Persepsi Anggota DPRD Non Komisi II Terhadap Usefulness dan

advertisement
PERSEPSI ANGGOTA DPRD NON KOMISI II TERHADAP
USEFULNESS DAN UNDERSTANDABILITY LAPORAN
KEUANGAN YANG DISAJIKAN OLEH PEMERINTAH KOTA
SALATIGA
Oleh :
WENLY PATTISINA
NIM : 232009131
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
•
•
!!
!
!
"
# $%
• &
!
'
!
!
(
'
•
)
"!
!
! $
!
'
• *
(
+
&
ABSTRACT
The financial statement provided by the public sector especially government
is accountability a form of government that must be published to the users of the
financial statement. Where should meet characteristic of the financial statement and
characteristic of the users namely usefulness and understandability. Thus, whether
the local government as a maker and member of DPRD as a user of the financial
report that functions as a watchdog of the financial statement must meet the
characteristics. This research was conducted to find out the perception of members of
DPRD non commission II of the usefulness and understandability of financial
statement presented by the government of the city of Salatiga.
The research found that both the characteristics of the financial reports
presented the government as well as the characteristics of the users of the members
of DPRD non commission II Salatiga city, not yet fully fulfilled.
Key Words : Financial statement, Local government, Member of DPRD non
commission II, Usefulness, Understandablity
ABSTRAKSI
Laporan keuangan yang disediakan oleh sektor publik khusunya pemerintahan
merupakan bentuk pertanggungjawaban Pemerintah yang harus dipublikasikan
kepada pengguna laporan keuangan. Dimana harus memenuhi karakteristik dari
laporan keuangan dan karakteristik dari pengguna yaitu kegunaan dan keterpahaman.
Dengan demikian, baik Pemerintah Daerah sebagai pembuat laporan keuangan
maupun anggota DPRD sebagai pengguna laporan keuangan yang mempunyai fungsi
sebagai pengawas laporan keuangan harus memenuhi karakteristik tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi anggota DPRD non kosisi II
terhadap kegunaan dan keterpahaman laporan keuanagn yang disajikan Oleh
Pemerintah Kota Salatiga.
Hasil penelitian menemukan bahwa baik dari karakteristik laporan keuangan
yang disajikan Pemerintah Kota Salatiga maupun karakteristik pengguna yaitu
anggota DPRD non komisi II Kota Salatiga, belum sepenuhnya terpenuhi.
Kata Kunci : Laporan Keuangan, Pemerintah Daerah, Anggota DPRD non komisi II,
Kegunaan, Keterpahaman.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus kristus atas
pertolongan dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini
dengan baik. Guna memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi
Strata satu (S1) pada jurusan Akuntansi di Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Dalam kertas kerja ini, penulis ingin mengetahui persepsi anggota DPRD non
komisi II terhadap usefulness dan understandability laporan keuangan yang disajikan
Oleh Pemerintah Kota Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan kertas kerja ini masih terdapat
kekurangan serta kelemahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun penulisan ini di kemudian hari.
Akhir kata, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan
kertas kerja ini, dan penulis mengharapkan agar kertas kerja ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca serta pihak – pihak yang membutuhkan.
Salatiga, 27 mei 2013
Penulis,
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena penyertaan,
kasih dan hikmatNya, maka kertas kerja yang berjudul “Persepsi Anggota DPRD
Non Komisi II Terhadap usefulness dan understandability Laporan Keuangan Yang
Disajikan Oleh Pemerintah Kota Salatiga” dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan kertas kerja ini, penulis banyak mendapat bantuan moril
dan materil, serta dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka, pada kesempatan yang membahagiakan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak antara lain kepada :
1. Tuhan Yesus atas segala berkat dan perlindunganNya bagiku.
2. Bapak Hari Sunarto, S.E., MBA., Ph.D., selaku dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis.
3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Bapak Marwata, S.E., Akt., M.Si, Ph.D.
selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak ide, saran, dan kritikan selama proses penyusunan
kertas kerja ini.
5. Bapak Henci Latunussa selaku wali studi yang telah membantu penulis
selama proses perkuliahan.
6. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA dan Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE.,
M.Sc selaku penguji kertas kerja ini.
7. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UKSW yang sudah membimbing selama masa perkuliahan penulis, serta
penyusunan kertas kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Anggota DPRD non
komisi II Kota Salatiga yang telah berkenan dan
meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Keluargaku tersayang, Papa Bob, Mama Dolly, Kakak Yan, Kakak Ona, Adik
Tasya, Adik Novly, Ponaanku Julyan dan Aldrino, serta keluarga besar
Pattisina, Helaha dan Hukom yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah mendukung baik secara moril maupun materiil.
10. Kekasih hatiku tercinta “nyong” Derry Siahaya, yang telah banyak
memberikan motivasi sehingga kertas kerja ini selesai.
11. Saudaraku yang luar biasa baik Uthin, Cece, Cintya, Bella, Monic, Astrid,
Marsel, dan Hendy yang telah membantu penulis dalam segala hal selama
proses perkuliahan, baik susah maupun senang.
12. Sahabat dan Temanku, Etha, Ebet, Jun, Christin, Natalia, Melisa, Unet, Ince,
Zusan lainnya yang tidak sempat disebut namanya satu persatu.
13. Teman skripsi seperjuangan, Mbak Lisya, heny, Christien dan Mery yang
saling membantu dari proposal sampai kertas kerja ini.
14. Keluarga besar dan teman – teman Fakultas Ekonomika dan Bisnis Angkatan
2009.
15. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan kertas kerja yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Salatiga, 27 Mei 2013
Penulis,
(Wenly Pattisina)
! " # $% "
&
$'()#*$# $#$+, #
$ ! - '#
.
/0
$' (&+ #1 " #1* # $,$"! , ' # $#$+, #
/0
/2
3
/4
5
DAFTAR GAMBAR
Hirarki Kualitas Informasi Akuntansi ...................................................10
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Gambaran Umum Responden…………………………………….............15
Tabel 2
Penilaian Responden Terhadap Kegunaan (usefulness) Laporan Keuangan
Dalam 12 Konteks Keputusan Berdasarkan Pendidikan
Akhir.............…….......................................................................................16
Tabel 3
Penilaian Responden Terhadap Kegunaan (usefulness) Laporan Keuangan
Dalam 12 Konteks Keputusan Berdasarkan Periode Jabatan.....................17
Tabel 4
Penilaian Responden Terhadap Keterpahaman (understandability) Laporan
Keuangan Yang Disajikan Oleh Pemerintah Kota.....................................19
!
"
##############################################$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $
DAFTAR LAMPIRAN
##################################################################################/4
%
&
'
#################################################################################### /
1.
Latar belakang
Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang sekarang ini
mendapat perhatian lebih terhadap praktek akuntansi yang dilaksanakan. Ini
disebabkan karena adanya tuntutan dari masyarakat agar pemerintah lebih
meningkatakan akuntabilitas dan transparasi terhadap laporan keuangan yang
dihasilkan. Hal ini membuat sektor publik mengadopsi praktek akuntansi yang
dilakukan oleh sektor swasta yaitu adopsi akuntansi berbasis akrual, yang
membuat timbulnya laporan-laporan baru antara lain Laporan Perubahan Saldo
Anggaran dan Laporan Operasional selain laporan tradisional yang selalu dibuat
yaitu Neraca, Laporan Realisasi anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan.
Di Indonesia adopsi tersebut mulai terlihat saat diundang-undangkannya
Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32
mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Kemudian dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah
(PP) 24 tahun 2005 dimana Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menggunakan
akuntansi kas menuju akrual (cash toward accrual) yang menghasilkan laporan
keuangan berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan. Dimana Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dana. Kemudian setelah itu terbit PP 71 tahun 2010 pasal tujuh (7) ayat satu (1)
bahwa penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual
menjadi penerapan SAP berbasis akrual.
PP 71 Tahun 2010 memberikan batas waktu bagi pemerintah daerah untuk
mengimplementasi praktik akuntansi berbasis akrual tersebut paling lambat
sampai tahun 2014. Saat ini beberapa Pemerintah Daerah telah menyajikan
sebagian laporan yang telah dipersyaratkan oleh PP 71 Tahun 2010 termasuk
Pemerintah Kota Salatiga yang pada tahun 2011 telah menghasilkan Laporan
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Laporan Target dan
Realisasi Pendapatan dan Belanja, Catatan Atas Laporan Keuangan.
Dengan adanya penerepan PP 71 Tahun 2010 yang mana merubah basis
akuntansi yang digunakan oleh pemerintah, maka laporan keuangan yang
dihasilkan harus memenuhi karakteristik laporan keuangan dan karakteristik
pengguna yaitu usefulness dan understandability. Sehingga menimbulkan
pertanyaan sejauh mana laporan-laporan tersebut berguna bagi para pengguna
laporan keuangan dalam pembuatan keputusan (usefulness) dan apakah dapat
dipahami (understandbility) oleh para pengguna. Bukannya mempersulit dan
membingungkan pembacanya tetapi justru harus membantu mereka dalam
pengambilan keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan yang
diambil bisa lebih berkualitas. Apalagi jika berbicara tentang tentang latar
belakang pendidikan para pengguna laporan keuangan yang tidak seluruhnya
memiliki latar belakang akuntansi, banyak yang beranggapan bahwa laporan
keuangan lebih berguna bagi yang memiliki latar belakang akuntansi saja karena
mereka akan lebih mudah mengerti dan mengintepretasikan angka-angka dalam
laporan keuangan tersebut. Padahal laporan keuangan sebenarnya disajikan untuk
memenuhi kebutuhan seluruh pengguna laporan dari berbagai latar belakang
(Mahsun, 2006).
Penelitian tentang hal ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti
penelitian Kober, Lee dan Ng (2010) yang melakukan survei kepada pengguna
internal dan ekternal laporan keuangan pemerintah membuktikan bahwa di
Australia dari pandangan para pengguna sistem akuntansi berbasis kas tidak
dianggap memadai untuk pengelolaan keuangan pemerintah, sedangkan akuntansi
berbasis akrual dianggap lebih berguna dari pada akuntansi berbasis kas. Dan
dimana para pengguna juga lebih memahami akuntansi berbasis akrual
dibandingakan basis kas. Tapi akuntansi berbasis kas masih dinggap berguna
%
dalam menilai kebutuhan arus kas pemerintah. Dan berikutnya Deacuno, Nistor
dan Filip (2011) dalam penelitian mereka tentang dampak akuntansi akrual pada
manajemen sektor publik di Rumania membuktikan bahwa akuntansi berbasis
akrual lebih efisien dalam pengelolaan keuangan sektor publik di Rumania.
Sedangkan di Indonesia sendiri belum ada penelitian seperti Kober dkk
(2010) dan Deacuno dkk (2011), karena itu penelitian ini menjadi sangat penting
untuk diteliti. Ada banyak pengguna laporan keuangan salah satunya dalam
penelitian ini yaitu anggota DPRD selain komisi 2. Dimana salah satu fungsi
DPRD menurut Undang-undang 32 Tahun 2004 yaitu fungsi pengawasan
terhadap keuangan daerah yang harus dijalankan seluruh anggota DPRD bukan
saja terbatas bagi anggota DPRD komisi 2, dan dimana menuntut pemahaman
anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur tentang keuangan
daerah. Seperti yang telah peneliti katakan bahwa seharusnya laporan keuangan
ini berguna (usefulness) dan dipahami (understandbility) oleh semua para
pengguna laporan keuangan bukan hanya sebatas mereka yang memiliki latar
belakang akuntansi dan yang benar – benar berada pada bagian keuangan saja.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang
“Persepsi
Anggota
DPRD
Non
Komisi
2
Terhadap
Usefulness
dan
Understanbility Laporan Keuangan Yang Disajikan Pemerintah Kota Salatiga”.
Untuk itu persoalan dalam penelitian ini yaitu bagaimana persepsi anggota DPRD
non komisi 2 Kota Salatiga terhadap Usefulness dan Understanbility Laporan
Keuangan yang disajikan Pemerintah Kota Salatiga? Penelitian ini juga bertujuan
dan bermanfaat bagi pemerintah yaitu bagaimana sebelum menerapkan atau
mengganti sebuah kebijakan, pemerintah juga melihat dari sudut pandang para
penggunanya terkhusus dalam hal ini pengguna laporan keuangan. Dan bagi para
pengguna bahwa mereka juga harus lebih ekstra dalam pengetahuannya untuk
menggunakan laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah. Selanjutnya
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
(
2.
Telaah Teoritis
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Menurut Mahsun, Sulistyowati dan Purwanugraha (2006:135)
menyebutkan tujuan laporan keuangan keuangan sektor publik yaitu:
1. Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada
pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa
pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum
dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif (accountability and restrospective
reporting)
Laporan
keuangan
digunakan
sebagai
sebuah
bentuk
pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk
memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar
untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang
telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain
yang sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar
untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima,
serta memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya organisasi.
)
3. Perencanaan dan informasi otorisasi (planning and authorization
information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan
kebijakan dan aktivitas dimasa yang akan datang. Laporan keuangan
berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi
penggunaan dana.
4. Kelangsungan organisasi (viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam
menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan
menyediakan barang atau jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5. Hubungan masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan
kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang
telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat.
Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada
berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara
lebih dalam.
Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Swasta dan Sektor Publik
Menurut Mahsun dkk (2006) perbedaan laporan keuangan sektor swasta
dan sektor publik khususnya laporan keuangan pemerintah yaitu:
1. Fokus dan lingkup laporan keuangan
Laporan keuangan pemerintah berfokus pada masalah finansial dan
politik, sehingga kinerja pemerintah diukur berdasarkan aspek finansial
dan
nonfinansial.
Sedangkan
laporan
keuangan
sektor
swasta
menitikberatkan kinerjanya pada aspek finansial. Lingkup laporan
keuangan pemerintah pada bagian organisasi, sedangkan lingkup laporan
keuangan sektor swasta yaitu organisasi secara keseluruhan.
2. Akuntabilitas
Pertanggungjawaban laporan keuangan pemerintah ditujukan pada
pihak legilatif/parlemen dan masyarakat. Sedangkan pertanggungjawaban
laporan keuangan sektor swasta ditujukan kepada para pemegang saham
dan kreditor.
3. Orientasi laporan keuangan
Laporan keuangan pemerintah lebih berorientasi pada jangka
panjan karena terkait dengan konsep politik dan kenegaraan, sedangkan
laporan keuangan sektor swasta orientasinya pada jangka panjang tidak
dapat
dilakukan
secara
mendetail
karena
dibatasi
oleh
adanya
ketidakpastian pasar.
4. Aturan pelaporan
Aturan pelaporan dalam laporan keuangan pemerintah ditentukan
oleh standar akuntansi (SAP). Sedangkan dalam laporan keuangan sektor
swasta ditentukan oleh standar akuntansi keuangan, pasar modal dan
praktek akuntansi.
5. Pihak pemeriksa
Laporan keuangan pemerintah diperiksa oleh Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK) sedangkan laporan keuangan sektor swasta diperiksa
oleh pihak auditor independen.
6. Pengguna dasar akuntansi
Pengguna dasar akuntansi akrual pada sektor swasta telah
berlangsung lama, sedangkan di sektor pemerintahan sebagian masih
menggunakan dasar akuntansi kas.
*
Komponen – komponen Laporan Keuangan Pemerintah
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 komponen laporan keuangan
pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,
dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
pusat atau daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran
dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicangkup
secara langsung oleh laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan
laporan realisasi anggaran, belanja, transfer dan pembiayaan.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai asset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
4. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang
pemerintah
pusat
atau
daerah
untuk
kegiatan
dikelola oleh
penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicangkup secara
langsung dalam laporan operasional terdiri dari penddapatan Laporan
Operasinal, beban, transfer, dan pos – pos luar biasa.
5. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas
operasi,
investasi,
pendanaan,
dan
transitoris
yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pusat atau daerah selama periode tertentu.
+
6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan
ekuitas
tahun
pelaporan
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan Atas Laporan
Keuangan juga mencangkup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan
dan
dianjurkan
untuk
diungkapkan
didalam
Standar
Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan – ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah
Publik mempunyai hak untuk mengetahui laporan keuangan pemerintah.
Adanya tingkat kepuasan yang berbeda-beda untuk tiap pengguna informasi
keuangan, menyebabkan kebutuhan informasi yang berbeda pula yang dapat
menyebabkan timbulnya konflik kepentingan. Menurut Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan dalam PP 71 Tahun 2010 terdapat beberapa kelompok
utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada :
1. Masyarakat
2. Para wakil rakyat dan lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi
dan pinjaman dan pemerintah
,
Menurut Mardiasmo (2002) kebutuhan informasi pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah dapat diringkas sebagai berikut:
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi
atas biaya, harga, dan kualitas pelayanan publik yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui
keberadaan penggunaan yang diberikan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung
tingkat resiko, likuiditas, dan solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan
untuk
melakukan fungsi pengawasan, dan mencegah terjadinya
laporan yang bisa atas kondisi keuangan pemerintah, dan
penyelewengan keuangan Negara.
5. Manajer
komponen
publik
membutuhkan
sistem
informasi
informasi
akuntansi
manajemen
sebagai
untuk
membantuperencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran
kinerja, dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu
dan dengan organisasi lain yang sejenis.
-
Usefulness dan Understandability Laporan Keuangan Bagi Para Pengguna
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam
Concept Statement No. 2 menyebutkan karakteristik-karakteristik kualitatif dari
informasi akuntansi yang memisahkan
memisahkan informasi yang berguna dari yang tidak
begitu berguna untuk tujuan pengambilan keputusan. Yang digambarkan secara
jelas dalam Hirarki Kualitas Informasi Akuntansi berikut:
[Sumber: Hierarchy of Accounting Qualities, FASB, SFAC No. 2 Page 32, May
1980]
Informasi dalam laporan keuangan akan berguna jika memenuhi User
qualities understandability dan decision usefulness (primary decision specific
qualities). Financial Accounting Standards Board (FASB) menyatakan Kerangka
Konseptual Pelaporan Keuangan yang mengatakan
mengatakan relevansi dan keandalan
adalah sebagai dasar karakteristik kualitatif informasi keuangan supaya berguna
.
untuk pengambilan keputusan. Karena untuk menjadi berguna, maka informasi
tersebut harus dapat dihandalkan dan relevan.
Relevan
merupakan
kemampuan
dari
suatu
informasi
untuk
mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai laporan lainnya, sehingga
keberadaan informasi tersebut mampu mengubah atau mendukung harapan
mereka tentang hasil-hasil atau konsekuensi dari tindakan yang diambil. Dalam
lingkup kerangka konseptual relevan jika dapat mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa sekarang dan masa akang datang (predictive value), dan menegaskan atau
memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya dan juga harus tepat waktu
(timeliness). Karena jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia tepat waktu
maka informasi tersebut akan kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi
keputusan yang ada.
Kedua, informasi akan berguna (usefulness) jika andal (reliability), dimana
para pemakai informasi sangat tergantung dengan kebenaran informasi yang
dihasilkan. Keandalan bagi setiap pemakai laporan keuangan juga berbeda-beda
tergantung dari pemahaman (understandability) mereka terhadap aturan-aturan
dalam menyajikan informasi. Keandalan mengandung tiga hal yang harus
didapatkan yaitu ketika dapat diuji kebenarannya (verifiable) dan dapat
menggambarkan keadaan secara wajar sesuai peristiwa (representational
faithfulness) dan juga netral (Neutrality). Setelah kedua kualitas primer ini, ada
juga yang dapat menambah kegunaan (usefulness) dari laporan keuangan yaitu
dapat dibandingkan dan konsisten (comparability). Sehingga jika salah satu dari
kedua karakteristik primer ini tidak tercapai maka informasi tersebut tidak akan
berguna dalam pengambilan keputusan.
Demikian pula, jika informasi itu relevan dan andal tapi
tidak akan
berguna bagi para pengguna yang tidak memahaminya. Sehingga informasi yang
yang relevan dan andal akan sia-sia kapasitas dari informasi tersebut tidak dapat
dimanfaatkan. Untuk itu informasi yang diberikan oleh laporan keuangan harus
dipahami (understandability) bagi mereka yaitu pengguna, yang bersedia untuk
mempelajari setiap informasi yang ada. Karena informasi keuangan hanyalah alat
yang tidak bisa banyak membantu bagi mereka yang tidak mampu atau tidak mau
menggunakan atau yang salah menggunakannya. Sehingga bagi mereka yang
mampu dan mau menggunakannya, maka manfaat informasi dapat ditingkatkan
dan dapat lebih dimengerti oleh seluruh pengguna laporan keuangan. Untuk itu
kombinasi antara karakteristik pengguna dan karakteristik yang melekat dalam
informasi dapat tercapai.
Menurut Ghozali dan Chariri (2007:164) kegunaan (usefulness) laporan
keuangan bagi pengambilan keputusan dipandang sebagai kualitas informasi yang
paling penting, tapi informasi akan berguna dan terdapat manfaat jika para
pengguna laporan keuangan memahami (understandability) laporan keuangan itu.
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 salah satu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam penyajian laporan keuangan yaitu dapat dipahami (undertandability) oleh
pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya
kemauan pengguna untuk mempelajari informasi dimaksud.
Dalam penelitian Kober dkk (2010) juga mengungkapkan konsep manfaat
informasi secara luas harus meliputi beberapa karakteristik kualitatif informasi.
Kerangka konseptual Australia menyoroti empat pokok karakteristik kualitatif
yang penting bagi informasi yang akan berguna untuk pengguna yaitu relevansi,
keandalan, dapat dipahami dan dapat dibandingkan.
%
3.
Metodologi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
wawancara mendalam dan kuesioner dengan anggota DPRD non komisi II Kota
Salatiga periode 2009-2014 mengenai persepsi anggota DPRD non komisi II Kota
Salatiga terhadap usefulness dan understandbility laporan keuangan yang
disajikan Pemerintah Kota Salatiga.
Satuan Analisis dan satuan Pengamatan
Satuan analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Non
Komisi II Kota Salatiga Periode 2009-2014, yang berjumlah 18 orang. Sedangkan
satuan pengamatan yang digunakan adalah anggota DPRD Kota Salatiga periode
2009-2014 Non Komisi II yang bersedia dan tidak berhalangan untuk mengikuti
penelitian ini berjumlah 12 orang.
Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan
wawancara mendalam yang didasari dengan kuesioner yang diadopsi dari Kober
dkk (2010), yang menyangkut
persepsi anggota DPRD non komisi II Kota
Salatiga terhadap usefulness dan understandbility laporan keuangan yang
disajikan Pemerintah Kota Salatiga. Dimana kuesioner dibagi dalam beberapa
bagian, bagian pertama mengenai identitas responden, bagian kedua para
responden memilih diantara laporan keuangan yang sesuai dengan 12 konteks
keputusan yang dapat dilihat dari laporan keuangan seperti neraca, laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas dan laporan target dan realisasi pendapatan
dan belanja. Untuk bagian yang ketiga keterpahaman responden yang dinilai
dengan skala likert dari 1:sangat tidak setuju samapai 5:sangat setuju (Lampiran
1).
Sesudah itu dilakukan analisis data pada bagian usefulness, para responden
diminta memilih dari 12 konteks keputusan yang dapat digunakan pada laporan
(
keuangan yang disajikan. Setelah itu peneliti akan menghitung jumlah dari
masing-masing konteks keputusan yang sesuai dengan laporan keuangan yang
ada, dan akan menjelaskan salah satu konteks keputusan yang memiliki jumlah
terbanyak yang dapat digunakan dari keempat laporan keuangan yang ada dalam
kuesioner. Untuk bagian kuesioner understandability akan dipresentase dan
dirata-rata kemudian dianalisis berdasarkan rumus:
I=
Keterangan:
I= Interval kelas
R= Range = skala tertinggi – skala terendah
K= Jumlah Kelas
Maka diketahui I=
= 0,8
Skala
Kategori
4,21 – 5,00
Sangat setuju
3,41 – 4,20
Setuju
2,61 – 3,40
Cukup setuju
1,81 – 2,60
Tidak setuju
1,00 – 1,80
Sangat tidak setuju
Data yang ada kemudian dianalisis deskriptif yang dituangkan dalam
kalimat. Dimana data yang terdapat pada bagian usefulness dan understandability
diperkuat juga dengan wawancara yang dilakukan secara mendalam terhadap
responden yang telah mengisi kuesioner.
4.
Temuan dan Pembahasan
)
4.1 Gambaran secara umum responden penelitian
Tabel 1
Gambaran Umum Responden
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
8
4
66,67
33,33
12 orang
1
1
8
2
100
8,33
8,33
66,67
16,67
Total
1 periode jabatan ( 44 bulan)
1 periode jabatan ( 44 bulan)
12 orang
9
3
100
75
25
Total
12 orang
100
6
50
6
50
12 orang
3
1
2
1
1
1
2
1
12 orang
100
25
8,33
16,67
8,33
8,33
8,33
16,67
8,33
100
Kriteria
Jenis
Kenalmin
Laki – laki
Perempuan
Total
SMA
D3
Pendidikan
S1
Terakhir
S2
Lama
Menjabat
Anggota DPRD
Jabatan di
Pimpinan DPRD
DPRD
(Ketua DPRD, Wakil Ketua, Ketua Komisi,
Kota
Wakil Ketua Komisi, Sekertaris Komisi)
Salatiga
Total
Partai Amanat Nasional (PAN)
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Asal
Partai Demokrat (PD)
Fraksi
Partai Golongan Karya (PG)
(Urutan
Partai Indonesia Sejahtera (PIS)
Sesuai
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
Abjad)
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
Total
[Sumber: Data Primer, 2013]
Responden dalam penelitian ini dibagi menurut jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, lama jabatan, Jabatan dan asal fraksi. Dari Total anggota
DPRD selain komisi 2 berjumlah 18 tetapi yang bersedia dan tidak berhalangan
untuk mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 12 orang. Yang mayoritasnya
berjenis kelamin laki-laki (66,67), dan mayoritas pendidikan akhirnya S1 (66,67)
yang lama jabatan di DPRD Kota Salatiga yaitu yang kurang dari atau sama
dengan 1 periode jabatan ( 75%). Setiap komisi dipimpin oleh seorang ketua
komisi dan didampingi oleh seorang wakil ketua komisi dan dibantu oleh seorang
sekertaris komisi. Sedangkan ketua DPRD didampingi oleh dua orang wakil ketua
DPRD. Dalam penelitian ini pimpinan DPRD yang bersedia dan tidak
berhalangan untuk mengikuti penelitian ini berjumlah 6 orang dan sisanya sebagai
anggota komisi. Mereka berasal dari 8 Partai Politik dari hasil Pemilihan Umum
Legilatif tahun 2009 dengan hasil 1 partai memliki pewakilan terbanyak yaitu
sebanyak 3 orang, yang berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN).
4.2 Perbandingan Persepsi Responden terhadap usefulness Laporan
Keuangan Yang Disajikan Oleh Pemerintah Kota Salatiga
Selain telah dilakukan analisis secara keseluruhan, maka akan dilakukan
analisis lebih mendalam terhadap data yang didapat dari penelitian. Yang mana
akan dibandingkan berdasarkan atribut-atribut demografis yang dimiliki
responden.
4.2.1 Perbandingan Menurut Pendidikan Terakhir
Berdasarkan penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) laporan
keuangan yang disajikan Pemerintah Kota Salatiga terhadap 12 konteks keputusan
yang dibedakan menurut pendidikan terakhir, didapat hasil seperti berikut:
Tabel 2
Penilaian Responden Terhadap Kegunaan (usefulness) Laporan Keuangan
Dalam 12 Konteks Keputusan Berdasarkan Pendidikan Akhir
/
)
*
*
*
*
*
/
0
1
0
1
0
0
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
3
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
4
3
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
3
5
0
0
0
1
0
0
0
0
0
6
0
0
1
4
3
2
2
1
0
0
1
3
0
0
0
3
0
0
2
6
3
3
1
4
0
1
0
6
0
0
0
2
0
0
0
1
1
3
0
1
0
1
0
0
/
%
/
0
0
(
1
2
/
0
)
1
2
/
3 4
5
/
*
4
6
+
1
/
)
)#,$6'
$(&,&' #
*
*
*
*
6
0
,
0
0
1
1
0
0
2
2
3
1
2
0
0
1
+
0
1
1
6
-
0
0
0
8
0
1
1
5
2
2
2
2
0
0
1
3
0
0
1
4
1
0
1
6
0
1
2
5
0
1
0
7
1
0
0
2
1
0
0
2
2
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
2
2
1
0
2
0
0
0
1
1
/
1
.
/
0
1
6
%
[Sumber: Data Primer, 2013]
Dari data pada tabel diatas, setiap jenjang pendidikan terkahir berbeda dalam
memilih 12 konteks keputusan yang berada dalam laporan keuangan yang
disajikan oleh Pemerintah Kota Salatiga. Untuk kategori pendidikan akhir SMA
dan D3 menilai Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja dinilai
lebih berguna dari pada laporan keuangan yang lain bagi 12 konteks keputusan
yang ada. Sedangkan bagi kategori pendidikan akhir S1 dan S2 yang berguna bagi
12 konteks keputusan yaitu Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Target dan
Realisasi Pendapatan dan Belanja. Sehingga bagi S1 dan S2 laporan keuangan itu
lebih berguna dari pada pendidikan akhir SMA dan D3 yang hanya menilai 1
laporan keuangan saja yang berguna. Perbedaan ini mungkin terjadi karena
adanya perbedaan tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh responden. Seperti
yang dikatakan oleh responden D3 mengatakan
“Untuk menilai kinerja Pemerintah Kota yang hanya dapat dipakai
yaitu pada Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja,
dapat digunakan dalam menilai kinerja pemerintah dalam setiap
realisasi pendapatan dan belanja yang terjadi. Dalam hal ini DPRD
,
juga bekerja ekstra dalam memahami laporan ini, karena kadang
adanya pencatatan ulang dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga
dalam menilai kinerja pemerintah kadang membutuhkan Badan
Pengawasan Keuangan (BPK)”.
Sedangkan menurut responde S1 mengatakan
“ Untuk menilai kinerja Pemerintah Kota yang hanya dapat dipakai
yaitu dapat dinilai dari semua laporan keuangan yang disajikan oleh
Pemerintah Kota Salatiga. Misalnya yang digunakan yaitu Laporan
Realisasi Anggaran yang mana ketika adanya SILPA/SIKPA maka
anggaran yang ada tidak terserap dengan baik, sehingga dari situ
bisa dinilai seberapa baik kinerja pemerintah”.
Dari hasil analisis pada tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
ternyata tingkat pendidikan akhir juga sangat berdampak bagi penilaian yang
diberikan oleh responden, sehingga munculnya perbedaan persepsi antar kategori
pendidikan akhir. Yang mana kemungkinan pendidikan akhir SMA dan D3 masih
awam terhadap pengisian kuesioner dan juga akan pengetahuan mereka terhadap
kegunaan laporan keuangan bagi 12 konteks keputusan yang ada.
4.2.2 Perbandingan Menurut Periode Jabatan
Berdasarkan penilaian responden terhadap kegunaan (usefulness) laporan
keuangan yang disajikan Pemerintah Kota Salatiga terhadap 12 konteks keputusan
yang dibedakan menurut periode jabatan, didapat hasil seperti berikut:
Tabel 3
Penilaian Responden Terhadap Kegunaan (usefulness) Laporan Keuangan
Dalam 12 Konteks Keputusan Berdasarkan Periode Jabatan
7 ($")*$ 8 ! , # 97
!&+ #:
; ($")*$ 8 ! , # 9;
!&+ #:
)
*
*
%
(
/
.
/
/
0
1
0
2
)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(
.
.
%
.
.
.
-
/
)
0
1
/
3 4
(
2
5
/
*
+
6
,
6
1
4
1
1
6
-
1
.
/
/
1
0
1
.
.
.
.
.
(
)
.
%
(
(
.
)
%
.
.
.
.
(
(
(
(
.
(
(
.
.
.
%
%
(
%
.
.
%
%
(
(
(
.
.
7 ($")*$ 8 ! , # 97
%
.
!&+ #:
.
; ($")*$ 8 ! , # 9;
)
%
6
.
!&+ #:
*
*
%
.
.
.
[Sumber: Data Primer, 2013]
Dari data dapat dilihat responden yang memiliki masa jabatan kurang dari
sama dengan1 periode jabatan menilai bagi 12 konteks keputusan yaitu Laporan
Realisasi Anggaran, sedangkan bagi masa jabatan yang lebih dari 1 periode menilai
yang berguna bagi 12 konteks keputusan yaitu Laporan Arus Kas dan Laporan Target
dan Realisasi Pendapatan dan Belanja. Seperti yang dikatakan oleh responden yang
masa jabatannya kurang dari sama dengan 1 periode mengatakan
“Untuk Membantu mengelola asset dan liabilitas (kewajiban) dapat
dilihat dari neraca secara jelas dan lengkap terdapat informasi
seberapa banyak aset dan liabilitas yang dimiliki oleh Pemerintah
Kota, dan bagaiamana pengelolaannya. Walaupun saat ini
pemerintah sedang menyikapi cara pengolaan aset terkhususnya
tanah pemerintah yang belum seluruhnya dapat ditangani dan
dikelola, yang sampai saat ini masih dipakai oleh masyarakat
%.
maupun yang tidak dikelola. Sehingga sekarang DPRD sedang
membuat peraturan guna pengelolaan keseluruhan aset pemerintah
dapat ditangani dengan baik.
Sedangkan bagi responden yang masa jabatannya lebih dari 1 periode
mengatakan
“Untuk Membantu mengelola asset dan liabilitas (kewajiban) dapat
dilihat dari Laporan Arus Kas dimana dari arus kas bisa dilihat
seberapa anggaran yang dipakai untuk menghasilkan asset
pemerintah kota”.
Dengan adanya perbedaan ini maka tidak menutup kemungkinan
bahwa responden yang masa jabatannya kurang dari 1 periode memiliki
pengetahuan yang lebih dari responden yang lama jabatannya lebih dari 1
periode. Hal ini terlihat dari perbedaan mereka dalam memberikan
penilaian mereka terhadap 12 konteks keputusan yang dapat dipakai pada
laopran keuangan yang disajikan oleh Pemerintah Kota Salatiga.
4.3 Penilaian Responden Terhadap Keterpahaman (Understandability)
Laporan Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga
Pada tahap kedua ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi
responden terhadap pemahaman akan Laporan Keuangan yang disajikan oleh
Pemerintah Kota salatiga yaitu berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja
dengan hasil dan jawaban sebagai berikut:
Tabel 4
Penilaian Responden Terhadap Keterpahaman (Understandability) Laporan
Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga
No
Indikator
Total
Rata –
skor
rata
39
3,25
39
3,25
Laporan keuangan berupa neraca yang disajikan
1
pemerintah mudah dipahami oleh Anggota DPRD Non
Komisi 2
2
Laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja yang disajikan pemerintah mudah
Persepsi
Cukup
setuju
Cukup
setuju
%
dipahami oleh Anggota DPRD Non Komisi 2
Laporan keuangan berupa Laporan Target dan Realisasi
3
Pendapatan dan Belanja yang disajikan pemerintah mudah
45
3,75
Setuju
42
3,5
Setuju
dipahami oleh Anggota DPRD Non Komisi 2
Laporan keuangan berupa Laporan Arus Kas yang
4
disajikan pemerintah mudah dipahami oleh Anggota DPRD
Non Komisi 2
[Sumber: Data Primer, 2013]
Dalam bentuk pertanggungjawaban pemerintah bagi masyarakat maka
dibuatlah 4 laporan keuangan ini. Dimana seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa penelitian ini juga bertujuan untuk mencari tahu bagaimana
keterpahaman responden terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh
pemerintah kota salatiga. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keterpahaman
responden terhadap laporan keuangan yang disajikan pemerintah antara lain
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Laporan Target dan
Realisasi Pendapatan dan Belanja bahwa terdapat perbedaan yaitu pada poin
keterpahaman pertama dan kedua dari rata-ratanya anggota DPRD Kota Salatiga
yaitu cukup setuju, sedangkan pada poin ketiga daan keempat dari rata-ratanya
menunjukan bahwa responden setuju kedua laporan tersebut mudah dipahami. Hal
ini menunjukan bahwa tidak semua laporan keunagn yang disajikan Pemerintah
Kota Salatiga telah memenuhi karakteristik pengguna yaitu understandability.
4.3.1 Perbandingan Persepsi Responden terhadap Understandability Laporan
Keuangan Yang Disajikan Oleh Pemerintah Kota Salatiga
Selain telah dilakukan analisis secara keseluruhan, maka akan dilakukan
analisis lebih mendalam terhadap data yang didapat dari penelitian. Yang mana
%%
akan dibandingkan berdasarkan atribut-atribut demografis yang dimiliki
responden.
4.3.1.1 Perbandingan penilaian responden berdasarkan pendidikan terakhir
Berdasarkan
penilaian
responden
terhadap
keterpahaman
(understandability) laporan keuangan yang disajikan Pemkot Salatiga menurut
pendidikan terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Penilaian Responden Terhadap Keterpahaman (Understandability) Laporan
Keuangan Yang Disajikan Pemkot Salatiga Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
/
3
<
*
<
<
(
(
%
%
%*
(7%
*
(
%
%
(
(
%+
(7(,
,
)
%
%
)
)
(%
)
*
(
)
)
(
(
%+
(7(,
%
)7.
(
(7
<
<
<
%7+
8
&
8
&
&
,
)
)
(7
&
[Sumber: Data Primer, 2013]
%(
Dilihat dari data diatas, terdapat perbedaan persepsi antara SMA dan D3
dengan S1 dan S2 dimana menurut SMA dan S1 bahwa laporan keuangan yang
disediakan oleh Pemerintah Kota Salatiga cukup mudah untuk dipahami.
Sedangkan bagi kategori pendidikan akhir S1 dan S2 berpendapat bahwa laporan
keuangan yang disediakan oleh pemerintah Kota Salatiga itu mudah dipahami.
Ternyata tingkat pendidikan akhir juga sangat berpengaruh bagi pemahaman para
responden terhadap laporan keuangan yang disediakan oleh Pemerintah Kota
Salatiga. Sehingga tingkat pendidikan yang tinggi juga sangat diperluka bagi para
pengguna laporan keuangan pemerintah. Yang mana menurut tingkat pendidikan
akhir SMA dan D3 yang mereka anggap laporan keuangan yang sulit dipahami
yaitu pada laporan Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Sama halnya juga
dengan tingkat pendidikan S1 yang mengatakan Laporan Realisasi Anggaran
merupakan salah satu laporan yang yang cukup mudah dipahami.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada responden D3 yang
mengatakan bahwa
“Bahwa saya juga menyadari understandability itu sangat
diperlukan bagi kami yang memiliki fungsi sebagai pengawas
karena sebenarnya laporan keuangan yang disajikan Pemerintah
Kota Salatiga memang susah untuk dipahami tapi dengan salah satu
fungsi kami sebagai pengawas maka dituntut untuk memahami
laporan keuangan yang disajikan pemerintah”.
Dan juga pendapat dari responden S1 yang mengatakan
“Salah satu hal yang memicu adanya praktek korupsi oleh beberapa
anggota DPRD itu bukan sepenuhnya karena disengaja tapi itu
bermula dari ketidakpahaman mereka dalam memahami laporan
keuangan yang ada. Terkhususnya pada Laporan Realisasi
Anggaran. Yang mana dari ketidakpahaman itu mereka salah dalam
memberikan persetujuan dalam Anggaran yang diajukan oleh
pemerintah”.
Dengan adanya perbedaan ini maka tingkat penidikan itu sangat
diperlukan bagi para pengguna. Karena dari tingkat pendidikan yang berbeda
maka akan ada tingkat pemahaman yang berbeda pula dari antara para pemakai.
%)
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa dari setiap pengguna laporan keuangan terkhususnya dalam penelitian ini
yaitu Anggota DPRD Kota Salatiga Non Komisi II, dari setiap konteks keputusan
(decision usefulness) yang ada masing-masing tak seluruhnya dapat digunakan
dari keempat laporan yang ada. Laporan yang paling banyak dapat digunakan
untuk keduabelas konteks keputusan yang ada yaitu pada Laporan Realisasi
Pendapatan dan Belanja.
Dan untuk keterpahaman (understandability) Anggota DPRD khususnya
non monisi II dalam laporan keuangan Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran
para responden cukup setuju bahwa laporan-laporan yang disajikan oleh
pemerintah ini mudah dipahami (understandability). Sedangkan laporan Laporan
Arus Kas dan Laporan Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Anggota
DPRD khususnya non komisi II mengatakan bahwa mereka setuju kedua laporan
ini mudah dipahami (understandability). Dimana sebenarnya tingkat pendidikan
itu sangat penting guna bagi anggota DPRD sehingga, mereka juga dapat
memahami laporan keuangan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Salatiga.
Karena dengan adanya analisis berdasarkan atribut pendidikan terakhir, terdapat
perbedaan yang mana menurut Pendidikan akhir SMA dan D3 berpendapat bahwa
laporan keuangan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Salatiga itu cukup
mudah untuk dipahami. Sedangkan bagi tingkat pendidikan akhir S1 dan S2
berpendapat bahwa laporan keuangan yang disajikan Pemerintah Kota Salatiga itu
mudah dipahami.
%
Yang mana untuk usefulness dan understandability sangat berpengaruh
juga dari segi Tingkat pendidikan dan lamanya periode jabatan dari para pemakai,
salah satunya yaitu anggota DPRD non komisi II. Dari hasil analisis yang ada
membuktikan bahwa karakteristik laporan keuangan yaitu usefulness dan
karakteristik para pengguna yaitu understandability belum sepenuhnya terpenuhi
baik dari segi laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah yang belum
sepenuhnya dapat digunakan oleh para pengguna dalam pengambilan keputusan.
Maupun dari segi para pengguna dalam hal ini Anggota DPRD Non Komisi II,
yang harus lebih ekstra dalam mempelajari dan memahami laporan keuangan
yang disajikan oleh Pemerintah Kota Salatiga.
Dalam penelitian ini juga memiliki keterbatasan yaitu pada jumlah
responden yang hanya berjumlah 12 responden. Sehingga diharapkan pada
penelitian selanjutnya agar memperluas jumlah responden. Dan juga untuk
konteks keputusan yang ada agar lebih diperjelas, agar setiap kalimat dari konteks
keputusan yang ada muda dipahami oleh responden. Dan menambah konteks
keputusan diluar 12 konteks yang ada, karena tidak menutup kemungkinan adanya
konteks keputusan yang dapat digunakan pada laporan keuangan yang disajikan
pemerintah. Dan bagi Pemerintah Kota Salatiga yaitu agar lebih transapransi dan
akuntabilitas agar para pengguna laporan keuangan lebih terbiasa dengan laporan
yang disajikan oleh pemerintah, dan mereka dapat lebih mudah menggunakan
laporan keuangan pemerintah sehingga para pengguna dapat terus berkembang
dalam memahami isi dari laporan keuangan.
%*
DAFTAR PUSTAKA
Deaconu, Adela.,Nistor, Cristina, S.,dan Filip, Crina. 2011. The Impact of Accrual
Accounting on Public Sector Management An Exploratory Study for
Romania. http://ssrn.com/abstract=1911285. 16 november 2012.
FASB, 1980. Statement of Financial Accounting concepts No. 2, “Qualitative
Characteristics of Accounting Information”, Stamford, Connecticut
Ghozali Imam dan Chariri Anis, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang
Kober Ralph, Janet Lee And Juliana Ng. 2010. Mind Your Accrual: Perceived
Usefulness Of Financial Information In The Australian Public Sector
Under Different Accounting Systems. Financial Accountability &
Management, 26(3), August 2010, 0267-4424
Mahsun Mohammad, Sulistiyowati Firma., dan Purwanugraha Heibertus andre,
2006. Akuntansi Sektor Publik. BPFE. Yogyakarta
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
PSAK Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
%+
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Wenly Pattisina
Tempat/Tanggal Lahir
: Ambon, 21 Juni 1991
Nim
: 232009131
Alamat Asal
: Kudamati, Ambon
Judul Skripsi
: Persepsi Anggota DPRD Non Komisi II Terhadap
Usefulness
Dan
Understandability
Laporan
Keuangan Yang Disajikan Oleh Pemerintah Kota
Salatiga
Riwayat Pendidikan
: SD Teladan Ambon, Lulus Tahun 2003
SMP Negeri 4 Ambon, Lulus Tahun 2006
SMK Negeri 1 Ambon, Lulus Tahun 2009
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga,
Lulus Tahun 2013
Riwayat Organisasi
: Seksi Sekertariatan Panitia NASSA 2013 (8 April
2013).
Seksi Publikasi Dokumentasi Dekorasi Panitia
WMKTI (8 November 2011).
%,
Lampiran 1
PANDUAN WAWANCARA
Wawancara ini merupakan cara untuk menggali informasi mengenai
persepsi anggota DPRD non komisi 2 mengenai decision usefulness dan
understandability dalam laporan keuangan yang disajikan pemerintah Kota
Salatiga.
Tanggal wawancara : … … … … … … … … … … … .
Tempat wawancara
:…………………………….
1. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : … … … … … … … … … … … … … … … … . (Boleh tidak diisi)
2. Jenis Kelamin* : L / P (*Coret yang tidak perlu)
3. Fraksi/Partai : … … … … … … … … … … … … …
4. Jabatan di DPRD Salatiga : … … … … … … … … … ..
5. Usia : … … … Tahun (Boleh tidak didisi)
6. Pendidikan Terakhir* : SD / SMP / SMA / S1 / S2 / S3 (*Coret yang tidak perlu)
7. Jurusan/Fakultas : … … … … … … … … … … … … … … … .
8. Komisi/Bidang : … … … … … … … … … … … … … … .
9. Lama menjadi anggota DPRD : … … Tahun … … … Bulan
10. Pekerjaan selain menjadi anggota DPRD : … … … … … … … …
11. Alamat di Salatiga : … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
%-
2. Kegunaan (Usefulness) laporan keuangan yang disajikan oleh Pemerintah
Kota Salatiga.
Laporan mana yang berguna untuk konteks keputusan ini?
[Berilah tanda “ ” (centang/contreng) pada pilihan Laporan yang menurut
Bapak/Ibu sesuai dengan konteks keputusan yang ada].
Laporan
No
Konteks Keputusan
1
Menilai kinerja Pemerintah Kota
2
Menilai kinerja program
3
Menilai efektivitas Pemerintah Kota dalam
penyediaan barang atau jasa
4
Menilai efesiensi Pemerintah Kota dalam
penyediaan barang atau jasa
Untuk membantu dalam mengelola aset &
liabilitas (kewajiban) Pemerintah Kota
Untuk membantu Pemerintah Kota dalam
memenuhi kewajiban akuntabilitas
Untuk keputusan alokasi sumber daya
Pemerintah Kota
5
6
7
8
Untuk keputusan belanja modal yang besar
nilainya
9
Untuk mengevaluasi keputusan alokasi sumber
daya Pemerintah Kota
10
Untuk menilai kebutuhan sumber daya masa
depan Pemerintah Kota
Untuk mengidentifikasi harga pokok barang atau
jasa yang disediakan Pemerintah Kota
Untuk menilai kebutuhan arus kas Pemerintah
Kota
11
12
Neraca
Laporan
Realisasi
Anggaran
Laporan
Arus
Kas
(.
Laporan
Target dan
Realisasi
Pendapatan
dan Belanja
3. Keterpahaman (Understandbility) laporan keuangan yang diamanatkan
oleh Pemerintah Kota salatiga
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
CS = Cukup Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
[Berilah tanda “ ” (centang/contreng) pada pilihan Bapak/Ibu]
Indikator
No
1
STS TS CS
S
Laporan keuangan berupa neraca yang disiapkan pemerintah
mudah dipahami oleh Anggota DPRD Non Komisi 2
2
Laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja yang disiapkan pemerintah mudah
dipahami oleh Anggota DPRD Non Komisi 2
3
Laporan keuangan berupa Laporan Target dan Realisasi
Pendapatan dan Belanja yang disiapkan pemerintah mudah
dipahami oleh Anggota DPRD Non Komisi 2
5
Laporan keuangan berupa Laporan Arus Kas yang disiapkan
pemerintah mudah dipahami oleh Anggota DPRD Non Komisi
2
(
SS
(%
Download