kategorisasi berat lahir bayi berdasarkan frekuensi

advertisement
KATEGORISASI BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN
FREKUENSI ANC
CATEGORIZATION OF BIRTHWEIGHT BASED ON THE
FREQUENCY OF ANC
Alif Zahrotin, Budi Wicaksono
Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya
Alamat korespondensi:
Babat, Lamongan
Email : [email protected]
Abstrak
Latar Belakang: Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi yang
sehat lahir dengan berat yang normal. Namun tidak semua bayi lahir dengan berat normal.
Terdapat bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) Pada BBLR kesempatan untuk
mengalami masalah saat bayi dan saat dewasa nantinya lebih tinggi. Kejadian BBLR di Indonesia
tahun 2010 sebesar 11,10%, sedangkan di puskesmas Tanah Kali Kedinding sebesar 17%.
Kejadian ini, merupakan angka tertinggi nomor dua di Surabaya. Untuk menghindari berbagai
masalah yang mungkin terjadi karena BBLR, diperlukan pengawasan sejak janin masih dalam
kandungan. Pengawasan janin dalam kandungan ini biasa disebut antenatal care (ANC). Tujuan
penelitian untuk membandingkan kategorisasi berat lahir berdasarkan frekuensi ANC. Metode:
Analitik observasionaldengan pendekatan case control. Populasinya bayi yang lahir di Puskesmas
Tanah Kali Kedinding periode Januari-Desember 2012 sebanyak 1.186 bayi. Pengambilan sampel
dengan Cosecutive Sampling, didapatkan sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 346 bayi.
Variabel independen frekuensi ANC sesuai standar, dan frekuensi ANC tidak sesuai standar
sedangkan variabel dependen berat lahir bayi. Instrumen yang digunakan adalah lembar
pengumpul data dengan sumber data dari rekam medis. Analisis data menggunakan uji Mann
Whitney U.Hasil: Dari 246 bayi lahir dari ibu frekuensi ANC sesuai standar 93,1% memiliki berat
normal dan dari 100 bayi lahir dari ibu yang frekuensi ANC tidak sesuai standar 28% merupakan
BBLR. Hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa hasil nilai Z adalah
-4.786 dengan nilai p adalah 0.001 pada α 0,05 maka terdapat perbedaan kategorisasi berat lahir
bayi berdasarkan frekuensi ANC. Kesimpulan: Sebagian besar responden yang memiliki berat
lahir normal merupakan bayi yang dilahirkan dari ibu yang kunjungan ANCsesuai standar dan
terdapat perbedaan dengan yang tidak sesuai standar. Sehingga bidan hendaknya selalu
memotivasiibu hamil untuk memeriksakan kehamilan sedini mungkin serta melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal empat kali sesuai standar WHOagar bayi yang dilahirkan
memiliki berat yang normal.
Kata Kunci: ANC, Berat badan lahir
Abstract
Background: Body weight is one indicator of the health of newborns. A healthy baby born with a
normal weight. But not all babies are born with normal weight. There are babies born with low
birth weight (LBW) On the occasion of LBW infants have problems as an adult and will be higher.
Incidence of LBW in Indonesia in 2010 was 11.10%, while in the Tanah Kali Kedinding health
center by 17%. This incident is the second highest number in Surabaya. We need monitoring since
62
the fetus is still in the womb to avoid any problems that may occur due to low birth weight.
Monitoring of the fetus in the womb is commonly referred to as antenatal care (ANC). This study
aimed to compare the birth weight categorization based on the frequency of the ANC.Method:
This study used an analytical method observational case-control approach. Population of infants
born at Tanah Kali kedinding PHC period of January to December 2012 as many as 1,186 babies.
Cosecutive sampling with sampling, sample obtained as many as 346 infants met the criteria.
independent variable of this study is frequencies of ANC in accordance to standards and
frequencies of ANC in not accordance to standards. the dependent variable is birth weight infants.
The instrument used is the data collection sheet with source data from medical records. Data
analysis used the Mann Whitney U test.Result: The results of 246 infants born from women who
had frequencies of ANC in accordance to standards 93.1% had normal weight. From 100 infants
born from women who had frequencies of ANC in not accordance to standards 28% are LBW. The
analysis by the Mann Whitney U test showed that the results of the Z value is -4786 with p is 0,001
with α 0.05 so there is a difference in birth weight categorization based on the frequency of the
ANC.Conclusion Conclusions of this study is the majority of respondents who had a normal birth
weight of babies born from mothers who had frequencies of ANC in accordance to standards and
there are differences with didn’t accordance to standards. So the midwife should always motivate
pregnant women to prenatal care as early as possible as well as antenatal care at least four times
according to WHO standards so that babies born had a normal weight.
Keyword: ANC, Birth weight
PENDAHULUAN
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi
sehat lahir dengan berat yang normal. bayi dengan berat berlebih atau makrosomia
(> 4000 gram) lebih besar peluangnya untuk mengalami masalah kesehatan
(Damanik, 2012). kejadian BBLR di Indonesia tahun 2007 sebesar 11,5% dan
pada tahun 2010 sebesar 11,10%, Jauh dari target yang ditetapkan yakni sebesar
7% (unicef, 2010). Kejadian BBLR di puskesmas Tanah Kali Kedinding sebesar
17%. Kejadian ini, merupakan angka tertinggi nomor dua di Surabaya (dinkes
Surabaya, 2011). Untuk menghindari berbagai masalah yang mungkin terjadi
karena BBLR, diperlukan pengawasan sejak janin masih dalam kandungan
sehingga bayi tersebut lahir dengan kondisi sehat serta memiliki berat badan yang
normal (Damanik, 2012). Pengawasan janin dalam kandungan ini biasa disebut
dengan asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) (Andriaansz, 2009).
Kunjungan ANC yang dimaksud adalah frekuensi kunjungan ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. WHO menyebutkan ibu
hamil hendaknya
melakukan kunjungan ANC minimal empat kali selama
kehamilannya. Dalam bahasa program kebijakan kesehatan ibu dan anak,
kunjungan ANC lebih dikenal dengan K1 untuk kunjungan pertama (sebelum 14
minggu), K2 untuk kunjungan kedua (antara minggu 14-28), K3 untuk kunjungan
63
ketiga (antara minggu 28-36) dan K4 untuk kunjungan keempat (sesudah minggu
ke-36) (Andriaansz, 2009).
Penelitian sebelumnya oleh Ernawati menyabutkan kejadian ibu melahirkan
anak BBLR menurun bila ibu melakukan ANCdengan frekuensi yang cukup pada
masa kehamilannya, Namun penelitian lain oleh Moller, dkk menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara frekuensi ANC dengan berat lahir bayi (Ernawati,
2011). Kontroversi dalam penelitian sebelumnya membuat penulis bermaksud
untuk membedakan berat lahir bayi dari ibu yang frekuensi ANC sesuai standar
dengan yang tidak sesuai standar, dengan acuan frekuensi dari program
pemerintah berdasarkan standar WHO sebanyak empat kali dengan ketentuan satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada
trimester ke tiga.Penelitian ini membedakan hal yang belum dilakukan oleh
penelitian sebelumnya oleh Ernawati dan Moller.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi
yang dilahirkan di puskesmas Tanah Kali Kedinding mulai bulan Januari sampai
dengan Desember tahun 2012 yang berjumlah 1.186 orang. Dengan menggunakan
teknik sampling consecutive, didapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebanyak 346 orang. Beberapa yang lainnya tidak dimasukkan yakni
sebanyak 611 karena berbagai masalah ibu dan 229 karena data yang diperlukan
kurang lengkap. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni
2013.Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Frekuensi ANC Sesuai
standar dan tidak sesuai standar, sertaberat lahir bayi. Jenis data yang diambil
adalah data sekunder menggunakan bantuan rekam medis dan lembar pengumpul
data.Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis
univariat pada masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui
perbedaannya. Analisis komparatif antara dua variabel tersebut menggunakan uji
komparatif “Mann Whitney U-Test”. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
bantuan SPSS versi 16 pada taraf kesalahan sebesar 5% sehingga diketahui
perbedaannya.
64
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Karakteristikrespondenpenelitian
KarakteristikResponden
Umur:
20-25
26-30
31-35
Paritas:
Primipara
Multipara
Jumlah
Pekerjaan:
Tidak bekerja
Swasta
Wiraswasta
Guru
Jumlah
BeratLahirBayi:
BBLR (< 2500 gram)
BBLN (2500 – 4000 gram)
Makrosomia (> 4000 gram)
Jumlah
FrekuensiKunjunganANC:
Sesuai Standar WHO
Tidak Sesuai Standar WHO
Jumlah
Frekuensi
Presentase (%)
121
139
86
35
40
25
123
223
346
35,5
64,5
100
214
78
40
14
346
61,9
22,5
11,5
4,1
100
43
298
5
346
12,5
86
1,5
100
246
100
346
71
29
100
Penelitianinimenelitiseluruh ibu berusia 20 – 35 tahun saat hamil, 40% di
antaranya berumur 26 – 30 tahun. Sebagian besar (64,5%) ibu yang melahirkan di
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya merupakan ibu multiparitas dengan
paritas antara 2 sampai 3. Sebagian besar (61,9%) pula ibu yang melahirkan di
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya tidak bekerja.Bayi yang dilahirkan di
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya sebagian besar (86%) mempunyai
berat lahir normal (2500 – 4000 gram). Ibu yang melahirkan di Puskesmas Tanah
Kali Kedinding Surabaya, sebagian besar (71%)frekuensi kunjungan antenatal
care nya adalah sesuai dengan standar WHO.
Tabel 2. Perbedaankategorisasiberatlahirbayiberdasarkanfrekuensi ANC
No.
Frek. Kunjungan
ANC SesuaiStandarWHO TidakSesuaiStandarWHO
BeratLahirBayi
65
Jumlah
1
BBLR (< 2500 gram)
BBLN (2500 – 4000
gram)
Makrosomia (> 4000
gram)
Jumlah
2
3
15 (4,3%)
28 (8,1%)
43 (12,4%)
229(66,2%)
69 (19,9%)
298(86,1%)
2(0,5%)
3(1%)
5(1,5%)
246(71%)
100(29%)
346(100%)
Jumlah bayi yang memenuhi kriteria sebanyak 346 bayi, 298 bayi (86%)
merupakan bayi yang memiliki berat lahir yang normal. Bayi tersebut 223
diantaranya (64%) lahir dari ibu yang multipara (kelahiran 2-3), 214 bayi (61,9%)
lahir dari ibu yang tidak bekerja, dan 246 bayi (71%) lahir dari ibu yang memiliki
kunjungan ANC yang sesuai standar WHO. Ibu yang ANC sesuai standar
melahirkan 15 bayi (4,3%) BBLR, 229 bayi (66,2%) berat normal, dan 2 bayi
(0,5%) lahir dengan berat lebih sedangkan pada ibu yang ANC tidak sesuai
standar melahirkan 28 bayi (8,1%) BBLR, 69 bayi (19,9%) berat normal, dan 3
bayi (1%) dengan berat lebih. Hasil analisis komparasi menggunakan uji MannWhitney U diketahui bahwa nilai Z adalah -4.78 dengan nilai p adalah 0.001 pada
α = 0.05 maka p<0,05 yang artinya H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan berat
lahir bayi antara ibu yang frekuensi kunjungan Antenatal Care sesuai standar
WHO dan tidak sesuai standar WHO di Puskesmas Tanah Kali Kedinding
Surabaya tahun 2012.
Penelitianinimenunjukkanadanyaperbedaanberatlahirbayiantara
ibu
yang
frekuensi kunjungan Antenatal Care sesuai standar WHO dan tidak sesuai standar
WHO.
Hasil
ini
mendukungpenelitian
yang
dilakukan
oleh
Fitrah
Ernawati,dkkbahwa hubungan antara kunjungan ANC dengan berat lahir bayi
dimana ibu yang melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan
mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak dengan BBLR sebesar 1,8 kali
dibanding yang ANC kurang dari 4 kali. Selainitujugamendukungpenelitian Irma
L, dkk juga bahwa kejadian ibu melahirkan anak BBLR menurun bila ibu
melakukan kunjungan ANC dengan frekuensi yang cukup pada masa
kehamilannya. Analisis lain di Tanzania, juga menyebutkan bahwa ibu yang tidak
melakukan ANC pada masa hamil berisiko 2,5 kali melahirkan BBLR dibanding
ibu yang melakukan ANC (Siza, JE, 2008).
Kategorisasi yang ditetapkan untuk berat lahir bayi dibagi menjadi tiga
yakni BBLR atau bayi berat lahir rendah dimana berat lahir kurang dari 2500
gram, berat lahir normal dimana berat lahir antara 2500 sampai dengan 4000
66
gram, dan makrosomia atau berat lahir lebih dimana berat lahir lebih dari 4000
gram (Damanik, 2012).Berat lahir bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah pemeriksaan antenatal. ANC merupakan serangkaian upaya
preventif kesehatan obstetrik melalui pemantauan rutin selama kehamilan
sehingga didapatkan outputmaternal dan neonatal yang optimal. Output neonatal
ini dapat dilihat dari keadaan bayi saat lahir, salah satunya yakni berat badan bayi
saat lahir. Pemerintah telah membuat kebijakan untuk jadual pemeriksaan
kehamilan yang disesuaikan dengan standar WHO yakni sebanyak 4 kali dengan
ketentuan satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada
trimester III (Saifudin, 2009).
Pemeriksaan
kehamilan
(ANC)
bertujuan
untuk
mengenal
dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan
selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan janin dalam
keadaan baik dan sehat sampai saat melahirkan (Ernawati, 2011). Tujuan yang
lain dari pemeriksaan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi (Saifudin, 2009).
Pemantauan tumbuh kembang ini dilakukan pada tiap trimester dalam setiap
kunjungan ANC dengan melaksanakan standar minimal pelayanan. Pada setiap
kunjungan, ibu selalu dilakukan penimbangan berat badan untuk diketahui
pertambahan berat badan dari sebelum hamil. Semakin sering ibu hamil
melakukan ANC pada tenaga kesehatan, maka kenaikan berat badan saat hamil
senantiasa mudah diawasi (Yongki, 2009). Penelitian oleh
Gulardi (2003),
menunjukkan bahwa pertambahan berat badan saat hamil sangat berpengaruh
terhadap berat bayi yang dilahirkan. Selain itu, saat kunjungan ANC juga
dilakukan palpasi abdomen untuk mengetahui letak serta jenis kehamilan dan
pengukuran TFU. Sehingga berat janin dapat dihitung dari hasil pengukuran TFU
tersebut. Taksiran berat badan janin yang akan dilahirkan selalu didasarkan pada
hasil pengukuran TFU ini. Rumus yang digunakan adalah rumus Johnson-Tausak
yakni (TFU – 12) x 155. Rumus inilah yang digunakan untuk menentukan berat
badan janin.(Mochtar, 2011).
Dalam setiap kunjungan juga dilakukan edukasi kesehatan bagi ibu hamil.
Salah satu edukasi tersebut mengenai nutrisi yang adekuat meliputi jumlah kalori,
67
protein, kalsium, zat besi, dan asam folat yang perlu dikonsumsi ibu hamil
(Saifuddin, 2009). Tidak hanya edukasi mengenai pemberian zat besi, tapi
memberikan tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Tablet besi ini
berguna untuk mencegah dan mengobati anemia. Sehingga ibu hamil tidak
melahirkan bayinya dengan berat lahir rendah (Arisman, 2007). Oleh karena itu,
bila ibu hamil tiap trimester melakukan ANC sesuai standar atau lebih maka
semakin sering kontak dengan tenaga kesehatan yang berpengaruh terhadap
semakin sering mendapatkan pengawasan dari tenaga kesehatan sehingga berat
bayi yang lahirpun akan terkontrol pada keadaan yang normal.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (298 atau 86%) bayi yang
dilahirkan di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya tahun 2012 lahir dengan
berat lahir yang normal yakni antara 2500 sampai dengan 4000 gram.Sebagian
besar (246 orang atau 71%) ibu yang melahirkanpun, frekuensi kunjungan ANC
nya sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO yakni satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester
ketiga.Sehinggakesimpulanakhirdaripenelitianinididapatkan
perbedaan
kategorisasi berat lahir bayi berdasarkan frekuensi ANC di Puskesmas Tanah Kali
Kedinding Surabaya tahun 2012.
Ibu hamil hendaknya selalu memeriksakan kehamilan sedini mungkin
serta melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali sesuai standar WHO
yakni satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua
kali pada trimester ketiga. Bagi bidan lebih memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya minimal sesuai standar tiap trimester sehingga
pertumbuhan janin dapat dipantau dengan kontinyu dan kejadian BBLR dapat
dicegah. Bagi puskesmas hendaknya meningkatkan cakupan K4 pemeriksaan
kehamilan sehingga semua ibu mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan
sesuai standar WHO. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih
lanjut dengan lebih menggali informasi menggunakan metode penelitian yang
berbeda seperti dengan wawancara langsung kepada responden serta mencocokan
dengan rekam medis sehingga lebih banyak sampel yang akan didapat.
68
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Prof.Dr.Agung Pranoto, dr, M.Kes, Sp.PD., K-EMD, FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
2. Baksono Winardi.,dr.,Sp.OG(K) selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA
Andriaansz, George. 2009. “Asuhan Antenatal” dalam Abdul Bari Saifudin,
Trijatmo Rachimadi, Gulardi, H. Wiknjosastro (editor). Ilmu Kebidanan
edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Halaman: 278
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Halaman: 8-10
Damanik, M. Sylviati. 2012. “Klasifikasi bayi menurut berat Lahir dan Masa
Gestasi” dalam M. Sholeh Kosim, Ari Yunanto, Rizalya Dewi, Gatot
Irawan Sarosa&Ali Usman (editor). Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Halaman: 11-13
Dinkes Surabaya, 2011. Bayi Berat Lahir Rendah menurut jenis kelamin,
kecamatan, dan puskesmas kota Surabaya. Surabaya: Seksi Pelayanan
Kesehatan Dasar DKK Surabaya. Halaman: 2
Ernawati, Fitrah, Djoko Kartono & Dyah Santi P. 2011. Hubungan antenatal care
dengan berat badan lahir bayi di Indonesia (Analisis lanjut Data Riskesdas
2010). Jakarta: Gizi Indon 2011. Halaman: 34(1):23-31
Mochtar, Rustam, 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Halaman: 53
OECD/WHO. 2012. Low Birth Weight in Health at Glance Asia/Pacific 2012.
OECD. Halaman: 40-41
Saifuddin, Abdul Bari, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. YBP-SP. Jakarta. Halaman: N-2,N-3,N-4
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Unicef, 2010. Thesituation of children&women in Indonesia 2000-2010. From
www.unicef.org/sitan/files/indonesia_SitAn_2010.pdf
Word Bank Report, 2010. www.tradingeconomics.com/world/low-birthweightbabies-percet-of-births-wb-data.html
69
Download