Ringkasan Eksekutif Hasil-hasil Penelitian Tahun 2011 PENGGUNAAN PUPUK DAN TANAMAN TERHADAP PERKEMBANGAN MIKROORGANISME PENDEGRADASI HIDROKARBON PADA LAHAN TERCEMAR Dr. nat. techn. Syafruddin, S.P., M.P.1) Dr. Ir. Efendi, M. Agric. Sc1), dan Ir. Thamrin, M.P.2) Penggunaan pupuk dalam bentuk pupuk organik, nitrogen fosfor telah menunjukkan hasil yang memuaskan dalam proses biodegradasi dan dapat menyelamatkan lingkungan. Pengaplikasian tanaman dan pupuk dapat meningkatkan degradasi hidrokarbon dalam tanah tercemar terutama pada pemberian pupuk yang optimal (Simonich and Hites, 1995; Walworth et al, 1997; Siciliano dan Germida, 1998; Susarla et al, 2002; Siciliano et al., 2003). Meskipun pada beberapa kondisi penggunaan pupuk dan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon dapat bersaing dalam memperoleh hara (Siciliano dan Germida, 1998). Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah dan menguji efek dari penggunaan pupuk dan tanaman untuk mendegradasi lahan tercemar. Disamping itu juga akan dikaji efek intercropping dan eksudat akar terhadap degradasi hidrokarbon. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala mulai bulan Maret sampai dengan Nopember 2011. Pada Percobaan I dua jenis tanah Entisol dan Inceptisol dicampur dengan crude oil (oli). Inkubasi dilakukan dengan memberikan pupuk organik, N dan P dan yang tidak dan diinkubasi dalam oven pada suhu 30 0C dan 30% WHC. Masingmasing botol inkubasi diisi 100 g tanah. Parameter yang diukur adalah tingkat degradasi hidrokarbon dan total mikroorganisme dalam tanah setelah 6 minggu inkubasi. Sedangkan pada Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) Percobaan II dilakukan investigasi pengaruh beberapa tanaman dan pemberian pupuk pada tanah yang diberi isolate bakteri untuk degradasi hidrokarbon dalam tanah. Enas jenis tanaman yang diuji dalam Percobaan II adalah orok-orok, bunga matahari meksiko, pacar air, bunga matahari, kacang tanah dan kedelai. Parameter yang diamati total mikroorganisme dan hidrokarbon dalam tanah, biomassa tanaman (berat berangkasan akar dan tanaman) dan kandungan N dan P dalam tanah. Tanah percobaan adalah tanah Entisol yang diperoleh dari Kebun Percobaan FP Unsyiah dan tanah Inceptisol yang diperoleh dari Peukan Bada, Aceh Besar. Tanah percobaan diayak 2 mm dicampur dengan oli untuk tanah Entisol 16.4 g/kg dan Inceptisol 13.3 g/kg. Dosis kandungan N yang digunakan adalah N1 = 50 mg kg-1 (rendah N), N2 = 100 mg kg-1 (sedang N), N3 = 1000 mg kg-1 (tinggi N), P1 = 25 mg kg-1 (rendah P), P2 = 50 mg kg-1 (sedang P), P3 = 500 mg kg-1 (tinggi P), 10000 mg kg-1 (pupuk organik rendah), 50000 mg kg-1 (pupuk organik sedang, 100000 mg kg-1 (pupuk organik tinggi). Masingmasing perlakuan diulang sebanyak 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan degradasi degradasi hidrokarbon dalam tanah tercemar sangat ditentukan oleh ketersediaan mikroorganisme. Tanah tercemar yang diberikan isolate bakteri dan ditanami tanaman lebih sesuai untuk mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon. Pemupukan dengan dosis 185 Ringkasan Eksekutif Hasil-hasil Penelitian Tahun 2011 N dan P sedang meningkatkan degradasi hidrokarbon baik pada percobaan di laboratorium dan lapangan (rumah kaca). Kami juga mendapatkan hasil bahwa tanaman kacang tanah yang ditumbuhkan pada tanah Inceptisol dengan Isolat bakteri menunjukkan hasil yang efektif dalam meningkatkan degradasi hidrokarbon pada tanah tercemar. Itu artinya perkembangan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon relative tinggi pada tanah Inceptisol dengan isolat bakteri yang ditanami kacang tanah. Penggunaan pupuk dan tanaman dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme pada lahan tercemar. Hasil yang didapatkan selaras dengan percobaan Gladstones et al, 1988 menyatakan berbagai macam tanaman dapat digunakan untuk fitoremediasi tanah tercemar. Famili Fabaceae (legum) merupakan salah satu famili tanaman yang dapat digunakan dalam fitoremediasi tanah terkontaminasi bahan pencemar dari senyawa organik dan an organik. Contohnya adalah kacang tanah, kedelai, alfafa dan lupin. Tanaman legum dan lainnya dapat digunakan untuk degradasi hidrokarbon harus memenuhi criteria tertentu yaitu toleran terhadap bahan pencemar, pertumbuhan cepat, eksudat akar tinggi, memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen. Sebagai tambahan, senyawa organik (petroleum hydrocarbons, PCBs, PAHs, TCE juga TNT) yang tercemar pada tanah dapat diremediasikan dengan berbagai macam tanaman seperti Thlaspi caerulescens, Alyssum murale, Oryza sativa, dan lainlain (Wenzel, 2009). Keberhasilan aplikasi pupuk juga selaras dengan kajian Lin, et al. (1999) melaporkan bahwa aplikasi pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan populasi pertumbuhan tanaman rawa, populasi mikroba tanah, meningkatkan respirasi mikroba tanah dan menunjukkan potensi untuk meningkatkan biodegradasi hidrokarbon di dalamtanah. Bioremediasi dengan pengaplikasian pupuk dapat mengurangi secara signifikan target total normal hidrokarbon (TTNH) sebesar 81% dan total target aromatic hidrokarbon (TTAH) 17%, dibandingkan dengan perlakuan control (Lin, et al, 1999). Penelitian Sartika (2005) menunjukkan bahwa Konsentrasi hidrokarbon petroleum atau indeks petroleum hidrokarbon (IPH) menurun antara 20,51 – 44,08% dalam 14 hari setelah diperlakukan dengan pupuk dan tanaman. Penelitian ini melibatkan seorang peneliti dari BPTP Aceh. Dalam penelitian ini peneliti dari BPTP Aceh berperan aktif sebagai anggota peneliti dan telah bekerja keras, penuh dedikasi dan bertanggungjawab sesuai dengan bidang keahliannya. Pelibatan tersebut telah meningkatkan kemampuan peneliti dalam memahami konsep dan praktek tentang remediasi lahan tercemar. 1. Pengajar Universitas Syiah Kuala 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) 186