ISI BERITA Sehubungan dengan basil kunjungan kerja Atase Perdagangan ke Los Angeles pada tanggal 14-16 Desember 2009, dimana Atase Perdagangan bersama Kepala ITPCLA berkesempatan mengunjungi salah satu Importir/Distributor terbesar produk makanan dan minuman dari Indonesia yaitu WIRA Corporation. Adapu dai hasil pertemuan tersobut terdapat beberapa permasalahan yang diharapkan dapat ditindak lanjuti penanganannya yaitu: 1. Kemesrn: Merupan salah satu persyaratan Food Drug Administration yang harus diikuti untuk semua produk makanan dan minuman yang dipasarkan di AS. unhrk itu perlu adanya penyesraian dari kemasan sehingga konsumen di AS tidak merasa takut untuk membeli produk tersebut dan penampilannya tidak berbeda dari produk makanan yang sudah trend di pasar AS, misalnya dalam pencantuman label nutrisi, nama dan alamat distributor di AS. Sebagai caraan hingga sast ini masih terdapat perusahaan makanan di Indonesia yang tidak mau melakukan modifikasi dari kemasannya sehingga produk-produk tersebut hanya dikenal dikalangan warga Indonesia di AS. 2. Kualites: Pada umumnya produk makanan dan minuman Indonesia perlu peningkatan kualitas. Salah satu contoh produk adalah 'Gula Jawa' yang sangat diminati dikalangatr warga lndonesia di AS. Namun produk ini sering mendapat hambatan di pelabuhan AS karena produk tersebut dianggap tidak bersih (lrygiene) sering mengandung unsrr tainnya di dalam kandungan gula jawa tersebut seperti adanya seral kayu dan kotoran seperti lalat. 3. Eggf: Mahalnya produk makanan Indonesia dibandingkan dengan produk yang sama dari negara Asia lairurya seperti dari Philipina, Malaysia dan Thailand. 4. Dokumen Imnor: Dengan adanya persyastan baru dari U.S. Departrnenl of Agriculture (USDA), Food Safety and Inspection Senice (FSIS) yaitu mengenai izin impor untuk produk makanan yang mengandung sedikit daging dan telor (^ Import Permit for Products with Small Amounts of Meat and Poultry"). maka sejak tanggal 22 Juni 2009 semua impor makanan yang mengandung sedikit daging dan telor diperlukan surat sertifikasi dari Badan Kamntina Pertanian, Departemen Penanian. Sementam produk Indonesia yeng diimpor peda umumnya produk makanan yang mengandung s€dikit telor, meke surrt scrtifikrsi yang di syaratkan itu senget dlbutuhkan oleb pare importir. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak importir terdapat kendala yang perlu mendapat perhatian dari Departemen Pertanian yaitu lama waktu penyelesaian serrifikasi dari Badan Karanlina Pertanian yang memerlukan hasil laboratorium untuk setiap produk yang akan diekspor, walaupun produk tersebut pemah mendapatkan sertifikasi pada saat pertama kali ekspor. Hal ini menyebabkan adanya beban biaya baru bagi para importir karena biaya turtuk setiap kali melakukan tes di laboratorium akan dibebankan kepada harga beli dari produk tersebui. sehingga importir tidak akan mau lagi mengimpor produk dari lndonesia karena harga jual di AS akan sulit bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, sepedi dari Vietnam dan Thailand. 5. @!11!g: Pada saal ini Wira Corporation kembali menghadapi hambatan yang yaitu sama terlampau lamanya pengeluaran s.rat se(ifikasi dari Badan Karantina Pertanian. Dampak dari belum terbitnya se(ifikasi tercebut menyebabkan Wira Corporation merugi karena beberapa container terpaksa harus membayar sewa gudang lebih bahkan terdapat container yang harus di re-ekspor ke lndonesia atau dimusnahkan. Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih Wasbington, DC 4 Januari 2010