http://www.karyailmiah.polnes.ac.id ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 E. Retno Maninggarjati (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak E. RETNO MANINGGARJATI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya selisih yang terjadi pada Moulding Ryan, dimana selisih tersebut dihitung dengan menggunakan biaya standar, dan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya selisih biaya standar pada produk Moulding Ryan. Variabel-variabel dalam penelitian ini melibatkan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik, yang dijabarkan dalam Selisih Biaya Standard. Hasil Penelitian ini menujukan bahwa Selisih Biaya Bahan baku adalah selisih laba dimana Biaya Standard lebih besar dari Biaya Bahan Baku Sesungguhnya sebesar Rp. Rp 15.082.000,00. Pada periode April 2010, demikian pula dengan selisih Harga Bahan Baku Yang Dipakai terjadi selisih laba sebesar Rp 340.000,00. Karena harga beli bahan baku dan pemakaian bahan baku yang relative rendah. Juga Selisih Kuantitas Bahan Baku terjadi selisih laba sebesar Rp 14.742.000,00, yang disebabkan oleh banyaknya ketersediaan bahan dari pemasok dari pada penggunaan bahan baku untuk proses produksi. Selisih Biaya Tenaga Kerja mengalami selisih laba sebesar Rp 695.000., karena biaya tenaga kerja sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Pada analisis selisih tarif upah terjadi laba sebesar Rp 745.000,00. karena perhitungan tarif upah dalam operasi normal menurun kemungkinan adanya persetujuan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan karyawan, serta kemungkinan disebabkan oleh jam kerja karyawan yang menurun. Sedangkan Pada analisis efisiensi upah perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 50.000,00. Karena karena unit sesungguhnya yang dihasilkan oleh tenaga kerja lebih banyak dibanding unit standar, sehingga upah tenaga kerja tidak sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Demikian pula pada Selisih Biaya Overhead Pabrik perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 5.262.200,00., karena biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Dan Pada analisis selisih terkendali perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 1.804.200,00. Pada analisis selisih volume perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 3.458.000,00 karena biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar lebih besar daripada biaya overhead pabrik standar. Serta kemungkinan disebabkan oleh perusahaan yang lebih banyak menganggarkan biaya-biaya tersebut, sehingga volume biaya overhead pabrik meningkat. Kata Kunci: Selisih Baiaya Standard, Produk, Bahan Baku, BTK, BOP. PENDAHULUAN Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah profit oriented yaitu menghasilkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan tersebut diharapkan terus meningkat untuk setiap periode. JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181 Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meningkatkan kesejahteraan karyawan maupun untuk membayar kewajiban-kewajiban perusahaan. faktor Keuntungan perusahaan dipengaruhi oleh eksternal dan internal dimana faktor Riset / 2176 eksternal seperti minat konsumen, kondisi ekonomi serta perusahaan lain yang sulit dikendalikan oleh perusahaan. Dalam hal ini maka harapan perusahaan tertumpu pada kemampuan internal perusahaan dalam mengendalikan unsur-unsur yang dapat memberikan manfaat dalam usahanya, misalnya dengan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap beban atau biaya. Dalam pengeluaran biaya produksi harus dilakukan pengendalian untuk menghindari pemborosan, agar keuntungan dan kemajuan perusahaan tersebut dapat tercapai. Pengendalian biaya ini penting sekali untuk biaya produksi yang timbul dari awal pelaksanaan proses sampai selesainya proses produksi, tentunya dengan memperhatikan kualitas produk. Dengan biaya yang mengacu pada rencana atau anggaran biaya, maka akan menghasilkan laba yang maksimal, sebab laba yang maksimal adalah tujuan utama perusahaan. Dalam industri manufaktur, salah satu upaya yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan berusaha menciptakan suatu produksi yang efisien. Selain itu pihak manajemen harus bekerja seoptimal mungkin dalam pengeluaran biaya produksi yaitu melakukan perencanaan yang matang serta senantiasa melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap biaya. Disamping itu, perusahaan manufaktur juga diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan terjadi karena adanya kepuasan dari pelanggan sehingga menimbulkan loyalitas pelanggan atas perusahaan. Hal ini diwujudkan oleh perusahaan melalui kualitas produk yang baik dengan penetapan standar yang harus dipenuhi selama pelaksanaan proses produksi sampai produk dihasilkan. Jika pengendalian atas pelaksanaan standar ini dilakukan dengan baik, niscaya perusahaan akan menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan permintaan konsumen dengan harga yang bersaing. Jika perusahaan telah menjalankan hal-hal yang telah dijadikan standar seperti besarnya biaya produksi yang boleh terjadi, maka perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan keunggulan yang dimilikinya dalam price dan quality. Perusahaan dapat menekan biaya produksinya, sehingga menetapkan harga jual yang lebih rendah tanpa mengurangi kualitas produknya. Untuk melakukan proses produksi dalam suatu perusahaan, diperlukan adanya beberapa input faktor produksi untuk sistem produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Beberapa input yang diperlukan untuk sistem produksi dalam perusahaan antara lain adalah bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut, tenaga kerja langsung yang diperlukan, dan dana yang tersedia untuk modal kerja. Hal lain yang juga diperlukan antara lain bahan pembantu, Riset / 2177 perlengkapan pabrik dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan biaya produksi, maka perusahaan seharusnya melakukan perencanaan dan pengendalian. Moulding Ryan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri yang memproduksi pintu, jendela kayu, serta kusen. Unsur yang terpenting dan terbesar dari biaya Moulding Ryan adalah harga pokok produksi. Ketepatan perhitungan harga pokok produksi akan sangat mempengaruhi laba perusahaan dan penilaian persediaan, serta diperlukan untuk penetapan harga jual yang tepat pula. Produk-produk Moulding Ryan merupakan produk yang sangat bervariatif sesuai dengan pesanan konsumen yang produksinya ditujukan untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi persediaan di gudang, tetapi ada beberapa produk yang diproduksi secara kontinyu dalam waktu yang relatif lama bukan hanya untuk memenuhi pesanan melainkan untuk persediaan di gudang, sehingga dapat menggunakan sistem perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan biaya standar. Dengan menggunakan sistem biaya standar dalam penentuan harga pokok maka perusahaan tersebut dapat menentukan harga jual sebelum barang yang diproduksi selesai, sehingga perusahaan dapat menawarkan produk dengan harga yang sudah pasti. Permasalahan yang sering terjadi di dalam perusahaan Moulding Ryan yaitu tidak menggunakan perhitungan harga pokok dalam setiap produksi. Perusahaan juga tidak melakukan analisis untuk biaya-biaya yang telah digunakan seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Perusahaan tidak dapat mengetahui selisih biaya-biaya standar dan biaya sesungguhnya. Oleh karena itu, perusahaan sangat kesulitan mengetahui apakah memperoleh laba atau bahkan mengalami kerugian. Dengan menggunakan metode biaya standar perusahaan dapat melaksanakan pengendalian biaya produksi dan juga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kebijaksanaan, yang lebih dapat mendorong tercapainya peningkatan laba dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar selisih yang terjadi pada Moulding Ryan, dimana selisih tersebut dihitung dengan menggunakan biaya standar, dan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya selisih biaya standar pada produk Moulding Ryan. METODE PENELITIAN Variabel-variabel dioperasionalkan meliputi : JURNAL EKSIS penelitian yang Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181 http://www.karyailmiah.polnes.ac.id 1. Selisih adalah perbedaan nilai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dimana biaya-biaya tersebut digunakan dalam proses produksi. 2. Harga pokok adalah harga yang diperhitungkan dari setiap biaya-biaya produksi, seperti biaya bahan baku (kayu), biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (bahan penolong, gaji kepala tukang, penyusutan, dan biaya-biaya lainnya). 3. Harga pokok standar adalah harga pokok yang ditentukan dimuka dan digunakan sebagai jumlah biaya suatu kesatuan unit harga produk pintu yang telah diproduksi selama satu bulan. 4. Kapasitas normal adalah kemampuan pembatas dari unit produksi pintu untuk dapat berproduksi dalam waktu normal yaitu 250 jam kerja dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran per satuan waktu. 5. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang digunakan dalam pembuatan atau memproduksi moulding, terutama produk pintu. 6. Biaya bahan baku adalah biaya pemakaian bahan baku kayu yang digunakan untuk memproduksi pintu. 7. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dibutuhkan untuk pembiayaan tenaga kerja yang bekerja secara langsung mulai dari pemotongan kayu sampai penyelesaian akan produk pintu yang telah dikerjakannya selama satu hari atau satu bulan. 8. Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dimana biaya tersebut digunakan dalam pembiayaan bahan penolong, kepala tukang, penyusutan mesin, penyusutan pemeliharaan mesin, dan biaya listrik. 9. Selisih biaya bahan baku adalah selisih yang terjadi antara biaya bahan baku standar (kayu) yang telah ditentukan dimuka dengan biaya bahan baku yang sesungguhnya terjadi setelah produk pintu selesai diproses selama satu bulan. 10. Selisih biaya tenaga kerja adalah selisih antara biaya tenaga kerja langsung menurut tarif standar produk pintu dengan biaya tenaga kerja langsung yang sesungguhnya yang telah dikerjakan selama satu bulan. 11. Selisih biaya overhead pabrik adalah selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik standar seperti biaya gaji kepala tukang, biaya bahan penolong, biaya reparasi, dan biaya listrik dalam pemakaian produksi pintu dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan dalam biaya produksi selama satu bulan. Data utama dalam penelitian ini meliputi : Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja da Biaya Overhead Pabrik yang akan menghasilkan produk Pintu pada Moulding Ryan Samarinda. JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181 Analisis Data Untuk menganalisa data yang berkaitan dengan pengujian laporan ini, maka alat analisis yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode selisih biaya. (Mulyadi, 2005 : 410-413), yaitu: A. Selisih Biaya Standard Rumus : Selisih Biaya Stadard = Biaya Standard – Biaya Sesungguhnya 1. Selisih Biaya Bahan Baku Rumus : SBB = BBSt – BBS Dimana : SBB = Selisih biaya bahan baku BBS = Biaya bahan baku yang sesungguhnya BBSt = Biaya bahan baku sesuai standar / seharusnya Bila BBSt > BBS disebut selisih laba Bila BBSt < BBS disebut selisih rugi a. Selisih Harga Bahan Baku Rumus : SHBB = (HSt – HS) KSD Dimana : SHBB = Selisih harga bahan baku HSt = Harga standar bahan baku HS = Harga sesungguhnya bahan baku KSD = Kuantitas sesungguhnya yang dipakai b. Selisih Kuantitas Bahan Baku Rumus : SKBB = (KSt – KS) HSt Dimana : SKBB = Selisih kuantitas bahan baku KSt = Kuantitas standar /seharusnya dipakai KS = Kuantitas standar bahan baku HSt = Harga standar bahan baku Bila KSt > KS disebut selisih laba Bila KSt < KS disebut selisih rugi 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Rumus : SBTK = (BTKSt – BTKS) Dimana : SKBB KSt = = Selisih kuantitas bahan baku Kuantitas standar /seharusnya dipakai KS = Kuantitas standar bahan baku HSt = Harga standar bahan baku Bila KSt > KS disebut selisih laba Bila KSt < KS disebut selisih rugi Riset / 2178 1. Selisih Tarif Upah Rumus: STU = (TUSt – TUS) JKSt Dimana : STU = Selisih tarip upah TUSt = Tarip upah standar TUS = Tarip upah sesungguhnya JKS = Jam kerja sesungguhnya 2. Selisih Efisiensi Upah Rumus : SEU = (JKSt – JKS ) TUS Dimana: SEU = Selisih efisiensi upah JKSt = Jam kerja standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarip upah standar Bila JKSt > JKS disebut selisih laba Bila JKSt < JKS disebut selisih rugi a) Selisih harga bahan baku dipakai SHBB dipakai = (HSt – HS) KS = (Rp1.170.000–Rp1.150.000)17m³ = Rp 340.000,00 (L) b) Selisih kuantitas bahan baku SKBB dipakai = (KSt-KS) HSt = (29,6 m³ - 17 m³) Rp 1.170.000,00 = Rp 14.742.000,00 ( L ) B. Selisih Biaya Overhead Pabrik (Metode 2 Selisih) a. Selisih Terkendali : BOP yang sesungguhnya = BOP yang dibudgetkan pada kapasitas standar: Tetap = KN x TT = xx Variabel = KSt x TV = xx Selisih terkendali XX XX(-) XX Dimana: KN = Kapasitas Normal KSt = Kapasitas standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarip upah standar Bila BOP sesungguhnya > BOP yang dianggarkan disebut selisih rugi Bila BOP sesungguhnya < BOP yang dianggarkan disebut selisih laba b. Selisih Volume : BOP yang dianggarkan pada Kapasitas Standard = BOP yang dibebankan: KSt x Tarip BOP Standard = Selisih Volume = XX XX XX Dimana: Bila BOP dianggarkan > BOP yang bebankan disebut selisih rugi Bila BOP dianggarkan < BOP yang dibebankan disebut selisih laba HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Selisih 1. Selisih Biaya Bahan Baku Produk Ekuivalen bahan baku = (150-5) + 5(0%) + 3(100%) = 148 unit Riset / 2179 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Produk ekuivalen = (150-5) + 5(20%) + 3(100%) = 149 unit BTK Sesungguhnya: = Rp 50.000,00 x 150 = 7500000 : BTK Standard: = Rp 55.000 x 149 = Rp 8.195.000 Selisih biaya tenaga kerja=Rp 695.000 (L) a) Selisih tarip upah STU = (TUSt – TUS) KSt = (Rp 55.000 – Rp 50.000) x 149 = Rp 745.000,00 (L) b) Selisih efisiensi upah SEU = (KSt – KS) TUS = ( 149 – 150 ) Rp 50.000 = Rp 50.000,00 (R) 3. Selisih Biaya Overhead (Metode 2 Selisih) Pabrik Produk ekuivalen BOP = (150 - 5) + 5(20%) + 3(100%) = 149 unit BOP sesungguhnya = 149 x Rp 67.200,00 = Rp.15.275.000 BOP standar = 10012800 Selisih BOP = Rp 5.262.200,00 ® a) Selisih terkendali BOP sesungguhnya = Rp. 15275000 BOP yang dianggarkan pada kapasitas standar : Tetap = : 240 x Rp 38.000 = Rp. 9.120.000 Variabel = : 149 x Rp 29.200 = Rp. 4.350.800 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181 http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Selisih Terkendali = Rp1.804.200,00 ® b) Selisih Volume BOP yang dianggarkan pada kapasitas standar = Rp. 13.470.800 BOP standar 149 x Rp 67.200,00 = Rp.10.012.800 Selisih volume Rp 3.458.000,00 ® PEMBAHASAN 1. Selisih Biaya Bahan Baku Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui berapa besar laba ataupun rugi yang telah dialami oleh perusahaan Moulding Ryan. Dalam pemakaian bahan baku, perusahaan telah menggunakan kayu sebesar 1m³, dimana perusahaan dapat menghasilkan 5 unit pintu. Pemakaian bahan baku ini dapat menimbulkan adanya selisih antara biaya bahan baku standar dengan biaya bahan baku sesungguhnya. Adapun selisih yang terjadi pada biaya bahan baku adalah selisih laba, dimana biaya standar lebih besar daripada biaya bahan baku sesungguhnya yaitu sebesar Rp 15.082.000,00. a. Selisih Harga Bahan Baku Yang Dipakai Pada analisis selisih harga terlihat bahwa pada bulan April tahun 2010 terdapat selisih laba sebesar Rp 340.000,00. Hal ini terjadi karena harga beli ke pelanggan relatif lebih kecil dan bahan baku yang dipakai pun tidak melebihi kuantitas bahan baku yang dibeli, sehingga perusahaan mengalami keuntungan. b. Selisih Kuantitas Bahan Baku Pada analisis kuantitas terlihat bahwa pada bulan April tahun 2010 terdapat selisih laba sebesar Rp 14.742.000,00. Hal ini terjadi karena kuantitas bahan baku yang diperoleh dari pemasok lebih banyak daripada penggunaan bahan baku untuk proses produksi, sehingga perusahaan memperoleh kelebihan bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi pintu A di waktu yang lain. 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Pada analisis selisih biaya tenaga kerja perusahaan mengalami laba sebesar Rp 695.000,00. Hal ini disebabkan karena biaya tenaga kerja sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan . Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan beberapa uraian yang menunjukkan bahwa perusahaan mengalami keuntungan. a. Selisih Tarif Upah JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181 Pada analisis selisih tarif upah terlihat bahwa perusahaan mengalami laba sebesar Rp 745.000,00. Hal ini disebabkan karena perhitungan tarif upah dalam operasi normal menurun kemungkinan adanya persetujuan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan karyawan, serta kemungkinan disebabkan oleh jam kerja karyawan yang menurun. b. Selisih Efisiensi Upah Pada analisis efisiensi upah perusahaan mengalami rugi sebesar Rp 50.000,00. Hal ini disebabkan karena unit sesungguhnya yang dihasilkan oleh tenaga kerja lebih banyak dibanding unit standar, sehingga upah tenaga kerja tidak sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. 3. Selisih Biaya Overhead Pabrik Pada analisis selisih overhead pabrik perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 5.262.200,00. Hal ini disebabkan karena biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan beberapa uraian penyebab terjadinya selisih laba. a. Selisih terkendali Pada analisis selisih terkendali perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 1.804.200,00. Hal ini disebabkan karena biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih besar dibanding biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar. b. Selisih volume Pada analisis selisih volume perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 3.458.000,00. Hal ini disebabkan karena biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar lebih besar daripada biaya overhead pabrik standar. Serta kemungkinan disebabkan oleh perusahaan yang lebih banyak menganggarkan biaya-biaya tersebut, sehingga volume biaya overhead pabrik meningkat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan biaya standar dalam pengendalian biaya produksi pada Moulding Ryan Samarinda telah memadai, hal ini dapat dilihat dari : 1. Dalam penetapan standar harga bahan baku perusahaan telah memperhatikan hal-hal yang menyangkut penetapan standar harga bahan baku seperti pemilihan pemasok yang tepat yang akan mempengaruhi dalam pertimbangan Riset / 2180 2. 3. 4. 5. 6. 7. kualitas barang dan harga barang yang akan diterima perusahaan. Selisih biaya bahan baku pintu bulan April memperoleh selisih laba. Selisih biaya tenaga kerja langsung bulan April memperoleh selisih laba. Selisih biaya overhead pabrik bulan April memperoleh selisih rugi. Secara keseluruhan selisih biaya produksi pintu pada bulan April 2010 memperoleh laba karena penerapan biaya standar telah diperhitungkan. Biaya standar Moulding Ryan yang telah diperhitungkan dapat berfungsi dalam proses pengendalian biaya produksi, hal ini dapat dilihat dari : a) Standar yang ditetapkan oleh perusahaan telah dimanfaatkan dalam pengendalian biaya produksi karena penyusunannya dimaksudkan sebagai tolok ukur penilaian terhadap pelaksanaan operasi perusahaan dan kebijakan yang telah ditetapkan dalam anggaran dijadikan pedoman oleh pihak perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang seharusnya dikeluarkan. b) Setelah biaya standar ditetapkan, biaya standar itu kemudian dibandingkan dengan biaya sesungguhnya untuk mengetahui timbulnya selisih atau tidak. c) Standar yang ditetapkan dapat memberikan pedoman pada manajemen dalam memperbaiki kinerja, karena varians yang terjadi mengharuskan manajemen melakukan tindakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan yang terjadi selanjutnya. Biaya standar yang telah diperhitungkan pada Moulding Ryan sangat berperan dalam pengendalian biaya produksi, karena telah terbukti tercapainya tujuan pengendalian yaitu : a) Tercapainya efisiensi biaya produksi dilihat dari proses produksi dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan dimana penyimpangan yang terjadi pada hasil produksi sedikit. b) Tercapainya target produksi yang terlihat dari hasil produksi yang dihasilkan perusahaan setiap bulannya cukup besar. c) Tercapainya produk yang berkualitas dalam artian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat terlihat dari kualitas pintu yang dihasilkan cukup baik, yaitu sesuai dengan standar mutu perusahaan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan beberapa saran perbaikan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan perusahaan di masa mendatang. Adapun saran-saran tersebut yaitu : Riset / 2181 1. Sebaiknya biaya standar yang ada di perusahaan lebih diterapkan dan diperhatikan lebih detail agar pengendalian biaya dalam perusahaan dapat menjadi lebih baik. 2. Apabila perusahaan menerapkan biaya standar, dalam penentuan selisih biaya overhead pabrik sebaiknya perusahaan menentukannya tidak secara menyeluruh atau hanya membandingkan biaya overhead menurut standar dengan biaya overhead sesungguhnya saja karena hal ini menyulitkan manajemen dalam mencari penyebab penyimpangan yang terjadi dan tidak korektif. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan melakukan analisis selisih biaya overhead pabrik dengan memilih satu dari tiga metode perhitungan selisih yang ada agar hasil dari selisih lebih luas dan pengendalian perusahaan lebih baik serta mengadakan tindakan korektif atas penyimpangan dapat lebih terarah. 3. Sebaiknya juga perusahaan menetapkan batas toleransi yang dianggap wajar pada penyimpangan yang terjadi. Hal ini akan mempermudah manajemen dalam melakukan analisis dan tindakan korektif. 4. Diharapkan adanya pengembangan suatu sistem koordinasi yang baik antara departemen produksi (pabrik) agar pemanfaatan penggunaan mesin yang ada untuk pelaksanaan produksi dapat optimal. 5. Diharapkan perusahaan dapat memperhatikan biaya tenaga kerja sesuai dengan jam kerja, sehingga tarif upah dapat sebanding dengan pekerjaan yang telah dilakukan tenaga kerja. DAFTAR PUSTAKA Dunia, Ahmad Firdaus dan Wasilah Abdullah , 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2, Penerbit Salemba Empat Ifotek. Jakarta. Halim, Abdul. 1999. Dasar-Dasar Akuntansi Biaya, Edisi 4. Penerbit BPFE UGM, Yogkarta. Mardiasmo. 2001. Akuntansi Keuangan Dasar, Edisi 3, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat & Rekayasa, Edisi 3, Penerbi Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Simamora, Hendry. 1999, Akuntansi Manajemen, Edisi 1, Penerbi Salemba Empat, Jakarta. Soemarso, 2001. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 4, Jilid 1 Penerbit PT Renika Cipta, Jakarta. Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, Edisi Revisi, Penerbit AMUS dan Mahenoko Total Desain, Yogyakarta. JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181