Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997 PERANAN TERNAK SAN DALAMSISTEM IJSAHATANI TANAMAN PANGAN-DI LAHAN KERING MuHAmmAD NARB I , ENl SITl ROHAEN1 2, daft TARMUDJI 3 1 Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa Banjarbaru 2 InstalasiPenelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Banjarmasin 3 Instalasi Penelitian don Pengkajian Teknologi Pertanian Banjarbaru RINGKASAN Lahan kering dengan luas dan daya dukung curah hujan yang cukup tinggi merupakan areal yang berpotensi untuk pengembangan produksi tanaman pangan. Kendala-kendala produksi tanaman pangan pada lahan keying terdiri dari kesuburan tanah dan daya pegang air yang rendah serta kelcurangan tenaga kerja manusia . Ternak sapi berperanan dalam mengurang produksi tanaman .pangan di lahan kering melalui penyediaan pupuk kandang sehingga dapat ineningkatkan kesuburan tanah dan daya pegangnya terhadap air . Pengomposan pupuk kandang bersama rumput sisa dan atau limbah tanaman pangan akan dapat meningkatkan produksi bahan organik . Ternak sapi dapat mengurangi beban kebutuhan tenaga kerja melalui bantuannya sebagai tenaga kerja pengolah lahan. Perbaikan kualitas pakan hijauan ternak sapi diharapkan dapat mengurangi masalah gulma yang berasal dari biji gulma terbawa pupuk kandang. Kata kunci : Usahatani, sapi, lahan kering PENDAHULUAN Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan . Lahan ini merniliki kondisi agroekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi lahan (KEPAs, 1989) . Di Indonesia terdapat lahan k0~ng yang cukup luas clan pads beberapa daerah didukung dengan curah hujan yang tinggi sehingga cukup besar pegangnya untuk dijadikan areal tanaman pangan. Namun dengan potensidan ya dukung tersebut, lahan kering belum dimanfaatkan secara optimal, karena pada dasarnya lean kering merupakan lahan marjinal yang mernifki berbagai faktor pembatas untuk produksi nainan pangan . Faktor yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah, kemasaman tanah yang tinggi clan daya pegang tanah terhadap air yang rendah. Di sisi lain terbatas ketersediaan tenaga produktif di daerah lahan kering umumnya. Ternak khususnya sapi mempunyai peran ya g cukup besar dalam sistem usahatani tanaman pangan di lahan kering . Beberapa hasil penelitian ,penggunaan pupuk organik yang dalam hal ini adalah pupuk kandang (kotoran sapi) telah dapat , memecahkan kendala-kendala fisik di atas sehingga produksi tanaman pangan di lahan kering dapat meningkat . Demikian juga kebutuhan tenaga terutama untuk mengolah lahan dilaporkan dapat diatasi dengan menggunakan tenaga sapi sebagai pengolah lahan sehingga kemampuan petani rnefggarap lahan menjadi bertambah Was. 759 Seminar Nasional Perernakan dan Yereriner 1997 Selain itu jugs diharapkan dengan perbaikan kualitas pupuk kandang, masalah gulma terutama yang berasal dari biji gulma terbawa pupuk kandang dapat ditekan sehingga tenaga clan biaya pengendaliannya dapat dikurangi . Tulisan ini mencoba menyitir beberapa basil penelitian sehubungan dengan peranan ternak sapi dalam. menunjang usahatani tanaman pangan di lahan kering . POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN LAHAN KERING Indonesia memiliki lahan kering yang luasnya mencapai 150 juta hektar yang tersebar di seluruh propinsi . Dari leas lersebut yang cocok untuk dikembangkan menjadi areal produksi tanaman pangan, yaitu areal yang kemiringannya kurang dari 15% adalah sekitar 66.860 juta hektar . Pada empat propinsi di Kalimantan terdapat sekitar 15.384 juta hektar (label 1) clan khusus di Kalimantan Selatan terdapat sekitar 1,545 juta hektar (AFFANDI, 1986) .' Selain potensi areal yang cukup luas tersebut, lahan kering di Kalimantan Selatan jugs didukung dengan curah hujan yang tinggi berkisar 2500-3000 mm per tahun dengan 9 bulan basah (curah hujan 100 mm per bulan) dan 3 bulan kering (curah hujan 60 mm per bulan) (EFFENDI, 1990): Tabel 1 . Luas lahan kering dengan kemiringan 0-15% di empat propinsi Kalimantan dan Indonesia (juta hektar) Propinsi Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Indonesia Sumber : Barat Timur Tengah Selatan 0-3 1,260 0,93 2,110 0,082 4,325 16,695 Tines kemiringaan (%) 3-8 8-15 Jumlah 0,630 1,166 3,232 0,926 5,954 13,577 2,997 2,860 6,982 1,595 15,384 66,860 1,107 0,761 1,630 0,537 4,045 7,724 AFFANDI, A. (1986) KENDALA-KENDALA PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI LAHAN KERING Berpedoman pads sebaran curah hujan dalam setahun, beberapa komoditas tanaman pangan dapat dibudidayakan pada lahan kering, nusalnya padi gogo, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang tunggak, ubi jalar dan bahan ubi kayo. Namun demikian hasil yang dicapai masih sangat rendah . Ini disebabkan beberapa kendala seperti kesuburan tanah yang rendah, cepatnya pertumbuhan clan tingginya populasi gulma serta kurang tersedianya tenaga kerja. Kumulasi beratnya kendala pada lahan kering tidak sebanding dengan besarnya modal yang dimiliki oleh petani sehingga sebagian besar petani lahan kering terus menerus menghadapi kendala-kendala tersebut pada setiap musim tanam. 1. Kesuburan tanah Permasalahan tanah di lahan kering jauh lebih kompleks dibandingkan dengan di lahan basah. Pengembangan lahan kering dihadapkan pada ketersediaan air yang terbatas, kemiringan 760 Seminar Nasional Peternakan dan Feteriner 1997 lahan dan tingkat erosi yang umumnya sudah lanjut (MASBULAN et al., 1992) . Di beberapa daerah yang mempunyai tanah bertekstur kasar dan struktur lepas, ketersediaan air menjadi masalah terutama pada saat musim kemarau. Ini berkaitan dengan laju infiltrasi yang cepat clan kemampuan tanah untuk mengikat air yang rendah (KEPAS, 1989) . Lahan kering di Kalimantan Selatan sebagian besar didominasi jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) . Produktivitas jenis tanah tersebut umumnya rendah, yang dicirikan dengan sifat kimia tanah yang kurang menguntungkan dan hasil tanaman yang tidak stabil . Tanpa upaya konservasi tanah yang memadai, produktivitas -lahan cenderung menurun terns menerus setelah setiap musim lahan tersebut ditanami . Beberapa sifat kimia tanah dari beberapa lokasi lahan kering dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel tersebut tampak bahwa produktivitas lahan kering yang rendah itu disebabkan oleh kesuburan tanah yang rendah yang dicirikan oleh pH tanah yang lebih rendah dari 5 (bereaksi masam), bahan organik dan KTK yang rendah . Selain itu, tekstur tanah pasiran merupakan suatu kendala dalam ofsiensi pemupukan . Pennasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanantian pangan di lahan kering Kalimantan Selatan adalah menyediakan pupuk kandang dalam jumlah yang cukup. Produksi pupuk kandang pada petani yang memelihara ternak sapi masih sangat rendah . Tabel 2., Sifat kimia tanall dari beberapa lokasi lahan keringdi Kalimantan Selatan Parameter pH tanah C organik(%) N total(%) P tersedia (ppm) K-dd (me/100 g) Na-dd (me/100 g) Ca-dd (me/100 g) Mg-dd (me/100 g) Al-dd (me/100 g) KTK Smnber : 1) HAIRUNsjAti Mangkauk Penga ron 1) 4,46 0,01 0,08 1,00 0,07 0,12 2,70 1,55 - Lokasi Bumi Asil1 panvi atan 2) 4,57 0,63 11,18 2,39 0,19 0,25 0,56 0,09 2,04 12,56 1993 ; 2) KoESRm dan M. SALEH, 1993 dan 3) ARffIN, KP.Barabai HST 3) 4,65 0,05 0,03 4,79 0,10 0,91 0,40 2,00 - M .Z., 1989 2. Tenaga kerja dan pengendalian gulma SANToso et al. (1990) menyatakan bahwa di berbagai daerah transmigrasi terbatasnya ketersediaan tenaga mengolah lahan menipakan suatu kendala yang sulit ditemukan . Pada lahan kering di Kalimantan Selatan masalah kekurangan tenaga kel`ja ini juga sangat dirasakan oleh petani sehingga daya garap petam masih rendah. Hasil penelitian NooRGINAYUWATi et al. (1992) di lahan kering Batu Mulia (Kabupaten Tanah Laut), dari 2,7 orang tenaga produktif yang tersedia yang berarti tersedia 544 HOK/ tahun/KK, petam hanya mampu menggarap 53% dari total luas lahan yang dimilikinya . Alokasi penggllnaan tenaga yang paling besar adalah untuk melaksanakan pekerjaan penyiangan gulma yang mencapai 38%. 76 1 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997 TERNAK SAPI SEBAGAI PRODUSEN PUPUK KANDANG Bahan organik sangat penting peranannya dalam memperbaiki kesuburan tanah pada lahan kering . dan SAEFUDDIN (1988) menyaiakan bahwa bahan organik sangat penting sebagai penyangga sifat fisik dan kimia tanah. Pada tanah dengan aktivitas fiat rendah seperti Latosol, peranan bahan organik sangat menonjol dalam menyangga sifat fisik tanah karena terbatasnya daerah perakaran dan kapasitas tukar kation tanah yang rendah. Bahan organik meningkatkan jurnlah dan stabilitas agregat tanah. Penurunan kadar bahan organik tanah dapat merasak struktur tanah sehingga mudah mernadat . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kunci keberhasilan usahatani tanaman pangan pada lahan kering adalah terletak pada cara konservasi bahan organik . SOEWARDJO RIFIN et al. (1989) menyatakan bahwa kernasaman tanah selain dengan pengapuran, dapat juga diatasi dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah, karena bahan organik mengikat aluminium dan mangan, sehingga menunmkan jumlahnya dalam larutan tanah. SUYAMTO et al. (1994) menyatakan bahwa sumber hara K dapat berasal dari bahan organik seperti pupuk kandang, jerami padi, abu dapur atau pupuk hijau. Pemberian 5-10 ton/hektar pupuk organik mainpu meningkatkan hasil padi, jagung dan kedelai setara dengan pelnberian 50-100 kg KCl/hektar. Sapi khususnya merupakan ternak yang banyak dipelihara oleh petani lahan kering dengan mengharapkan produksi pupuk kandang sebagai sumber bahan organik (SOEWARDJU dan SAEFUDDIN, 1988, KEPAS, 1989 ; SABRANI dan SUPRIADI, 1990) . Besarnya produksi pupuk kandang berdasarkan hasil pengamatan beberapa peneliti menunjukkan perbedaan (Tabel 3). MASBULAN et al. (1991) melaporkan bahwa usaha ternak sapi mampu menghasilkan pupuk :kandang sebanyak 16,30 kg/ ekor/hari atau sekitar 6 ton/ekor/tahun . SAMAD (1980) menyatakan bahwa sebagai pembentuk pupuk kandang, seekor sapi yang dipelihara terns menerus di dalam kandang dapat menghasilkan 10-15 ton pupuk kandang per tahun . Tabei 3. Produksi pupuk kandang per ekor Sapi Sumber TRIASTONO MASBULAN et al. et al. SAMAD, S . (1980) Produksi pupuk kandang kg/hari ton/tahun (1993) 14,50-15,60 - (1991) 16,30 - - 10-15 NOORGINAYUWATI et al. (1992) melaporkan bahwa dari pemilikan sapi dua ekor di daerah Batu Mulia (Kabupaten Tanah Laut) petani hanya dapat mengumpulkan pupuk kandang sebanyak 0,75 ton per tahun . Setelah diamati lebih jauh lagi, bahwa banyaknya pupuk kandang yang dapat dikumpulkan tergantung dari lamanya Sapi berada di dalam kandang, digembalakan dan digunakan sebagai tenaga kerja pengolah lahan (N(K)RGINAYUWATI et al., 1995) . Pupuk kandang yang dihasilkan ternak sapi scat ini unuunnya masih banyak membawa bijibiji gulma karena bahan pakannya kebanyakan berasal dari nimput lapangan yang memang banyak mengandung biji. Untuk itu perlu perbaikan jenis pakan untuk menghasilkan pupuk kandang yang berkualitas tinggi terutama dilihat dari rendahnya gulma terbawa pupuk kandang sekaligus memperbaiki mutu pakan itu sendiri . Penanaman tanantan pakan dapat sekaligus sebagai tanalnan konservasi yang dapat mengurangi erosi tanah pada lahan kering (KEPAS, 1989) tenrtama dengan sistem tanaman 76 2 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997 lomng-ataugalley cropping (BAMUALuvt et al., -1990) . Rumput gajah (Penrlisetum purpureum) coook ditanam pada lahan kering karena sifatnya yang tahan kekeringan dan kurang tahan genangan. SoEwARDi (1980) menyatakan bahwa perkitraan kebutuhan hijauan untuk tenak nuninansia bow;-saperti-sapi adalah 30-40,kg/ekor/hari . Hasil penelitian BASTIAN (1992) menunjukkan-bahwa pada aanah Podsolik -imput gajah dapat mengbasilkan hijauan sebanyak 106 kg/rumpun/tahun . untuk 2 ekor-sapi ~dewasa diperlukan 9000 rumpun Rmput gajah yang dengan jarak tanam 60x60 cm dapat ditampung "am lahan seluas 0,3,hektar. TERNAK SAPI SEBAGAI TENAGA PENGOLAH LAHAN Ternak ;sebagai somber tenaga kerja (KEPAS, 1989) peranannya sangat penting dalam mengurangi tekanan keiwmgan tenaga manusia untuk mengolah lahan yang lebih luas (SABRANi dan SUPRiADi, 1990), lebih-lebih untuk lahan kwing (SAMAD, 1980). Sapi dapat dipekerjakan pada pagi hari sampai jam 11 Siang dan sore hari mulai jam 14.00. Sepasang sapi dapat menyelesaikan pekerjaan membajak di tanah keying selama 6 hari/hektar . ABAS et al. (1989) dan;RAHmAN (1989) menyatakan bahwa peranan tenak sebagai tenaga kerja telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas lahan sekaligus pendapatan petani di daerah tmnsmigrasi . Temak yang hanya dipekerjakan antara jam 6 - 11 siang dapat menyelesaikan pembajakan 1 hektar lahan selama 6-10 hari . Apabila ditambah dengan 'sore hari maka waktu yang diperlukan lebih singkat yaitu 2-4 hari. SANTOSO et al. (1990) menyatakan bahwa pengolahan lahan sampai dengan siap tanam diperlukan waktu 10,2 t 3,1 hari/hektar . Peranan tenak sapi sebagai tenaga kerja menempatkan kedudukannya dalam posisi yang sangat kokoh dalam menunjang usahatani di daerah pertanian . Tanpa menggunakan tenaga tenagk, petam hanya mampu mengolah lahan seluas 0,65 hektar/petani. Petani yang memiliki 1 ekor tenak sapi mampu mengolah lahan seluas 0,99 ha/petani dan petani yang mempunyai sepasang ternak kerja mampu mengolah lahan 1,24 hektar/petani selama musim (periode) pengolahan lahan. HAIRUNSJAH et al. (1994) menyatakan bahwa pengolahan tanah menggunakan sapi luku jauh lebih efisien dibanding dengan tenaga manusia (dicangkul) . Pengolahan tanah untuk budidaya jagung di Bumi Asih (Tanph Laut) dengan 2 kali luku kemudian diratakan denga menggunakan tenaga hewan hanya memedukan pengeluaran setara Rp. 60.000/ha, sedangkan dengan tenaga manusia diperlukan pengeluaran setara Rp. 262.500/ha. TERNAK SAM SEBAGAI PEMANFAAT LIMBAH TANAMAN PANGAN Di berbagai daerah lahan kering dimana tanaman pangan dibudidayakan dengan dukungan terak kl ya sapi, limbah tanaman pangan seringkah digunakan pula sebagai pakan. Ini menipakan salah satu peranan teniak sapi dalam usahatani tanaman pangan di lahan kering (KEPAs, 1989, NIASBULAN et al., 1992) . Apabila dihubungkan dengan teknologi penyediaan bahan organik setara in situ pada lahan kering, pemanfaatan limbah tanaman pangan untuk pakan ternak tampaknya merupakan suatu hal yang bertolak belakang. :Tempi jika diperhattkan dari lamanya waktu yang dipedukan untuk dekomposisi dibandingkan dengan kecepatan penghancuran oleh ternak sapi dan kemudahan tersedianya unsur hara melalui bahan organik kotoran sapi, maka penggunaan limbah tanaman 763 Seminar Nosional Peternakon dan Peteriner 1997 . pangan sebagai pakan inasih dapat dibenarkan . Namun untuk mempertahankan kuantitas unsur hara terbawa limbah tariarnan pangan maka pengomposan bersama kotoran sapi meupakan teknologi penyediaan bahan organik yang lebih baik. SETIADI et al. (1989) menyatakan pengomposan kotoran sapi bersama sisa hijauan pakan yang tercecer akan meningkatkan junilah bahan organik menjadi 146% dibandingkan hanya produksi pupuk kandang. Apabila limbah tanaman juga dikomposkan bersama kotoran sapi, maka produksi bahan organik dari petani diperkirakan jauh akan meningkat lagi. Dengan demikian kebutuhan bahan organik untuk setiap musim tanam akan dapat dipenuhi, kesuburan Iahan dan produksi tananian pangan di Iahan kering dapat meningkat. TERNAK SAM SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN Temak merupakan suatu subsistem produksi yang mampu memberikan tambahan penghasilan (KEPAs, 1989). Melalui peranannya sebagai penghasil pupuk kandang clan sebagai tenaga pengolah Iahan, ternak sapi dapat dikatakan mempengaruhi pendapatan usahatani tanaman pangan . Pupuk kandang clan tenaga kerja pengolah lahan menunjukkan nilai share yang cukup tinggi terhadap pendapatan petani jagung (NOORGINAYUwATI et al., 1992) . SADERI dan RINA (1992) menyatakan bahwa tenaga kerja untuk mengolah Iahan menunjukkan kontribusi nyata terhadap produksi kedelai pada Iahan kering Takisung (Tanah Laut) . SETIADi et al. (1988) menyatakan bahwa sumbangan tenaga kerja ternak terhadap pendapatan sebesar 5%. Pendapatan ini akan bertambah jika ternak tersebut disewakan sebagai tenak kerja . KESIMPULAN Telaah pustaka clan pembahasan dalam tulisan ini mengandung beberapa hal penting sebagai kesimpulan, yaitu 1. Lahan kering dengan luas clan daya dukung curah hujan yang cukup tinggi merupakan areal yang berpotensi untuk pengembangan produksi tanaman pangan . 2. Kendala-kendala produksi tanaman pangan pads lalran kering terdiri dari kesuburan tanah clan daya pegang air yang rendah serta kekurangan tenaga kerja manusia . 3. Temak sapi berperanan dalam menunjang produksi, tanaman pangan di Iahan kering melalui penyediaan pupuk kandang sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan daya pegangnya terhadap air . 4. Pengomposan pupuk kandang bersama rumput sisa dan atau limbah tanaman pangan akan dapat meningkatkan produksi bahan organik . 5. Ternak sapi dapat mengurangi beban kebutuhan tenaga kerja melalui bantuannya sebagai tenaga kerja pengolah Iahan. 6. Perbaikan kualitas pakan hijauan tenak sapi diharapkan dapat mengurangi masalah gulma yang berasal dari biji gulma terbawa pupuk kandang. DAFTAR PUSTAKA ABBAS, MR, ARIFIN A ., SABRINA dan SuHERMAN . 1989 . Dampak Proyek Pengembangan Petani (P3TK)-IFAD terhadap Produktivitas Lahan clan Pendapatan Petani Ternak di Lahan Ternak Kecil Transmigrasi Pasir Pangarayan, Riau. Prosiding Penghembangan Peternakan di Sumatera Dalam Menyongsong Era 764 Seminar Nasional Peternakan dam Veteriner 1997 Tinggal Landas . Seminar Nasional Peternakan 14-15 September 1988 .,Fakultas Peternakan Univ . Andalas, Padang. p : 54-68. AFFANDi, A. 1986 . Pembangunan Pertanian di Indonesia. Departemen Pertanian Republik Indonesia. ARIFIN, M.Z . 1989 . Pengaruh pemberian pupuk organik dam anorganik terhadap produksi jagung di lahan kering . Makalah seminar hasil penelitian Balittan Banjarbaru . BAMUALIM, A., J. NuLiK, dam R.C . GUTTERIDGE . 1990 . Usah a perbaikan pakan Trnak sapi di Nusa Tenggara. Jtunal Litbang Pertanian, IX (2), 1990 . p : 38-44 BASTIAN. 1992 . Pengaruh pemupukan nitrogen pada lahan podsolik terhadap pertumbuhan dam produksi rumput Gajah. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan . UNISKA Muhammad Arsyad AlBanjar . Banjarbaru .; 47 hal. DwANEGARA, A., M. SABRANi, I.G . IsmAIL dam H. SUPRIAm. 1990 . Kajian Usalurtani Tanaman Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Hasil Penelitian Crop-Animal Systems Research Project. Bogor 19-21 September 1989 . Badan Penelitian dam Pengembangan Pertanian dam IDRC . p 3-18 . EF'FENDI, S. 1990 . Peranan pengembangan tanaman pangan pada pola usahatani lahan kering . Makalah pada rapat kerja Puslitbangtan. Bogor, 30 Mei- 3 Juni 1990 . IlAutuNsmm 1993 . Kajian intensitas pemberian bahan organik, fosfat dam efek residunya terhadap pertumbuhan dam basil jagung di lahan leering tanah pasiran. Makalah seminar basil penelitian Balittan Banjarbaru . HARIS, A. 1996 . Pengarah pelayuan jerami jagung (Zea mays L.) terhadap mutu silase . Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan UNISKA Muhammad Arsyad AI-Banjar. Banjarbaru . 76 hal . KEPAs. 1989 . Pedoman Usahatani Lahan Kering Zone Agroekosistem Vulkanis . Badan Penelitian dam Pengembangan Pertaman dam The Ford Foundation . 178p . KOESRINI dam M. SALEH. 1993 . Penyaringan genotipe kacang tanah terhadap tanah masam Podsolik Merah Kuning . Makalah seminar hasil penelitian Balittan Banjarbaru . MAsBuLAN, E., R. HARDIANTO, SupRIADI dart N.L . NURIDA . 1991 . Tinjauan Ekonomi Integrasi Ternak Sapi Potong dalam Sistem Usahatani Lahan Kering di DAS Brantas. Risalah Lokakarya Sistem Usahatani Konservasi di DAS Jratunseluna dam DAS Brantas. P3HTA, Salatiga . Badan Penelitian dam Pengembangan Pertanian. p . : 206-218. MASBULAN, E., A. ISPANDI dam M. THALUtiN . 1992 . Proses Alih Teknologi Usahatani Konservasi, Dampaknya Terhadap Perubahan Sosial dam Pendapatan Petani (Studi kasus di Desa Sumberkembar, Blitar). Prosiding Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dam Konservasi Tanah. Blitar, 30-10-1992 . Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan dam Air, Badan Penelitian dam Pengembangan Pertanan . p : 105-119. NOORGINAYUwATI, NURTIRTAYANI, AcnIv1ADI JUIvIBERI, B. PRAYUDI dam ISDIIANTO AR-RIZA. 1992 . Perbaikan pola tanam di lahan usaha 1 dalam sistem usahatani di lahan leering. Laporan hasil penelitian Proyek PenelitianTanaman Pangan Bagjarbanl PL .420 .108 .1786/1'4N. Balittan Banjarbaru . p : 1-23 . rd PRAwuzAmpu'IRA, B. 1990 . Sistem Pakan-Pangan di I.alran Kering Daerah Transmigrasi Batumarta . Risalah Hasil Penelitian Crop-Animal Systems Research Project. Bogor 19-21 September 1989 . Badan Penelitian dam Pengembangan Pertanian dam II)RC. p : 103-109. RAcHmAN, B. 1989 . Peranan Proyek Pengembangan Petani Ternak Kecil untuk Membantu Peningkatan Produksi Pertanian Kbususnya di Daerah Transmigrasi . Prosiding Pengembangan Peternakan di Sumatera dalam Menyongsong Era Tinggal Landas. Seminar Nasional Peternakan 14-15 September 1988 . Fakultas Peternakan Univ . Andalas, Padang . p : 102-115. SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1997 RIFIN, A., H. SupRIAm dan T. SUTRIAm. 1990 . Kendala Produksi Tanaman Pangan di Lahan Kering Podsolik Merah Kuning Batumarta. Risalah Hasil Penelitian Crop-Animal Systems Research Project. Bogor 1921 September 1989 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan H)RC . p : 89-100 . SADERI, D.I. dan Y. RINA . . 1992 . Analisis produksi kedelai di lahan kering Kalimantan Selatan. Buletin Penelitian KINDAI Vol. 3 No . 1. p : 19-23 . Ballittan Banjarbaru. SABRAm, M. dan H. SuPRIADi . 1990 . Kelayakan Sistem Tanaman-Ternak bagi Perbankan di Daerah Transmigrasi Lahan Kering . Risalah Hasil Penelitian Crop-Animal Systems Research Project. Bogor 19-21 September 1989 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan IDRC . p : 21-27. SAMAD, S. 1980 . Peternakan Umum . Yayasan Kanisius . Yogyakarta . SANToso, SumANTO dan M. WINUGROHO. 1990- Tantangan Pengembangan Ternak Kerja di Transmigrasi Pertanian Lahan Kering, Betung 11-B Sumatera Selatan. p. E.27-30 . Daerah SETIADI, B., M.H . TOGATOROP, P. SITORus, A. SEmAu dan MURYANTO . 1988 . Peman ternak sapi, ayam buras dan hijauan pakan ternak dalaln sistem usaliataui terpadu lahan potensial daerah Karang Agung Surnatera Selatan. Dalam Hasil Penelitian Komponen Peternakan, Proyek Swamps II . Puslitbangnak, Bogor . SOEwARDIO dan A. SAEFuDDIN. 1988 . Beberapa Permasalahan Konservasi Tanah dan Air di Daerah Aliran Sungai Jratunseluna dan Brantas. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi di DAS. Salatiga, 4-4-1988 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . p : 25-36. SupRIAm, E. MASBuLAN dan R. HARDIANTO . 1992 . Potensi Pengembangan Tanaman Penguat Teras Sebagai Sumber Mjauan Pakan. Prosiding Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah. Blitar, 30-10-1992 . Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan dan Air, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . p : 81-88. SUPRIYo, A. 1990 . Kajian sumber dan takaran balian organik terhadap hasil kedelai dan beberapa sifat tanah PMK Gunung Makmur Kalimantan Selatan. Prosiding seminar Nasional "Lustrum V Fak. Biologi UGM" di Yogyakarta, 25-26 September 1990 . 14 hal. SuyAmTo, T. AmSARwANTO, SuDARYoNo dan SuwoNo. 1994 . Peranan pupuk kalium terhadap peningkatan hasil tanaman pangan di tanah vertisol Kabupaten Ngawi. Perakitan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan untuk Tanah Vertisol, Kasus Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Balittan Malang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . SYAM, A. dan U. KUSNADI. 1988 . Telaahan Beberapa Faktor Pendulning dalam Penelitian Alokasi dan Mobilitas Tenaga Ke~a di Enam Desa DAS Jratunseltma . Risalah Lokakarya Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Pengembangan Pertanian. p : 147-155 . di DAS. Salatiga, 4-4-1988 . Badan Penelitian dan