analisis selisih biaya standar produk pintu pada moulding ryan

advertisement
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING
RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010
E. Retno Maninggarjati
(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)
Abstrak
E. RETNO MANINGGARJATI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya selisih
yang terjadi pada Moulding Ryan, dimana selisih tersebut dihitung dengan menggunakan biaya
standar, dan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya selisih biaya standar pada produk
Moulding Ryan.
Variabel-variabel dalam penelitian ini melibatkan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja
Langsung dan Biaya Overhead Pabrik, yang dijabarkan dalam Selisih Biaya Standard.
Hasil Penelitian ini menujukan bahwa Selisih Biaya Bahan baku adalah selisih laba dimana
Biaya Standard lebih besar dari Biaya Bahan Baku Sesungguhnya sebesar Rp. Rp 15.082.000,00.
Pada periode April 2010, demikian pula dengan selisih Harga Bahan Baku Yang Dipakai terjadi
selisih laba sebesar Rp 340.000,00. Karena harga beli bahan baku dan pemakaian bahan baku
yang relative rendah. Juga Selisih Kuantitas Bahan Baku terjadi selisih laba sebesar Rp
14.742.000,00, yang disebabkan oleh banyaknya ketersediaan bahan dari pemasok dari pada
penggunaan bahan baku untuk proses produksi. Selisih Biaya Tenaga Kerja mengalami selisih laba
sebesar Rp 695.000., karena biaya tenaga kerja sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan
yang dianggarkan oleh perusahaan. Pada analisis selisih tarif upah terjadi laba sebesar Rp
745.000,00. karena perhitungan tarif upah dalam operasi normal menurun kemungkinan adanya
persetujuan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan karyawan, serta kemungkinan
disebabkan oleh jam kerja karyawan yang menurun. Sedangkan Pada analisis efisiensi upah
perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 50.000,00. Karena karena unit sesungguhnya yang
dihasilkan oleh tenaga kerja lebih banyak dibanding unit standar, sehingga upah tenaga kerja tidak
sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Demikian pula pada Selisih Biaya Overhead Pabrik
perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 5.262.200,00., karena biaya overhead pabrik
sesungguhnya terjadi lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Dan
Pada analisis selisih terkendali perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 1.804.200,00. Pada
analisis selisih volume perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 3.458.000,00 karena biaya
overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar lebih besar daripada biaya overhead
pabrik standar. Serta kemungkinan disebabkan oleh perusahaan yang lebih banyak menganggarkan
biaya-biaya tersebut, sehingga volume biaya overhead pabrik meningkat.
Kata Kunci: Selisih Baiaya Standard, Produk, Bahan Baku, BTK, BOP.
PENDAHULUAN
Pada umumnya tujuan utama perusahaan
adalah profit oriented yaitu menghasilkan
keuntungan yang maksimal. Keuntungan tersebut
diharapkan terus meningkat untuk setiap periode.
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, meningkatkan
kesejahteraan karyawan maupun untuk membayar
kewajiban-kewajiban perusahaan.
faktor
Keuntungan perusahaan dipengaruhi oleh
eksternal dan internal dimana faktor
Riset / 2176
eksternal seperti minat konsumen, kondisi ekonomi
serta perusahaan lain yang sulit dikendalikan oleh
perusahaan. Dalam hal ini maka harapan
perusahaan tertumpu pada kemampuan internal
perusahaan dalam mengendalikan unsur-unsur
yang dapat memberikan manfaat dalam usahanya,
misalnya dengan melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap beban atau biaya. Dalam
pengeluaran biaya produksi harus dilakukan
pengendalian untuk menghindari pemborosan, agar
keuntungan dan kemajuan perusahaan tersebut
dapat tercapai.
Pengendalian biaya ini penting sekali untuk
biaya produksi yang timbul dari awal pelaksanaan
proses sampai selesainya proses produksi,
tentunya dengan memperhatikan kualitas produk.
Dengan biaya yang mengacu pada rencana atau
anggaran biaya, maka akan menghasilkan laba
yang maksimal, sebab laba yang maksimal adalah
tujuan utama perusahaan. Dalam industri
manufaktur, salah satu upaya yang harus dilakukan
perusahaan adalah dengan berusaha menciptakan
suatu produksi yang efisien. Selain itu pihak
manajemen harus bekerja seoptimal mungkin
dalam pengeluaran biaya produksi yaitu melakukan
perencanaan yang matang serta senantiasa
melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap
biaya. Disamping itu, perusahaan manufaktur juga
diharapkan mampu meningkatkan penjualan.
Peningkatan penjualan terjadi karena
adanya kepuasan dari pelanggan sehingga
menimbulkan loyalitas pelanggan atas perusahaan.
Hal ini diwujudkan oleh perusahaan melalui kualitas
produk yang baik dengan penetapan standar yang
harus dipenuhi selama pelaksanaan proses
produksi
sampai
produk
dihasilkan.
Jika
pengendalian atas pelaksanaan standar ini
dilakukan dengan baik, niscaya perusahaan akan
menghasilkan produk yang berkualitas sesuai
dengan permintaan konsumen dengan harga yang
bersaing.
Jika perusahaan telah menjalankan hal-hal
yang telah dijadikan standar seperti besarnya biaya
produksi yang boleh terjadi, maka perusahaan
dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan
keunggulan yang dimilikinya dalam price dan
quality. Perusahaan dapat menekan biaya
produksinya, sehingga menetapkan harga jual yang
lebih rendah tanpa mengurangi kualitas produknya.
Untuk melakukan proses produksi dalam suatu
perusahaan, diperlukan adanya beberapa input
faktor produksi untuk sistem produksi dalam
perusahaan yang bersangkutan. Beberapa input
yang diperlukan untuk sistem produksi dalam
perusahaan antara lain adalah bahan baku yang
dipergunakan dalam perusahaan tersebut, tenaga
kerja langsung yang diperlukan, dan dana yang
tersedia untuk modal kerja. Hal lain yang juga
diperlukan
antara
lain
bahan
pembantu,
Riset / 2177
perlengkapan pabrik dan sebagainya. Dalam
hubungannya dengan biaya produksi, maka
perusahaan seharusnya melakukan perencanaan
dan pengendalian.
Moulding Ryan adalah sebuah perusahaan
yang
bergerak
di
bidang
industri
yang
memproduksi pintu, jendela kayu, serta kusen.
Unsur yang terpenting dan terbesar dari biaya
Moulding Ryan adalah harga pokok produksi.
Ketepatan perhitungan harga pokok produksi akan
sangat mempengaruhi laba perusahaan dan
penilaian persediaan, serta diperlukan untuk
penetapan harga jual yang tepat pula.
Produk-produk Moulding Ryan merupakan
produk yang sangat bervariatif sesuai dengan
pesanan konsumen yang produksinya ditujukan
untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi
persediaan di gudang, tetapi ada beberapa produk
yang diproduksi secara kontinyu dalam waktu yang
relatif lama bukan hanya untuk memenuhi pesanan
melainkan untuk persediaan di gudang, sehingga
dapat menggunakan sistem perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan biaya
standar. Dengan menggunakan sistem biaya
standar dalam penentuan harga pokok maka
perusahaan tersebut dapat menentukan harga jual
sebelum barang yang diproduksi selesai, sehingga
perusahaan dapat menawarkan produk dengan
harga yang sudah pasti.
Permasalahan yang sering terjadi di dalam
perusahaan
Moulding
Ryan
yaitu
tidak
menggunakan perhitungan harga pokok dalam
setiap produksi. Perusahaan juga tidak melakukan
analisis untuk biaya-biaya yang telah digunakan
seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik. Perusahaan tidak dapat
mengetahui selisih biaya-biaya standar dan biaya
sesungguhnya. Oleh karena itu, perusahaan
sangat kesulitan mengetahui apakah memperoleh
laba atau bahkan mengalami kerugian. Dengan
menggunakan metode biaya standar perusahaan
dapat melaksanakan pengendalian biaya produksi
dan juga dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan kebijaksanaan, yang lebih dapat
mendorong tercapainya peningkatan laba dan
mempertahankan eksistensi perusahaan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar selisih yang
terjadi pada Moulding Ryan, dimana selisih
tersebut dihitung dengan menggunakan biaya
standar, dan untuk mengetahui apa saja penyebab
terjadinya selisih biaya standar pada produk
Moulding Ryan.
METODE PENELITIAN
Variabel-variabel
dioperasionalkan meliputi :
JURNAL EKSIS
penelitian
yang
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
1. Selisih adalah perbedaan nilai biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik dimana biaya-biaya tersebut digunakan
dalam proses produksi.
2. Harga pokok adalah harga yang diperhitungkan
dari setiap biaya-biaya produksi, seperti biaya
bahan baku (kayu), biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik (bahan
penolong, gaji kepala tukang, penyusutan, dan
biaya-biaya lainnya).
3. Harga pokok standar adalah harga pokok yang
ditentukan dimuka dan digunakan sebagai
jumlah biaya suatu kesatuan unit harga produk
pintu yang telah diproduksi selama satu bulan.
4. Kapasitas
normal
adalah
kemampuan
pembatas dari unit produksi pintu untuk dapat
berproduksi dalam waktu normal yaitu 250 jam
kerja dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
keluaran per satuan waktu.
5. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang
digunakan
dalam
pembuatan
atau
memproduksi moulding, terutama produk pintu.
6. Biaya bahan baku adalah biaya pemakaian
bahan baku kayu yang digunakan untuk
memproduksi pintu.
7. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang
dibutuhkan untuk pembiayaan tenaga kerja
yang bekerja secara langsung mulai dari
pemotongan kayu sampai penyelesaian akan
produk pintu yang telah dikerjakannya selama
satu hari atau satu bulan.
8. Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, dimana biaya tersebut
digunakan dalam pembiayaan bahan penolong,
kepala tukang, penyusutan mesin, penyusutan
pemeliharaan mesin, dan biaya listrik.
9. Selisih biaya bahan baku adalah selisih yang
terjadi antara biaya bahan baku standar (kayu)
yang telah ditentukan dimuka dengan biaya
bahan baku yang sesungguhnya terjadi setelah
produk pintu selesai diproses selama satu
bulan.
10. Selisih biaya tenaga kerja adalah selisih antara
biaya tenaga kerja langsung menurut tarif
standar produk pintu dengan biaya tenaga
kerja langsung yang sesungguhnya yang telah
dikerjakan selama satu bulan.
11. Selisih biaya overhead pabrik adalah selisih
yang terjadi antara biaya overhead pabrik
standar seperti biaya gaji kepala tukang, biaya
bahan penolong, biaya reparasi, dan biaya
listrik dalam pemakaian produksi pintu dengan
biaya overhead pabrik yang dibebankan dalam
biaya produksi selama satu bulan.
Data utama dalam penelitian ini meliputi :
Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja da Biaya
Overhead Pabrik yang akan menghasilkan produk
Pintu pada Moulding Ryan Samarinda.
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Analisis Data
Untuk menganalisa data yang berkaitan
dengan pengujian laporan ini, maka alat analisis
yang dimaksud adalah dengan menggunakan
metode selisih biaya. (Mulyadi, 2005 : 410-413),
yaitu:
A. Selisih Biaya Standard
Rumus :
Selisih Biaya Stadard = Biaya Standard – Biaya
Sesungguhnya
1. Selisih Biaya Bahan Baku
Rumus : SBB = BBSt – BBS
Dimana :
SBB = Selisih biaya bahan baku
BBS = Biaya
bahan
baku
yang
sesungguhnya
BBSt = Biaya bahan baku sesuai standar /
seharusnya
Bila BBSt > BBS disebut selisih laba
Bila BBSt < BBS disebut selisih rugi
a. Selisih Harga Bahan Baku
Rumus : SHBB = (HSt – HS) KSD
Dimana :
SHBB = Selisih harga bahan baku
HSt
= Harga standar bahan baku
HS
= Harga sesungguhnya bahan
baku
KSD
= Kuantitas sesungguhnya yang
dipakai
b. Selisih Kuantitas Bahan Baku
Rumus : SKBB = (KSt – KS) HSt
Dimana :
SKBB = Selisih kuantitas bahan baku
KSt
= Kuantitas standar /seharusnya
dipakai
KS
= Kuantitas standar bahan baku
HSt
= Harga standar bahan baku
Bila KSt > KS disebut selisih laba
Bila KSt < KS disebut selisih rugi
2. Selisih Biaya Tenaga Kerja
Rumus : SBTK = (BTKSt – BTKS)
Dimana :
SKBB
KSt
=
=
Selisih kuantitas bahan baku
Kuantitas standar /seharusnya
dipakai
KS
= Kuantitas standar bahan baku
HSt
= Harga standar bahan baku
Bila KSt > KS disebut selisih laba
Bila KSt < KS disebut selisih rugi
Riset / 2178
1. Selisih Tarif Upah
Rumus: STU = (TUSt – TUS) JKSt
Dimana :
STU
= Selisih tarip upah
TUSt = Tarip upah standar
TUS
= Tarip upah sesungguhnya
JKS
= Jam kerja sesungguhnya
2. Selisih Efisiensi Upah
Rumus : SEU = (JKSt – JKS ) TUS
Dimana:
SEU
= Selisih efisiensi upah
JKSt
= Jam kerja standar
JKS
= Jam kerja sesungguhnya
TUSt = Tarip upah standar
Bila JKSt > JKS disebut selisih laba
Bila JKSt < JKS disebut selisih rugi
a) Selisih harga bahan baku dipakai
SHBB dipakai = (HSt – HS) KS
= (Rp1.170.000–Rp1.150.000)17m³
= Rp 340.000,00 (L)
b) Selisih kuantitas bahan baku
SKBB dipakai = (KSt-KS) HSt
= (29,6 m³ - 17 m³) Rp 1.170.000,00
= Rp 14.742.000,00 ( L )
B. Selisih Biaya Overhead Pabrik (Metode 2
Selisih)
a. Selisih Terkendali :
BOP yang sesungguhnya
=
BOP yang dibudgetkan
pada kapasitas standar:
Tetap
= KN x TT = xx
Variabel
= KSt x TV = xx
Selisih terkendali
XX
XX(-)
XX
Dimana:
KN
= Kapasitas Normal
KSt
= Kapasitas standar
JKS
= Jam kerja sesungguhnya
TUSt = Tarip upah standar
Bila BOP sesungguhnya > BOP yang
dianggarkan disebut selisih rugi
Bila BOP sesungguhnya < BOP yang
dianggarkan disebut selisih laba
b. Selisih Volume :
BOP yang dianggarkan pada
Kapasitas Standard
=
BOP yang dibebankan:
KSt x Tarip BOP Standard
=
Selisih Volume
=
XX
XX
XX
Dimana:
Bila BOP dianggarkan > BOP yang
bebankan disebut selisih rugi
Bila BOP dianggarkan < BOP yang
dibebankan disebut selisih laba
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Selisih
1. Selisih Biaya Bahan Baku
Produk Ekuivalen bahan baku =
(150-5) + 5(0%) + 3(100%) = 148 unit
Riset / 2179
2. Selisih Biaya Tenaga Kerja
Produk ekuivalen =
(150-5) + 5(20%) + 3(100%) = 149 unit
BTK Sesungguhnya:
= Rp 50.000,00 x 150 = 7500000
:
BTK Standard:
= Rp 55.000 x 149 = Rp 8.195.000
Selisih biaya tenaga kerja=Rp 695.000 (L)
a) Selisih tarip upah
STU = (TUSt – TUS) KSt
= (Rp 55.000 – Rp 50.000) x 149
= Rp 745.000,00 (L)
b) Selisih efisiensi upah
SEU = (KSt – KS) TUS
= ( 149 – 150 ) Rp 50.000
= Rp 50.000,00 (R)
3. Selisih Biaya Overhead
(Metode 2 Selisih)
Pabrik
Produk ekuivalen BOP =
(150 - 5) + 5(20%) + 3(100%) = 149 unit
BOP sesungguhnya =
149 x Rp 67.200,00 = Rp.15.275.000
BOP standar
= 10012800
Selisih BOP
= Rp 5.262.200,00 ®
a) Selisih terkendali
BOP sesungguhnya = Rp. 15275000
BOP yang dianggarkan pada kapasitas
standar :
Tetap = : 240 x Rp 38.000 = Rp. 9.120.000
Variabel = : 149 x Rp 29.200 = Rp. 4.350.800
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Selisih Terkendali = Rp1.804.200,00 ®
b) Selisih Volume
BOP yang dianggarkan
pada kapasitas standar = Rp. 13.470.800
BOP standar 149 x Rp 67.200,00 =
Rp.10.012.800
Selisih volume Rp 3.458.000,00 ®
PEMBAHASAN
1. Selisih Biaya Bahan Baku
Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat diketahui berapa besar laba ataupun rugi
yang telah dialami oleh perusahaan Moulding
Ryan. Dalam pemakaian bahan baku,
perusahaan telah menggunakan kayu sebesar
1m³, dimana perusahaan dapat menghasilkan
5 unit pintu. Pemakaian bahan baku ini dapat
menimbulkan adanya selisih antara biaya
bahan baku standar dengan biaya bahan baku
sesungguhnya. Adapun selisih yang terjadi
pada biaya bahan baku adalah selisih laba,
dimana biaya standar lebih besar daripada
biaya bahan baku sesungguhnya yaitu sebesar
Rp 15.082.000,00.
a. Selisih Harga Bahan Baku Yang Dipakai
Pada analisis selisih harga terlihat bahwa pada
bulan April tahun 2010 terdapat selisih laba
sebesar Rp 340.000,00. Hal ini terjadi karena
harga beli ke pelanggan relatif lebih kecil dan
bahan baku yang dipakai pun tidak melebihi
kuantitas bahan baku yang dibeli, sehingga
perusahaan mengalami keuntungan.
b. Selisih Kuantitas Bahan Baku
Pada analisis kuantitas terlihat bahwa pada
bulan April tahun 2010 terdapat selisih laba
sebesar Rp 14.742.000,00. Hal ini terjadi
karena kuantitas bahan baku yang diperoleh
dari
pemasok
lebih
banyak
daripada
penggunaan bahan baku untuk proses
produksi, sehingga perusahaan memperoleh
kelebihan bahan baku yang dapat digunakan
untuk memproduksi pintu A di waktu yang lain.
2. Selisih Biaya Tenaga Kerja
Pada analisis selisih biaya tenaga kerja
perusahaan mengalami laba sebesar Rp
695.000,00. Hal ini disebabkan karena biaya
tenaga kerja sesungguhnya lebih kecil
dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh
perusahaan . Untuk lebih jelasnya berikut
penulis sajikan beberapa uraian yang
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami
keuntungan.
a. Selisih Tarif Upah
JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Pada analisis selisih tarif upah terlihat bahwa
perusahaan mengalami laba sebesar Rp
745.000,00. Hal ini disebabkan karena
perhitungan tarif upah dalam operasi normal
menurun kemungkinan adanya persetujuan
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan
karyawan, serta kemungkinan disebabkan oleh
jam kerja karyawan yang menurun.
b. Selisih Efisiensi Upah
Pada analisis efisiensi upah perusahaan
mengalami rugi sebesar Rp 50.000,00. Hal ini
disebabkan karena unit sesungguhnya yang
dihasilkan oleh tenaga kerja lebih banyak
dibanding unit standar, sehingga upah tenaga
kerja tidak sesuai dengan jumlah produk yang
dihasilkan.
3. Selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada analisis selisih overhead pabrik
perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp
5.262.200,00. Hal ini disebabkan karena biaya
overhead pabrik sesungguhnya terjadi lebih
besar dibandingkan dengan yang dianggarkan
oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut
penulis sajikan beberapa uraian penyebab
terjadinya selisih laba.
a. Selisih terkendali
Pada analisis selisih terkendali perusahaan
mengalami
selisih
rugi
sebesar
Rp
1.804.200,00. Hal ini disebabkan karena biaya
overhead pabrik sesungguhnya lebih besar
dibanding biaya overhead pabrik yang
dianggarkan pada kapasitas standar.
b. Selisih volume
Pada analisis selisih volume perusahaan
mengalami
selisih
rugi
sebesar
Rp
3.458.000,00. Hal ini disebabkan karena biaya
overhead pabrik yang dianggarkan pada
kapasitas standar lebih besar daripada biaya
overhead pabrik standar. Serta kemungkinan
disebabkan oleh perusahaan yang lebih
banyak menganggarkan biaya-biaya tersebut,
sehingga volume biaya overhead pabrik
meningkat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah dikemukakan maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
penerapan biaya standar dalam pengendalian
biaya produksi pada Moulding Ryan Samarinda
telah memadai, hal ini dapat dilihat dari :
1. Dalam penetapan standar harga bahan baku
perusahaan telah memperhatikan hal-hal yang
menyangkut penetapan standar harga bahan
baku seperti pemilihan pemasok yang tepat
yang akan mempengaruhi dalam pertimbangan
Riset / 2180
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kualitas barang dan harga barang yang akan
diterima perusahaan.
Selisih biaya bahan baku pintu bulan April
memperoleh selisih laba.
Selisih biaya tenaga kerja langsung bulan April
memperoleh selisih laba.
Selisih biaya overhead pabrik bulan April
memperoleh selisih rugi.
Secara keseluruhan selisih biaya produksi pintu
pada bulan April 2010 memperoleh laba karena
penerapan biaya standar telah diperhitungkan.
Biaya standar Moulding Ryan yang telah
diperhitungkan dapat berfungsi dalam proses
pengendalian biaya produksi, hal ini dapat
dilihat dari :
a) Standar yang ditetapkan oleh perusahaan
telah dimanfaatkan dalam pengendalian
biaya produksi karena penyusunannya
dimaksudkan sebagai tolok ukur penilaian
terhadap pelaksanaan operasi perusahaan
dan kebijakan yang telah ditetapkan dalam
anggaran dijadikan pedoman oleh pihak
perusahaan untuk mengetahui besarnya
biaya yang seharusnya dikeluarkan.
b) Setelah biaya standar ditetapkan, biaya
standar itu kemudian dibandingkan dengan
biaya sesungguhnya untuk mengetahui
timbulnya selisih atau tidak.
c) Standar
yang
ditetapkan
dapat
memberikan pedoman pada manajemen
dalam memperbaiki kinerja, karena varians
yang terjadi mengharuskan manajemen
melakukan tindakan perbaikan untuk
menghindari penyimpangan yang terjadi
selanjutnya.
Biaya standar yang telah diperhitungkan pada
Moulding Ryan sangat berperan dalam
pengendalian biaya produksi, karena telah
terbukti tercapainya tujuan pengendalian yaitu :
a) Tercapainya efisiensi biaya produksi dilihat
dari proses produksi dapat berjalan dengan
baik
dan
sesuai
tujuan
dimana
penyimpangan yang terjadi pada hasil
produksi sedikit.
b) Tercapainya target produksi yang terlihat
dari hasil produksi yang dihasilkan
perusahaan setiap bulannya cukup besar.
c) Tercapainya produk yang berkualitas
dalam
artian
dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat
terlihat dari kualitas pintu yang dihasilkan
cukup baik, yaitu sesuai dengan standar
mutu perusahaan.
Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
diperoleh, penulis mengajukan beberapa saran
perbaikan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan perusahaan di masa mendatang.
Adapun saran-saran tersebut yaitu :
Riset / 2181
1. Sebaiknya biaya standar yang ada di
perusahaan lebih diterapkan dan diperhatikan
lebih detail agar pengendalian biaya dalam
perusahaan dapat menjadi lebih baik.
2. Apabila
perusahaan
menerapkan
biaya
standar, dalam penentuan selisih biaya
overhead pabrik sebaiknya perusahaan
menentukannya tidak secara menyeluruh atau
hanya membandingkan biaya overhead
menurut standar dengan biaya overhead
sesungguhnya saja karena hal ini menyulitkan
manajemen
dalam
mencari
penyebab
penyimpangan yang terjadi dan tidak korektif.
Oleh karena itu sebaiknya perusahaan
melakukan analisis selisih biaya overhead
pabrik dengan memilih satu dari tiga metode
perhitungan selisih yang ada agar hasil dari
selisih lebih luas dan pengendalian perusahaan
lebih baik serta mengadakan tindakan korektif
atas penyimpangan dapat lebih terarah.
3. Sebaiknya juga perusahaan menetapkan batas
toleransi
yang
dianggap
wajar
pada
penyimpangan yang terjadi. Hal ini akan
mempermudah manajemen dalam melakukan
analisis dan tindakan korektif.
4. Diharapkan adanya pengembangan suatu
sistem koordinasi yang baik antara departemen
produksi
(pabrik)
agar
pemanfaatan
penggunaan
mesin
yang
ada
untuk
pelaksanaan produksi dapat optimal.
5. Diharapkan perusahaan dapat memperhatikan
biaya tenaga kerja sesuai dengan jam kerja,
sehingga tarif upah dapat sebanding dengan
pekerjaan yang telah dilakukan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Dunia, Ahmad Firdaus dan Wasilah Abdullah ,
2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2, Penerbit
Salemba Empat Ifotek. Jakarta.
Halim, Abdul. 1999. Dasar-Dasar Akuntansi Biaya,
Edisi 4. Penerbit BPFE UGM, Yogkarta.
Mardiasmo. 2001. Akuntansi Keuangan Dasar,
Edisi 3, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep,
Manfaat & Rekayasa, Edisi 3, Penerbi
Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Penerbit
BPFE UGM, Yogyakarta.
Simamora, Hendry. 1999, Akuntansi Manajemen,
Edisi 1, Penerbi Salemba Empat, Jakarta.
Soemarso, 2001. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi
4, Jilid 1 Penerbit PT Renika Cipta,
Jakarta.
Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, Edisi Revisi,
Penerbit AMUS dan Mahenoko Total
Desain, Yogyakarta.
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181
Download