BAB II Landasan Teori 2.1. Mekanisme Impor Setiap negara dapat mengkonsumsi lebih banyak barang atau jasa daripada memproduksi segala sesuatu sendiri. Hal tersebut dapat terjadi karena ada barang-barang kebutuhan pokok, untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu negara yang hanya dapat di produksi di daerah dan iklim tertentu, atau karena suatu negara mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi lebih baik dari negara lain. Keuntungan terhadap perdagangan luar negeri dengan memberikan peluang kepada setiap negara untuk mengekspor barang yang produksinya mengunakan sumber daya berlimpah yang terdapat di negara bersangkutan, serta mengimpor barang-barang yang produksinya menggunakan sumber daya yang langka di negara tersebut. Kegiatan impor merupakan salah satu dari kegiatan perdagangan internasional, yang melibatkan dua negara atau lebih yang memasuki batas daerah pabean suatu negara (Krugman dan Obstfeld, 1997:1). Impor adalah suatu kegiatan melakukan pembelian komoditi yang lebih berdaya guna dari negara lain dengan bersedia membayar dalam valuta asing (Amir MS, 2004:1). Barang-barang yang dibeli dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan dibayar dengan valuta asing (Fatmawati dan Purnawanti, 2013:13-14). Tandjung (2011:380) impor merupakan cara perdagangan dengan memasukan barang dari luar negeri kedalam daerah pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Daerah pabean merupakan suatu wilayah republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara di atasnya tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006 1 (Tandjung,2011:380). Tujuan dari kegiatan impor adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang-barang yang tidak tersedia di dalam negeri (Anashoibul dan Agung ,2013:88). Mankiw (1998:380) mengutarakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi impor disuatu negara yaitu pendapatan, cadangan devisa, nilai tukar, harga impor dan harga domestik. Rate Gross Domestic Product (RGDP) berpengaruh positif terhadap impor, jika RGDP naik maka impor akan meningkat (Salvatore,2008:128). Jika nila tukar mata uang asing depresiasi sehinga mengakibatkan mata uang dalam negeri menguat maka impor meningkat, sebaliknya jika mata uang asing apresiasi akan menurunkan impor (Dorabusch, 2008:285). Maraknya produk impor di pasar dalam negeri dapat menjadikan pesaing bagi pengusaha domestik. Peran pemerintah diperlukan untuk mengantisipasi. Menurut Feryanto (2008:45) peran pemerintah dalam bidang impor dengan menerapkan berbagai macam kebijakan impor diantaranya: 1. Tarif Kebijakan pembebasan pajak atas barang-barang impor. Kebijakan ini ditetapkan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk devisa dan untuk melindungi industri dalam negeri ditengah banyaknya barang impor. 2. Kuota Kebijakan pemerintah untuk membatasi masuknya barang impor ke dalam negeri. Kebijakan ini dlakukan dengan menentukan jumlah dan jenis barang impor yang akan masuk ke dalam negeri. 3. Pengendalian devisa 2 Salah satu upaya untuk menekan impor, importir harus memperoleh izin terlebih dahulu sebelum mengimpor barang ke dalam negeri. Apabila negara telah mengeluarkan izin impor barang, importir baru akan mendapatkan jatah devisa. 4. Substitusi impor Subtitusi atau barang pengganti merupakan cara yang digunakan pemerintah Indonesia untuk melindungi produk lokal dari barang impor dengan memaksimalkan produk unggulan di setiap wilayah untuk bisa bersaing dengan barang impor. Tujuan utama adalah penghematan devisa. Jika tahap subtitusi impor terlampaui, biasanya untuk tahap selanjutnya menepuh strategi promosi ekspor. 5. Devaluasi Kebijakan menurunkan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing. dengan tujuan mengakibatkan barang impor menjadi lebih mahal dari pada harga sebelumnya. Apabila barang impor mahal, permintaan barang impor akan berkurang. Berkurangnya barang impor memberikan peluang bagi barang dalam negeri untuk meningkatkan daya saing. Ada beberapa ketentuan dan persyaratan yang wajib dipenuhi importir untuk menjalankan kegiatan impor. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan (48/M-DAG/PER/7/2015) tentang kententuan umum di bidang impor serta kebijakan impor yang disusun oleh Departemen Perdagangan, mengutarakan aturan yang harus dilaksanakan oleh importir diantaranya: barang yang di impor adalah barangbarang dalam keadaan baru kecuali barang yang sudah tertera di dalam peraturan seperti kapal pesiar dan kapal ikan, importir merupakan pelaku atau badan usaha berupa UD, CV dan PT, dengan harus memiliki Angka Pengenal Impor (API). Menurut (Tandjung, 2011:382) API merupakan singkatan dari Angka Pengenal Impor yang wajib dimiliki setiap importir yang akan melakukan kegiatan impor. Untuk melakukan kegiatan impor 3 barang, jenis API yang harus dimiliki importir adalah jenis API-U, merupakan jenis API yang digunakan untuk impor barang berkategorikan umum untuk selanjutnya dijual atau untuk kebutuhan pribadi. Barang yang termasuk dalam kategori barang umum salah satunya adalah kedelai. Kedelai merupakan salah satu barang yang termasuk dalam API-U, karena termasuk dalam kategori kebutuhan pokok, barang yang bisa diper jual-belikan dan kebutuhan pribadi dengan nomor HS-1201. 90.00.00. Detik.com (2015) mengutarakan bahwa kebutuhan akan komoditi kedelai di Indonesia untuk dikonsumsi manusia dan kebutuhan akan pakan ternak mencapai 2,3 juta ton kedelai. Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan akan kedelai mencapai 1,1 juta ton dan 1,4 sisanya impor dari negara Amerika. 2.2. Tarif Bea Masuk Peraturan keuangan Nomor 125/PMK.010/2006 tanggal 15 Desember 2006 setiap barang yang diimpor dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan sistem klasifikasi barang nomor Harmonized Sistem (HS) 10 digit yang besaran tarif Bea Masuk dan jumlah HSnya berdasarkan Most Favoured National (MFN) yaitu: Table 2.1 Penentuan Bea Masuk Impor Bea Masuk Jumlah Item (HS) 0-5% 6,671 5-10% 2,709 >10% 2,742 sumber: Tandjung, 2011:415 Presentase 59,9% 15,4% 24,7% Pembebasan dan pengembalian bea masuk diberikan atas impor terhadap barang perwakilan negara asing yang diberikan kepada perwakilan pejabat yang bertugas di negara Indonesia untuk keperluan Internasional diantaranya: buku ilmu pengetahuan, barang kiriman/hadiah untuk keperluan ibadah, barang untuk keperluan museum dan kebun binatang, barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, 4 barang keperluan khusus kaum tuna netra dan kaum berkebutuhan khusus, persenjataan, amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, dan barang contoh yang tidak diperdagangkan. Barang yang diberikan keringanan bea masuk dalam rangka impor antara lain: barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri, mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri, barang dan bahan dalam rangka pengembangan industri dan pembagunan, bibit dan benih untuk perkembangan dan pembangunan industri pertanian, peternakan dan perikanan, hasil laut yang di takap dengan alat yang sudah mendapatkan izin, barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan jumlah dan berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan sampai diberikan importir. Melakukan pembayar Bea Masuk, dapat dilakukan pengembalian atas pembayaran yang sudah terjadi apabila: 1. Kelebihan pembayaran Bea Masuk, atau karena kesalahan tata usaha. 2. Impor barang yang diolah dikarenakan sebab tertentu harus diekspor kembali atau dimusnahkan. 3. Impor barang yang belum diberikan persetujuan impor untuk dipakai, kedapatan dalam jumlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang dibayarkan. Jalur-jalur yang akan di lewati importir dalam melakukan transaksi impor. 1. Jalur hijau adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). 2. Jalur kuning adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. 5 3. Jalur merah adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. 2.3. Penentu Keberhasilan Pemasaran Produk Kegagalan yang sering dialami para pengusaha dikarenakan pemahaman tentang produk yang mereka jual kurang bisa meyakinkan konsumen. Menurut Macfoedz (2004:32-33) dan Kotler dalam Irawan (1996:12) suatu produk bukan sekedar benda dalam bentuk tertentu tetapi memadukan wujud fisik dengan harga, jaminan atau garansi, pemasaran, pengiriman dan berbagai faktor yang telah dipadukan dalam suatu bauran pemasaran untuk menarik minat pembeli, manfaat suatu produk merupakan inti dari informasi yang harus disampaikan dalam aktivitas penawaran kepada calon konsumen. Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan, dalam dunia persaingan yang semakin ketat perusahaan dituntut agar tetap bertahan dan berkembang (Irawan, 1996:1). Kebutuhan dan keinginan konsumen selalu berubah, hal ini disebabkan karena perubahan lingkungan, oleh sebab itu seorang pemasar senantiasa memperhatikan perubahan lingkungan secara terus menerus dan menyesuikan diri terhadap perubahan. Penyesuian diri terhadap perubahan (Irawan, 1996:7) mengutarakan seorang pemasaran wajib memperhatikan analisis-analisis dalam menjalankan pemasaran suatu produk diantaranya: 1. Analisis perilaku konsumen Perubahan lingkungan sangat mempengaruhi terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor kebudayaan, sosial, dan individu. 2. Analsis target pasar 6 Seorang pemasar atau marketing harus mengevaluasi dan memilih segmen yang akan dimasukkan. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan yaitu: faktor ukuran dan tingkat pertumbuhan segmen, daya tarik struktural segmen, dan tujuan perusahaan. 3. Analisis pengendalian Proses melihat pelaksanaan sudah sesuai atau belum dengan perencanaan perusahaan, pengendalian pemasaran dilihat dari tujuan perusahaan untuk menjual suatu produk. Pasar merupakan keadaan atau tempat calon pembeli dan penjual barang atau jasa saling bertemu dan berinteraksi (Salvatore, 2006:2). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang atau jasa) dan jumlah komoditas yang diperjual-belikan. (Sugiarto, 2002:35). Menentukan tingkat harga komoditas, antara pembeli dan penjual sering terjadi perubahan harga secara terusmenerus, di dunia modern ini perubahan atau pergeseran-pergeseran sering terjadi dan pengaruhnya dirasakan lebih cepat dibandingkan pada generasi yang lalu (Curry, 2001:40) 3.4. Fluktuasi Harga Fluktuasi merupakan fenomena, ekonomi yang mempengaruhi berubahnya tingkat suatu harga yang menyebabkan harga menjadi naik ataupun turun. Curry (2001:42) fluktuasi adalah perubahan kondisi nilai suatu barang yang digunakan bersama dengan barang lain, sehingga harga akan berfluktuasi secara proposional dengan barang lain. Fluktuasi harga dapat juga berupa perubahan jangka panjang dan lebih permanen (Ross, 2009: 440). Fluktuasi harga terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya produksi barang di Indonesia belum bisa mencukupi permintaan yang terjadi, gejolak 7 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, iklim yang kurang mendukung, permintaan serta penawaran produk. Harga merupakan jumlah uang atau ekuivalen yang digunakan untuk membeli barang atau jasa. Penentuan harga dengan Marjin Pricing merupakan tipe penentu harga yang digunakan perusahaan yang ingin memperoleh akses lebih kepada konsumen dengan harapan memaksimalkan profit dalam jangka panjang. Produk yang dijual dibawah biaya total untuk memperoleh dominasi, sehingga mengambil keuntungan efesien jangka panjang dan peningkatan harga yang perlahan-lahan selama beberapa waktu untuk menggantikan kerugian awal (Curry, 2001:39-46) . Permintaan dan penawaran merupakan faktor yang sangat mempengaruhi fluktuasi harga. Curry (2001:39) permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang bisa dan mampu dibeli oleh konsumen dengan harga tertentu, di dalam permintaan ada beberapa faktor yang menyebabkan naik turunnya suatu permintaan karena alasan-alasan di luar pemasaran yaitu masa perselisihan politik, bencana alam, serta kebutuhan musiman. Teori ekonomi menjelaskan bahwa bila harga suatu komoditas tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu membelinya. Jika harga komoditas tersebut diturunkan, lebih banyak orang yang mau dan mampu membelinya sehingga jumlah komoditas yang dibeli makin banyak (Sugiarto, 2002:38). 3.5 Meramal Valas/Kurs Meramal valas/kurs merupakan stategi yang sangat penting bagi suksesnya perusahaan multinasional. Sebagian besar operasional suatu perusahaan multinasional dipengaruhi oleh perubahan-perubahan nilai tukar. Keputusan untuk melakukan investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek dipengaruhi oleh peramalan nilai tukar. Ketidaktepatan peramal dapat menyebabkan kerugian dalam meperoleh laba dari 8 transaksi yang terjadi. Meramal valas/kurs merupakan kunci bagi pengambilan keputusan yang melibatkan transfer dana dari mata uang satu ke mata uang yang lain dalam suatu periode waktu tertentu (Kuncoro, 2009:74) Ada tiga kategori model peramalan, yaitu model runtut waktu merupakan cara memprediksi masa depan dengan mengunakan data historis, model kausal merupakan cara memprediksi masa depan dengan memasukkan dan menguji variabel-variabel yang diduga mempengaruhi variabel dependen. Model kualitatif merupakan cara memprediksi masa depan memasukan subjektif dalam model peramalan (Kuncoro, 2001:7). Menurunnya nilai tukar rupiah disebabkan oleh faktor-faktor non ekonomi yang menyebabkan tingginya risk premium maupun faktor fundamental struktural seperti ketidak seibangan pasokan dan permintaan valas (Goeltom, 2002:20). Penetapan valas/kurs dapat menggunakan lindung nilai mata uang. Ross(2009. 441:460) Lindung nilai dengan mengunakan kontrak forward lebih efektif diguanakan untuk perusahaan multinasional. Perjanjian mengikat antara dua pihak yang meminta penjualan aset atau produk di masa yang akan datang dengan harga yang disetujui hari ini. Kontrak forward dapat dibeli dan dijual, pembeli kontrak forward memiliki kewajiban untuk menerima pengiriman tersebut dan membayar untuk tersebut, penjual dari kontrak forward memiliki kewajiban untuk melakukan pengiriman dan menerima pembayaran. Pembeli dari kontrak forward mendapatkan manfaat jika haraga meningkat karena pembeli akan memiliki harga terkunci yang lebih rendah. Hal sama akan terjadi kepada penjual apabila harga turun karena harga jual lebih tinggi telah dikunci. 3.6. Lindung Nilai Mata Uang Penetapan kurs dapat digunakan hedging atau lindung nilai mata uang. Secara etimologis, hedging berasal dari bahasa Inggris hedging yang berarti “lindung nilai”, 9 secara trimologi hedging adalah suatu tindakan untuk mengurangi ketidakpastian mengenai gerak harga di masa yang akan datang (Rumapea, 2012:122). Perangkat hedging yang paling banyak dilakukan di dunia antara lain: forward contract, option, future contract, dan swap contract. Ross(2009. 441:460). Lindung nilai dengan mengunakan kontrak forward lebih efektif diguanakan untuk perusahaan multinasional. Perjanjian mengikat antara dua pihak yang meminta penjualan aset atau produk di masa yang akan datang dengan harga yang disetujui hari ini. Kontrak forward dapat dibeli dan dijual, pembeli kontrak forward memiliki kewajiban untuk menerima pengiriman tersebut dan membayar untuk tersebut, penjual dari kontrak forward memiliki kewajiban untuk melakukan pengiriman dan menerima pembayaran. Pembeli dari kontrak forward mendapatkan manfaat jika haraga meningkat karena pembeli akan memiliki harga terkunci yang lebih rendah. Hal sama akan terjadi kepada penjual apabila harga turun karena harga jual lebih tinggi telah dikunci. Pada umumnya hedging mengarah pada pengurangan atau penghapusan kerugian yang ditimbulkan dari resiko perubahan nilai kurs. Dewo, (2008:9) hedging dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu: a. Straight Hedging yaitu upaya untuk membuat simetris antara arus kas aset dan instrumen hege. b. Opinion Hedging yaitu membeli asuransi( asuransi di sini adalah dilihat dari sisi fungsi dan bukanya dari sisi kelembagaan) c. Spekulative Hedging yaitu gabungan antara aset instrumen hedging di mana arus kasnya dapat tidak sistematis dengan yang lain. Heti, (138:2002) untuk melindungi perusahaan dari fluktuasi nilai tukar adalah melakukan strategi hedging, meliputi balance sheet dan operational a. Balance Sheet 10 Penyesuian pada neraca akibat transaksi maupun translasi mata uang asing, dapat menimbulkan positive dan exposure. Positive exposure terjadi jika exposed asset > exposed liabilities. Negative exposure terjadi jika exposed asset < exposed liabilitis. Banced sheet yang dapat dilakukan tergantung pada positif atau negative exposed yang terjadi. b. Operational Hedging Bentuk perlindungan berfokus pada variabel-variabel berdampak pada pendapatan dan biaya mata uang asing. Peningkat harga jual secara proposional perlu untuk antisipasi depresiasi mata uang, yang akan menolong untuk melindungi gross margin yang ditargetkan. 3.7. Manajemen Risiko Risiko adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan cenderung bersifat negatif (Sidik, 2013.405). Risiko juga dapat didefisinikan sebagai “Iuncertainty concerning the occurrence of a loss” ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu kerugian (Rejda, 2005 dalam Solihin, 2007:186). Ada dua pemegang kepentingan (stakeholders) yaitu para pemegang saham dan para kreditor yang wajib memikirkan cara yang digunakan untuk mengatasi risiko atau meminimalisir dampak buruk risiko. Jones dalam Solihin (2007:405) pemegang saham adalah kumpulan individu maupun lembaga yang memiliki kepemilikan, tuntutan dan kepentingan terhadap organisasi perusahaan. Kreditur merupakan bagian dari pemegang saham yang tidak memiliki kepemilikan terhadap saham perusahaan tetapi memiliki tuntuttan dan kepentingan terhadap perusahaan. 11 Upaya mengatasi risiko atau meminimalisir risiko perusahaan sebaiknya memahami jenis-jenis risiko yang terjadi di perusahaan. Kaplan dan Mikes dalam Sidik (2013.406) menjelaskan ada tiga macam jenis risiko dalam bisnis yaitu: 1. Risiko yang dapat dicegah atau dihindari Risiko yang keluar dari dalam perusahaan dan yang tidak memberikan dampak strategis sama sekali. Pendekatan yang digunakan untuk menangani risiko ini adalah dengan cara menerapkan peraturan tegas yang dikaitkan dengan budaya perusahaan misalnya dengan cara menegaskan budaya perusahaan, menyusun sistem dan peraturan berserta sanksinya, menyusun standar kegiatan operasional, dan melaksanakan audit, untuk menghilangkan risiko ini dengan cara mengambil keputusan pada awal pendirian usaha, misalnya menunda komitmen produksi. Dengan cara ini penghindaran risiko pengeluaran yang terkait dengan produksi yang tinggi tidak jadi dilakukan. 2. Risiko yang bersifat strategis Risiko yang sengaja diambil karena bisa menghasilkan keuntungan strategi yang superior. Risiko ini mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Penanganan kerugian yang terjadi dan dampak yang akan dialami dengan biaya yang efektif serta memikirkan secara seksama risiko yang mukin muncul serta menyiapkan penanganannya. 3. Risiko dari eksternal perusahaan Jenis risiko ini adalah risiko dari luar perusahaan yang tidak dapat dihindari misalnya fluktuasi harga, merosotnya nilai tukar rupiah, munculnya pesaing baru yang sangat kuat, pemogokan misal, huru hara dan sebaginya. Tujuan dari penanganan risiko ini adalah untuk meminimalisir kerugian yang akan terjadi atau 12 dihadapi perusahaan apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, tentunya dengan cara seefektif mungkin dari segi biaya. Solihin, (2007:187) risiko dapat di klasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Risiko murni dan risiko spekulasi (pure risk and speculative risk) Suatu keadaan yang terdapat satu kemungkinan bagi perusahaan akan mengalami kerugian atau tidak mengalami kerugian. Misalnya, banjir lumpur yang dialami PT Lapindo Brantas, merupakan salah satu contoh pure risk karena perusahaan manapun yang terkena banjir lumpur dan terendam lumpur hanya akan mengalami kerugian. Risiko spekulasi merupakan risiko yang akan terjadi dalam situasi perusahaan untuk mengalami keuntungan maupun mengalami kerugian. Misalnya, investor yang membeli saham perusahaan akan menghadapi risiko, akan dapat memperoleh keuntungan modal apabila harga saham naik atau mengalami kerugian modal apabila harga saham ternyata turun. 2. Risiko mendasar dan risiko spesifikasi (fundamental risk and particular risk) Risiko yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan atau kemlopok individu dalam jumlah besar dalam suatu negara. Misalnya, terjadinya peningkatan inflasi secara cepat, meningkatnya tingkat pengangguran dalam jumlah yang signifikan merupakan salah satu contoh risiko mendasar yang akan berpengaruh terhadap ekonomi nasional secara keseluruhan. Adapun kondisi yang dapat meningkatkan terjadinya risiko disebut sebagai Hazard, (suatu kondisi atau potensi yang dapat menimbulkan kerugian). Rejda dalam Solihin (2007:186) mengutarakan ada dua kategori hazard yaitu : a. Physical Hazard 13 Kondisi fisik yang akan meningkatkan peluang terjadinya kerugian (chance of loss). Misalnya, bangunan yang tinggi yang tidak dilengkapi penangkal petir memiliki physical hazard lebih berisiko tersambar petir dan terbakar dibandingkan dengan bangunan yang memakai penangkal petir. b. Moral Hazard Suatu tindakanketidak jujuran atau kerusakan karakter dalam diri seorang individu yang akan meningkatkan frekuensi terjadinya kerugian. Misalnya, seorang menajer keuangan perusahaan yang tidak jujur dalam melakukan pembukuan keluar masuknya barang. Perusahaan akan memiliki peluang besar untuk mengalami kerugian. 3.7. Efektif John (1986:35) efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesunguhnya (OS), jika (OS) > (OA) disebut efektif. Efektif dapat diartikan sebagai akibat, pengaruh, membawa hasil dan berhasil (http://kbbi.web.id/efektif, 2016). Efektif dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) yaitu: a. Pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainya. b. Pengukuran keberhasilan dalam mencapai tujun-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika terdapat fenomena ekonomi atau fluktuasi dapat diselesaikan dengan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut benar atau efektif. c. Ukuran tingkat pemenuhan output atau suatu tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka dikatakan proses tersebut semakin 14 efektif. Proses efektif ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih baik (www.materiakuntansi.com, 2016) 15