.4
76.7
B
B
SB
2 E.T. Pengalaman
75.2
75.7
73.6
B SB
B
kerja
Keterangan: TB: Tidak Baik CB: Cukup Baik B: Baik SB: Sangat Baik
P: Produksi
H: HRD
M: Marketing
Dari hasil Tabel 8. dapat dilihat yang memiliki penilaian sangat baik terjadi pada
aspek intensitas training di divisi marketing dan aspek efektivitas pengalaman kerja pada
divisi HRD. Selain aspek dan divisi tersebut bisa dikatakan baik untuk tingkat pemberdayaan
organisasi perusahaan di divisi produksi, HRD, dan Marketing.
6.2. Tingkat Produktivitas Karyawan
Karyawan Showa Indonesia Manufacturing berjumlah 3000 orang memiliki akses
dan kontrol dalam mengembangkan perusahaan. Kinerja karyawan Showa selalu dipantau
dan diamati para pimpinan mengingat sektor bisnis perusahaan yaitu profit oriented.
Pengukuran tingkat produktivitas karyawan dilihat dari segi motivasi kerja terjadi
peningkatan dari waktu ke waktu, hal itu dibuktikan dengan kesungguhan dan komitmen para
karyawan mengolah bahan baku produksi menjadi barang jadi dan siap jual di pasaran.
Kenyamanan dalam penggunaan sarana dan prasarana di lingkungan kerja menjadi faktor
pemicu semangat karyawan. Sarana dan prasarana yang ada di dalam perusahaan berupa
peralatan mesin, mobil box pengantaran produk, ruang tata tanaman, kamar mandi, kantin,
areal parkir, dan jaminan keselamatan kerja di dalam ruang kerja (alat pemadam kebakaran,
jaket pelindung kerja, sepatu boat, dan kacamata pelindung). Perusahaan menuntut karyawan
untuk tidak bekerja secara individu, melainkan bekerja secara teamwork. Alasan tersebut
sangat penting dalam memajukan perusahaan, terutama dalam hubungan internal perusahaan.
Antara sumberdaya manusia satu dengan yang lain diharapkan akrab dan saling bekerjasama
dan saling melengkapi. Kekuatan teamwork bagi perusahaan menjadi hal yang sangat
prioritas, karena ketika tidak bisa membangun kebersamaan maka akan terjadi kehancuran di
waktu yang akan datang. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam membangun teamwork
seperti training oleh para senior perusahaan dan luar perusahaan (mendatangkan pakar
motivasi), selain itu perusahaan juga memberikan waktu di saat liburaan kerja mengadakan
outbond karyawan di luar perusahaan misalnya di kawasan puncak, Bogor.
Karyawan di Showa Indonesia Manufacturing ditempatkan pimpinan pada bidangnya
masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Kemampuan dan
keterampilan calon karyawan dilihat secara psikologi dan pendidikan yang diperoleh ketika
calon karyawan belajar di lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta. Pada umumnya
karyawan yang direkrut perusahaan memiliki kemampuan dasar bidang keteknikan dan
hubungan mesin. Karyawan yang dipilih dan diterima di perusahaan untuk mengikuti masa
training selama satu tahun wajib mengikuti ujian kembali oleh pihak perusahaan dengan
proses seleksi selanjutnya untuk ditetapkan sebagai karyawan tetap ataukah masih ditetapkan
sebagai karyawan kontrak dan bahkan ada yang dikeluarkan dari perusahaan karena dianggap
para
pimpinan
perusahaan
tidak
layak
masuk
ke
bagian
perusahaan
dengan
mempertimbangkan prestasi dan kinerja karyawan yang bersangkutan. Karyawan yang
melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan biasanya ditegur terlebih dahulu oleh para
pimpinan departemen Showa, kemudian menyadarkan ke karyawan yang bersangkutan untuk
tidak mengulangi kembali perbuatan yang telah dilakukan. Karyawan memiliki SOP yang
telah dibuat kesepakatan para pimpinan perusahaan dengan tujuan memberdayakan dan
mengarahkan karyawan. Karyawan tentu saja termotivasi terhadap keberadaan SOP
perusahaan.
"Bila tidak mengikuti SOP kita bisa di PHK dari perusahaan, masalahnya mereka yang lebih
berkuasa dan memiliki kekuatan dalam pengelolaan perusahaan". (A.S, 22 tahun, karyawan
engineering)
Karyawan juga terlihat dengan prestasi kerja karyawan yang dilakukan dan tingkat
kemampuan kerja. Apabila karyawan bisa memecahkan permasalahan dalam suatu project
besar sesuai deadline yang telah ditentukan maka diberikan bonus untuk hasil yang telah
dicapai karyawan. Sebagian besar karyawan belum merasa ahli pada bidang yang digeluti, hal
itu dikarenakan untuk mencetak produk atas permintaan customer berbeda bentuk, postur,
model, dan perancangan. Selain itu alat untuk mencetaknya juga harus berbeda. Biasanya
untuk project pembuatan diberikan waktu satu minggu harus sudah selesai sampai trial dan
layak di cetak. Waktu yang lama adalah saat merancang desain pekerjaan untuk membuat
produk, dan untuk memperbanyak produk waktunya lebih singkat. Karyawan ketika
diberikan pekerjaan baru dalam urusan desain pekerjaan selalu tertarik dan jiwa
keingintahuan sangat tinggi. Motivasi ini muncul didorong karena karyawan ingin
mendapatkan penghasilan tambahan dengan kerja lembur di perusahaan.
Karyawan Showa Indonesia Manufacturing memiliki jiwa yang cukup tinggi dalam
hal penanganan pekerjaan dan penugasan yang disampaikan oleh pihak atasan, serta
pimpinan mengusahakan mendampingi dan membimbing karyawan sesuai SOP perusahaan.
Pimpinan memiliki peranan sebagai pemicu atau penggerak dalam lingkup perusahaan
asumsinya memberdayakan karyawan agar terus produktif bekerja. Sumberdaya manusia di
Showa telah menguasai dasar ilmunya di jenjang pendidikan akademik formal sebelumnya
(contohnya SMK, S1, S2, dan S3) sehingga perusahaan langsung menerapkan pola pelatihan
yang berkaitan secara teknis dalam operasioanal peralatan dan sirkulasi perusahaan lainnya.
Karyawan berlomba lomba untuk mendapatkan prestasi kerja yang baik, meskipun ada
beberapa yang belum mampu dan belum bisa bonafit menjalankan amanah perusahaan.
Karyawan juga mendapatkan kenyamanan bekerja yang kondusif, sehingga meminimalisir
rasa jenuh yang dihadapinya.
Tabel 9. Skor Produktivitas Karyawan Pada Divisi Produksi, HRD, dan Marketing
Penilaian
No Aspek Produktivitas Produksi HRD Marketing
.
Karyawan
P
H
M
1 Motivasi Kerja
72.67
78.67
78.83
B SB SB
2 Prestasi Kerja
66
73
60.33
B
B
CB
3 Tingkat
70.5
76.75
75
B SB
B
Kemampuan Kerja
4 Tingkat Kepuasan
78.67
64
77.33
SB CB SB
Kerja
5 Tingkat
65.75
70
69.5
B
B
B
Kenyamanan Kerja
Keterangan: TB: Tidak Baik CB: Cukup Baik B: Baik SB: Sangat Baik
P: Produksi
H: HRD
M: Marketing
Dari Tabel 9. yang diperoleh bisa dikatakan bahwasanya di tiga divisi Perusahaan
Showa Indonesia Manufacturing pada tingkat produktivitas karyawan yang sangat baik
terjadi pada aspek motivasi kerja pada divisi HRD dan Marketing, aspek tingkat kemampuan
kerja pada divisi HRD dan aspek kepuasan kerja pada divisi Produksi dan Marketing.
Sedangkan aspek yang mendapatkan penilaian cukup baik terjadi pada aspek prestasi kerja di
divisi Marketing dan aspek tingkat kepuasan kerja pada divisi HRD. Selain pada aspek dan
divisi yang disebutkan, bisa dikatakan baik di dalam divisi produksi, HRD, dan Marketing
perusahaan Showa Indonesia Manufacturing.
6.3.
Hubungan Pemberdayaan Organisasi
Produktivitas Kerja Karyawan.
Perusahaan
terhadap
Tingkat
Pengadaan training bagi karyawan dinilai besar pengaruhnya bagi kemajuan
perusahaan, mengingat sumberdaya manusia sebagai eksekutor fasilitas perusahaan
memproduksi barang. Perusahaan Showa Indonesia Manufacturing menerapkan teknik
manajemen organisasi dengan tujuan mendapatkan sumberdaya yang berkualitas dan siap
guna. Yang menjadi konsentrasi pimpinan dalam kegiatan training adalah peningkatan karya,
bakat, dorongan motivasi kerja, dan daya imajinasi. Selain itu, perusahaan menitikberatkan
pada aspek moralitas kepada karyawan agar taat pada aturan dan tidak bertindak sembarang
di tempat mereka bekerja. Dalam kegiatan training karyawan dituntut mengikuti pelatihan
dengan penuh tanggungjawab, karena karyawan telah menjadi bagian dari organisasi
perusahaan.
Hubungan pemberdayaan organisasi dengan produktivitas karyawan terlihat nyata
pada kinerja manajer yang memberikan dorongan untuk terus profesional bekerja. Manajer
sudah mengetahui kompetensi karyawan ketika dilakukan rekruitmen tenaga kerja sehingga
manajer dapat membagi tenaga kerja ke divisi organisasi perusahaan secara tepat. Kewajiban
manajer adalah memperbaiki program di dalam perusahaan, merencanakan karier, dan
melakukan penilaian prestasi kerja karyawan. Simulasi pimpinan di Showa setiap hari
dilakukan terhadap karyawan, karena untuk
mendorong agar jiwa bekerja tidak malas.
Misalnya diadakan apel pagi tiap hari dan bertemu langsung membicarakan pekerjaan yang
sedang dihadapi.
Perusahaan
memberikan
kesejahteraan
kepada
karyawan
Showa
Indonesia
Manufacturing dengan menaikkan gaji pokok setiap 6 bulan sekali. Di luar itu perusahaan
memberikan insentif tambahan (bonus) ketika karyawan bekerja di luar jam kerja. Alasan
perusahaan menaikkan gaji dikarenakan untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan
menjaga hubungan karyawan agar mau dan terus bekerja di perusahaan. Perusahaan juga
memberikan fasilitas penunjang di dalam perusahaan misalnya perpustakaan, masjid, kamar
mandi, ruang bekerja yang kondusif, dan kantin (jam istirahat kerja 15 menit) ketika
karyawan sedang kosong dan bisa makan di lingkungan perusahaan.
Faktor usia karyawan juga diperhatikan perusahaan dalam urusan pekerjaan. Biasanya
umur yang sudah di atas 40 tahun sudah tidak bekerja kembali di lapang, melainkan bekerja
di bagian pengembangan hubungan luar dan invetarisasi peralatan dan mesin. Selain itu juga
mengelola karyawan yang masih muda-muda. Kedudukan orang yang lebih tua lebih dihargai
dan dihormati di perusahaan. Perusahaan tidak membedakan laki-laki maupun perempuan
dalam hal urusan pekerjaan di perusahaan. Perusahaan komitmen kepada para karyawan
untuk bekerja sesuai di jam yang telah ditentukan. Bagi kaum perempuan harus menerima
apa yang yang diinstruksikan pimpinan untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Di
perusahaan yang berstatus perempuan berjumlah 400 orang, sedangkan karyawan yang lain
diisi oleh laki-laki. Karyawan di dalam organisasi perusahaan tentu diperlakukan adil baik
yang sudah senior (lama bekerja) maupun karyawan yang baru masuk. Bedanya karyawan
baru masih perlu banyak belajar dan minta arahan kepada pimpinan atau senior. Anggota
organisasi perusahaan hampir seluruhnya berpendidikan keteknikan, karena sumberdaya
manusia dituntut untuk menguasai dan mengoperasikan mesin, komputer, peralatan berat,
maupun peralatan lain yang ada di perusahaan.
Karyawan bisa produktif bekerja dengan lingkungan yang nyaman dan suasana yang
aman dari kecelakaan. Pada umumnya karyawan yang bekerja merasa senang dengan kondisi
di lingkungan mereka bekerja, meskipun ada beberapa yang kurang nyaman sehingga
menyebabkan munculnya rasa malas pada diri karyawan. Apabila kejadian seperti itu diketahi
pimpinan, karyawan yang bersangkutan wajib mendapatkan teguran dan apabila diulangi
kembali akan dilakukan training moral. Peran pimpinan sebagai penghubung perusahaan
dengan karyawan penting bagi pelayanan keamanan dan kenyamanan bagi karyawan yang
bekerja.
Contoh
sederhana
di
Showa
Indonesia
Manufacturing
yaitu
pimpinan
memberitahukan bahwasanya untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan (mengancam
fisik karyawan) maka menggunakan fasilitas protektor tubuh itu penting. Perusahaan
memberikan alat perlindungan, misal berupa masker, sepatu boat, topi atau yang lain. 
"Kalau sepatu boat dan masker tidak digunakan, nanti tubuh saya bisa kemasukan
benda berupa unsur berat seperti besi atau percikan api menyengat kulit. Itu perlu digunakan
saat kita mengoperasikan mesin dan mengangkat peralatan berat. Saya merasa aman dan
nyaman dengan memakai perlengkapan seperti ini. Apalagi saya sudah terbiasa pakai."
(HSN, 22 tahun karyawan produksi).
Pimpinan selalu menunjukkan jiwa profesional terhadap karyawan ketika karyawan
malas, maka langsung ditegur. Biasanya para pimpinan menegur di saat jam kerja, ada yang
duduk-duduk dan bersantai-santai. Reflek cepat pimpinan dibutuhkan perusahaan. Karyawan
nanti juga akan merasa sadar untuk kembali beraktivitas dengan pekerjaan yang akan
dikerjakan. Hal itu dilakukan karena menjunjung kedisiplinan kerja dan efektivitas
keorganisasian perusahaan berjalan dengan baik dan terus stabil.
Beberapa aspek di dalam pemberdayaan organisasi khusunya aspek intensitas training
yang berpengaruh nyata atau sangat nyata terhadap tingkat produktivitas organisasi adalah
motivasi kerja karyawan, tingkat kepuasan kerja, dan tingkat kemampuan kerja karyawan.
Sedangkan efektivitas transformasi kerja manajer yang berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas karyawan adalah aspek tingkat kemampuan kerja karyawan (nilai peluang <0.1)
dengan tingkat kenyamanan kerja (nilai peluang < 0.05).
Tabel 10. Koefisien Korelasi Range Spearman: Hubungan Pemberdayaan organisasi dengan
Produktivitas Karyawan
Tingkat Produktivitas Karyawan (Y2)
Tingkat
Tingkat
Motivasi Prestasi
Tingkat
Tingkat
Pemberdayaan
Kepuasan
Kerja
Kerja
Kemampuan
Kenyamanan
Organisasi (Y1)
Kerja
(Y2.1)
(Y2.2)
Kerja (Y2.3)
Kerja (Y2.5)
(Y2.4)
Intensitas
0.330**
0.148
0.237*
0.207
0.059
Training (Y1.1)
E.T Pengalaman
Kerja Manajer
0.176
0.162
0.219
0.158
0.276*
(Y1.2)
Intensitas Training dengan motivasi kerja memilik hubungan yang signifikan, hal itu
ditunjukkan dengan nilai korelasi 0.330 dengan taraf nyata <0.01 dan dengan nilai peluang
sebesar 0.004. Semakin banyak materi training yang diberikan maka semakin besar pula
motivasi yang terbentuk dan kesiapsiagaan dalam menangani pekerjaan. Hubungan Intensitas
training dengan prestasi kerja karyawan terlihat dalam perhitungan besarnya nilai koefisien
korelasi 0.148 dan nilai peluangnya 0.204. Besarnya nilai peluang tersebut > 0.1 sehingga
bisa dikatakan tidak ada hubungan yang nyata antara intensitas training dan prestasi kerja
karyawan. Kemudian Intensitas training diukur dengan tingkat kemampuan kerja bisa
diketahui nilai koefisien korelasinya sebesar 0.237*, dengan nilai peluang sebesar 0.040.
Keterangan tersebut bisa dikatakan terdapat hubungan yang nyata dan bersifat positif, artinya
semakin rutin aktivitas training yang diberikan kepada tenaga kerja maka tingkat kemampuan
kerja karyawan juga semakin meningkat. Intensitas training dengan tingkat kepuasan kerja
memiliki nilai koefisien korelasi 0.207 dan bernilai peluang sebesar 0.075, artinya memiliki
hubungan yang nyata antara kedua subvariabel tersebut, semakin besar nilai intensitas
training maka semakin tinggi rasa kepuasan yang dimiliki para karyawan yang ada di dalam
perusahaan Showa Indonesia Manufacturing. Intensitas training dengan tingkat kenyamanan
bekerja memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.059 dengan nilai peluang 0.614, artinya
tidak ada hubungan yang diantara kedua subvariabel tersebut dikarenakan nilai peluang >0.1.
Efektivitas Transformasi Pengalaman Kerja Manajer dengan motivasi kerja memiliki
nilai koefisien korelasi sebesar 0.176 dengan nilai peluang 0.131. Hal itu berarti tidak ada
hubungan yang nyata antara kedua komponen tersebut, alasannya adalah nilai peluang >0.1.
Pada perhitungan range Spearman berikutnya dilihat dari sisi efektivitas transformasi
pengalaman kerja Manajer terhadap prestasi kerja. Besarnya nilai koefisien korelasi adalah
0.162 dengan nilai peluang 0.165. Nilai peluang tersebut tergolong di luar taraf nyata yakni
>0.1 sehingga bisa dikatakan tidak ada hubungan yang nyata di antara kedua variabel
tersebut. Efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer dengan tingkat kemampuan kerja
karyawan memiliki nilai koefisien 0.219 dengan nilai peluang sebesar 0.059. Kedua
subvariabel tersebut terdapat hubungan yang nyata karena nilai peluang yang dimiliki <0.1,
selain itu bersifat positif atau berbanding lurus. Artinya semakin besar efektivitas
transformasi pengalaman kerja manajer maka semakin meningkat pula kemampuan kerja
karyawan. Tindakan manajer dalam pemberian keterampilan yang bermula dari pengalaman
selama dia bekerja kepada karyawan memberikan dampak menstimulus karyawan untuk aktif
dan terpicu mampu menyelesaikan permasalahan permasalahan yang terjadi di perusahaan.
Selanjutnya, efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer terhadap tingkat kepuasan
0.158 dengan nilai peluang sebesar 0.176. Kedua subvariabel tersebut tidak memiliki
hubungan yang nyata, nilai peluang >0.1. Efektivitas transformasi pengalaman kerja manajer
terhadap tingkat kenyamanan bekerja karyawan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar
0.276* dan bernilai peluang 0.017 sehingga bisa dikatakan terjadi hubungan yang nyata
diantara kedua subvariabel tersebut. Nilai peluang yang terjadi dalam perhitungan pada taraf
0.05 dan sifat daripada hubungan tersebut adalah berbanding lurus. Artinya berbanding lurus
adalah semakin tinggi dorongan manajer untuk memberikan ilmu berupa pengalaman selama
dia bekerja di dalam perusahaan kepada karyawan maka semakin tinggi pula tingkat
kenyamanan yang terjadi di perusahaan. Kenyamanan bagi karyawan yang dimaksud adalah
hubungannya dengan pengoperasian alat, perbaikan situasi dan kondisi lingkungan kerja,
serta kelayakan penggunaan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang diperuntukkan bagi
karyawan.
Download