Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU–Renewable Energy Source Directive) Tim Kebijakan 1. Fathi Hanif, SH.MH 2. Rhino Subagyo, SH 3. Zenwen Pador, SH Tujuan Kajian Umum: 1. Identifikasi peraturan perundang-undangan tentang Perencanaan tata ruang berbasis ekosistem 2. Memahami hal-hal (perundangan dan kebijakan) yang mempengaruhi perencanaan tata ruang berbasis ekosistem yang berkelanjutan. 3. Menyusun rekomendasi hukum/legal recommendation terkait peluang penerapan prinsip EU-RED di Indonesia Khusus: 1. Menyusun kerangka hukum perencanaan tata ruang berbasis ekosistem yang berkelanjutan di tingkat nasional 2. Menyusun kerangka hukum di tingkat daerah (provinsi) tentang penerapan prinsip perencanaan tata ruang berbasis ekosistem berkelanjutan 3. Menyusun kerangka hukum kewenangan Pemerintah (pusat) dan kewenangan daerah dalam penataan ruang berbasis ekosistem. Kerangka Laporan Penelitian PENDAHULUAN REGULASI NASIONAL TERKAIT PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS EKOSISTEM DI INDONESIA • Peraturan Perundang-undangan Nasional Terkait Perencanaan Tata Ruang Berbasis Ekosistem • Implementasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Perencanaan Tata Ruang Berbasis Ekosistem EUROPEAN UNION RENEWABLE ENERGY DIRECTIVE (EU RED) • Sekilas tentang EU RED • Kriteria Lingkungan dalam EU RED ANALISIS PENERAPAN EU-RED TERHADAP REGULASI PENATAAN RUANG & EKOSISTEM DI INDONESIA • Kriteria Aspek Lingkungan Dalam EU RED • Tinjauan Yuridis Normatif Kriteria Aspek Lingkungan Hidup EU RED Dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Peraturan Perundang-undangan terkait Undang - Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang - undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang - Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Undang - Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Undang-Undang No.18 tentang Perkebunan PP No.15 tahun 2010 tentang Peneyelenggaraan Penataan Ruang PP No.68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang PP No.11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan tanah Terlantar Asas dan Tujuan Penataan Ruang Asas Penataan Ruang : keterpaduan;keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; Keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas Tujuan Penataan Ruang : Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Klasifikasi Penataan Ruang sistem, terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan. fungsi utama kawasan, terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah administratif, terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota. kegiatan kawasan, terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. nilai strategis kawasan, terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Pembagian Kewenangan dlm Penataan Ruang Pemerintah Pem-Prov Pem-Kab/Kota pengaturan, pembinaan, Pengaturan, pembinaan, Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap dan pengawasan dan pengawasan pelaksanaan penataan pelaksanaan penataan pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, ruang wilayah provinsi, ruang wilayah provinsi, dan dan kabupaten/kota, serta kabupaten/kota dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan kawasan strategis terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan kabupaten/kota; penataan ruang kawasan strategis provinsi dan pelaksanaan penataan strategis nasional, provinsi, kabupaten/kota; ruang wilayah dan kabupaten/kota; Pelaksanaan penataan kabupaten/kota meliputi pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi perencanaan tata ruang ruang wilayah nasional; yang meliputi wilayah kabupaten/kota, meliputi perencanaan tata perencanaan tata ruang pemanfaatan ruang ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang dan pengendalian wilayah nasional; dan wilayah provinsi dan pemanfaatan ruang pengendalian pemanfaatan pengendalian pemanfaatan wilayah kabupaten/kota. ruang wilayah nasional. ruang wilayah provinsi. pelaksanaan penataan Pelaksanaan penataan pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis ruang kawasan strategis ruang kawasan strategis nasional; meliputi: provinsi meliputi kabupaten/kota ( penetapan kawasan penetapan kawasan penetapan, strategis nasional; strategis provinsi, perencanaan tata ruang, perencanaan tata ruang perencanaan tata ruang pemanfaatan ruang dan kawasan strategis kawasan strategis pengendalian nasional; pemanfaatan provinsi, pemanfaatan pemanfaatan ruang ruang kawasan strategis ruang kawasan strategis kawasan strategis nasional; pengendalian provinsi dan kabupaten/kota). pemanfaatan ruang pengendalian kerja sama penataan kawasan strategis pemanfaatan ruang ruang nasional. kawasan strategis antarkabupaten/kota. kerja sama penataan provinsi. ruang antarnegara dan Kerja sama penataan pemfasilitasan kerja ruang antarprovinsi dan sama penataan ruang pemfasilitasan kerja antarprovinsi. sama penataan ruang antarkabupaten/kota. RENCANA TATA RUANG DALAM UU PPLH Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan melalui tahapan inventarisasi lingkungan hidup; penetapan wilayah ekoregion; dan penyusunan RPPLH. INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP meliputi (a) potensi dan ketersediaan; (b) jenis yang dimanfaatkan; (c) bentuk penguasaan; (d) pengetahuan pengelolaan; (e) bentuk kerusakan; dan(f) konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan. Menjadi dasar Penetapan Wilayah Ekoregion. Penetapan wilayah mempertimbangkan kesamaan karakteristik bentang alam; daerah aliran sungai; iklim; flora dan fauna; sosial budaya; ekonomi; kelembagaan masyarakat; dan hasil inventarisasi lingkungan hidup. Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion dilakukan untuk menentukan daya dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan wilayah Wajib dilaksanakan Pemerintah dan Pemda dalam penyusunan dan evaluasi RTRW, RPJP,RPJM, kebijakan,rencana atau program yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup MEKANISME PELAKSANAAN KLHS a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; b. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan c. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan Pengelolaan Kehutanan Fungsi Hutan : Konservasi,Lindung dan Produksi Perencanaan Kehutanan : a.inventarisasi hutan, a.pengukuhan kawasan hutan, b.penatagunaan kawasan hutan, c.pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan d.penyusunan rencana kehutanan. Pengukuhan Kawasan Hutan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah RENCANA TATA RUANG DALAM UU PERKEBUNAN Perkebunan mempunyai fungsi: ekonomi, dan sosial budaya. Dalam fungsi ekologi, perkebunanan diharapkan berfungsi dalam peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung. Perencanaan Perkebunana terdiri atas perencenaan nasional, provinsi, kabupaten/kota Dasar Perencanaan Perkebunan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. rencana pembangunan nasional; rencan tata ruang wilayah; kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha perkebunan; kinerja pembangunan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; sosial budaya; lingkungan hidup; kepentingan dan masyarakat; pasar; dan aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi keutuhan bangsa dan negara. RENCANA TATA RUANG DALAM PP PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR Obyek penertiban tanah terlantar Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, Penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya. Instrumen EU RED (Europe Union Renewable Energy Source Directive) Tujuan Mencapai pemenuhan energi sebesar 20% tahun 2020 konsumsi final energi dari sumber terbarukan bagi Uni Eropa sekaligus pencapaian 10% konsumsi energi dari sumber terbarukan dalam konsusi energi setiap negera anggota 4 aspek utama dlm EU-RED Lingkungan Hidup Sosial ekonomi Tata Kelola Pemerintahan Keamanan Pangan Aspek Lingkungan Hidup 1. Perubahan penggunaan tanah/lahan (baik secara langsung dan/atau tidak langsung) 2. Jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati 3. Kapasitas produksi tanah/lahan 4. Kualitas dan ketersediaan air 5. Emisi GHG 6. Kualitas Udara 7. Pengelolaan Sampah 8. keberlanjutan Lingkungan Hidup (lintas issue) Kriteria Aspek Lingkungan Hidup Sumber Bahan Baku yang harus dihindari : a. b. c. d. hutan primer/alam; lahan dengan stock karbon tinggi (antara lain : wetlands/lahan basah, area hutan lebih dari satu hektar dengan luas tutupan tajuk 30% serta tinggi pohon minimal 5 (lima meter), area hutan lebih dari satu hektar dengan ketinggian pohon lebih dari 5 (lima) meter serta luas tutupan tajuk 10% 30% (kecuali terbukti terdapat stock karbon); peat land/lahan gambut; lahan dengan nilai biodiversity sangat tinggi( meliputi : hutan primer, area yg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam dan spesies dan eksositem yg terancam punah), dan padang rumput), ; Kriteria Aspek Lingkungan Hidup EU RED dan Regulasi Nasional Pemerintah telah meratifikasi dua perjanjian internasional: 1. 2. konservasi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCC)-UU No.6 tahun 1994 Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim(Kyoto Protokol to The United Nations Framework Convention on Climate Change)- UU No.17 tahun 2004 Kontribusi Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim global dengan sukarela menurunkan emisi sebesar 26% dari perkiraan emisi skenario BAU tahun 2020 dengan biaya sendiri, 41% apabila mendapat bantuan Internasional Regulasi nasional ttg konservasi dan energi yg terbarukan 1. Pengelolaan hutan dilakukan dengan memperhatikan fungsi hutan (produksi, lindung, konservasi) – UU No.41/1999 ttg Kehutanan 2. Penyusunan RTRN/Prov/Kota dilakukan berbasis ekosistem – UU No.26/2007 3. Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertujuan antara lain menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; -- UU no.32/2009 4. Setiap kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup.– UU no.30/2007. UU No.41 tahun 2009 tentang Kehutanan hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari Pemerintah mengatur perlindungan hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan UU No.5 tahun 1990 tentang KSDE bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan (a) pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; (b) pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. PP No.26 tahun 2008 tentang RTRWN Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi (a) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; (b) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan (c) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional. Kebijakan pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi (a) pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan (b) pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi (a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; (b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Kawasan lindung nasional terdiri atas: kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; a. kawasan perlindungan setempat; b. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; c. kawasan rawan bencana alam; d. kawasan lindung geologi; dan e. kawasan lindung lainnya. Regulasi terkait lainnya • PerMenhut No.P.30/Menhut‐II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD); • Keppres No. 19 tahun 2010 tentang Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+; • Inpres No.10/2011 ttg Penundaan izin baru & penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut. • Keppres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1 tahun 2006 tentang pemanfaatan biofuels • Dokumen Sumatera Road Map (2010) utk penyelamatan hutan/SDA sumatera. Lampiran Inpres No.10/2011 Energi Mix Indonesia 2025 KESIMPULAN 1. Aspek Lingkungan Hidup EU RED secara umum dibagi dalam 8 issue: ((1) perubahan penggunaan tanah/lahan (baik secara langsung dan/atau tidak langsung); (2) Jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati; (3) Kapasitas produksi tanah/lahan; (4) Kualitas dan ketersediaan air; (5) Emisi GHG; (6) Kualitas Udara; (7) Pengelolaan Sampah; dan (8) Keberlanjutan Lingkungan Hidup (lintas issue) 2. Terdapat 4 (jenis) asal bahan baku yang harus dihindari yaitu bahan baku yang bersumber dari (a) hutan primer/alam; (b) lahan dengan stock karbon tinggi (antara lain : wetlands/lahan basah, area hutan lebih dari satu hektar dengan luas tutupan tajuk 30% serta tinggi pohon minimal 5 (lima meter), area hutan lebih dari satu hektar dengan ketinggian pohon lebih dari 5 (lima) meter serta luas tutupan tajuk 10% - 30% (kecuali terbukti terdapat stock karbon); (c) peat land/lahan gambut; (d) lahan dengan nilai biodiversity sangat tinggi( meliputi : hutan primer, area yg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam dan spesies dan eksositem yg terancam punah), dan padang rumput), KESIMPULAN...... 3. Dari kriteria sumber bahan baku yang diidentifikasikan dalam EU RED untuk tidak dipergunakan sebagai sumber bahan baku bagi penggunaan biofuel dan bioliquid yang berkelanjutan pada tataran normatif menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia merupakan sumber – sumber yang masuk dalam klasifikasi wilayahwilayah yang harus dilindungi keberadaanya untuk menjaga fungsi pokoknya. 3. Kesesuaian tersebut terdapat dalam berbagai peraturan antara lain UU No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdayaalam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup serta beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana undangundang. Beberapa peraturan pemerintah yang mengatur antara lain PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. REKOMENDASI Jangka Panjang 1. Harmonisasi ketentuan-ketentuan dalam beberapa peraturan perundangundangan terkait baik dalam tingkatan UU maupun PP hingga Peraturan Menteri. Harmonisasi tersebut meliputi keselarasan pembagian kewenangan antara Pusat – Daerah , koordinasi antar sektor maupun ketentuan yang sifatnya cross cutting issue; 2. Ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan nasional yang sesuai dengan kriteria dalam EU RED masih memerlukan pengaturan lebih lanjut yang bersifat khusus dan sangat teknis agar dapat berlaku mengikat secara hukum, meskipun secara umum sudah diatur. Pengaturan tersebut diantaranya berupa penetapan kawasan-kawasan strategis nasional/propinsi/kabupaten/kota yang memiliki fungsi lindung maupun kawasan pelestarian alam. Jangka Pendek Beberapa isu yang perlu diatur tersebut dalam jangka pendek dapat dimasukan dalam Rancangan Kebijakan yang telah dibuat misalnya Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera.