BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 1) Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003 : 4). Investasi pada dasarnya merupakan suatu pengorbanan yang terjadi saat sekarang dan memiliki kepastian, sedangkan hasilnya baru akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak pasti. Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Kamaruddin, 1996 : 3). Pengertian investasi menurut Jogiyanto (2000 : 5), yaitu: penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu pengorbanan yang dilakukan pada masa sekarang, yang nantinya diharapkan akan mendatangkan hasil atau keuntungan dimasa yang akan datang. 2) Tujuan Investasi Secara umum tujuan investasi adalah memperoleh penghasilan selama jangka waktu tertentu, menambah nilai modal yang ditempatkan dan menjaga nilai modal dari pangaruh inflasi (Koetin 1996 : 5). Pandangan lain menurut Usman 10 (1997 : 207) menyatakan bahwa tujuan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dalam arti luas. Sedangkan menurut Kamaruddin (1996 : 3) ada beberapa alasan bagi investor untuk melakukan investasi, antara lain : (1) Untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang rasional akan berpikir bagaimana ia dapat meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu. (2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam perusahaan atau objek lain, investor dapat menghindarkan kemerosotan kekayaan atau harta miliknya dari inflasi. (3) Dorongan untuk menghemat pajak. Ada juga investor yang tidak ingin membayar pajak dalam tahun tertentu dengan cara melakukan investasi, pada investasi tertentu yang bebas pajak. 2.1.2 Reksa Dana 1) Pengertian Reksa Dana Reksa Dana menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat 27 dan PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No 49 tahun 1998 dijabarkan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Reksa Dana merupakan kumpulan saham-saham, obligasiobligasi atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan dikelola oleh perusahaan investasi profesional (Sunariyah, 2000 : 13). 11 Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi dan diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang, umumnya Reksa Dana diinvestasikan pada instrumen berjangka, yakni jangka menengah dan jangka panjang bentuknya dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, comercial paper, obligasi dan saham (Manurung, 2007:2). 2) Bentuk dan Sifat Reksa Dana Menurut Tjiptono, dkk (2001: 149) sesuai pasal 18 UU No 8 tahun 1995 ditetapkan bahwa Reksa Dana dilihat dari segi bentuk dan sifatnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua ) yaitu : (1) Reksa Dana berbentuk Perseroan (Corporate Type). Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. (2) Reksa Dana bentuk Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi Reksa Dana Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana Perseroan yang Terbuka. Bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT). b) Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk. c) Penyimpanan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian. 12 (3) Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (contractual type). Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit penyertaan, di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk Perseroan. Bentuk ini bercirikan. a) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif. b) Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan kontrak. c) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank Kustodian berdasarkan kontrak. Dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi. (1) Reksa Dana bersifat Tertutup (Closed-End Fund), adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham Reksa Dana tersebut dicatatkan. (2) Reksa Dana bersifat Terbuka (Open-End Fund), adalah Reksa Dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat 13 menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer Investasi Reksa Dana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat tersebut. 3) Jenis–jenis Reksa Dana Menurut Pratomo dan Nugraha (2005 : 67), terdapat 4 (empat) jenis dasar Reksa Dana yaitu, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Pasar Uang. Adapun jenis yang dikenal adalah sebagai berikut. (1) Reksa Dana Saham Reksa Dana Saham adalah jenis Reksa Dana dimana investasi portofolionya dilakukan pada saham-saham dari berbagai perusahaan dan sekaligus merupakan Reksa Dana yang memfokuskan pada pertumbuhan. Reksa Dana saham dalam variasi berinvestasinya dibuat pola 80% pada instrumen saham di pasar modal dan 20% pada instrumen lainnya. Reksa Dana Saham pertumbuhannya cenderung mengikuti saham perusahan-perusahaan besar yang sudah mapan. Reksa Dana Saham dianjurkan cocok untuk investor yang menginginkan pertumbuhan dana dalam jangka panjang. a) Pengertian Saham Menurut Sunariyah (2003 :111) saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Pemilik saham adalah yang menyimpan saham tersebut 14 dan mendapatkan dan mendapatkan seluruh hak-hak pemegang saham. Setiap pemegang saham memperoleh sertifikat sebagai tanda pemilik pada perusahan. b) Jenis-jenis Saham Ada beberapa jenis saham yang perlu diketahui menurut Pratomo dan Nugraha (2005 : 17), yaitu. 1) Saham Biasa (common Stock) dan Saham Preferensi (Preferred Stock) Saham Biasa adalah saham tanpa hak istimewa, misalnya atas dividen, dan sisa harta perusahaan dalam hal terjadi likuidasi. Pemegang saham ini mempunyai hak suara dan menerima dividen secara proposional sesuai kepemilikannya. Di lain pihak, karena adanya keinginan untuk menarik investor, maka diterbitkanlah saham preferensi. Saham ini memiliki hak khusus dan istimewa tertentu yang meliputi prioritas dalam menerima dividen, memperoleh laba dan menerima hak-hak jika perusahaan mengalami likuidasi, namun tidak mempunyai hak suara. 2) Stock with Par, No-Par-Stated Value, No Par No Stated Value Ketiga jenis saham di atas berkenaan dengan jenis saham yang dikaitkan dengan mekanisme penerbitannya. Meskipun tidak ada hubungannya dengan nilai pasar, saham biasanya diterbitkan dengan nilai nominal tertentu misalnya Rp 1000. Tetapi untuk menghindari munculnya contingent liability jika saham dengan nilai par diterbitkan dengan disago, munculnya saham tanpa nilai par. Alasan lain yang sering digunakan adalah menghindari pertanyaan seputar hubungan nilai par dan nilai pasar. Dalam beberapa hal muncul kritikan atas penerbitan 15 saham tanpa nilai par tersebut sehingga dirasa perlu untuk menetapkan besaran minimum di mana saham tidak dapat diterbitkan di bawah nilai tersebut. Saham ini disebut juga dengan istilah No Par Stock tetapi dangan stated value tertentu. (2) Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Saham adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang– kurangnya 80 % dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek yang bersifat hutang, 20% pada instrumen lainnya. Reksa Dana Saham mempunyai orientasi investasi kedalam obligasi, Reksa Dana Saham dianjurkan untuk investasi jangka menengah dan jangka panjang (lebih dari 3 tahun) dan memberi keuntungan berupa uang tunai (dividen) yang dibayar teratur bisa 3 bulanan, 6 bulanan atau tahunan tergantung perjanjiannya. (3) Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana Pasar Uang adalah Reksa Dana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Reksa Dana Uang melakukan Investasi 100% pada pasar uang misalnya deposito, SBI, obligasi, efek hutang lainnya yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. (4) Reksa Dana Campuran Reksa Dana Campuran adalah Reksa Dana yang melakukan investasinya dalam efek ekuitas dan efek hutang yang dalam pengalokasiannya tidak termasuk dalam ketiga Reksa Dana lainnya, tetapi merupakan perpaduan antara growth stock dan income stock atau lebih dari satu jenis instrumen dengan komposisi investasi mendekati seimbang, misalkan pada ekuiitas 40%-60%, utang 0%-60%, pasar uang 0%-60%, sehingga terjadi dua tahap 16 diversifikasi, pertama menyebar ke beberapa jenis efek yang mempunyai sifat berbeda, kedua dalam satu jenis efek disebar ke beberapa macam lagi. Reksa Dana Campuran mempunyai kelebihan dalam hal fleksibilitasnya dalam berinvestasi, bila bursa saham menunjukan trend menurun, maka Reksa Dana Campuran bisa difokuskan ke obligasi atau instrumen pasar uang atau sebaliknya bila perekonomian membaik difokuskan ke saham (ekuitas). 4) Kelebihan Reksa Dana sebagai Pilihan Investasi Sebagai instrumen investasi Reksa Dana mempunyai banyak kelebihan kalau dibandingkan dengan instrumen investasi lain atau investasi langsung ke pasar modal, Menurut Cahyono (2001 : 47) kelebihan Reksa Dana adalah sebagai berikut: (1) Terjangkau, tanpa dominasi Reksa Dana memberi peluang kepada investor kecil akses untuk berinvestasi di pasar modal. Untuk itu nilai minimum untuk membuka rekening investasi di Reksa Dana juga dibuat sekecil mungkin agar dapat terjangkau oleh masyarakat umum. Dalam Reksa Dana para investor besar dibatasi jumlah maksimum investasinya untuk menghindari adanya dominasi dan menjaga kelangsungan hidup reksa dana tersebut. (2) Sangat likuid Unit penyertaan Reksa Dana sangat likuid artinya, kapan pun investor mau menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya, maka Reksa Dana wajib membelinya. 17 (3) Terdiversifikasi secara otomatis Dengan jumlah dana yang besar, Reksa Dana bisa melakukan diversifikasi investasi, dengan membeli bermacam-macam surat berharga sehingga risikonya menurun. (4) Dikelola oleh profesional dan murah Program Reksa Dana disusun oleh para profesional, yang tugasnya sehari-hari adalah mengelola dana. Mereka mendapat layanan dari analis investasi yang akan mencari peluang investasi setiap hari. Dengan dukungan infrastruktur tersebut, maka para profesional ini bisa memperkecil risiko investasi. Artinya dengan dana terbatas secara tidak langsung investor telah menikmati layanan para profesional dibidang pengelolaan dana. (5) Kemudahan dalam alokasi aset Dengan mempunyai dana yang besar Reksa Dana mempuyai banyak kemudahan. Dengan asetnya yang besar, Reksa Dana bisa membeli obligasi yang tidak dijangkau investor individu karena besarnya denominasi per satuan (6) Ada fasilitas pajak Kalau berinvestasi di obligasi, maka Reksa Dana akan dibebaskan dari pajak atas kupon Obligasi. Karena alasan ini bank berlomba-lomba untuk berinvestasi di Reksa Dana. Sebab, kalau membeli langsung obligasi bank akan dikenai pajak penghasilan sebesar 15 persen. Pajak atas investasi lain dibayarkan secara langsung oleh Reksa Dana sehingga hasil investasi yang didapatkan investor dari pertumbuhan nilai aset bukan lagi merupakan objek pajak. 18 (7) Lebih aman, diatur lebih ketat Reksa Dana juga lebih aman dibandingkan instrumen investasi lain karena diatur lebih ketat. Peraturan yang berlaku di pasar modal akan berlaku bagi Reksa Dana. Selain itu industri Reksa Dana sendiri ada peraturannya. Bapepam memberikan beberapa batasan yang dimaksudkan untuk melindungi investor. Selain itu Bapepam akan terus memantau aktivitas investasi Reksa dana agar batasan-batasan investasi tersebut tetap tidak dilanggar. (8) Keterbukaan Pemodal Reksa Dana bisa mengetahui ke mana dananya diputar. Informasi ini disampaikan secara rutin kepada investor. Dengan mempelajari posisi nilai aktiva besrih dan portofolio efek tersebut para investor bisa mengetahui potensi risiko dan hasil. Pengelola Reksa Dana sendiri, dalam hal ini Bank Kustodian, melaporkan secara bulanan portofolio aset investasi mereka ke Bapepam. Nilai aktiva bersih Reksa Dana Terbuka disyaratkan untuk diumumkan setiap hari. (9) Bisa memenuhi banyak kebutuhan investasi Jenis Reksa Dana yang ada di pasar dewasa ini sangat beragam, dan masingmasing mempunyai perbedaan-perbedaan, misal dalam hal kebijakan dan tujuan investasi. Dengan demikian Reksa Dana menawarkan kesempatan kepada investor untuk mencapai banyak tujuan investasi. 5) Risiko Investasi pada Reksa Dana Menurut Tjiptono, dkk (2001: 148), seperti halnya wahana investasi lainya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain: 19 (1) Risiko berkurangya nilai unit penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainya) yang masuk dalam portofolio Reksa Dana tersebut. (2) Risiko likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. (3) Risiko Wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak dapat membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihakpihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, Bank Kustodian, agen pembayaran, atau nilai bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana. Sedangkan menurut Riphat (1997 :85) risiko Reksa Dana ada dua yaitu: (1) Uncontorable Risk yaitu risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh Manajemen Investasi, yaitu. a) Risiko Tingkat Inflasi (Inflation Risk) b) Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk) c) Risiko Kurs Mata Uang Asing (Foreign Rate Risk) 20 (2) Contorable Risk yaitu risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen investasi yaitu: Risiko Tingkat Likuiditas, Risiko Kelalaian dan Risiko Keuangan. 6) Keuntungan dan Kerugian Membeli Reksa Dana Saham Menurut Rahardjo (2004 : 61), investor yang membeli Reksa Dana Saham akan mendapatkan keuntungan dan risiko sebagai berikut. (1) Keuntungan membeli Reksa Dana Saham a) Tingkat pengembalian yang tinggi Efek saham pada umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen. b) Jumlah modal yang dimiliki relatif rendah. Dengan membeli Reksa Dana Saham, perusahaan-perusahaan yang ingin berinvestasi dengan jumlah modal yang relatif rendah dapat langsung berinvestasi dalam Reksa Dana Saham. c) Kinerja berdasarkan pengaruh fluktuasi harga saham Indikator dan faktor penentu kinerja Reksa Dana Saham adalah bergantung pada fluktuasi harga saham di pasar saham. Apabila harga saham naik dalam jumlah yang besar maka investor akan mempunyai kesempatan mendapatkan capital gain melalui manajer investasi (2) Kelemahan membeli Reksa Dana Saham adalah apabila investor berinvestasi dalam jangka pendek, karena harga saham yang slalu berfluktuasi yang akan mempengaruhi hasil yang akan didapat. 21 7) Faktor-faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana Saham yaitu : (1) Harga saham Harga saham yang berubah-ubah setiap waktu sehingga ketika menghitung NAB dapat berubah setiap waktu dan akibatnya tingkat pengembalian juga berubah-ubah setiap waktu (Manurung 2007: 71). (2) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG sering digunakan sebagai tolak ukur atau pembanding dari suatu kinerja potofolio saham atau Reksa Dana Saham semakin tinggi kenaikan IHSG maka akan tinggi pula return saham yang dihasilkan (Pratomo dan Nugraha 2005 : 67). 2.1.4. Nilai Aktiva Bersih Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan alat ukur kinerja Reksa Dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio Reksa Dana yang bersangkutan. Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajibankewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit penyertaan yang beredar (outstanding). Nilai NAB tersebut sangat tergantung akan kinerja aset yang merupakan portofolio Reksa Dana tersebut. Kalau harga pasar aset-aset suatu Reksa Dana mengalami kenaikan maka NAB-nya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga sebaliknya. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat data dari Manajer Investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian setiap hari dapat dilihat keesokan harinya di media massa. 22 Menurut Manurung (2001 : 54) formula yang sering digunakan untuk menghitung NAB Reksa Dana adalah sebagai berikut : NAB t = NAKt - TKW t ................................................................(1) Adapun perhitungan NAV/NAB Per unit penyertaan Reksa Dana adalah: NABUPt = NABt NUPt ................................................................(2) Keterangan: NAB t NAK t TKW t NABUP t NUP t = = = = Nilai Nilai Total Nilai aktiva bersih pada periode t aktiva periode t kewajiban Reksa Dana pada periode t aktiva bersih per unit penyertaan pada periode t = Jumlah unit penyertaan pada periode t 2.1.5 Return Reksa Dana Investor dimanapun seelalu mempertimbangkan return dari investasi yang dilakukan. Return atau tingkat pengembalian dari investasi tergantung pada cirri investasi tersebut. Umumnya return Reksa Dana merupakan capital gain atas investasi Reksa Dana tersebut (Manurung, 2001 : 58) Return Reksa Dana ( rt ) = ( NABt – NABt-1) NABt-1 ..........................................(3) Keterangan: NABt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t NABt = Nilai Aktiva Bersih pada periode sebelumnya Return yang dihitung dengan cara ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja porofolio Rekas Dana karena mengindikasikan hasil keputusan manajer investasi. 23 2.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks Harga Saham Gabungan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek(Sunariyah, 2003 : 128). Secara sederhana yang disebut indeks harga saham adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dibandingkan dengan peristiwa lainnya. Angka indeks sering disebut indeks pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda. Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Saat ini PT. Bursa Efek Indonesia memiliki lima macam indeks harga saham, yaitu : 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 2) Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masingmasing sektor. 3) Indeks LQ-45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi. 4) Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 Saham yang masuk dalam kriteria Syariah dan termasuk saham yang likuid. 24 5) Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Sebenarnya IHSG lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun penurunan harga saham. Karena bursa saham merupakan salah satu indikator perekonomian sebuah negara maka diperlukanlah sebuah standar perhitungan tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini yang akan dipergunakan sebagai tolok ukur kondisi perekonomian dan investasi sebuah negara. Untuk di negara kita, perhitungan tersebut adalah indeks harga saham gabungan (Arifin, 2002). Menurut Darmadji (2001 : 95) indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham yang diharapkan memiliki 5 (lima) fungsi yaitu: 1) Sebagai indikator trend pasar. 2) Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3) Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio. 4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. 5) Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Untuk menentukan Indeks harga saham diperlukan dua macam waktu yaitu waktu dasar dan waktu berjalan, waktu dasar biasanya dijadikan patokan sehingga pengukurannya harus benar yaitu pada saat situasi stabil, menentukan Indeks harga saham di formulasikan sebagai berikut. 25 Ht IHS = -------- x 100 % …………………………...……….. .................(4) Ho Keterangan: IHS = Indeks Harga Saham. H t = Harga pada waktu berjalan. H o = Harga pada waktu dasar. Sebuah indeks pasar saham dapat mencakup seluruh atau hanya sebagian dari saham-saham yang terdaftar pada pasar yang diliputnya, misal indeks Dow Jones Industrial Average yang mencakup 30 perusahaan industri pada New York Stock Exchange, indeks LQ–45 yang mencakup 45 perusahaan yang berkapitalisasi besar pada BEI setiap enam bulan disesuaikan berdasarkan likuiditas perdagangan saham. Indeks harga saham yang dikenal di BEI adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks LQ–45. 2.1.7. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Suku bunga merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasi-kannya pada sektor produksi atau industri yang risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan uang di bank terutama dalam bentuk deposito. Untuk menstabilkan nilai uang, secara konvensional instrumen yang umum digunakan dalam ilmu ekonomi moneter adalah pengaturan tingkat suku bunga. Rendahnya tingkat perbandingan antara jumlah uang yang beredar dan GDP merupakan indikasi telah terjadi inflasi. Sehingga solusi yang harus dilakukan adalah bila terjadi: 1) Inflasi, melakukan perngurangan jumlah uang yang beredar. 26 2) Deflasi, melakukan penambahan jumlah uang yang beredar. Sertifikat Bank Indonesia merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia). Penerbitan SBI dilakukan atas unjuk dengan nominal tertentu dan penerbitan SBI biasanya dikaitkan dengan kebijaksanaan pemerintah terhadap operasi pasar terbuka dalam masalah penanggualangan jumlah uang yang beredar (Kasmir, 2002 : 224). Menaikkan bunga SBI berarti bank-bank dan lembaga keuangan lainnya akan terdorong untuk membeli SBI. Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan yang menikmatinya ini otomatis akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produk-produknya. Tujuannya agar mampu menarik sebanyak mungkin dana masyarakat yang akan dipergunakan untuk membeli SBI lagi. 2.1.8. Nilai Tukar (Kurs) Kurs adalah nilai antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada satu waktu (Floyd, 2000 : 469). Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan perubahan di pasar uang. Kurs tetap atau kurs resmi ditetapkan oleh pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh perubahan di pasar uang dunia. Sebaliknya, kurs mengambang atau kurs bebas mencerminkan harga pasar yang berfruktuasi berdasarkan permintaan dan penawaran serta faktor-faktor lain dalam pasar uang dunia (Floyd, 2000 : 470). Menurut Kasmir (2002 : 231) Penentuan kurs dapat dilakukan secara direct rate dan indirect rate. Direct rate maksudnya adalah penentuan yang menenpatkan mata uang domestik didepan mata uang asing. Sebagai contoh Rp 8.800,00 = US $ 1, artinya setiap 27 Rp 8.800,00 ditukarkan dengan 1 Dollar AS. Sedangkan perhitungan dengan indirect rate adalah sebaliknya yaitu menempatkan mata uang asing di depan mata uang domestik. Sebagai contoh US $ 0,000111 = Rp 1,00. Artinya setiap 0,000111 Dollar AS ditukar dengan Rp 1,00. 2.1.9 Hubungan antara Suku Bunga SBI, IHSG dan Kurs Dolar AS dengan Return Reksa Dana Saham Menurut Stanly (1990) Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi harga saham melalui tiga cara, yaitu: 1) Perubahan suku bunga mempengaruhi kondisi perusahaan secara umum dan profitabilitas perusahaan yakni dividen dan harga saham biasa. 2) Perubahan suku bunga mempengaruhi hubungan antara perolehan dari obligasi dan perolehan dividen dari saham-saham dan oleh karena itu terdapat daya tarik yang relatif antara saham dan obligasi. 3) Perubahan suku bunga mempengaruhi psikologi para investor sehubungan dengan investasi kekayaan, sehingga mempengaruhi harga saham. Jadi dari pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa suku bunga dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham. Jika harga saham mengalami perubahaan maka return Reksa Dana Saham akan mengikuti perubahan saham. Naiknya tingkat suku bunga akan berpengaruh negatif terhadap harga saham karena investor akan menjual sahamnya dan memilih berinvestasi pada deposito bank yang akan menyebabkan return Reksa Dana Saham akan menurun. Secara umum Kurs Dolar AS berhubungan erat dengan harga saham itu sendiri selalu dibandingkan dengan nilai Kurs Dolar AS pada waktu tertentu. Kurs Dolar dan harga saham menpunyai hubungan yang negatif. Jika Kurs dolar 28 cenderung naik maka akan menyebabkan pengurangan jumlah pembeli saham (investor), begitu juga sebaliknya. IHSG yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, banyak digunakan oleh Manajer Investasi sebagai pembanding dari kinerja Reksa Dana Saham yang dikelola. Dalam perbandingan kinerja, periode jangka waktu pengukuran kinerja antara Reksa Dana Saham dan IHSG harus sama. Kinerja Reksa Dana saham yang baik adalah jika sejak peluncuran berada di atas (atau paling tidak sama) kinerja IHSG (Pratomo dan Nugraha, 2005 : 152). 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kaitan dengan penelitian ini antara lain: 1) Rusli (2003) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Nilai Aktiva Bersih per Unit Reksa Dana Pendapatan Tetap”. Dimana dalam penelitiannya tersebut Giffen Rusli menemukan berdasarkan uji t diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih per Unit Reksa Dana Pendapatan Tetap. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rusli hanya menggunakan 1 (satu) independent variabel yaitu tingkat suku bunga SBI sedangkan dalam penelitian ini ada penambahan 2 (dua) independent variabel yaitu IHSG, dan Kurs Dollar dan dependent variabel yaitu Reksa Dana saham. 29 2) Lohanto (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh IHSG dan Tingkat Suku bunga Terhadap Kinerja Reksa Dana di Indonesia Pada Periode Januari–Desember 2002”. Dicky menemukan bahwa pada seluruh Reksa Dana Pendapatan Tetap yang dijadikan sampel mempunyai return yang lebih besar dari pada return rata-rata bunga JIBOR bulanan, Reksa Dana Saham yang dipengaruhi secara statistik oleh return IHSG adalah Reksa Dana ABN AMRO saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Maksima, Rencana Cerdas dan Citireksadana Ekuitas, serta Reksa Dana Pendaptan Tetap yang dipengaruhi oleh suku bunga JIBOR adalah Schroder-Pan Dana prestasi dan Danareksa Syariah Berimbang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Dicky menggunakan 2 (dua) variabel bebas yaitu IHSG dan suku bunga JIBOR (Jakarta Interbank Offer Rate) dan menggunakan kinerja Reksa Dana sebagai variabel tetapnya sedangkan pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel bebas yaitu suku bunga SBI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS (US $) dan pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kinerja Reksa Dana Saham. 3) Lestari (2005) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro terhadap Return Saham PT. Bursa Efek Indonesia: Pendekatan Beberapa Model”. Dalam penelitiannya ini Lestari menggunakan tiga variabel Makro Ekonomi sebagai variabel bebas yaitu Tingkat Bunga, Tingkat Inflasi dan Kurs Valuta Asing dan return saham sebagai variabel terikatnya. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel makro berpengaruh 30 cukup signifikan terhadap fluktuasi harga saham dan mendukung teori-teori yang menyatakan variabel makro berpengaruh return saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Lestari adalah pada penelitian ini menggunakan empat variabel bebas dimana 3 (tiga) dari 4 (empat) variabel juga digunakan oleh Lestari, dan adanya perbedaan pada variabel terikatnya, penelitian Lestari variabel terikatnya adalah return saham sedangkan pada penelitian ini adalah kinerja Reksa Dana Saham. 2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pada rumusan masalah, kajian pustaka, dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. 2) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kurs Dollar AS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. 31