BUMN Minta Regulasi Hedging Kurs Dipertegas Abdul Malik: JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, meminta agar regulasi tentang lindung nilai (hedging) nilai tukar mata uang dipertegas. Sebab, akibat belum tegasnya aturan soal hedging, hingga kini PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) masih enggan melakukan lindung nilai kurs. “Mereka minta kejelasan yang sangat jelas agar tidak ada temuan Badan Pemeriksa Keuangan di kemudian hari,” kata Menteri Dahlan, akhir pekan lalu. Menurut Dahlan, kedua perusahaan itu enggan melakukan lindung nilai karena pertimbangan hukum semata. Saat ini, kegiatan bisnis keduanya banyak menggunakan dana subsidi negara, yakni subsidi bahan bakar minyak dan subsidi listrik. Padahal, hingga kini aturan hedging kurs dengan menggunakan dana masih belum ada.”Untuk keperluan subsidi kemudian fee-nya siapa yang bayar karena subsidi dari negara,”ujar dia. Dahlan mengatakan proses lindung nilai akan menimbulkan biaya layaknya premi asuransi. Pembayaran premi ini semestinya ditanggung negara dengan sumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara karena sumber dananya juga subsidi negara. Karena belum adanya aturan tersebut, beban dalam proses lindung nilai secara otomatis ditanggung oleh kedua perusahaan. Untuk mengatasi hal itu, Dahlan berencanan mengajukan permohonan keringanan dalam penggunaan APBN untuk aktivitas hedging di semua perusahaan BUMN yang menggunakan dana subsidi. “Keputusan ini menunggu rakor berikutnya,” tutur dia. Hingga kini, baru lima perusahaan BUMN yang mulai melakukan lindung nilai kurs. Namun, dari lima perusahaan itu, justru PLN dan Pertamina, yang kebutuhan akan mata uang asingnya besar, belum melakukakn hedging karena menunggu status hukum. Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Sagara, mengatakan Bank Indonesia dan lembaga terkait telah kembali melanjutkan pertemuan membahas hedging pada 10 Juli lalu. Pertemuan kedua ini membicarakan pembentukan tim teknis pembahasan harmonisasi aturan soal hedging. Pembahasan tersebut dipimpin oleh BPK. “Sudah mulai disamakan persepsinya,” kata dia. Meski demikian, Tirta belum bisa merinci kemajuan yang diraih dalam pembahasan yang dilakukan tim tersebut. Dia mengatakan Divisi Kebijakan Moneter akan mewakili Bank Indonesia dalam pertemuanpertemuan sejenis kedepan. Pertemuan antara lembaga pemerintah yang memebahas hedging tersebut diikuti oleh BI, Kementerian Keuangan, BPK, Badan Pengawasan keuangan dan Pembangunan, Kementerian BUMN, serta Komisi Pemberantasan Korupsi. Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Said Didu, mengatakan kesepakatan tentang harmonisasi aturan hedging belum cukup untuk melindungi BUMN dari tuduhan merugikan negara. Sebab, para penegak hukum sering kali menganggap kesepakatan itu bukan hukum tertulis yang berlaku. “Mereka sering kali pakai satu undang-undang saja, tak menganggap aturan di bawahnya,” ujar dia. Solusinya, menurut Said, Menteri BUMN harus membuat peraturan yang rinci sebagai pegangan bagi para anggota direksi BUMN dalam melakukan lindung nilai. Aturan tersebut wajib dimasukan ke rapat umum pemegang saham sebagai kekuasaan tertinggi dalam BUMN terbuka. “Untuk yang non-terbuka, ya masukan peraturan menteri sebagai aturan baku,” katanya. Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri sebelumnya mengatakan kebijakan pemerintah soal hedging akan segera diluncurkan. Dalam rapat teknis tentang harmonisasi aturan hedging, dibahaas lebih rinci apa yang harus di tambah dan dikurangi dari aturan-aturan yang sudah ada, baik Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan BI, maupun BPK. UTANG LUAR NEGERI BUMN (US$ JUTA) Jenis Utang Bank Lembaga keuangan bukan bank Bukan lembaga keuangan Apr‐14 3.424 949 Perubahan (%) ‐6.9 ‐9.7 15.811 20.701 30.9 20.541 25.075 22.07 Total Liabilitas PLN (Rp triliun) Jangka panjang per Dibandingkan Jangka pendek per Dibanding Maret Maret 2014 Maret 2013 (%) Maret 2014 2013 (%) 363.7 ‐2.8 92 4.17 Apr‐13 3.679 1.051 Liabilitas Pertamina (US$ miliar) Jangka panjang per Dibandingkan Jangka pendek per Dibanding Desember 2014 Desember 2013 (%) Desember 2014 Desember 2013 (%) 16.4 16.3 15.6 34.4 SUMBER : BI, PLN, PERTAMINA Sumber : ,KORAN TEMPO, Senin, 14 Juli 2104 Jumlah 455.7 Jumlah 32.05