Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 2 GUNUNGSARI Imam Cahyadi∗ Abstraksi: menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh, berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara (insan al-kamil) adalah tujuan yang dikehendaki dalam sebuah proses pendidikan. Tugas guru, selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan harus menyiapkan mereka agar mandiri, mendisiplinkan moral, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Oleh sebab itu, guru agama bertanggungjawab dalam pembinaan sikap, mental, dan kepribadian anak didiknya. Guru agama harus mampu menanamkan nilai-nilai agama kepada setiap siswa dengan berbagai cara. Namun, tetapi tujuan itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama dengan sesama guru dan antara guru dengan orang tua siswa. Sebab pendidikan agama dapat terbina apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua di dalam keluarga, masyarakat dan guru di sekolah. Kata Kunci: guru, peranan, keteladanan, dan akhlak. I slam sebagai agama yang universal sudah barang tentu mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari ibadah, kehidupan sosial, sampai ketingkat perilaku (ahlak). Karena itu agama sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak, sehingga pembentukan pribadi akan membawa pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan baik. Anak memerlukan pendidikan ∗ Penulis adalah Alumni Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram. e-mail: [email protected] 87 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 dengan persyaratan, pengawasan, dan pemeliharaan yang terus menerus sebagai pelatihan dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap agar memiliki kemungkinanan untuk berkembang secara wajar dalam kehidupan dimasa mendatang. Setiap orang Islam pada hakekatnya adalah insan agama yang bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup di akhirat kelak berdasarkan atas petunjuk dari wahyu Allah melalui Rasulullah, kecenderungan hidup beragama ini merupakan ruhnya agama yang benar yang dalam perkembangannya dipimpin oleh ajaran Islam yang murni, bersumber pada kitab suci yang menjelaskan dan menerangkan tentang perkara benar (haq). Tugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar, menjauhi yang batil yang kesemuanya telah diwujudkan dalam syariat agama yang berdasarkan nilai mutlak dan norma-norma yang telah ditetapkan oleh Allah yang tak berubah menurut selera nafsu manusia. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam penuh dengan nilai rohaniah Islami dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat, tujuan ini difokuskan pada pembentukan pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syari’at Islam melalui proses pendidikan spiritual menuju makrifat pada Allah. Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya yang sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatanya dalam segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etika Islam. Muhammad Athiah al-Abbrosyi dalam Syahidin mengatakan bahwa tujuan hakiki pendidikan Islam adalah kesempurnaan akhlak, sebab itu ruh pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak. 1 Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam di atas, yaitu agar anak mempunyai sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya 1 Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 11. 88 Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) untuk melakukan yang terbaik dan diharapkan nantinya akan mempunyai sifat-sifat terpuji dan bisa menjauhi sifat yang tercela. Latihan-latihan beragama yang menyangkut seperti ibadah shalat berjama’ah, puasa, zakat, do’a-do’a dan menghafal surat pendek harus dibiasakan sejak kecil agar nantinya bisa merasakan manisnya beribadah. Dalam melaksanakan pendidikan Islam, peran pendidik sangat penting dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orangorang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik, pendidik mempunyai tugas yang mulia sehingga Islam memandang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orangorang yang tidak berilmu dan orang-orang yang bukan sebagai pendidik, tetapi di samping itu orang-orang yang berilmu tidak boleh menyembunyikan atau menyimpan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Penghormatan dan penghargaan Islam terhadap orangorang yang berilmu itu terbukti di dalam al-Qur’an surat alMujadalah ayat 11 yang berbunyi: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 2 Guru memang menempati kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, kewibawaanlah yang menyebabkan guru itu dihormati sehingga masyarakat tidak meragukan figurnya, masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar menjadi orang yang bisa bersifat mulia baik untuk dirinya maupun untuk orang 2 QS. Al-Mujadalah (58): 11. 89 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 lain. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru mempunyai kelebihan yang tak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima atau menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut dipahami, dan tak perlu menjadi beban yang memberatkan sehinggga dengan ketrampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan mendapatkan sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggungjawab untuk diteladani. Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid, namun tugas guru lebih komperhensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid diberbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Oleh sebab itu guru yang mengajar pelajaran agama sangat bertanggungjawab dalam pembinaan sikap mental dan kepribadian anak didiknya. Guru agama harus mampu menanamkan nilai-nilai agama kepada setiap siswa dengan berbagai cara. Akan tetapi tujuan itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama dengan sesama guru dan antara guru dengan orang tua siswa. Sebab pendidikan agama dapat terbina apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua di dalam keluarga, masyarakat dan guru di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru Pendidikan Agama Islam SMPN 2 Gunungsari yakni Lalu Shultonudin pada tanggal 10 Mei 2012 mengatakan bahwa dalam membina akhlak 90 Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) siswa banyak kegiatan yang dilakukan seperti, mengadakan imtak setiap hari jum’at, shalat dzuhur berjamaah dan dilanjutkan dengan kultum, mengadakan peringatan hari-hari besar agama Islam, mengadakan lomba dalam bidang kegamaan (dilakukan pada bulan Ramadhan), tadarusan Al-qur’an sebelum proses belajar mengajar berlangsung dan bagi kelas VII yang akan naik ke kelas VIII terlebih dahulu diadakan pemahaman terhadap bacaan alqur’an, sedangkan bagi kelas VIII yang akan naik ke kelas IX diadakan praktik shalat (shalat wajib), sementara bagi kelas IX lebih ditekankan pada praktik shalat-shalat sunat baik itu shalat sunat dhuha, tahajud, witir dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, meskipun demikian masih banyak diantara siswa yang ada di SMPN 2 Gunungsari yang bertingkah laku kurang baik seperti, mengganggu temannya yang sedang belajar, sering ribut saat berlangsungnya proses belajar mengajar, kurang hormat terhadap guru maupun orang tua, sehingga hasilnya kurang efektif dan efesien dalam meningkatkan akhlak siswa 3. Berangkat dari hal itulah yang menjadi acuan penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari”. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari?; “Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari?”. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari 3 Lalu Sultanudin, Wawancara, 10 Mei 2012 91 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 4 Guru atau pendidik juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaan, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. 5 Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh, berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.6 Oleh karena itu guru Agama memiliki tugas yang lebih berat bila dibandingkan dengan guru pada umumnya, sebab di samping ia sebab di samping ia harus membuat pandai anak didiknya secara akal (mengasah kecerdasan IQ), ia juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlak yang mulia. Adapun tugas guru Pendidikan Agama Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu: 1. Tugas professional 2. Tugas kemanusian 3. Tugas kemasyarakatan 7 Pertama, guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Dan hal ini tidak semua orang dapat melakukannya. Dalam konteks ini tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. 4 Farida, Sertifikasi..., h. 113-114. Uhbiyati, Ilmu..., h. 65. 6 Zuhairini, Metodik…., h. 45. 7 Tim Penyusun, Bahan Inti Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h. 35-36. 5 92 Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Oleh karena itu ia harus mampu memahami jiwa dan watak anak didik. Guru harus menanamkan nilai kemanusiaan kepada anak didik, dengan begitu anak didik akan rmempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Ketiga, tugas guru di bidang kemasyarakatannya. Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruangruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Jika dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Sedangkan menurut Zuhairini dan kawan-kawan tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah: 1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam 2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak 3. Mendidik anak agar taat menjalankan ajaran agama 4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang baik 8 Jadi, tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid, namun tugas guru lebih komperhensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid diberbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Sebab kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu, masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung 8 Zuhairini, Metodik …, h. 35. 93 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Dalam usaha membina akhlak siswa, peran guru Pendidikan Agama Islam tidak bisa dinafikan, sebab guru agama merupakan figur sentral yang paling bertanggung jawab dalam proses pembinaan akhlak anak didik. Oleh karena itu setiap orang yang mempunyai tugas sebagai guru harus mempunyai akhlak, khususnya guru agama. Di samping mempunyai akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam ia juga harus mempunyai karakter yang berwibawa, dicintai, dan disenangi oleh anak didiknya. Penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan karena setiap perilaku yang ditampilkan oleh guru agama tersebut menjadi sorotan atau teladan bagi anak didiknya. Menurut WF Connell membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga. 9 Selanjutnya SMPN 2 Gunungsari merupakan sekolah yang selalu memperhatikan akhlak dan perilaku bagi anak didiknya, karena ini merupakan suatu hal yang sangat lazim dilakukan dan ini merupakan salah satu tugas atau peranan guru pendidikan agama Islam yang paling utama demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam, yakni untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T serta memiliki akhlak yang terpuji. Di SMPN 2 Gunungsari, ada beberapa aktivitas yang diperankan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa, yakni diwujudkan dalam: 1) pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di kelas, 2) melakukan bimbingan khusus, 3) 9 http://pakguruonline.pendidikan.net/buku tua pakguru dasar kpdd 154.html, di ambil tanggal 31 Mei 2012 94 Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) melakukan pembinaan melalui IMTAK, 4) meningkatkan hubungan kerjasama dengan orang tua/wali murid. 1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di dalam kelas Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kemajuan tekhnologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peranan guru, karena peran guru sangat bermanfaat bagi siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam yakni membimbing anak agar menjadi manusia muslim sejati, beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberhasilan guru dalam melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar. Dalam proses pendidikan guru memiliki beberapa peranan, yaitu: a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok murid c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampialn cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa d. Guru sebagai pengatur lingkungan, guru harus terampil dalam mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran e. Guru sebagai partisifan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan f. Guru sebagai supervaisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas g. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan untuk mendorong motivasi belajar siswa 95 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 h. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak-anak secara objektif, kontinu, dan komperhansif i. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.10 Dari penjelasan tentang peranan guru di atas, maka ada beberapa peranan guru Pendidikan Agama Islam Islam dalam membina akhlak siswa, yakni: a. Guru sebagai demonstrator yang berperan penting dalam berprilaku khususnya perilaku terpuji bagi setiap siswa b. Guru sebagai pembimbing yang berperan sebagi pembimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka c. Guru sebagai fasilitator, yakni memberikan pelayanan dengan maksimal untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar d. Guru sebagai motivator, guru berperan aktif dalam memberikan motivasi kepada siswa agar memperoleh pembelajaran yang optimal. Selain itu, dalam pelaksanaan belajar-mengajar di kelas guru harus menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, terlebih lagi dalam membina akhlak siswa. Hal ini dimaksudkan agar apa yang menjadi tujuan dari Pendidikan Agama Islam itu bisa tercapai. Adapau metode yang tepat untuk digunakan dalam membina akhlak siswa yaitu: a. Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahaya sesutau, dimana pada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak, menentukan kepada amala-amal baik, mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. 10 96 Oemar, Pendidikan …, h. 48-49. Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) b. Pendidikan secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anak, memberikan nasihat-nasihat dan berita-berita berharga, mencegah mereka untuk membaca sajak-sajak yang kosong termasuk yang menggugah soal-soal cinta dan pelakon-pelakonnya. c. Mengambil manfaat dari kecendrungan dan pembawaan anakanak dalam rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatanperbuatan, gerak gerik orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka. 11 Dalam melaksanakan tugasnya guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Gunungsari hendaknya menerapkan metode tersebut agar pembinaan akhlak terhadap anak didik dapat tercapai, sebab akhlak merupakan aspek pendidikan yang harus diperhatikan oleh pendidik dan perlu diusahakan sejak dini. 2. Pembinaan melalui Iman dan Takwa (IMTAK) Kegiatan Imtak merupakan salah satu kegiatan yang sangat tepat untuk dilakukan dalam rangka membina akhlak siswa, sebab melalui kegiatan Imtak ini siswa mendapatkan pelajaran-pelajaran agama secara lebih mendalam dan terlatih, karena dalam kegiatan ini siswa langsung mempraktikannya, sehingga pada akhirnya kesemuanya itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Yusak Burhanudin dalam TB. Aat Syafaat dkk, mengatakan bahwa materi pembinaan akhlak diberikan melalui pengetahuan agama yang ada di sekolah, seperti; pelajaran AlQur’an, tauhid, hadis, tafsir, kebudayaan Islam, dan lain-lain. 12 11 Uhbiyati, Ilmu …, h. 154-155. TB Aat Syafaat dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 157-158. 12 97 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 a. Pelajaran Al-Qur’an Pelajaran Al-Qur’an ditujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan Al-Qur’an yang dilanjutkan dengan pemahaman dan aplikasi ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajran AlQuran merupakan sarana utama dalam mewujudkan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam. b. Pelajaran Hadits Pelaran hadis ditujukan agar umat Islam meneladani Rasulullah S.A.W. dalam beribadah, bermuamalah, atau menghadapi berbagai masalah hidup dan pemecahannya. c. Pelajaran Tauhid Tujuan pelajaran tauhid adalah menambah keimanan anak didik dalam ketaatan kepada Allah S.W.T. pemahaman ayat-ayat AlQur’an dan perenungan ayat-ayat Allah S.W.T. d. Pelajaran Fikih Pelajaran fikih ini memperkenalkan siswa pada konsep perilaku Islami, baik secra individual maupun secara social yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Sunnah, mliputi cara beribadah, berprilaku, dan bermasyarakat. e. Pelajaran Budaya Islam Pelajaran budaya Islam dititik beratkan pada pengaruh budaya Barat terhadap budaya Islam. Hal ini ditujukan untuk menanamkan akidah Islam sehingga tidak terpengaruh oleh sebagian besar konsep budaya Barat yang dapat mengacaukan kemapanan akidah umat Islam serta menyelewengkan pemahaman dan pengamalan siswa tentang konsep ke-Tuhanan. Berdasarkan uraian di atas, Bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh guru PAI pada kegiatan imtak dalam rangka membina akhlak siswa, yaitu membaca surah Yasin, Zikiran, menghafal ayat-ayat pendek, dan latihan pidato. Di samping itu, ada juga kegiatan yang dilakukan oleh guru PAI yang bersifat harian dan tahunan, seperti: (a) Baca Al-Qur’an pada pagi hari sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan 98 Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) tujuan agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan mampu mengerti serta memahami isi dari bacaan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, (b) Shalat dhuhur berjamaah yang bertempat di mushalla sekolah. Tujuannya untuk melatih siswa agar selalu peduli terhadap shalat serta terbiasa melaksanakan shalat secara berjamaah dalam kehidupan seharihari, (c) Melakukan kegiatan-kegiatan hari besar agama, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W, dan peringatan Isra’ Mi’raj. Tujuannya agar siswa dapat menelaah makna dari hari-hari besar Islam serta dapat menjadikan nabi Muhammad sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memberikan bimbingan khusus Bimbimbingan khusus ini lebih ditekankan pada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang ada di sekolah atau membiasakan perilaku buruk. Bimbingan khusus yang dilakukan oleh guru PAI SMPN 2 Gunungsari ini sangat bergantung pada tingkat keparahan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. M. Athiyah Al Abrasyi dalam Nur Uhbiyati mengemukakan tiga syarat apabila ingin menghukum siswa, yaitu: a. Sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul b. Pukulan tidak bleh lebih dari tiga kali c. Memberikan kesempatam kepada anak-anak untuk tobat dari apa yang ia lakukan dan memperbaiki keslahannya tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya. 13 Selanjutnya adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Gunungsari dalam memberikan sangsi kepada siswa yang melakukan pelnggaran adalah sebagai berikut: a. Memberi teguran dan nasihat kepada siswa yang bermasalah dengan menggunakan pendekatan keagamaan 13 Uhbiyati, Ilmu …, h. 135. 99 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 b. Memberi perhatian khusus kepada siswa yang bersangkutan secara wajar, memberinya tugas dan pertanggungjawaban agar siswa memiliki rasa percaya diri dan bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukannya c. Menghubungi orang tua/wali perihal kenakalan siswa, agar mereka mengetahui perbuatan anak-anaknya. d. Memberikan surat peringatan, peringatan ini mengandung ancaman bahwa anak tersebut tidak akan naik kelas atau lainnya. Surat tersebut harus ditandatangani oleh orang tua untuk kemudian dikembalikan lagi kepada guru. Maksudnya supaya orang tua tidak terkejut, jika anaknya kelak tidak naik kelas. Dengan demikian orang tua akan lebih memperhatikan lagi anaknya. 14 4. Meningkatkan hubungan dengan orang tua/wali Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak. Orang tua dapat membina dan membentuk akhlak dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua yang secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi anak. Orang tua turut berperan dalam pembentukan akhlak, terutama dengan uraian dan keterangan mengenai keyakinan dalam agama yang dianutnya. Orang tua dapat membantu remaja dengan mengemukakan peranan agama dalam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini dapat member arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. 15 Jadi, keluarga merupakan faktor terpenting dalam pembentukan akhlak anak, oleh karena itu orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, sebab seorang anak yang dalam masa pertumbuhan akan selalu mengikuti apa yang dikatakan maupun yang dilakukan oleh orang tuanya. 14 15 100 Zakiah, Ilmu …, h. 79. Syafaat, Peranan ..., h. 63. Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) Dalam meningkatkan hubungan kerjasama dengan orang tua, guru pendidikan agama Islam SMP Negeri 2 Gunungsari sewaktuwaktu mengadakan kunjungan rumah (home visit), agar mendapatkan informasi tentang bagaimana perilaku siswa saat berada di rumah. Selain itu guru PAI juga tidak lupa untuk memberikan saran atau masukan kepada orang tua siswa, supaya mereka tetap mengontrol akhlak atau perilaku siswa pada saat berada di rumah, agar anak didik tidak membiaskan perilaku yang tidak terpuji. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pearanan guru dalam membina akhlak siswa sangatlah penting, karena bagaiamanapun membina akhlak siswa tidak cukup dengan adanya akhlak yang dimilikinya saja, melainkan perlu adanya pembinaan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam, selain itu termotivasi tidaknya siswa juga ditentukan sejauh mana peranan guru dalam pembelajaran. Dengan demikian peranan Guru Penndidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Agama Islam iru dapat menjamin untuk memperbaiki akhlak siswa sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T. serta berakhlak mulia. Kendala yang dihadapi oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari Dalam segala usaha yang dilakukan tidak akan terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi, begitu pula dalam membina akhlak banyak hal yang menjadi kendala yang menyebabkan guru merasa sulit mengadakan pembinaan akhlak kepada siswa, seperti halnya faktor intern dari siswa itu sendiri yang kurang mempunyai kesadaran dalam belajar, tidak menghiraukan setiap nasehat guru, dan tidak jarang para siswa malas mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian seperti Imtaq, ceramah-ceramah agama dan lainnya. Unsur bawaan merupakan faktor intern yang memberi ciri khas 101 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 pada diri seseorang. Dalam kaitan ini kepribadian sering disebut sebagai identitas seseorang yang sedikit banyak menampilkan ciriciri pembeda dari individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu manusia memiliki perbedaan dalm kepribadian. Dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Berdasarkan data hasil penelitian, ditemukan bahwa kendala yang dihadapi dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari adalah: 1. Kurangnya motivasi dari orang tua Motivasi belajar anak tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua. Orang tua yang kurang memperhatikan anaknya, akan mengakibatkan rendahnya keinginan atau motivasi seorang anak untuk belajar. Akibatnya anak akan menjadi malas, sulit diatur bahkan akan cenderung melakukan pebuatan-perbuatan yang bersifat negatif. Adapun orang tua yang acuh atau tidak taat dalam melaksanakan ajaran agama, orang tua tersebut tidak akan dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada anaknya untuk mempelajari agama. Akbiatnya ia telah meluhurkan anaknya bersikap apatis terhadap agama bahkan mungkin ingkar terhadap ajaran agama. 16 2. Berkembangnya alat-alat tekhnologi canggih yang membuat siswa menjadi siswa yang kurang baik Dewasa ini peran dan tugas guru pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang sangat besar dan komplek, akibat pengaruh negatif dari Era Globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi kepribadian dan 16 102 Uhbiyati, Ilmu …, h. 213. Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) akhlak pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa. Derasnya arus informasi media massa (baik cetak maupun elektronik), seperti sekarang ini sangat berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan generasi muda. Dalam keadaan seperti ini bagi pelajar yang tidak memiliki ketahanan moral sangatlah mudah mengadopsi perilaku dan moralitas yang datang dari berbagai media masa tersebut. Dijaman sekarang media masa telah menjadi pola tersendiri dan menjadi panutan perilaku bagi sebagian kalangan. Padahal nilai-nilai yang ditawarkan media masa tidak seluruhnya baik malah seringkali kebablasan dan jauh dari nilai agama. Menurut Arif Rahman dalam Syahidin salah satu bentuk pergeseran nilai sebagai akbiat dari kemajuan Iptek yang tidak terkendali, yaitu agama tidak lagi dijadikan pegangan hidup yang bersifat rutin dan dogmatis. Nilai-nilai agama tidak akan diyakini dan terima kebenarannya tanpa adanya penjelasan yang bersifat ilmiah akademis dan multidimensional. 17 3. Kurang tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan Guna menunjang keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa maka harus ada kegiatankegiatan yang mendukungnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berjalan lancar apabila sarana dan prasarananya dapat terpenuhi, namun apabila sarana dan prasarana tersebut kurang memadai maka akan menjadi kendala bagi pelaksanaan kegiatan. Sarana dan prasarana merupakan penunjang kegiatan pembelajaran yang sangat penting untuk mencapai pembelajaran yang maksimal, untuk itu sekolah harus berusaha memenuhi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan, sehingga di dalam sebuah lembaga ada kordinator tersendiri dalam hal mengurusi sarana dan prasarana. 17 Syahidin, Menelusuri …, h. 6. 103 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai maka kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih menarik, seperti LCD proyektor, Overhead Proyektor (OHP), tape recorder dan lainlain. 18 4. Lingkungan tempat bergaul/masyarakat yang kurang baik, mengakibatkan siswa membiasakan perilaku yang kurang baik. Lingkungan ialah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Abdurrahman Saleh dalam Nur Uhbiyati mengatakan ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu: a. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama b. Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin c. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama. 19 Jadi, lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap pembentukan pribadi seorang anak. Akhlak anak akan menjadi baik apabila lingkungan tempat tinggalnya adalah lingkungan yang baik, tetapi sebaliknya akhlaknya akan menjadi buruk apabila lingkungan tempat tinggalnya kurang baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa adalah tidak terlepas dari dua faktor, yaitu faktor interen (faktor dari siswa itu sendiri) seperti orang tua yang mungkin kurang peduli terhadap pendidikan akhlak atau moral anak-anaknya, kurang mendapat didikan dari semenjak dini di dalam lingkungan keluarga, sehingga tidak mengherankan apabila di sekolah sering bermasalah, sulit di atur dan lain sebagainya. Dan 18 19 104 Tim Penyusun, Bahan …, h. 36. Uhbiyati, Ilmu …, h. 210. Peranan Guru Pendidikan... (Imam Cahyadi) yang ke dua adalah faktor eksteren, seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan masyrakat. misalnya di lingkungan masyarkat banyak hal yang anak pelajari secara tidak langsung, bagaimana pergaulannya dan lain lain. Sehingga anak- anak masih terbiasa terbawa bagaimana kelakuan di luar yang sangat sulit di rubah, karena dilingkungan masyarakat lah seorang anak banyak belajar sesuatu yang tidak pernah di dapatkan di rumah dan di sekolah. Catatan Akhir Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari, diwujudkan pada beberapa aktivitas sebagai berikut: a. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di kelas Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru selalu berusaha semaksimal mungkin utnuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak didiknya, agar anak didik selalu termotivasi dalam mengikuti setiap pembelajaran yang dilakukan. b. Pembinaan melalui Iman dan Takwa (IMTAK) Bentuk-bentuk kegiatan yang dikakukan, yaitu membaca surah Yasin, latihan pidato, dan shalat dhuha. Selain itu, ada juga aktivitas lainnya, seperti membaca Al-Qur’an sebelum belajar mengajar dimulai, shalat dhuhur berjamaah, dan peringatan hari besar islam., c. Memberikan bimbingan khusus Pembinaan ini lebih ditekankan pada upaya guru dalam mengantisipasi terjadinya kenakalan-kenakalan siswa, yaitu dengan cara menghindari siswa dari perbuatan negatif, memberikan teguran serta nasihat dan lain sebagainya. d. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan orang tua Dalam meningkatkan hubungan dengan orang tua, guru PAI melakukan kunjungan rumah, guna mendapatkan informasi 105 El-HIKMAH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 perihal anak didik saat berada di rumah, mengadakan diskusi, serta mencari jalan keluar atau solusi apabila terjadi masalah-masalah dengan siswa. 2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Gunungsari, yaitu (1) kurangnya motivasi dari orang tua, sehingga siswa menjadi malas dan sulit diatur, (2) Berkembangnya alat-alat tekhnologi canggih yang membuat siswa menjadi siswa yang kurang baik, (3) Kurang tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan, (4) Lingkungan tempat bergaul yang kurang baik, mengakibatkan siswa membiasakan perilaku yang kurang baik. 106