FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 29-34 29 Analisa Hubungan Faktor Demografi Dengan Perencanaan Dana Pendidikan dan Dana Pensiun Pada Masyarakat Ambon Elvira Unola dan Nanik Linawati Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] ; [email protected] Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan berhubungan dengan perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa chi-square dan korespondensi analisis. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 130 orang dengan kriteria masyarakat Ambon yang berdomisili di kota Ambon pada usia 20 tahun-60 tahun, dengan latar pendidikan minimal SMA. Berdasarkan hasil penelitian faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun. Kata Kunci – Faktor Demografi, Perencanaan Keuangan, Dana Pendidikan, Dana Pensiun Abstract –This research aims to find out whether the demographic factors: age, gender, occupation, education and income level were related to the education Plan and pension plan. The total respondents were 130 person. The samples criteria were Ambonesse in Ambon city, age 20 to 60 years old, and had minimum education Senior High School. The statistical analysis used chi-square analysis and correspondence analysis. The demographic factors were used in this research, consists age, gender, jobs, education and income. The result of this research, there was significantly relationship between the demographic factors, age, gender, occupation, education and income level to the education plan and retirement plan. Keywords – Demographic factors, Financial Plan, Education Plan, Retirement Plan 1. PENDAHULUAN Perencanaan keuangan sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan dan pengelolaan uang yang baik dilakukan agar setiap tujuan keuangan yang ingin dicapai dapat terpenuhi dengan baik pula. Menurut Akbar (2007). Fungsi perencanaan keuangan, yaitu mengelola pendapatan dan pengeluaran, menciptakan kesadaran akan kondisi keuangan saat ini, merencanakan masa depan dengan menetapkan tujuan dan cara pencapaiannya, dan menciptakan sistem evaluasi dan revisi atas kemajuan keuangan. Bentuk perencanaan keuangan diantaranya yaitu dana pendidikan dan dana pensiun berperan penting untuk dilakukan oleh setiap keluarga bagi pemenuhan kebutuhan terutama pada pemenuhan tujuan keuangan. Dana yang didapat dari penghasilan perlu dialokasikan dalam jumlah yang memadai. Perencanaan dana pendidikan yang baik akan memungkinkan sebuah keluarga untuk dapat mengirim anaknya ke perguruan tinggi yang diharapkan. Sedangkan penyiapan dana pensiun yang memadai akan memungkinkan sebuah keluarga untuk dapat hidup sejahtera di masa tua. Menurut Senduk (2000) perencanaan keuangan adalah proses merencanakan tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Yang dimaksud dengan tujuan keuangan adalah hal-hal yang ingin direalisasikan oleh seseorang. Tujuan-tujuan itu dapat berupa tujuan membangun rumah, membentuk dana pendidikan anak maupun mempersiapkan dana pensiun. Pada intinya setiap keluarga memerlukan perencanaan keuangan yang baik. Dengan adanya perencanaan keuangan yang baik, maka tujuan keuangan jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang dapat tercapai. Sebaliknya bila suatu keluarga tidak melakukan perencanaan keuangan untuk tujuan keuangan yang dibutuhkan, hal ini akan menimbulkan kesulitan keuangan bagi keluarga tersebut. Menurut Connolly (2005) terdapat hubungan antara pendapatan yang dimiliki seseorang dengan perencanaan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Hira, 2006) menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan cara seseorang merencanakan keuangannya. Selain itu ada juga beberapa faktor demografi yang mempengaruhi seseorang dalam merencanakan dan mengelola keuangannya yaitu variabel umur, pendidikan dan pekerjaan, sehingga ada hubungan antara faktor demografi dengan perencanaan keuangan (Linawati, 2014). Hal ini diperkuat oleh Loppies (2014) yang menyatakan bahwa masyarakat Ambon mengutamakan pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Secara historis, Maluku telah terkenal ratusan tahun silam sebagai daerah penghasil rempah-rempah (Raptim Indonesia Tours and Travel, n.d.). Bentuk kekayaan Maluku yang lain, yaitu sumber daya alam berupa penangkapan ikan. Provinsi Maluku memiliki potensi sumberdaya perikanan sebesar 1.627.500 ton per tahun dengan jumlah tangkapan yang diijinkan sebesar 1.301.800 ton/tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 1994). Kekayaan alam Maluku yang melimpah, menggoda masyarakat untuk cenderung berorientasi hanya pada pemikiran jangka pendek, yaitu dalam bentuk menikmati kesejahteraan yang saat ini dimilikinya dan mengejar status sosial (Pieris, 2004). Selain itu masyarakat Ambon memiliki karakter keras hati, sehingga cenderung memiliki prinsip, termasuk dalam mengelola uang (Salim, 2013). Karakter berpendirian teguh juga berdampak pada masih kurangnya pengendalian diri yang terimplementasi dari sisi pengelolaan keuangan dalam bentuk masih sulit mendisiplinkan diri dalam menabung. Ketidakdisiplinan dalam menabung dapat mengakibatkan masalah keuangan keluarga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, penduduk Kota Ambon pada tahun 2012 berjumlah 390.825 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk 0,87%. Menurut jenis pekerjaan penduduk kota Ambon terdiri dari, karyawan swasta/ wiraswasta sebanyak 69.607 jiwa (17,81%); PNS/ TNI/ FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 29-34 Guru/ Dosen/ Tenaga Medis – Non Medis sebanyak 33.085 jiwa (8,46%); pensiunan sebanyak 6.933 jiwa (1,77%). Karakter masyarakat Ambon mengalami perubahan setelah terjadinya kerusuhan Ambon tahun 1999. Masyarakat menjadi lebih termotivasi untuk bekerja dan berusaha dalam meraih prestasi yang lebih baik, meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan seharihari. Penelitian ini akan lebih difokuskan pada pemahaman perencanaan keuangan dan perencanaan keuangan yaitu dana pendidikan dan dana pensiun. 2. TEORI PENUNJANG Senduk (2008) menyatakan, setiap orang memerlukan perencanaan keuangan, berapapun penghasilannya. Penghasilan yang besar maupun kecil selalu memerlukan perencanaan keuangan. Ada beberapa alasan sebuah keluarga memerlukan perencanaan keuangan, yaitu: 1. Adanya tujuan keuangan yang perlu dicapai. 2. Tingginya biaya hidup saat ini. 3. Naiknya biaya hidup dari tahun ke tahun. 4. Keadaan perekonomian tidak akan selalu baik. 5. Fisik manusia tidak akan selalu sehat. 6. Banyak alternatif produk keuangan. Dalam memenuhi kebutuhan keluarga, diperlukan cara yang tepat. Ada beberapa tujuan keuangan yang dapat dicapai seperti pemenuhan dana pendidikan dan dana pensiun. Untuk memenuhi tujuan keuangan ini, dapat dilakukan dengan cara menabung atau meminjam. Menurut Akbar (2007) dana pendidikan adalah dana yang dialokasikan terpisah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak di masa mendatang. Cara yang dilakukan oleh orang tua dalam mempersiapkan dana pendidikan anaknya bisa melalui menabung, mengambil asuransi pendidikan, serta kombinasi keduanya. Menurut Manurung dan Rizky (2009) dana pensiun adalah suatu dana yang telah dialokasikan untuk diinvestasikan guna memenuhi kebutuhan hidup ketika memasuki masa pensiun. Faktor demografi sangat erat kaitannya dengan perilaku seseorang dalam merencanakan keuangannya. Dalam penelitian (Opiela, 1997) mengatakan, salah satu masalah besar yang terjadi berkaitan dengan perencanan keuangan masyarakat di Amerika adalah orang cenderung tidak merencanakan keuangan untuk masa tua sejak dini. Yang menjadi prioritas adalah memiliki karir yang baik dan lebih memilih untuk menikmati gaya hidup. Kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk bekerja lebih dari 65 tahun karena memiliki kepuasan tersendiri. Hasil statistik pada penelitian di Malaysia yang ditulis oleh Tuan-Hock tahun 2001 menyatakan bahwa tidak semua orang secara finansial siap untuk pensiun. Orang yang sudah berada pada usia tua, yang memiliki pengalaman investasi serta pasangan yang sudah menikah cenderung merencanakan pensiun di masa tua. Idealnya adalah dari masa produktif seharusnya ada persiapan untuk memikirkan tentang dana pensiun agar dapat membangun standar hidup yang baik serta dapat memenuhi semua kebutuhan di masa tua. Ada keterkaitan antara perilaku seseorang dalam mempersiapkan dana pensiun di masa muda dengan pendidikan. Faktor demografi juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam pemenuhan dana pendidikan dan dana pensiun, terutama faktor usia. Jika dana pendidikan dan dana 30 pensiun baru dipersiapkan saat usia tua, maka kesempatan untuk menabung akan semakin sedikit. Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan keuangan sejak dini untuk pemenuhan dana pendidikan dan dana pensiun. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aliansi Capital Management mengungkapkan bahwa kurang dari setengah dari orang tua di Amerika yang disurvei menyisihkan uang untuk dana pendidikan ke perguruan tinggi. Lebih dari 1.000 orang tua yang disurvei, 89% setuju bahwa perguruan tinggi adalah investasi yang bijaksana , tetapi 53% mengatakan tidak menabung untuk kebutuhan dana pendidikan perguruan tinggi. Orang tua baru menabung disaat anaknya akan masuk perguruan tinggi. 68% orang tua dengan usia dibawah 30 tahun memilih menabung dan 36% orang tua dengan usia 30 tahun sampai 49 tahun memilih untuk tidak menabung. Penelitian yang dilakukan Connolly (2005) mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pendapatan yang dimiliki seseorang dengan perencanaan keuangan. Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor dalam merencanakan keuangan untuk kebutuhan masa depan seperti yang ditunjukkan dalam sebuah penelitian di Amerika (Hira, 2006). Menurtut Lopies (2014), Masyarakat Ambon sangat mengutamakan pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai jalan untuk memperbaiki kondisi keuangan keluarga. Ratarata masyarakat Ambon memilih untuk bekerja sebagai pegawai negeri sipil karena akan mendapat tunjangan hari tua dari pemerintah. Selain itu pegawai negeri sipil dianggap sebagai kebanggaan dan penentu status sosial seseorang di dalam masyarakat. Jadi terdapat hubungan antara faktor demografi, khususnya umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dengan perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun. Diharapkan dengan perencanaan keuangan yang matang sejak dini dapat memenuhi kebutuhan di masa depan. Faktor Demografi: - Umur - Jenis Kelamin - Pekerjaan - Pendidikan - Pendapatan Pemahaman Perencanaan Keuangan Tujuan Keuangan Dana Pendidikan Dana Pensiun Gambar 1 Kerangka Berpikir Hipotesa dalam penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara faktor demografi dengan perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan bantuan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Ambon yang sudah berkeluarga, memiliki anak dan memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil dan wiraswasta, usia 20-60 tahun dan memiliki pendidikan minimal SMA di kota Ambon. Metode pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling. FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 29-34 Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa chi-square dan analisa korespondensi. Kriteria pengujian chi-square dengan melihat taraf signifikansi (α), yaitu : jika p ≤ 0.05 maka H0 ditolak, dan jika p ≥ 0.05 maka gagal tolak H0. 31 Responden terbanyak bekerja sebagai pegawai negeri sipil 65% dan sebanyak 35% bekerja sebagai wiraswasta. d. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa Deskriptif: a. Deskripsi responden berdasarkan umur Gambar 5 Frekuensi responden berdasarkan pendidikan Gambar 2 Frekuensi responden menurut umur Menunjukkan responden terbanyak sejumlah 47% berumur 51-60 tahun, responden terbanyak kedua dengan umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 30%, sebesar 12 % pada umur 31-40 tahun dan sebanyak 11% pada umur 21-30 tahun. Responden terbanyak memiliki pendidikan terakhir S1 51%, di urutan kedua diploma berjumlah 24% dan di urutan ketiga ditempati oleh responden memiliki pendidikan terakhir SMA dengan persentase sejumlah 20% dan pendidikan terakhir S2 dengan persentase sejumlah 5%. Dengan melihat frekuensi dari gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa masyarakat Ambon lebih banyak berlatar belakang pendidikan sampai pada jenjang S1. e. Deskripsi responden berdasarkan pendapatan b. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 6 Frekuensi responden menurut pendapatan Gambar 3 Frekuensi responden menurut jenis kelamin Sebagian besar responden yaitu 73% berjenis kelamin perempuan dan 27% responden berjenis kelamin laki-laki. c. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan Responden terbanyak sejumlah 38% berpenghasilan ≤ Rp2.500.000, responden terbanyak kedua memiliki pendapatan Rp2.500.000 – Rp3.500.000 diwakili sejumlah 35%, diikuti oleh responden yang berpendapatan Rp3.500.001 – Rp5.000.000 sebanyak 18% dan sebanyak 10% responden memiliki pendapatan ≥ Rp5.000.001. Dengan melihat frekuensi dari gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa masyarakat Ambon cukup beragam dalam memiliki pendapatan. Hasil Analisa Korespondensi: Di bawah akan di sajikan analisa korespondensi antara variabel demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dengan pemahaman perencanaan keuandan dan pemenuhan tujuan keuangan dalam bentuk dana pendidikan dan dana pensiun. Gambar 4 Frekuensi responden menurut pekerjaan FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 29-34 32 3 4 Pendidikan Pendapatan Pekerjaan 2 Jenis Kelamin Pemahaman Perencanaan Keuangan 1 Umur No. Variabel Tabel 1 Hubungan antara Variabel Perencanaan Keuangan dengan Faktor Demografi Dari tahun ke tahun nilai uang 0,001 terus menurun 0,106 0,003 0,003 0,120 0,212 0,069 0,327 0,180 0,326 0,082 0,816 0,003 Pernyataan Kebutuhan di masa depan tidak dapat 0,018 dipastikan dari sekarang Kebutuhan di masa depan 0,020 semakin meningkat Kebutuhan di masa depan seharusnya tidak 0,000 membutuhkan perencanaan keuangan 0,001 0,165 0,008 0,138 2 3 Dana Pendidikan 4 5 0,331 0,660 0,653 0,002 0,000 0,130 0,229 0,643 0,008 Pekerjaan 0,001 Jenis Kelamin Pendapatan Menganggap pendidikan tinggi bagi anak merupakan hal penting Wajib mengirimkan anak ke perguruan tinggi Mempersiapkan dana pendidikan anak dalam jumlah yang cukup Mempersiapkan dana pendidikan anak dari jauhjauh hari Pendidikan 1 Pernyataan Umur No. Variabel Tabel 2 Hubungan antara Variabel Dana Pendidikan dengan Faktor Demografi 0,000 0,000 0,000 0,777 0,000 0,000 0,000 0,031 0,245 0,000 Mendanai kuliah anak dengan tabungan yang 0,000 sudah dipersiapkan 0,001 0,071 0,010 0,000 Pendapatan Dana Pensiun 2 Pendidikan 4 Tidak perlu risau tentang masa tua saya karena masa tua saya terjamin 1 Pekerjaan 3 Memerlukan biaya yang besar di masa tua Mempersiapkan dana pensiun sejak dini Menabung dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan saya di masa tua. Jenis Kelamin Pernyataan Umur Variabel Tabel 3 Hubungan antara Variabel Dana Pensiun dengan Faktor Demografi 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,053 0,000 0,011 0,000 0,070 0,414 0,735 0,596 0,046 0,002 0,239 0,000 0,227 0,000 Terdapat hubungan signifikan antara faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dengan perencanaan keuangan, yaitu: 1. Umur memiliki hubungan signifikan dalam memenuhi tujuan keuangan. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang tergambar dalam ringkasan hasil penelitian diatas. Kelompok responden usia lebih tua sudah mulai melihat kebutuhan di masa depan yang akan semakin meningkat oleh sebab itu perlu adanya perencanaan keuangan agar dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan kebutuhan di masa tua. 2. Jenis kelamin memiliki hubungan yang signifikan dalam perencanaan dana pendidikan. Kelompok responden perempuan lebih menyadari akan pentingnya pendidikan bagi anak dan sudah mulai mempersiapkan dana pendidikan bagi anak sejak dini daripada responden laki-laki. 3. Pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dalam perencanaan dana pensiun. Dimana kelompok responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil lebih mempersiapkan dan menabung untuk masa pensiun sejak dini daripada responden wiraswasta. 4. Pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perencanaan keuangan. Semakin tinggi pendidikan responden, semakin emnyadari bahwa kebutuhan di masa depan perlu adanya perencanaan keuangan, termasuk merencanakan dana pensiun untuk kebutuhan di masa tua. 5. Pendapatan juga memiliki hubungan yang signifikan dengan perencanaan keuangan dalam mendanai pendidikan anak di perguruan tinggi dan pemenuhan kebutuhan di masa tua. Semakin tinggi pendapatan responden, semakin tinggi kesadaran memepersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun sejak dini. Kelompok responden ini dapat dikatakan sudah sangat siap untuk mendanai pendidikan yang tinggi bagi anak di perguruan tinggi dan sudah matang dalam mempersiapkan dana pensiun. Hasil penelitian menyatakan, faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan tujuan keuangan yaitu dalam pemenuhan dana pendidikan anak di perguruan tinggi dan dana pensiun untuk memenuhi kebutuhan di masa tua. Dari hasil penelitian tergambar bahwa masyarakat Ambon mulai menyadari akan pentingnya perencanaan keuangan sejak dini. Pola pikir dari masyarakat Ambon mulai berubah sejak terjadi kerusuhan Ambon di tahun 1999 (Loppies, 2014). Masyarakat yang pada awalnya tinggal di “comfort zone” dan cenderung tidak mau untuk bekerja karena merasa memiliki kekayaan alam yang melimpah (Bawaslu Propinsi Maluku, 2013). Namun, saat ini masyarakat sudah lebih serius dalam pengelolaan keuangan. Kelompok responden dengan jenis kelamin perempuan dan kelompok responden pada usia tua cenderung lebih menyadari tentang perlunya perencanaan keuangan. Perubahan paradigma berpikir ini dilatar belakangi oleh besarnya kehancuran finansial yang dialami keluargakeluarga di kota Ambon yang sebagian diantaranya FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 29-34 kehilangan pencari nafkah keluarga, kehilangan aset pribadi, mengalami kondisi hidup keuangan yang tidak menyenangkan akibat hancurnya sebagian infrastruktur. Masyarakat Ambon pada umunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Masyarakat Ambon beranggapan bahwa bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat menunjukkan status sosial seseorang di dalam masyarakat, karena dilihat dari jabatan dan kedudukannya di tempat bekerja. Selain itu pegawai negeri sipil mendapat santunan hari tua berupa dana pensiun dari pemerintah yang dapat menunjang kehidupan di masa tua. Masyarakat Ambon yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil tidak terlalu berpikir untuk hidup mewah di masa tua. Namun, setelah pensiun sebagian orang ingin memiliki pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya jika ada anak yang masih membutuhkan biaya pendidikan. Pendidikan yang tinggi bagi masyarakat Ambon adalah hal yang sangat penting karena dengan pendidikan yang tinggi, maka ilmu yang didapatkan akan lebih baik sehingga pengetahuan merencanakan keuangan pun lebih baik. Berarti pemahaman tentang perencanaan keuangan semakin matang. Perencanaan keuangan yang matang akan berdampak dalam memenuhi kebutuhan dana pendidikan dan dana pensiun. Pendidikan yang tinggi juga merupakan jalan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak. Dan ini yang menjadi bekal bagi masa depan. Dilihat dari segi pendapatan, pada umumnya masyarakat Ambon yang memiliki pendapatan Rp 3.500.000 sampai diatas Rp 5.000.000 sudah mempersiapkan dana pendidikan dari sekarang dan mendanai kuliah anak dengan tabungan yang sudah dipersiapkan. Terlepas dari berapapun dana yang sudah dipersiapkan, cukup atau tidak cukup untuk mendanai kuliah anak, tapi yang terpenting adalah masyarakat sudah memepersiapkan sejak awal. Masyarakat Ambon dengan pendapatan tersebut juga telah siap dengan dana untuk masa pensiun. Oleh sebab itu, masyarakat Ambon sudah menyadari pentingnya merencanakan dana pendidikan sejak dini. Dengan demikian terlihat keterkaitan faktor demografi dengan pemahaman perencanaan keuangan dan pemenuhan tujuan keuangan dalam bentuk dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Ambon saat ini sudah lebih siap dalam perencanaan dana pendidikan bagi anak dan perencanaan dana pensiun untuk kebutuhan di masa tua. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Umur memiliki pengaruh signifikan terhadap pemenuhan tujuan keuangan yaitu perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. Jenis kelamin memiliki pengaruh signifikan terhadap pemenuhan tujuan keuangan yaitu perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. Pekerjaan memiliki pengaruh signifikan terhadap pemenuhan tujuan keuangan yaitu perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. Pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap pemenuhan tujuan keuangan yaitu perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. Pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap pemenuhan tujuan keuangan yaitu perencanaan dana pendidikan dan dana pensiun pada masyarakat Ambon. Masyarakat Ambon pada kelompok responden usia tua, jenis kelamin perempuan, bekerja 33 sebagai pegawai negeri sipil, berpendidikan SMA, S1, dan S1, serta berpendapatan ≤ Rp2.500.000 sampai ≥ Rp5.000.001 sudah memahami pentingnya merencanakan dana pendidikan dan dana pensiun. Saran bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat meneliti kawasan Indonesia timur khususnya Maluku dengan melihat dan mencermati pengaruh adat dan budaya Maluku yang bisa menghambat masyarakat Maluku dalam melakukan perencanaan Keuangan. DAFTAR PUSTAKA Akbar, A. (2007). Cara Kaya dengan Investasi. Jakarta: Rabka Publisher. Bawaslu Propinsi Maluku. (2013). Retrieved desember 2013, 2013, from Maluku Miliki SDA Yang Melimpah: http://www.moluken.com Connolly, J. (2005, sep 5). Building An Income Plan Requires The Right Financial Tools. Hira, T. K. (2006). A workplace and gender-related perspective on financial. Kementrian Kelautan dan Perikanan. (1994). Maluku Sebagai Potensi Kekayaan Laut Indonesia. Retrieved december 13, 2013, from http://www.stasiunpsdkptual.org Linawati, N. (2014). Perilaku Simpan Pinjam Masyarakat Ambon. Loppies, A. (2014, April 28). Karakteristik Masyarakat Ambon Sebelum dan Sesudah Kerusuhan Ambon. Manurung, A. H. (2009). Successful financial planner. Jakarta: Grasindo. Opiela, N. (1997). The impact of emerging demographic trends on financial planning. Journal of Financial Planning , 10 (6). Pieris, J. (2004). Tragedi Maluku: Sebuah Krisis Peradaban-Analisis Kritis Aspek Politik, Ekonomi, SosialBudaya dan Keamanan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Salim, S. (2013, March 13). Mengapa orang Maluku Keras Kepala? Retrieved December 13, 2013, from Kompasiana: http://sosbud.kompasiana.com Senduk, S. (2008). Mengatur Pengeluaran secara bijak. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia. Senduk, S. (2000). Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Travel, Raptim Indoneia Tours and Travel. (n.d.). Pesona Maluku. Retrieved december 13, 2013, from http://www.raptim-indonesia.co.id FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 29-34 Tuan-Hock, Tay, W.-Y., Tan, N.-L., & Lim, Y.-S. (2011). Influence of Investment Experience and Demographic Factors on Retirement Planning Intention. 6 (2). 34