10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Investasi
1) Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003 : 4). Investasi pada
dasarnya merupakan suatu pengorbanan yang terjadi saat sekarang dan memiliki
kepastian, sedangkan hasilnya baru akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak
pasti. Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut
(Kamaruddin, 1996 : 3). Pengertian investasi menurut Jogiyanto (2000 : 5), yaitu:
penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien
selama periode waktu tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu pengorbanan yang
dilakukan pada masa sekarang, yang nantinya diharapkan akan mendatangkan
hasil atau keuntungan dimasa yang akan datang.
2) Tujuan Investasi
Secara umum tujuan investasi adalah memperoleh penghasilan selama
jangka waktu tertentu, menambah nilai modal yang ditempatkan dan menjaga nilai
modal dari pangaruh inflasi (Koetin 1996 : 5). Pandangan lain menurut Usman
10
(1997 :
207) menyatakan bahwa tujuan investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan dalam arti luas.
Sedangkan menurut Kamaruddin (1996 : 3) ada beberapa alasan bagi
investor untuk melakukan investasi, antara lain :
(1) Untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih layak di masa yang akan datang.
Seseorang yang rasional akan berpikir bagaimana ia dapat meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu.
(2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam perusahaan
atau objek lain, investor dapat menghindarkan kemerosotan kekayaan atau
harta miliknya dari inflasi.
(3) Dorongan untuk menghemat pajak. Ada juga investor yang tidak ingin
membayar pajak dalam tahun tertentu dengan cara melakukan investasi, pada
investasi tertentu yang bebas pajak.
2.1.2 Reksa Dana
1) Pengertian Reksa Dana
Reksa Dana menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995,
Pasal 1 ayat 27 dan PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No 49 tahun
1998 dijabarkan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
Manajer Investasi. Reksa Dana merupakan kumpulan saham-saham, obligasiobligasi atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan
dikelola oleh perusahaan investasi profesional (Sunariyah, 2000 : 13).
11
Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi dan diperdagangkan di pasar modal
dan pasar uang, umumnya Reksa Dana diinvestasikan pada instrumen berjangka,
yakni jangka menengah dan jangka panjang bentuknya dapat berupa Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, comercial paper, obligasi dan saham
(Manurung, 2007:2).
2) Bentuk dan Sifat Reksa Dana
Menurut Tjiptono, dkk (2001: 149) sesuai pasal 18 UU No 8 tahun 1995
ditetapkan bahwa Reksa Dana dilihat dari segi bentuk dan sifatnya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua ) yaitu :
(1) Reksa Dana berbentuk Perseroan (Corporate Type). Dalam bentuk Reksa
Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual
saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada
berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.
(2) Reksa Dana bentuk Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi
Reksa Dana Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana Perseroan yang Terbuka.
Bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT).
b) Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Direksi
Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.
c) Penyimpanan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara
Manajer Investasi dengan Bank Kustodian.
12
(3) Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (contractual type). Reksa
dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank
Kustodian yang mengikat pemegang Unit penyertaan, di mana Manajer
Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan
Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah
dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk Perseroan.
Bentuk ini bercirikan.
a) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
b) Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan
kontrak.
c) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank
Kustodian berdasarkan kontrak.
Dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi.
(1) Reksa Dana bersifat Tertutup (Closed-End Fund), adalah Reksa Dana
yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada
pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali
sahamnya kepada Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak
menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat
saham Reksa Dana tersebut dicatatkan.
(2) Reksa Dana bersifat Terbuka (Open-End Fund), adalah Reksa Dana yang
menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai
sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat
13
menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan.
Manajer Investasi Reksa Dana, melalui Bank Kustodian, wajib
membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat tersebut.
3) Jenis–jenis Reksa Dana
Menurut Pratomo dan Nugraha (2005 : 67), terdapat 4 (empat) jenis
dasar Reksa Dana yaitu, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana
Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Pasar Uang. Adapun jenis yang dikenal adalah
sebagai berikut.
(1) Reksa Dana Saham
Reksa Dana Saham adalah jenis Reksa Dana dimana investasi portofolionya
dilakukan pada
saham-saham dari berbagai perusahaan dan sekaligus
merupakan Reksa Dana yang memfokuskan pada pertumbuhan. Reksa Dana
saham dalam variasi berinvestasinya dibuat pola 80% pada instrumen saham
di pasar modal dan 20% pada instrumen lainnya. Reksa Dana Saham
pertumbuhannya cenderung mengikuti saham perusahan-perusahaan besar
yang sudah mapan. Reksa Dana Saham dianjurkan cocok untuk investor yang
menginginkan pertumbuhan dana dalam jangka panjang.
a) Pengertian Saham
Menurut Sunariyah (2003 :111) saham adalah surat berharga sebagai
bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan
oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari
perusahaan tersebut. Pemilik saham adalah yang menyimpan saham tersebut
14
dan mendapatkan dan mendapatkan seluruh hak-hak pemegang saham. Setiap
pemegang saham memperoleh sertifikat sebagai tanda pemilik pada
perusahan.
b) Jenis-jenis Saham
Ada beberapa jenis saham yang perlu diketahui menurut Pratomo dan
Nugraha (2005 : 17), yaitu.
1)
Saham Biasa (common Stock) dan Saham Preferensi (Preferred Stock)
Saham Biasa adalah saham tanpa hak istimewa, misalnya atas dividen,
dan sisa harta perusahaan dalam hal terjadi likuidasi. Pemegang saham
ini mempunyai hak suara dan menerima dividen secara proposional
sesuai kepemilikannya. Di lain pihak, karena adanya keinginan untuk
menarik investor, maka diterbitkanlah saham preferensi. Saham ini
memiliki hak khusus dan istimewa tertentu yang meliputi prioritas dalam
menerima dividen, memperoleh laba dan menerima hak-hak jika
perusahaan mengalami likuidasi, namun tidak mempunyai hak suara.
2)
Stock with Par, No-Par-Stated Value, No Par No Stated Value
Ketiga jenis saham di atas berkenaan dengan jenis saham yang dikaitkan
dengan mekanisme penerbitannya. Meskipun tidak ada hubungannya
dengan nilai pasar, saham biasanya diterbitkan dengan nilai nominal
tertentu misalnya Rp 1000. Tetapi untuk menghindari munculnya
contingent liability jika saham dengan nilai par diterbitkan dengan
disago, munculnya saham tanpa nilai par. Alasan lain yang sering
digunakan adalah menghindari pertanyaan seputar hubungan nilai par
dan nilai pasar. Dalam beberapa hal muncul kritikan atas penerbitan
15
saham tanpa nilai par tersebut sehingga dirasa perlu untuk menetapkan
besaran minimum di mana saham tidak dapat diterbitkan di bawah nilai
tersebut. Saham ini disebut juga dengan istilah No Par Stock tetapi
dangan stated value tertentu.
(2) Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa Dana Saham adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang–
kurangnya 80 % dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek yang
bersifat hutang, 20% pada instrumen lainnya. Reksa Dana Saham mempunyai
orientasi investasi kedalam obligasi, Reksa Dana Saham dianjurkan untuk
investasi jangka menengah dan jangka panjang (lebih dari 3 tahun) dan
memberi keuntungan berupa uang tunai (dividen) yang dibayar teratur bisa 3
bulanan, 6 bulanan atau tahunan tergantung perjanjiannya.
(3) Reksa Dana Pasar Uang
Reksa Dana Pasar Uang adalah Reksa Dana yang investasinya ditanam pada
efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Reksa
Dana Uang melakukan Investasi 100% pada pasar uang misalnya deposito,
SBI, obligasi, efek hutang lainnya yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.
(4) Reksa Dana Campuran
Reksa Dana Campuran adalah Reksa Dana yang melakukan investasinya
dalam efek ekuitas dan efek hutang yang dalam pengalokasiannya tidak
termasuk dalam ketiga Reksa Dana lainnya, tetapi merupakan perpaduan
antara growth stock dan income stock atau lebih dari satu jenis instrumen
dengan komposisi investasi mendekati seimbang, misalkan pada ekuiitas
40%-60%, utang 0%-60%, pasar uang 0%-60%, sehingga terjadi dua tahap
16
diversifikasi, pertama menyebar ke beberapa jenis efek yang mempunyai sifat
berbeda, kedua dalam satu jenis efek disebar ke beberapa macam lagi. Reksa
Dana Campuran mempunyai kelebihan dalam hal fleksibilitasnya dalam
berinvestasi, bila bursa saham menunjukan trend menurun, maka Reksa Dana
Campuran bisa difokuskan ke obligasi atau instrumen pasar uang atau
sebaliknya bila perekonomian membaik difokuskan ke saham (ekuitas).
4) Kelebihan Reksa Dana sebagai Pilihan Investasi
Sebagai instrumen investasi Reksa Dana mempunyai banyak kelebihan
kalau dibandingkan dengan instrumen investasi lain atau investasi langsung
ke pasar modal, Menurut Cahyono (2001 : 47) kelebihan Reksa Dana adalah
sebagai berikut:
(1) Terjangkau, tanpa dominasi
Reksa Dana memberi peluang kepada investor kecil akses untuk berinvestasi
di pasar modal. Untuk itu nilai minimum untuk membuka rekening investasi
di Reksa Dana juga dibuat sekecil mungkin agar dapat terjangkau oleh
masyarakat umum. Dalam Reksa Dana para investor besar dibatasi jumlah
maksimum investasinya untuk menghindari adanya dominasi dan menjaga
kelangsungan hidup reksa dana tersebut.
(2) Sangat likuid
Unit penyertaan Reksa Dana sangat likuid artinya, kapan pun investor mau
menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya, maka Reksa Dana wajib
membelinya.
17
(3) Terdiversifikasi secara otomatis
Dengan jumlah dana yang besar, Reksa Dana bisa melakukan diversifikasi
investasi, dengan membeli bermacam-macam surat berharga sehingga
risikonya menurun.
(4) Dikelola oleh profesional dan murah
Program Reksa Dana disusun oleh para profesional, yang tugasnya sehari-hari
adalah mengelola dana. Mereka mendapat layanan dari analis investasi yang
akan mencari peluang investasi setiap hari. Dengan dukungan infrastruktur
tersebut, maka para profesional ini bisa memperkecil risiko investasi. Artinya
dengan dana terbatas secara tidak langsung investor telah menikmati layanan
para profesional dibidang pengelolaan dana.
(5) Kemudahan dalam alokasi aset
Dengan mempunyai dana yang besar Reksa Dana mempuyai banyak
kemudahan. Dengan asetnya yang besar, Reksa Dana bisa membeli obligasi
yang tidak dijangkau investor individu karena besarnya denominasi per
satuan
(6) Ada fasilitas pajak
Kalau berinvestasi di obligasi, maka Reksa Dana akan dibebaskan dari pajak
atas kupon Obligasi. Karena alasan ini bank berlomba-lomba untuk
berinvestasi di Reksa Dana. Sebab, kalau membeli langsung obligasi bank
akan dikenai pajak penghasilan sebesar 15 persen. Pajak atas investasi lain
dibayarkan secara langsung oleh Reksa Dana sehingga hasil investasi yang
didapatkan investor dari pertumbuhan nilai aset bukan lagi merupakan objek
pajak.
18
(7) Lebih aman, diatur lebih ketat
Reksa Dana juga lebih aman dibandingkan instrumen investasi lain karena
diatur lebih ketat. Peraturan yang berlaku di pasar modal akan berlaku bagi
Reksa Dana. Selain itu industri Reksa Dana sendiri ada peraturannya.
Bapepam memberikan beberapa batasan yang dimaksudkan untuk melindungi
investor. Selain itu Bapepam akan terus memantau aktivitas investasi Reksa
dana agar batasan-batasan investasi tersebut tetap tidak dilanggar.
(8) Keterbukaan
Pemodal Reksa Dana bisa mengetahui ke mana dananya diputar. Informasi ini
disampaikan secara rutin kepada investor. Dengan mempelajari posisi nilai
aktiva besrih dan portofolio efek tersebut para investor bisa mengetahui
potensi risiko dan hasil. Pengelola Reksa Dana sendiri, dalam hal ini Bank
Kustodian, melaporkan secara bulanan portofolio aset investasi mereka ke
Bapepam. Nilai aktiva bersih Reksa Dana Terbuka disyaratkan untuk
diumumkan setiap hari.
(9) Bisa memenuhi banyak kebutuhan investasi
Jenis Reksa Dana yang ada di pasar dewasa ini sangat beragam, dan masingmasing mempunyai perbedaan-perbedaan, misal dalam hal kebijakan dan
tujuan investasi. Dengan demikian Reksa Dana menawarkan kesempatan
kepada investor untuk mencapai banyak tujuan investasi.
5) Risiko Investasi pada Reksa Dana
Menurut Tjiptono, dkk (2001: 148), seperti halnya wahana investasi
lainya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun
mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:
19
(1) Risiko berkurangya nilai unit penyertaan.
Risiko ini dipengaruhi oleh turunya harga dari efek (saham, obligasi, dan
surat berharga lainya) yang masuk dalam portofolio Reksa Dana tersebut.
(2) Risiko likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption)
atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam
menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
(3) Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak dapat
membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan
saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihakpihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, Bank Kustodian, agen
pembayaran, atau nilai bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan
Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana.
Sedangkan menurut Riphat (1997 :85) risiko Reksa Dana ada dua yaitu:
(1) Uncontorable Risk yaitu risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh Manajemen
Investasi, yaitu.
a) Risiko Tingkat Inflasi (Inflation Risk)
b) Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk)
c) Risiko Kurs Mata Uang Asing (Foreign Rate Risk)
20
(2) Contorable Risk yaitu risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen
investasi yaitu: Risiko Tingkat Likuiditas, Risiko Kelalaian dan Risiko
Keuangan.
6) Keuntungan dan Kerugian Membeli Reksa Dana Saham
Menurut Rahardjo (2004 : 61), investor yang membeli Reksa Dana
Saham akan mendapatkan keuntungan dan risiko sebagai berikut.
(1) Keuntungan membeli Reksa Dana Saham
a) Tingkat pengembalian yang tinggi
Efek saham pada umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi
berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil
dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen.
b) Jumlah modal yang dimiliki relatif rendah.
Dengan membeli Reksa Dana Saham, perusahaan-perusahaan yang ingin
berinvestasi dengan jumlah modal yang relatif rendah dapat langsung
berinvestasi dalam Reksa Dana Saham.
c) Kinerja berdasarkan pengaruh fluktuasi harga saham
Indikator dan faktor penentu kinerja Reksa Dana Saham adalah bergantung
pada fluktuasi harga saham di pasar saham. Apabila harga saham naik
dalam jumlah yang besar maka investor akan mempunyai kesempatan
mendapatkan capital gain melalui manajer investasi
(2) Kelemahan membeli Reksa Dana Saham adalah apabila investor berinvestasi
dalam jangka pendek, karena harga saham yang slalu berfluktuasi yang akan
mempengaruhi hasil yang akan didapat.
21
7) Faktor-faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana Saham yaitu :
(1)
Harga saham
Harga saham yang berubah-ubah setiap waktu sehingga ketika menghitung
NAB dapat berubah setiap waktu dan akibatnya tingkat pengembalian juga
berubah-ubah setiap waktu (Manurung 2007: 71).
(2)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG sering digunakan sebagai tolak ukur atau pembanding dari suatu
kinerja potofolio saham atau Reksa Dana Saham semakin tinggi kenaikan
IHSG maka akan tinggi pula return saham yang dihasilkan (Pratomo dan
Nugraha 2005 : 67).
2.1.4. Nilai Aktiva Bersih
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan alat ukur kinerja Reksa Dana.
Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio Reksa Dana yang bersangkutan.
Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajibankewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyertaan merupakan jumlah
NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit penyertaan yang beredar (outstanding).
Nilai NAB tersebut sangat tergantung akan kinerja aset yang merupakan
portofolio Reksa Dana tersebut. Kalau harga pasar aset-aset suatu Reksa Dana
mengalami kenaikan maka NAB-nya tentu akan mengalami kenaikan, demikian
juga sebaliknya. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian
setelah mendapat data dari Manajer Investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian
setiap hari dapat dilihat keesokan harinya di media massa.
22
Menurut Manurung (2001 : 54) formula yang sering digunakan untuk
menghitung NAB Reksa Dana adalah sebagai berikut :
NAB t = NAKt - TKW t
................................................................(1)
Adapun perhitungan NAV/NAB Per unit penyertaan Reksa Dana adalah:
NABUPt =
NABt
NUPt
................................................................(2)
Keterangan:
NAB t
NAK t
TKW t
NABUP t
NUP t
=
=
=
=
Nilai
Nilai
Total
Nilai
aktiva bersih pada periode t
aktiva periode t
kewajiban Reksa Dana pada periode t
aktiva bersih per unit penyertaan pada periode t
= Jumlah unit penyertaan pada periode t
2.1.5 Return Reksa Dana
Investor dimanapun seelalu mempertimbangkan return dari investasi
yang dilakukan. Return atau tingkat pengembalian dari investasi tergantung pada
cirri investasi tersebut. Umumnya return Reksa Dana merupakan capital gain atas
investasi Reksa Dana tersebut (Manurung, 2001 : 58)
Return Reksa Dana ( rt ) = ( NABt – NABt-1)
NABt-1
..........................................(3)
Keterangan:
NABt
= Nilai Aktiva Bersih pada periode t
NABt
= Nilai Aktiva Bersih pada periode sebelumnya
Return yang dihitung dengan cara ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
kinerja porofolio Rekas Dana karena mengindikasikan hasil keputusan manajer
investasi.
23
2.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan menggambarkan suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada
tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari,
berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan
untuk periode tertentu. Indeks Harga Saham Gabungan mencerminkan suatu nilai
yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa
efek(Sunariyah, 2003 : 128).
Secara sederhana yang disebut indeks harga saham adalah suatu angka
yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dibandingkan dengan
peristiwa lainnya. Angka indeks sering disebut indeks pada dasarnya merupakan
suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk
melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang
berbeda. Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan
pergerakan harga-harga saham. Saat ini PT. Bursa Efek Indonesia memiliki lima
macam indeks harga saham, yaitu :
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat
sebagai komponen penghitungan indeks.
2) Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masingmasing sektor.
3) Indeks LQ-45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa
macam seleksi.
4) Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 Saham yang masuk dalam
kriteria Syariah dan termasuk saham yang likuid.
24
5) Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga
dasarnya.
Sebenarnya IHSG lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi
bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun
penurunan harga saham. Karena bursa saham merupakan salah satu indikator
perekonomian sebuah negara maka diperlukanlah sebuah standar perhitungan
tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan
ini yang akan dipergunakan sebagai tolok ukur kondisi perekonomian dan
investasi sebuah negara. Untuk di negara kita, perhitungan tersebut adalah indeks
harga saham gabungan (Arifin, 2002).
Menurut Darmadji (2001 : 95) indeks harga saham merupakan indikator
utama yang menggambarkan pergerakan harga saham yang diharapkan memiliki 5
(lima) fungsi yaitu:
1) Sebagai indikator trend pasar.
2) Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3) Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
5) Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Untuk menentukan Indeks harga saham diperlukan dua macam waktu
yaitu waktu dasar dan waktu berjalan, waktu dasar biasanya dijadikan patokan
sehingga pengukurannya harus benar yaitu pada saat situasi stabil, menentukan
Indeks harga saham di formulasikan sebagai berikut.
25
Ht
IHS = -------- x 100 % …………………………...……….. .................(4)
Ho
Keterangan:
IHS = Indeks Harga Saham.
H t = Harga pada waktu berjalan.
H o = Harga pada waktu dasar.
Sebuah indeks pasar saham dapat mencakup seluruh atau hanya sebagian
dari saham-saham yang terdaftar pada pasar yang diliputnya, misal indeks Dow
Jones Industrial Average yang mencakup 30 perusahaan industri pada New York
Stock Exchange, indeks LQ–45 yang mencakup 45 perusahaan yang
berkapitalisasi besar pada BEI setiap enam bulan disesuaikan berdasarkan
likuiditas perdagangan saham. Indeks harga saham yang dikenal di BEI adalah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks LQ–45.
2.1.7. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan atau
menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong
orang untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasi-kannya pada
sektor produksi atau industri yang risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan menanamkan uang di bank terutama dalam bentuk deposito. Untuk
menstabilkan nilai uang, secara konvensional instrumen yang umum digunakan
dalam ilmu ekonomi moneter adalah pengaturan tingkat suku bunga.
Rendahnya tingkat perbandingan antara jumlah uang yang beredar dan
GDP merupakan indikasi telah terjadi inflasi. Sehingga solusi yang harus
dilakukan adalah bila terjadi:
1)
Inflasi, melakukan perngurangan jumlah uang yang beredar.
26
2)
Deflasi, melakukan penambahan jumlah uang yang beredar.
Sertifikat Bank Indonesia merupakan surat berharga yang diterbitkan
oleh Bank Sentral (Bank Indonesia). Penerbitan SBI dilakukan atas unjuk dengan
nominal tertentu dan penerbitan SBI biasanya dikaitkan dengan kebijaksanaan
pemerintah terhadap operasi pasar terbuka dalam masalah penanggualangan
jumlah uang yang beredar (Kasmir, 2002 : 224).
Menaikkan bunga SBI berarti bank-bank dan lembaga keuangan lainnya
akan terdorong untuk membeli SBI. Adanya bunga yang tinggi dalam SBI
membuat bank dan lembaga keuangan yang menikmatinya ini otomatis akan
memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produk-produknya. Tujuannya
agar mampu menarik sebanyak mungkin dana masyarakat yang akan
dipergunakan untuk membeli SBI lagi.
2.1.8. Nilai Tukar (Kurs)
Kurs adalah nilai antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang
lain yang setara dengan mata uang tersebut pada satu waktu (Floyd, 2000 : 469).
Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga dibiarkan
berfluktuasi sesuai dengan perubahan di pasar uang. Kurs tetap atau kurs resmi
ditetapkan oleh pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh perubahan di pasar uang
dunia. Sebaliknya, kurs mengambang atau kurs bebas mencerminkan harga pasar
yang berfruktuasi berdasarkan permintaan dan penawaran serta faktor-faktor lain
dalam pasar uang dunia (Floyd, 2000 : 470). Menurut Kasmir (2002 : 231)
Penentuan kurs dapat dilakukan secara direct rate dan indirect rate. Direct rate
maksudnya adalah penentuan yang menenpatkan mata uang domestik didepan
mata uang asing. Sebagai contoh Rp 8.800,00 = US $ 1, artinya setiap
27
Rp 8.800,00 ditukarkan dengan 1 Dollar AS. Sedangkan perhitungan dengan
indirect rate adalah sebaliknya yaitu menempatkan mata uang asing di depan mata
uang domestik. Sebagai contoh US $ 0,000111 = Rp 1,00. Artinya setiap
0,000111 Dollar AS ditukar dengan Rp 1,00.
2.1.9 Hubungan antara Suku Bunga SBI, IHSG dan Kurs Dolar AS dengan
Return Reksa Dana Saham
Menurut Stanly (1990) Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi
harga saham melalui tiga cara, yaitu:
1) Perubahan suku bunga mempengaruhi kondisi perusahaan secara umum dan
profitabilitas perusahaan yakni dividen dan harga saham biasa.
2) Perubahan suku bunga mempengaruhi hubungan antara perolehan dari
obligasi dan perolehan dividen dari saham-saham dan oleh karena itu terdapat
daya tarik yang relatif antara saham dan obligasi.
3) Perubahan suku bunga mempengaruhi psikologi para investor sehubungan
dengan investasi kekayaan, sehingga mempengaruhi harga saham.
Jadi dari pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa suku bunga
dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham. Jika harga saham mengalami
perubahaan maka return Reksa Dana Saham akan mengikuti perubahan saham.
Naiknya tingkat suku bunga akan berpengaruh negatif terhadap harga saham
karena investor akan menjual sahamnya dan memilih berinvestasi pada deposito
bank yang akan menyebabkan return Reksa Dana Saham akan menurun.
Secara umum Kurs Dolar AS berhubungan erat dengan harga saham itu
sendiri selalu dibandingkan dengan nilai Kurs Dolar AS pada waktu tertentu.
Kurs Dolar dan harga saham menpunyai hubungan yang negatif. Jika Kurs dolar
28
cenderung naik maka akan menyebabkan pengurangan jumlah pembeli saham
(investor), begitu juga sebaliknya.
IHSG yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, banyak digunakan
oleh Manajer Investasi sebagai pembanding dari kinerja Reksa Dana Saham yang
dikelola. Dalam perbandingan kinerja, periode jangka waktu pengukuran kinerja
antara Reksa Dana Saham dan IHSG harus sama. Kinerja Reksa Dana saham yang
baik adalah jika sejak peluncuran berada di atas (atau paling tidak sama) kinerja
IHSG (Pratomo dan Nugraha, 2005 : 152).
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kaitan dengan penelitian
ini antara lain:
1) Rusli (2003) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Nilai Aktiva Bersih per Unit Reksa
Dana Pendapatan Tetap”. Dimana dalam penelitiannya tersebut Giffen Rusli
menemukan berdasarkan uji t diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI
berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih per Unit Reksa
Dana Pendapatan Tetap. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rusli
hanya menggunakan 1 (satu) independent variabel yaitu tingkat suku bunga
SBI sedangkan dalam penelitian ini ada penambahan 2 (dua) independent
variabel yaitu IHSG, dan Kurs Dollar dan dependent variabel yaitu Reksa
Dana saham.
29
2) Lohanto (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh IHSG
dan Tingkat Suku bunga Terhadap Kinerja Reksa Dana di Indonesia Pada
Periode Januari–Desember 2002”. Dicky menemukan bahwa pada seluruh
Reksa Dana Pendapatan Tetap yang dijadikan sampel mempunyai return yang
lebih besar dari pada return rata-rata bunga JIBOR bulanan, Reksa Dana
Saham yang dipengaruhi secara statistik oleh return IHSG adalah Reksa Dana
ABN AMRO saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Maksima, Rencana
Cerdas dan Citireksadana Ekuitas, serta Reksa Dana Pendaptan Tetap yang
dipengaruhi oleh suku bunga JIBOR adalah Schroder-Pan Dana prestasi dan
Danareksa Syariah Berimbang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah pada penelitian Dicky menggunakan 2 (dua) variabel
bebas yaitu IHSG dan suku bunga JIBOR (Jakarta Interbank Offer Rate) dan
menggunakan kinerja Reksa Dana sebagai variabel tetapnya sedangkan pada
penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel bebas yaitu suku bunga SBI,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS (US $) dan pada
penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kinerja Reksa Dana
Saham.
3) Lestari (2005) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro
terhadap Return Saham PT. Bursa Efek Indonesia: Pendekatan Beberapa
Model”. Dalam penelitiannya ini Lestari menggunakan tiga variabel Makro
Ekonomi sebagai variabel bebas yaitu Tingkat Bunga, Tingkat Inflasi dan
Kurs Valuta Asing dan return saham sebagai variabel terikatnya. Dari
penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel makro berpengaruh
30
cukup signifikan terhadap fluktuasi harga saham dan mendukung teori-teori
yang menyatakan variabel makro berpengaruh return saham. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Lestari adalah pada penelitian ini
menggunakan empat variabel bebas dimana 3 (tiga) dari 4 (empat) variabel
juga digunakan oleh Lestari, dan adanya perbedaan pada variabel terikatnya,
penelitian Lestari variabel terikatnya adalah return saham sedangkan pada
penelitian ini adalah kinerja Reksa Dana Saham.
2.3 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan masalah, kajian pustaka, dan hasil penelitian
sebelumnya yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), dan Kurs Dollar AS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2007.
2) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), dan Kurs Dollar AS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2007.
31
Download