Marcomm Management - Universitas Mercu Buana

advertisement
Modul ke:
Marcomm Management
Perkembangan periklanan di dunia, asia pacific dan
Indonesia. Adex dunia dan Indonesia
Fakultas
Komunikasi
Berliani Ardha, SE, M.Si
Program Studi
Advertising &
Marketing
communication
www.mercubuana.ac.id
The meaning of tulips is generally perfect love
SEJARAH PERIKLANAN
• Sejarah periklanan telah dimulai ribuan tahun lalu,
ketika bangsa-bangsa di dunia mulai melakukan
pertukaran barang. Wright (dalam Liliweri, 1992)
mencatat bahwa kira-kira 3000 tahun sebelum
Masehi, bangsa Mesopotamia dan Babilonia telah
meletakkan dasar-dasar periklanan seperti yang
terlihat sekarang ini. Pada jaman itu, pedagangpedagang menyewa perahu-perahu dan menyuruh
pedagang keliling mengantarkan hasil produksi ke
konsumen yang tinggal di pedalaman dengan
menggunakan teknik pemasaran door to door.
SEJARAH PERIKLANAN
• Periklanan mengalami perkembangan yang luar biasa cepat
seiring dengan tumbuhnya era industri. Populasi penduduk
dunia meningkat, industriindustri baru tumbuh dan iklan
menempati posisi yang penting untuk mendorong penjualan.
Sampai abad 19, belum ada perusahaan periklanan
(advertising agency) baik di Eropa maupun di Amerika. Jadi,
siapapun yang ingin mengiklankan sesuatu harus berhubungan
dengan surat kabar. Ini memicu hadirnya iklan di surat kabar. Di
Amerika Serikat, beberapa surat kabar mulai memuat pesanpesan singkat tentang produk, tampil dengan huruf-huruf kecil
di dalam kotak, diantara berita dan tulisan lain. Iklan yang
dimasa kini dikenal sebagai bentuk classified advertisement itu
mempromosikan berbagai jenis barang dan jasa.
SEJARAH PERIKLANAN
• Beberapa standar penting yang berlaku saat ini merupakan
‘peninggalan’ para praktisi periklanan di abad 19 maupun
awal-awal abad 20, seperti besarnya persentase komisi bagi
agency sebesar 15% yang berlaku pada tahun 1917 maupun
pembagian aktifitas perusahaan periklanan ke dalam 3 bidang
dasar yaitu account, creative dan media. 1729 Iklan pertama
di surat kabar Pennsylvania Gazette yang terbit di Amerika
Serikat 1843 Perusahaan periklanan pertama didirikan di
Philadelphia AS Oleh Volney Palmer 1922 Iklan pertama di
radio WEAF, New York 1941 Iklan televise hitam/putih
pertama di New York, AS Mengiklankan arloji Bulova 1954
Iklan televise berwarna pertama ditayangkan mengiklankan
Castro Decorators, New Yo
Pertumbuhan Industri Periklanan
Indonesia
• Pertumbuhan industri periklanan di Indonesia
dimulai pada zaman pendudukan Belanda, di
saat Gubernur Jan Pieterz Coen (1619-1625)
berkuasa. Pada saat itu sudah diterbitkan
lembaran informasi yang ditulis indah
(silografi). Dilihat dari fungsi dan bentuknya,
lembaran tersebut bersifat informasi
pemerintah yang komersial.
• Tahun 1949, atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan
yang berdomisili di Jakarta dan Bandung, dibentuk suatu
asosiasi bagi perusahaan- perusahaan periklanan dengan
nama Van Reclame Bureau in Indonesia –dalam bahasa
Indonesia berarti Perserikatan Biro Reklame Indonesia (PBRI).
Ada sebelas perusahaan yang menjadi anggota PBRI
diantaranya adalah Contact, De Unie, F Bodmer dan Frank
Klein. Namun demikian, PBRI ternyata kurang mampu
menampung aspirasi perusahaan periklanan milik orang
Indonesia dikarenakan dominasi perusahaan periklanan milik
orang Belanda. Situasi tersebut memicu berdirinya asosiasi
perusahaan periklanan lainnya, yakni Serikat Biro Reklame
Nasional (SBRN) pada tahun 1953.
Era Periklanan Modern Indonesia
• Industri periklanan modern di Indonesia mulai
tumbuh di awal tahun 1970-an untuk mengantisipasi
kebutuhan periklanan perusahaan-perusahaan yang
sedang tumbuh akibat dikeluarkannya UU
Penanaman Modal Asing (UU PMA) di tahun 1967
dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN)
di tahun 1968. Hasilnya adalah cukup banyak
perusahaan dan pabrik yang merambah pasar
Indonesia. Berbareng dengan masuknya
perusahaanperusahaan multinasional yang
memanfaatkan kebijakan baru di bidang PMA,
produk-produk yang diluncurkan ke pasarpun harus
dilakukan dengan kaidahkaidah pemasaran modern.
Era Periklanan Modern Indonesia
• Pelopor periklanan modern di Indonesia diantaranya adalah
Intervesta, Matari, Fortune, Metro dan Perwanal. Intervista
yang muncul pada tahun 1964 dianggap sebagai cikal bakal
perusahaan periklanan modern, karena untuk pertama kalinya
perusahaan periklanan tersebut mengenalkan teknik-teknik
periklanan modern seperti menggunakan naskah iklan
bertuliskan tangan atau menata huruf diatas timah agar
hasilnya baik. Akan tetapi sejak tahun 1990-an Intervista
sudah tidak beroperasi lagi. Perusahaan periklanan lainnya
yaitu Matari didirikan pada tahun 1971 untuk mengantisipasi
kebutuhan periklanan perusahaan-perusahaan yang tumbuh
akibat munculnya dua Undang-undang tersebut.
Era Periklanan Modern Indonesia
• Inter Vista adalah sebuah fenomena penting yang perlu dicatat
secara khusus dalam sejarah periklanan Indonesia – khussnya
karena Nuradi, pendirinya dianggap sebagai perintis periklanan
modern Indonesia. Pada awalnya Nuradi hanya mengiklankan
produk-produk milik ayahnya dan kenalannya (PT Masayu). Ia
juga membuat iklan untuk usaha milik Judith Waworuntu,
sahabatnya yang secara timbale balik menjadi pembuat
gambar untuk iklan-iklan Inter Vista. Dalam waktu singkat
Inter Vista mendapat kepercayaan dari nama-nama besar
seperti Indomilk, Anker Bir, berbagai merek rokok keluaran
British American Tobacco, Vespa dan lain-lain
Era Periklanan Modern Indonesia
• Berbagai merek internasional mulai bermunculan di
Indonesia . Coca cola, Toyota, Mitsubishi, Fuji Film,
American Express, Citibank adalah sebagian dari
nama-nama besar yang memulai membanjiri pasar
Indonesia.
• Pada saat yang sama muncul pula local brands yang
dipicu oleh kemudahan mendapatkan kredit
penanaman modal dari lembaga perbankan yang
bertumbuh pesat. SAlah satunya adalah industry
farmasi. Beberapa merek baru yang diluncurkan pada
saat itu antara lain Bodrex – obat sakit kepala yang
popular hingga saat ini.
Era Periklanan Modern Indonesia
•
•
Pertumbuhan yang pesat media Indonesia pada awal 1970an tentu saja
ikut menumbuhkan advertising billing yang lebih dikenal dengan istilah
‘kue iklan’. Sebuah laporan di amjalah Tempo pada tahun 1975
menyebutkan bahwa pada tahun 1972 kue iklan Indonesia mencakup 4
milyar.
Akan tetapi pada tahun 1981 pemerintah mengambil keputusan yang
mengejutkan banyak pihak , yaitu dengan menghapuskan iklan di TVRI.
Pemerintah khawatir dengan meningkatnya belanja iklan akan
meningkatkan ekspektasi masyarakat dalam mengkonsumsi produk. Era
tanpa iklan TV ini ternyata memberikan kesempatan bagi radio untuk
memperoleh peluang merebut pangsa iklan yang lebih besar. Di era ini pula
sejumlah radio mulai memantapkan posisi segmentasi mereka secara lebih
tajam. Hilangnya iklan TV juga telah membuat pengelola media luar ruang
kebanjiran iklan.
Terima Kasih
Berliani Ardha, SE, M.Si
Download