BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian manajemen risiko financial Sustrisno (2001:3) menyatakan bahwa manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha - usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Van Horn (2005:3) menyatakan bahwa manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya. Risiko keuangan (financial risk) adalah sejauh mana perusahaan bergantung pada pembiayaan external (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung operasi yang sedang berlangsung. Risiko keuangan tercermin dalam faktor-faktor seperti leverage neraca, transaksi off-balance sheet, kewajiban kontrak, jatuh tempo pembayaran utang, likuiditas dan hal lainnya yang mengurangi fleksibilitas keuangan. Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas dan ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar. Risiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk. Meskipun fokus terhadap volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu mempertimbangkan risiko lainnya seperti: 11 1) Risiko likuiditas timbul karena tidak semua produk manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. 2) Diskontinuitas pasar mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahap. 3) Risiko kredit merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. 4) Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas publik melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu. 5) Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. 6) Risiko akuntansi adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai. Risiko adalah kerugian akibat kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Risiko diidentifikasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu risiko karena pergerakan harga pasar (misalnya, harga saham, nilai tukar atau suku bunga) dikategorikan sebagai risiko pasar. Risiko karena mitra transaksi gagal (default) disebut risiko kredit (default). Sementara itu, risiko karena kesalahan atau kegagalan orang atau sistem, proses atau faktor eksternal disebut risiko operasional (Sunaryo, Manajemen Risiko Finansial, 2009:45). Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dimiliki sebuah organisasi untuk mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko (SBC Warburg, The practice of risk Management, Euromoney Book, 2004:100). Manajemen risiko organisasi 12 adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko keuangan mempunyai tiga tahapan: mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko. Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, dengan mencari sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, bank menghadapi risiko kredit (kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya). Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagangan sekuritas, maka bank tersebut menghadapi risiko pasar. Setiap bisnis menghadapi risiko yang berbeda karakteristiknya. Selanjutnya, mengukur risiko yang dihadapi dengan tujuan untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita dapat memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian buruk terjadi. Dengan probabilitas tersebut kita berusaha mengukur risiko. Setelah melakukan identifikasi dan mengukur risiko langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Mengelola risiko dapat dilakukan dengan penghindaran, ditahan, diversifikasi dan mentransfer ke pihak lainnya. Beberapa alasan perusahaan perlu melakukan pengelolaan risiko menurut Brigham dan Houstin (2006:78) yaitu: 13 1) Kepastian utang, manajemen risiko dapat mengurangi ketidakstabilan arus kas sehingga menjaga nilai perusahaan tidak menurun dan dapat mengurangi risiko kebangkrutan. 2) Dampak perpajakan, pajak yang tinggi menurunkan laba perusahaan dan disisi lain pajak selalu berfluktuasi sesuai dengan tingkat pendapatan. Untuk itulah lindung nilai dibutuhkan agar dapat mengurangi dampak fluktuasi pajak perusahaan. Jenis risiko bermacam – macam antara lain risiko kredit, risiko pasar, risiko liquidity, risiko operasional, risiko keuangan, risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko kepatuhan. Bentuk risiko keuangan bermacam – macam dan salah satunya adalah berubahnya nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing (valuta asing). 2.1.2 Eksposur Valuta Asing Eksposur valuta asing adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil aset, kewajiban atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi (Levi, 2001:43). Eksposur valuta asing dialami oleh perusahaan yang melakukan atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Yuliati, 2002:70). Perusahaan yang memiliki operasi di luar negeri menghadapi berbagai risiko. Selain bahaya politik, risiko pada dasarnya berasal dari perubahan pada nilai tukar. Dalam hal ini, nilai tukar menunjukkan jumlah bahwa unit dari satu mata uang yang dapat ditukar dengan mata uang lainnya. 14 Dengan kata lain, ini adalah harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Mata uang dari negara-negara utama diperdagangkan pada pasar yang aktif, dimana nilai tukar ditentukan oleh tekanan permintaan dan penawaran. Pencatatan nilai tukar dapat dibuat berdasarkan mata uang lokal atau berdasarkan mata uang asing. Pasar valuta asing merupakan mekanisme valuta suatu negara ditukarkan dengan valuta negara lain, kurs antar valuta ditetapkan, dan transaksi antar valas diselesaikan. Transaksi valas merupakan transaksi dimana dua pihak setuju untuk menukarkan valuta yang satu dengan valuta yang lain pada kurs tertentu. Transaksi Valas (valuta asing) menyebabkan timbulnya eksposur valas, yang disebabkan karena terjadinya perubahan kurs. Eksposur valas yaitu eksposur transaksi, eksposur translasi, dan eksposur ekonomi, mempunyai substansi ekonomi yang harus dilaporkan pada laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan lokasi fisik, pasar valas bertebaran di seluruh dunia dan eksis jika individu-individu atau institusi-institusi saling bertukar valuta dari negara yang berbeda-beda. Dalam hubungannya dengan waktu eksekusi, transaksi valas dapat terjadi di Spot market dan forward market. Spot market meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan. Untuk transaksi kecil di pasar retail, penyelesaiannya adalah segera, sedangkan untuk transaksi besar di wholesale market butuh waktu sampai dua hari bisnis. Dalam forward market, para partisipan mengadakan kontrak pada hari ini untuk penyerahan/penerimaan valas pada waktu mendatang. Perbedaan antara kurs sekarang (spot rate) dan kurs masa mendatang (forward rate) disebut premi (premium) jika kurs mendatang lebih mahal dibanding dengan kurs sekarang, dan 15 disebut diskon (discount) jika sebaliknya. Sistem moneter dunia terbentuk dari banyak valuta nasional. Pada saat kurs mudah goyah (volatile), penting bagi para manajer untuk waspada terhadap risiko valas dan mengmbil langkah-langkah yang cukup untuk mengatasinya. Daya saing perusahaan terlibat dalam bisnis internasional dapat dipengaruhi oleh fluktuasi kurs. Karakteristik pasar wholesale adalah transaksi-transaksinya berukuran besar dan biasanya para partisipan terdiri dari bank dan institusi keuangan yang lain. Pada pasar retail, transaksi-transaksi valas yang terjadi adalah jauh lebih kecil dan biasanya mempunyai spread yang tinggi. Eksposur terhadap perubahan kurs tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga tipe: eksposur translasi, eksposur ekonomi, dan eksposur transaksi (Van Horne, James C and John M. Wachowicz, 2005:120). 2.1.2.1 Eksposur Translasi Eksposur translasi merupakan perubahan laba akuntansi dan neraca yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar (Van Horne, James C and John M. Wachowicz, 2005:120). Eksposur Translasi terjadi jika perusahaan, khususnya perusahaan multinasional melakukan konversi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya (Mamduh, 2005:80). Eksposur translasi didefinisi sebagai potensi peningkatan atau penurunan nilai bersih perusahaan induk dan laba bersih yang dilaporkannya, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs sejak tanggal laporan keuangan konsolidasi periode sebelumnya. Tujuan dari translasi adalah membantu dalam mengevaluasi kinerja semua perusahaan afiliasi dimanapun dengan mengubah angka laporan kedalam sebuah valuta perusahaan induk. Ekposur ini timbul saat 16 sebuah perusahaan membuat laporan keuangan konsolidasi dari seluruh anak perusahaannya yang tersebar di berbagai Negara (Yuliati, 2002:92). Pembuatan laporan keuangan konsolidasi memiliki dua tujuan utama. Pertama untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan, kedua untuk mengevaluasi kinerja keuangan anak perusahaan. Dengan membandingkan laporan keuangan setiap anak perusahaan, manajemen dapat mengetahui kinerja keuangan masing – masing anak perusahaan. Informasi ini untuk merumuskan strategi bersaing dan alokasi sumber daya ke setiap anak perusahaan. Berkaitan dengan translasi dari perubahan mata uang asing di neraca dan laporan laba rugi. Menurut peraturan Financial Acounting Standart Board FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan), perusahaan AS harus menentukan “mata uang fungsional” untuk setiap anak perusahaan yang berada di luar negeri. Jika anak perusahaan tersebut mampu beroperasi mandiri yang diintegrasikan dalam neraca tertentu, maka mata uang fungsionalnya bisa menggunakan mata uang lokal, jika tidak maka dapat digunakan mata uang dollar. Jika mata uang fungsionalnya adalah dollar, keuntungan atau kerugian dicerminkan dalam laporan laba rugi induk perusahaan dengan menggunakan metode temporal (metode akuntansi). Perbedaan dalam metode akuntansi, dengan dollar sebagai mata uang fungsional, unsur neraca dan laporan laba rugi dikategorikan sesuai dengan nilai tukar historis atau sesuai dengan nilai tukar saat ini. Karena eksposur translasi ini berhubungan dengan arus kas perusahaan maka semakin besar risiko dari eksposur translasi mengakibatkan 17 tingkat liquidity perusahaan meningkat dan perusahaan perlu untuk melakukan lindung nilai dalam meminimalkan risiko. 2.1.2.2 Eksposur Ekonomi/Operasi Eksposur operasi mengukur setiap perubahan pada nilai sekarang perusahaan yang disebabkan oleh perubahan aliran kas operasi, karena perubahan yang tidak terduga pada kurs valuta asing. Eksposur operasi adalah perubahan nilai suatu perusahaan yang mengiringi perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi. Perubahan nilai tukar yang diantisipasi telah tercermin dalam nilai pasar perusahaan. Perubahan kurs valuta asing yang sudah diduga telah dimasukkan dalam perencanaan perusahaan (Levi, 2001:45). Yuliati (2002:93) menyatakan bahwa Eksposur operasi adalah mengukur setiap perubahan pada nilai perusahaan sekarang yang disebabkan oleh perubahan aliran kas operasi, perubahan tersebut muncul karena adanya fluktuasi valas yang tidak terduga. Semakin tinggi eksposur operasi yang dialami perusahaan akan mempengaruhi kas perusahaan yang akibatnya tingkat liquidity perusahaan akan meningkat, sehingga perusahaan perlu melakukan hedging untuk minimalkan risiko tersebut. 2.1.2.3 Eksposur Transaksi Eksposur transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontak tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs. Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai 18 transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat transaksi diselesaikan/dipenuhi. Jadi eksposur ini berhubungan dengan transaksi-transaksi yang sudah ada. Tetapi belum jatuh tempo (Yuliati, 2002:93). Eksposur transaksi mencakup keuntungan dan kerugian yang terjadi ketika menyelesaikan transaksi dengan menggunakan mata uang asing. Transaksi ini dapat berupa pembeliaan atau penjualan produk, pemberian atau penerimaan pinjaman, atau transaksi lainnya yang melibatkan perolehan aktiva atau penanggungan kewajiban yang menggunakan mata uang asing. (Van Home, James C and John M. Wachowicz, 2005:121). Eksposur transaksi berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual perusahaan yang dinyatakan dalam valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta domestik perusahaan tersebut. Eksposur transaksi dapat timbul karena transaksi berikut ini: 1) Membeli atau menjual barang/jasa secara kredit yang harganya secara kesepakatan dinyatakan dalam valas 2) Meminjam atau meminjamkan dana dalam valas 3) Terikat dalam kontrak utnuk membeli atau menjual valas pada tanggal tertentu dimasa mendatang 4) Transaksi ekonomi yang lain untuk memperoleh aset atau mendapatkan uang yang dinyatakan dalam valas Eksposur transaksi dapat terjadi disebabkan oleh penggunaan transaksi dapat terjadi disebabkan oleh penggunaan transaksi kredit (meminjam) yang pelunasannya 19 dinyatakan dalam mata uang asing. Pengukuran eksposur transaksi dapat dilakukan melalui dua tahapan yaitu: 1) Memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran dalam setiap mata uang asing, selama kurun waktu tertentu. 2) Menghitung keseluruhan eksposur dari semua penerimaan dan pengeluaran bersih. Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan melakukan kontrak hedging valuta asing atau menempuh strategi operasi tertentu (Madura, 2006:68). 2.1.3 Pengertian Hedging T. Sunaryo (2009:88) menyatakan bahwa prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedging, hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan sejumlah tertentu instrumen hedging. Portofolio yang terdiri atas aset awal dan instrumen hedgingnya disebut portofolio hedging. Portofolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal. Paul Merrick (1998:36) menyatakan bahwa hedging atau hedge didefinisikan sebagai berikut: “A hedge is one or more traders perfomed in order to protect an existing market exsposure against market movement”. Jadi pada dasarnya hedging merupakan suatu cara produsen atau investor untuk melindungi posisi suatu aset atau (underlying asets) dari risiko perubahan pasar. Leuthold, Raymod M, et, al (1989:50) 20 menyatakan bahwa pengertian hedging secara teknis adalah suatu proses untuk mengambil posisi dalam pasar berjangka yang berlawanan dengan posisi yang dimilikinya di pasar fisik dalam jumlah/besar kontrak sama. Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan. Individu atau perusahaan yang melakukan hedging pada perdagangan berjangka, disebut “hedger”. Hedger mempunyai usaha pokok pada pasar fisik (cash market), sedangkan aktivitas mereka pada perdagangan berjangka (future market) untuk memperkecil risiko dari fluktuasi harga yang tidak menguntungkan. Dengan melakukan kegiatan tersebut keuntungan yang ditargetkan dapat tercapai, atau apabila menyimpang, penyimpangan yang terjadi tidak jauh. Dengan demikian kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rugi karena risiko tertentu, kita memperoleh konpensasi dari kontrak lainnya. Jika pada asuransi, asuransi diberikan oleh perusahaan asuransi. Sedangkan untuk hedging dengan instrumen derivatif, konpensasi diberikan oleh pihak lain yang menjual kontrak derivatif tersebut. 2.1.3.1 Instrumen Derivatif Instrumen derivatif adalah instrumen yang nilainya diturunkan dari nilai aset yang menjadi dasarnya (underlying aset). Aset yang menjadi dasar tersebut bisa sangat beragam, mulai dari sekuritas (saham, obligasi), komoditas (emas, olefin), 21 valas, bahkan instrumen derivatif lainnya. Instrumen derivatif sangat bermanfaat untuk manajemen risiko, yaitu bisa digunakan untuk hedging (lindung nilai). Di Indonesia instrumen tersebut belum banyak diperdagangkan dibandingkan dengan negara maju, pertumbuhan instrumen tersebut berkembang cukup pesat. Untuk mengurangi risiko dari fluktuasi valuta asing dapat dilakukan hedging dengan instrumen derivatif melalui kontrak forward, kontrak future, option dan swap mata uang. 1) Forward Kontrak forward hampir sama dengan kontrak future pada perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada waktu tertentu di masa yang akan datang dengan harga tertentu (Hull, 2008:30). Instrumen forward merupakan instrumen keuangan derivatif yang paling lama. Kontrak forward bisa dibedakan dengan kontrak spot. 2) Future Kontrak futures merupakan sebuah perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada suatu periode tertentu di masa yang datang dengan kepastian harga yang telah disepakati sebelumnya (Hull, 2008:35). Ada beberapa kelemahan dari forward. Seperti, kontrak forward merupakan hasil negosiasi langsung antara pihak pembeli dengan penjual forward. Mereka bertemu langsung dan melakukan negosiasi. Jika terjadi kesepakatan, maka kontrak forward disepakati. Pasar semacam itu sering disebut sebagai pasar over the counter. Di satu sisi negosiasi semacam itu memungkinkan fleksibilitas yang tinggi, di sisi lain, negosiasi tersebut mengakibatkan variasi yang cukup tinggi. Variasi tersebut membuat kontrak future 22 tidak standar. Produk yang tidak terstandar lebih sulit diperdagangkan. Karena kurang likuid, produk tersebut cenderung mempunyai biaya transaksi yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan likuiditas, future menggunakan strategi yaitu menstandarkan kontrak future. Standarisasinya seperti, besarnya kontrak, misalnya kontrak untuk future dollar Australia ditetapkan sebesar $100.000 per kontraknya. 3) Opsi (Option) Opsi merupakan instrumen derivatif lainnya. Opsi memiliki kelebihan dibandingkan dengan kontrak forward atau futures. Instrumen forward dan futures mempunyai potensi kerugian yang tidak terbatas. Potensi kerugian tersebut merupakan hal yang tidak disukai banyak orang. Karena itu lebih baik potensi kerugian tersebut dihilangkan atau dibatasi. Instrumen keuangan opsi diciptakan dengan tujuan semacam ini. Banyak opsi yang diperdagangkan di bursa opsi, tetapi sering kali opsi hanya berupa kesepakatan pribadi antara perusahaan dan bank (Marcus, 2006:67). Ada dua jenis opsi yaitu: Opsi jual (put option) adalah suatu instrumen negosiasi yang memungkinkan pemiliknya untuk menjual suatu efek tertentu pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Opsi beli (call option) adalah suatu instrumen negosiasi yang memungkinkan pemiliknya untuk membeli suatu efek tertentu pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Kontrak opsi memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual mata uang tertentu. Keputusan untuk menjalankan hak yang dimiliki sepenuhnya ditentukan oleh pemegang opsi. Jadi, transaksi di pasar opsi tidak harus diikuti 23 dengan penyelesaian transaksi sebagai mana terdapat pada kontrak forward dan future. 4) Swap Andrew M. Chisholm, menyatakan bahwa swap adalah suatu perjanjian antara dua pihak untuk mempertukarkan pembayaran pada tanggal rutin dimasa depan, di mana pembayaran dasar dihitung secara berbeda. Swap adalah pertukaran aliran kas antara dua pihak. Jenis swap yang biasa dilakukan oleh perusahaan adalah back to back loans, currency swap dan credit swap (Van Horne, James C and John M. Wachowicz, 2005:70). 2.1.4 Leverage Leverage adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Utang adalah sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan, yaitu bunga yang harus dibayar tanpa memperdulikan tingkat laba perusahaan. Schall dan Harley (1992:206) mendefinisikan leverage sebagai “the degree of firm borrowing”, artinya leverage sebagai tingkat pinjaman perusahaan. Warsono (2003:204), menyatakan bahwa leverage adalah penggunaan aset atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Sedangkan Agnes Sawir (2003:60) menyatakan rasio leverage adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk mememuhi segala kewajiban financialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Berdasarkan 24 pengertian menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa leverage adalah suatu kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset dan dana yang akan mengeluarkan biaya tetap untuk memenuhi kewajiban perusahaan tersebut. Setiap perusahaan selalu mengalami permasalahan leverage apabila beban atau biaya, baik operasi ataupun biaya financialnya ditanggung perusahaan tersebut. Sebagai akibat dilakukannya investasi, biaya tetap operasi harus diperhitungkan dan akibat dari pelaksanaan pendanaan, biaya financial adalah beban yang juga harus diperhitungkan.. Van Horne, James C and John M.Wachowicz (2005:44) menyatakan bahwa ada dua jenis rasio leverage yaitu rasio utang terhadap aset dan rasio utang terhadap modal. 1) Rasio Utang terhadap Aktiva atau Debt to Tottal Aset Ratio Debt to Total Aset Ratio = Total Hutang/Total Aktiva x 100 persen Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. 2) Rasio Utang terhadap Modal atau Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio = Total Debt/Total Equity x 100 persen Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Dalam penelitian ini jenis rasio leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio yang membandingkan total hutang dengan total modal. 25 2.1.5 Growth Opportunities Growth Opportunities merupakan suatu ukuran peluang perusahaan dalam mengembangkan usahanya di masa depan (Myers, 1977:80). Growth Opportunities dapat menunjukan peluang suatu perusahaan. Semakin tinggi Growth Opportunities menunjukan peluang perusahaan untuk maju juga tinggi, sehingga untuk mengambil kesempatan tersebut diperlukan dana dengan jumlah yang besar dalam membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Oleh karenanya perusahaan mempertahankan pendapatan yang diperoleh untuk diinvestasikan kembali dan pada waktu yang bersamaan perusahaan diharapkan tetap mengandalkan pendanaan melalui hutang yang lebih besar (Baskin, 1989:56). Dalam penelitian ini variabel Growth Opportunities diproksikan dengan perbandingan antara MVE (market value of equity) dan BVE (book value of equity). Aretz (2009:92) menyatakan bahwa nilai pasar atau market value of equity didapat dari perhitungan unsur laba bersih perusahaan yang dapat mengalami penurunan nilai ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena berbagai macam pengeluaran dari jenis risiko seperti fluktuasi risiko mata uang asing, harga komoditas bahan baku yang mengalami kenaikan sehingga harga pokok produksi semakin besar, sehingga menurunkan tingkat laba. Sedangkan dalam perhitungan book value of equity diharapkan memiliki nilai lebih kecil karena mengindikasikan bahwa penggunaan hutang pada perusahaan tersebut relatif kecil dan dapat meningkatkan nilai book value of equity. Weston dan Brigham (1984:40), menyatakan bahwa perusahaan yang ingin mengalami pertumbuhan yang cepat lebih 26 memilih untuk menggunakan hutang dalam pendanaannya dibandingkan perusahaan memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Penelitian yang dilakukan Hardanto (2012) tentang analisis faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging pada perusahaan automotive and allied products periode 2006-2010, dengan menggunakan metode regresi logistic menemukan hasil bahwa Growth Opportunities berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. 2.1.6 Liquidity Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2000:70). Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi (Riyanto, 2001:80). Sedangkan Agus Sartono (2001:39) mengemukakan bahwa Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Dengan demikian dapat disimpulkan Likuiditas adalah kemampuan setiap perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial yang harus dipenuhi tepat pada waktunya. Risiko likuiditas terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. Jika risiko likuiditas tidak ditangani dengan baik, risiko tersebut bisa meningkat menjadi risiko solvabilitas atau solvency risk, yang bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan rasio likuiditas. 27 Rasio likuiditas terdiri dari: 1) Rasio Kas (Cash Ratio) Pengertian Rasio Kas menurut Bambang Riyanto (2001:90) “Rasio Kas merupakan perbandingan antara kas dengan total hutang lancar. Atau dapat juga dihitung dengan mengikutsertakan surat-surat berharga. Kas dan surat berharga merupakan alat likuid yang paling dipercaya. Rasio kas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan surat-surat berharga yang segera dapat diuangkan. Bertambah tinggi Cash Ratio berarti jumlah uang tunai yang tersedia makin besar sehingga pelunasan utang pada saat jatuh tempo tidak akan mengalami kesulitan. 2) Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah Current ratio. “Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kas yang dipunyai perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat (tidak lebih dari satu tahun), pada tanggal tertentu seperti tercantum pada neraca. Current Ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (Margin Of Saffety) kreditur jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutang tersebut. Semakin tinggi nilai likuiditas maka semakin tinggi keputusan hedging yang dilakukan karena tingginya risiko dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek dan 28 sebaliknya (Spano, 2004:90). 2.2 Rumusan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Leverage Terhadap Penggunaan Instrumen Derivatif Valuta Asing sebagai Pengambilan Keputusan Hedging Syamsuddin (2002:89) menyatakan bahwa leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan perusahaan. Sedangkan Ismanu (2007:67) mendefinikasn leverage sebagai penggunaan potensi biaya–biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak. Hasil penelitian Nguyen dan Faff (2002) menyatakan bahwa leverage suatu perusahaan merupakan faktor penting yang berhubungan dalam pengambilan keputusan hedging perusahaan dengan menggunakan instrumen derivatif. Guniarti, Fay (2011) menyatakn bahwa variabel leverage secara konsisten berpengaruh positif dan signifikan terhadap probabilitas aktivitas hedging. Penelitian yang dilakukan Paranita (2012) juga menyatakan hasil yang sama bahwa leverage berpengaruhi positif terhadap penggunaan instrumen derivatif. Berdasarkan pengertian menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi leverage yang ditanggung perusahaan, semakin besar tindakan hedging yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak buruk risiko, karena penggunaan hutang yang lebih besar dibanding dengan kuantitas modal yang dimiliki akan menimbulkan risiko kebangkrutan, dengan risiko yang semakin besar 29 perusahaan perlu menanggulanginya dengan cara melakukan hedging. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis mengenai pengaruh leverage terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging adalah: H1 = Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan Hedging. 2.2.2 Pengaruh Growth Opportunities Terhadap Penggunaan Instrumen Derivatif Valuta Asing sebagai Pengambilan Keputusan Hedging Growth Opportunities merupakan suatu ukuran peluang perusahaan dalam mengembangkan usahanya di masa depan (Myers, 1977:78). Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi lebih memilih hutang sebagai sumber pendanaan yang besar dibandingkan dengan perusahan yang pertumbuhannya lambat (Weston dan Brigham, 1984:90). Hasil Penelitian Nance, Smith, dan Smithson (1993) menyatakan perusahaan dengan tingkat pinjaman yang tinggi memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat melakukan hedging dengan instrumen derivatif dalam mengurangi risiko yang dapat merugikan perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan Hardanto (2012) tentang analisis faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging pada perusahaan automotive and allied products periode 2006-2010, dengan menggunakan metode regresi logistic menemukan hasil bahwa Growth Opportunities berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. Penelitian Karol Marek Klimczak 30 (2008) dengan judul Corporate Hedging and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies menemuhan hasil bahwa Growth Opportunities perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Growth Opportunities dapat menunjukan peluang suatu perusahaan. Semakin tinggi Growth Opportunities menunjukan peluang perusahaan untuk maju juga tinggi, sehingga untuk mengambil kesempatan tersebut diperlukan dana dengan jumlah yang besar dalam membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis mengenai pengaruh growth opportunies terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging adalah: H2 = Growth Opportunities berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan Hedging. 2.2.3 Pengaruh Liquidity Terhadap Penggunaan Instrumen Derivatif Valuta Asing sebagai Pengambilan Keputusan Hedging Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2000:45). Sartono (2001:29) mengemukakan bahwa Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas adalah kemampuan setiap perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial yang harus dipenuhi tepat pada waktunya. Risiko likuiditas terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. Penelitian Ahmad (2012) yang berjudul faktors for using derivatives: evidence from malaysian non-financial companies menemukan hasil bahwa liquidity 31 berpengaruh negatif dengan penerapan hedging. Paranita (2011) melakukan penelitian mengenai kebijakan hedging dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di Indonesia. Hasil penelitian diperoleh bahwa probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara negatif dan tidak signifikan berhubungan dengan current ratio. Hasil penelitian yang dilakukan Nguyen dan Faff (2002) menemukan hasil bahwa liquidity berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging dengan instrumen derivatif. Liquidity dapat diukur dengan cash ratio dan current ratio. Dimana cash ratio merupakan perbandingan antara kas dengan total hutang lancar sedangkan current ratio merupakan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar. Hubungan liquidity dengan penggunaan instrumen derivatif berpengaruh negatif dan signifikan. Semakin tinggi nilai likuiditas maka semakin rendah aktivitas hedging yang dilakukan karena risiko kesulitan keuangan yang muncul cenderung rendah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis mengenai hubungan liquidity terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging adalah: H3 = Cash ratio (LQ1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging. H4 = Current ratio (LQ2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging. 32 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian tersebut dapat digunakan untuk menganalisis dan menemukan pengaruh leverage, growth opportunies, cash ratio dan currency ratio terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging, maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut: Gambar kerangka pemikiran Leverage (X1) Growth Opportunities (X2) H1 (+) Penggunaan Instrumen Derivatif Valuta Asing (Y) H2 (+) H3 (-) Cash Ratio (LQ1) G. Metode Penelitian (X3) H4 (-) Currency Ratio (LQ2) (X4) 33