BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MINTA PEMERINTAH TERAPKAN LINDUNG NILAI TERHADAP PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA sinarbarusurabaya.blogspot.com Badan Pemeriksa Keuangan meminta pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar menerapkan lindung nilai kepada perusahaan BUMNi. Hal itu perlu dilakukan karena porsi BUMN dalam pembelian valas di pasar valas domestik sangat dominan, terutama oleh Pertamina dan PLN yang pembeliannya mencapai sekitar 30 persen dari total pembelian valas korporasi. Menurut Ketua BPK Rizal Djalil pemenuhan kebutuhan valas BUMN dalam jumlah besar dilakukan hampir seluruh jenis transaksi, baik TOD (Today), TOM (Tomorrow) dan SPOTii. Menurut Rizal Djalil penggunaan transaksi lindung nilai tersebut akan berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar rupiah, juga bermanfaat dalam melindungi BUMN dari kemungkinan kerugian kurs yang lebih besar apabila terjadi gejolak nilai tukar. Selain penerapan hedging bagi perusahaan BUMN, berdasarkan hasil pemeriksaaniii BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 menunjukkan adanya kenaikan utang luar negeriiv dari tahun 2012 senilai Rp1,981 triliun menjadi Rp2,375 triliun atau naik senilai Rp393 triliun. Diantara kenaikan utang tersebut diakibatkan karena selisih kurs senilai Rp163,24 triliun atau sebesar 41,43 persen."Artinya pemerintah harus membayar selisih kurs tanpa adanya tambahan manfaat dari pembayaran tersebut, atau dapat dikatakan sebagai pemborosan keuangan negarav," Rizal Djalil di Kantor BPK, Jakarta. Rizal Djalil menuturkan akibat fluktuasi nilai tukar tersebut, pemerintah juga tidak mau menanggung kerugian. Untuk itu cara mengatasi dampak dari fluktuasi nilai tukar dengan Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum melakukan transaksi lindung nilai atas instrumen utang pemerintah. Baik dalam bentuk pinjaman maupun surat berhargavi. Menurutnya dengan mengimplementasikan kebijakan hedging, pembayaran utang tak terganggu adanya pelemahan rupiah terhadap mata uang asing. Baik pembayaran cicilan pokok utang maupun bunga. Namun demikian, implementasi hedging bisa juga menimbulkan kerugian karena selisih kurs walaupun nilainya tidak sebesar jika tanpa dilakukan hedging. "Seluruh beban dan resiko hedging ini akan ditanggung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun berjalan, " kata Rizal Djalill. Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan permasalahan hedging merupakan masalah puluhan tahun yang belum selesai dan tidak bisa dituntaskan di kalangan pemerintah. Dia mengungkapkan belum selesainya permasalahan hedging dikarenakan belum ditemukannya pandangan dalam implementasi hedging secara lebih mendetail. Menurut Agus saat ini kondisi ekonomi Amerika Serikat cenderung membaik sehingga berdampak terhadap dana-dana di negara berkembang bisa keluar Indonesia dalam bentuk valas. Akibatnya memberikan tekanan di dalam pasar valas asing di Indonesia. Ditambah lagi kondisi neraca perdagangan lebih besar impor daripada ekspor sehingga juga memberikan tekanan terhadap mata uang rupiah. "Di luar masalah dunia dan perdagangan ada masalah yang perlu kita bicarakan. Bagaimana punya valuta asing yang kuat dan stabil. Itu kuncinya adanya penawaran dan permintaan valuta asing," kata Agus Martowardojo. Agus Martowardojo menjelaskan lindung nilai adalah transaksi valuta asing antara satu perusahaan atau nasabah dengan bank, atau lindung nilai antara bank dengan bank atau bank dengan Bank Indonesia. Hedging tersebut melakukan lindung nilai dari negara atau hedging perusahaan atas aktivavii atau kewajibanviii, atau pendapatanix, atau pengeluaran dalam valuta asing. Misalnya, Indonesia punya utang sebesar US$270 miliar, kemudian Indonesia memiliki cadangan devisa sebesar US$105 miliar, cadangan dana sebesar US$20 miliar. Lalu utang negara sebesar US$270 miliar dan aset aktiva sebesar US$120 miliar. Selisihanya antara utang dengan aset aktiva tersebut tidak dalam lindung nilai. Menurut Agus Martowardojo perusahaan juga mempunyai aktiva atau kewajiban dalam bentuk utang ataupun punya beban dalam valuta asing. Hal itu mempunyai resikop nilai tukar. Untuk mengendalikan resiko tersebut maka diperlukanlah hedging. Hedging merupakan strategi lindung nilai untuk menjaga nilai dari aktiva, pasiva, pendapatan dan kewajiban valas dari negara Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum atau perusahaan. Artinya penerapan hedging bisa mencegah terjadinya kerugian. "Jadi sangat wajar terjadi perubahan nilai tukar, itu utang Indonesia mendadak dalam waktu 1-2 tahun meningkat tajam," kata Agus Martowardojo. Sumber Berita: 1. Gressnews.com, Jumat, tanggal 20 Juni 2014. 2. m.bisnis.com, Jumat, tanggal 20 Juni 2014. Catatan: Lindung Nilai Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan No.12/PMK.08/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang Pemerintah Lindung Nilai (Hedge) adalah kegiatan yang dilakukan untuk memitigasi risiko atau melindungi posisi nilai suatu aset atau kewajiban yang mendasarinya terhadap risiko fluktuasi tingkat bunga dan nilai mata uang di masa yang akan datang. Transaksi Lindung Nilai adalah transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah dengan Counterparty dalam rangka mengendalikan risiko fluktuasi beban pembayaran bunga dan kewajiban pokok utang, dan/atau melindungi posisi nilai utang, dari risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya volatilitas (gejolak) faktor-faktor pasar keuangan. Counterparty Lindung Nilai yang selanjutnya disebut Counterparty adalah Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank dan/atau Lembaga Keuangan Internasional yang bersedia dan sepakat melakukan Transaksi Lindung Nilai dengan pemerintah. Kebijakan Lindung Nilai adalah kebijakan yang berisi pedoman dan batasan Transaksi Lindung Nilai bagi Pengelola utang yang ditetapkan oleh Menteri. Lindung Nilai dilakukan atas instrumen utang pemerintah dalam bentuk: a. Pinjaman; dan/atau b. Surat Berharga negara Ruang Lingkup Lindung Nilai meliputi transaksi dalam pengelolaan utang Pemerintah terkait: Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum a. Pengelolaan risiko portofolio utang; dan/atau b. Pengelolaan risiko fluktuasi pembayaran kewajiban Pemerintah. Transaksi Lindung Nilai dapat dilaksanakan melalui: a. Permintaan penawaran oleh Pemerintah; atau b. Pernawaran dari counterparty. i Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. ii Transaksi today adalah transaksi pembelian atau penjualan valuta asing lawan valuta (asing) lainnya pada hari ini dengan penyerahan hari ini juga. Transaksi tomorrow adalah transaksi pembelian atau penjualan valuta asing lawan valuta (asing) lainnya pada hari ini dengan penyerahan 1 hari kerja setelah tanggal transaksi. Transaksi spot adalah transaksi pembelian atau penjualan valutas asing lawan valuta (asing) lainnya pada hari ini dengan penyerahan 2 hari kerja setelah tanggal transaksi. iii Audit atau Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. iv Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus di bayar kembali dengan persyaratan khusus. Pinjaman Luar Negeri menurut jenisnya terdiri atas: a. pinjaman tunai dan b. pinjaman kegiatan. Pinjaman Luar Negeri digunakan untuk: a. membiayai defisit APBN; b. membiayai kegiatan prioritas Kementerin/Lembaga;c. mengelola portofolio utang; d.diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah; e. diteruspinjamkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN); dan/atau f. dihibahkan kepada Pemerintah Daerah. v Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. vi Surat berharga adalah surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau digunakan sebagai agunan saham da/atau bukti penyertaan modal (Advendi, S. “Hukum dalam Ekonomi”, edisi revisi, Grasindo, Jakarta) vii Menurut FASB dalam Buku Suwardjono Aktiva atau asset adalah manfaat ekonomi masa depan yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai atau dikendalilan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. viii Menurut FASB dalam Buku Suwardjono Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. ix Pendapatan menurut PSAK 23 adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum