Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 2.1 Geografis Administratif dan Kondisi Fisik Ciri utama Daerah Kota Baubau yang mencakup letak geografis, wilayah administrative, Topografi, Geologi dan Hidrologi. 2.1.1. Geografis Kota Baubau terletak di jazirah Sulawesi Tenggara bagian selatan Pulau Buton. Secara geografis terletak di bagian selatan garis katulistiwa di antara 5021’ – 50 30’ Lintang Selatan dan di antara 122030’ 122045’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kota Baubau terdiri dari, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton; Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton; Sebelah Selatan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton dan Sebelah Barat dengan Selat Buton. Kota Baubau memiliki luas wilayah 221,00 km2, terbagi menurut luas wilayah perkecamatan. Wilayah dengan luas terbesar terdapat di Kecamatan Sorawolio, yakni 83,25 km2. Sedangkan Wilayah dengan luas terkecil terdapat di Kecamatan Murhum, yakni 6,45 km2. 2.1.2. Administratif Kota Baubau awalnya terdiri dari 4 (empat) kecamatan, namun semenjak tahun 2006 mekar menjadi 6 (enam) kecamatan dan menjadi 7 (tujuh) kecamatan di akhir tahun 2008 dengan luas wilayah 221,00 km2 dan luas tiap kecamatan yaitu Kecamatan Betoambari 27,89 km2 dengan persentase luas wilayah 2,62% dari luas wilayah Kota baubau, Kecamatan Murhum 6,45 km2 dengan persentase luas wilayah 2,92% dari luas wilayah Kota baubau, Kecamatan Wolio 17,33 km2 dengan persentase luas wilayah 7,84% dari luas wilayah Kota baubau, Kecamatan Kokalukuna 9,44 km2 dengan persentase luas wilayah 4,27% dari luas wilayah Kota baubau, Kecamatan Sorawolio 83,25 km2 dengan persentase luas wilayah 37,67% dari luas wilayah Kota baubau, Kecamatan Bungi 47,71 km2 dengan persentase luas wilayah 21,59% dari luas wilayah Kota baubau, dan Kecamatan Lea-Lea seluas 28,93 km2 dengan persentase luas wilayah 13,09% dari luas wilayah Kota Baubau. Kecamatan dan Kelurahan yang mempunyai luas wilayah terbesar terdapat di Kecamatan Sorawolio, yakni 83,25 (Ha). Sedangkan Kecamatan dan Kelurahan yang mempunyai luas wilayah terkecil terdapat di Kecamatan Murhum, yakni Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 6,45 (Ha). Adapun Kecamatan yang mempunyai jumlah Kelurahan terbanyak terdapat di Kecamatan Murhum, yakni 11 Kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 tentang Letak Geografis dan Data Administrasi Kota Baubau yang berikut ini : Tabel 2.1.1 Letak Geografis Kota BauBau menurut Kecamatan tahun 2011 Kecamatan Lintang Selatan (1) (2) 0 Betoambari 5 50 – 5051’ Murhum 5047’ - 5047’ Wolio 5046’ - 5047’ Kokalukuna 5048’ - 5043’ Sorawolio 5045’ - 5044’ Bungi 5040’ - 5o44’ Lea-Lea 5o33’ – 5o34’ Kota BauBau 5o21’ – 5o30’ Sumber; Badan Pusat Statistik Kota BauBau tahun 2011 Nama Kecamatan Bujur Timur (3) o 122 56' – 122o61’ 122o59’ – 122o60’ 122o61’ – 122o62’ 122o63’ – 122o62’ 122o68’ – 122o75’ 122o67’ – 122o66’ 122o67’ – 122o69’ 122o30’ – 122o45’ Tabel 2.2 Data Administratif Kota Baubau Jumlah Kelurahan (Ha) Betoambari Bungi Kokalukuna Lea-lea Murhum Sorawolio Wolio Total Sumber : Baubau Dalam Angka, BPS, 2011 Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 5 5 6 5 11 4 7 43 27,89 47,71 9,44 28,93 6,45 83,25 17,33 221,00 Luas Wilayah (%) thd Total 2,62 21,59 4,27 13,09 2,92 37,67 7,84 100,00 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota dan Cakupan Wilayah Kajian Kondisi Fisik 2.1.3. Topografi Kondisi topografi Daerah Kota Baubau pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Di antara gunung dan bukit–bukit terbentang dataran yang merupakan daerah–daerah potensial untuk mengembangkan sector pertanian. Kota Baubau memiliki pula sungai yang besar yaitu sungai Baubau yang membatasi Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum dan membelah Kota Baubau. Sungai tersebut umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga irigasi dan kebutuhan rumahtangga. 2.1.4. Keadaan Iklim Keadaan iklim di Daerah Kota Baubau umumnya sama dengan daerah lain disekitarnya yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember dan Maret, pada bulan – bulan tersebut angin barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air, musim kemarau terjadi mulai bulan Mei sampai bulan Oktober, pada bulan –bulan ini angin timur yang bertiup dari Australia kurang mengandung uap air. Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Kelas III Betoambari, pada tahun 2010 terjadi hari hujan sebanyak 233 dengan curah hujan sebanyak 3.349,6 mm, kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 hari hujan dan curah hujan tahun sebelumnya yang mencapai 107 hari dan 1.093,8 mm. Dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 623,2 mm sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan November sebesar 97,1mm. Suhu udara di Kota Baubau pada tahun 2010 berkisar antara 23,10C sampai dengan 32,00C. Untuk kecepatan angin rata-rata yang terjadi selama tahun 2010, yang tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 4,0 knot/sec sedangkan kecepatan angin rata-rata terendah terjadi pada bulan April dan Mei yakni sebesar 2,0 knot/sec. Sementara itu, kelembaban udara rata-rata selama tahun 2010-2011 tercatat antara 85%– 91%, dimana terendah terjadi pada bulan Agustus dan Oktober dan tertinggi pada bulan April. Sedangkan tekanan udara rata-rata tercatat antara 1.009,1 mb –1.013,1 mb. 2.1.5. Kondisi air Tanah Penjelasan tentang kondisi air tanah kota Baubau dibagia atas dua macam, yaitu; a. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal ialah air tanah yang diambil dari kedalaman dibawah 40 m, dengan kondisi demikian maka kualitas dan kuantitas air rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya yaitu ; di saat musim penghujan kuantitas relatif banyak tetapi sebaliknya disaat musim kemarau air menjadi berkurang bahklan sampai kering. Dari sisi kualitas, air tanah dangkal banyak mengandung unsur kesadahan yang tinggi yang diakibatkan oleh adanya unsur-unsur seperti Mg+2, Mn+2, Ca+2, dan Fe+2. Untuk pengambilan air baku ini memerlukan pengolahan penu-runan kadar unsur-unsur tersebut di atas melalui proseses kapur soda atau dengan pemanasan. b. Air Tanah Dalam Air tanah dalam ialah air tanah yang di ambil darti kedalaman di atas 40 m. Air tanah dalam memiliki kualitas yang relatif bagus, bahkann untuk daerah tertentu memiliki kualitas yang tidak memerlukan pengolahan terlebih dahulu untuk dipergunakan. Dari sisi kuantitas, air tanah dalam sudah sangat berkurang. c. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang ada dipermukaan tanah seperti air sungai dan danau. Di wilayah perencanaan terdapat beberapa sumber air permukaan yaitu air sungai (irigasi). Dari faktor kontuinitas, sumber tersebut sangat memungkinkan akan tetapi memiliki kualitas yang berbeda, sehingga memerlukan proses pengolahan yang berbeda. Dari uraian tersebut di atas, pemilihan sumber air baku air bersih adalah : - Untuk sistem komunal diambil dari air Sungai-sungai yang melewati sekitar daerah perencanaan. - Untuk sistem Individu diambil sumber air tanah dangkal atau dalam yang digabungkan Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 dengan sumber air hujan denagn proses pengolahan sederhana atau SIPAS (Sistem Pengolahan Air Sederhana). Sumber mata air yang dikelola oleh PDAM Kota Baubau sebanyak 11 (sebelas) mata air dan 5 (lima) diantaranya menggunakan air permukaan. Jika di refleksikan dengan total penduduk kota Baubau, total masyarakat yang terlayani jariangan air besih adalah 16.480 jiwa atau bekisar 12,03%, sedangkan yang tidak terlayani sekitar 120.551 jiwa atau bekisar 87,97%. Tabel 2.3. Persentase (%) Pelayanan tahun 2011 No Pelanggan Terlayani Penduduk (Jiwa) Kecamatan Jiwa % Betoambari 16.283 3.270 20,08 Murhum 45.150 3.865 8,56 Wolio 37.974 4.755 12,52 Kokalukuna 16.736 2.045 12,22 Sorawolio 7.122 Bungi 7.096 Lea-Lea 6.630 2.545 38,39 TOTAL 136.991 16.480 12,03 Sumber : Peusahaan Daerah Air Minum Semerbak Kota Baubau tahun 2011 1 2 3 4 5 6 7 Pelanggan Belum Terlayani Jiwa % 13.013 3.250 41.285 3.856 33.219 4.742 14.691 2.033 7.122 7.096 4.085 2.507 120.551 87,97 Tabel 2.4 . Potensi Sumber Mata Air Kota Baubau No Nama Mata Air Type Sumber Kapasitas Yang ada (L/S) 1 Uwe Balanga Air Pemukaan 120 2 Kasombu Air Tanah 60 3 Mata Air Jatuh Air Tanah 35 4 Mata Air Bungi Air Permukaan 160 5 Mata Air Waeni Air Tanah 20 6 Mata Air Ntowu Air Tanah 50 7 Samparona Air Permukaan 100 8 Mata Air Wamembe Air Permukaan 110 9 Mata Air Waruruma Air Permukaan 50 10 Mata Air Ntolibu Air Tanah 40 11 Sungai Kaongke-ngkea Air Tanah 100 Sumber; Peusahaan Daerah Air Minum Semerbak Kota Baubau tahun 2011 Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Kapasitas Terpakai (L/S) 25 10 20 15 7.5 - Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Tabel 2.5. Sumber Air dan Wilayah Aliran Pemakaian No Blok Pelayanan Sumber Mata Air Wilayah (Kecamatan) 1 Zona I Uwe Balanga / Sampaona Beoambari / Murhum 2 Zona II Ntowu / Kasombu Wolio / Kokalukuna 3 Zona III Wamembe Kokalukuna / Lea-Lea 4 Zona IV Air Jatuh Pelabuhan (Komersil) 5 Zona V Waeni IKK Bungi (Kokalukuna) 6 Zona VI Ntowu IKK Sorawolio 7 Zona VII Mata Air Waruruma IKK Waruruma 8 Zona Pelayanan Khusus Uwe Balanga Betoambari Sumber : Peusahaan Daerah Air Minum Semerbak Kota Baubau tahun 2011 2.2. Demografi 2.2.1. Kependudukan Perkembangan jumlah penduduk yang relatif tinggi di Kota Baubau lebih dipengaruhi oleh faktor migrasi disamping pertilitas. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari letak geografis wilayah Kota Baubau yang memiliki akses yang tinggi ke daerah-daerah tetangganya. Disamping itu lonjakan peningkatan jumlah penduduk tersebut terjadi karena adanya arus pengungsi dari daerah konflik di Maluku dan pengungsi dari Timor Timur yang masuk ke Kota Baubau. Penduduk daerah Kota Baubau menurut hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 1990 berjumlah 77.224 orang dan sepuluh tahun kemudian tepatnya saat Sensus Penduduk 2000 bertambah lagi hingga mencapai 106.092 orang. Jumlah ini dikutip dari hasil Sensus Penduduk di kecamatan-kecamatan bentukan Kota Baubau. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 yang dilaksanakan BPS, penduduk Kota Baubau mencapai jumlah 136.991 orang. Untuk data selengkapnya jumlah penduduk yang dirinci menurut kecamatan disajikan pada tabel 3.1.1. Luas areal Kota Baubau adalah 221 km2. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kepadatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk Kota Baubau tahun 1990 sebesar 349 orang per km2 kemudian tahun 2000 sebesar 480 per km2 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 620 orang per km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Murhum dengan luas wilayah terkecil yaitu sebesar 7.000 orang per km2, sedangkan Kecamatan Sorawolio dengan luas wilayah terbesar justru memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 85 orang per km2. 2.2.2. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk Seperti disebutkan di atas bahwa jumlah penduduk Kota Baubau pada tahun 1990 sebanyak 77.224 orang dan pada tahun 2000 sebanyak 106.092 orang dengan rata-rata laju pertumbuhan pertahun selama kurun waktu 10 tahun sebesar 3,23 persen, dan pada kurun waktu tahun 2000-2010 mengalami Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 pertumbuhan sebesar 2,59 persen yaitu dari 106.092 orang menjadi 136.991 orang di tahun 2010. Dari 7 kecamatan yang ada di Baubau, semuanya dengan tingkat pertumbuhan penduduk di atas 2 persen. Dari jumlah penduduk yang mencapai 136.991 orang pada tahun 2010, sebagian besar tersebar di 4 kecamatan yang merupakan pusat perkotaan yaitu Kecamatan Murhum (terbesar persentasenya yaitu 32,96 persen), Wolio, Kokalukuna dan Betoambari. Sedangkan 3 kecamatan lainnya yang berada di pinggiran perkotaan persebaran penduduknya dibawah 6 persen. Begitu pula dengan Kepadatan Penduduk di Kota Baubau, di tahun 2010, Kecamatan Murhum kepadatan penduduknya terbesar di Kota Baubau, disusul kecamatan Wolio di urutan ke-2 dan Kokalukuna di posisi ke-3, sedangkan 4 kecamatan lainnya seperti Betoambari, Sorawolio, Bungi dan Lea-lea capaianya kepadatan penduduknya kuang dari 1000 orang/km2. Tabel 2.6. Luas Wiyalah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Baubau tahun 2010 Luas Kecamatan Km2) % Penduduk (orang) Jml % Kepadatan Penduduk (orang/km2) Proyeksi Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) 2010 2015 2020 2025 2030 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Betoambari 27,89 12,62 16.283 11,89 584 5 6 8 10 13 Murhum 6,45 2,92 45.150 32,96 7.000 44 49 49 49 49 Wolio 17,33 7,84 37.974 27,72 2.191 12 14 20 20 20 Kokalukuna 9,44 4,27 16.736 12,22 1.773 9 11 16 21 27 Sorawolio 83,25 37,67 7.112 5,19 85 1 1 1 1 2 Bungi 47,71 21,59 7.096 5,18 149 1 1 3 5 8 Lea-Lea 28,93 13,09 6.630 4,84 229 2 2 6 10 16 KOTA BAUBAU 221,00 100,00 136.991 100,00 620 74 84 103 116 135 Sumber; Badan Pusat Statistik Kota Baubau 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi secara umum diklasifikasikan berdasarkan urut-urutan proses kegiatan. Struktur ekonomi Kota Baubau dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Sektor primer adalah sektor produksi yang langsung berhubungan dengan alam, dalam hal ini adalah pertanian, pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder meliputi industri pengolahan; listrik dan air bersih; dan bangunan/konstruksi. Sedangkan sektor tersier meliputi perdagangan, hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta subsektor jasa-jasa. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Dengan mengkelompokkan sektor-sektor ekonomi menjadi 3 sektor, yaitu; sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier maka akan terlihat kemana arah pertumbuhan kota tersebut. Apabila sektor primer masih dominan pada PDRB suatu daerah, maka daerah tersebut bisa dikatakan daerah pedesaan, dan apabila sektor tersier yang dominan berarti merupakan wilayah perkotaan. Sedangkan sektor sekunder merupakan transisi menuju perkembangan kearah perkotaan. Tabel 2.7. Struktur Ekonomi Sektoral Kota Baubau dan Jenis Kegiatannya SEKTOR Jenis Kegiatan SEKTOR PRIMER 1 Pertanian 1. Tanaman pangan 2. Tanaman perkebunan 3. Peternakan dan hasilnya 4. Kehutanan 5. Perikanan dan Kelautan 2 Pertambangan 1. Minyak dan gas bumi 2. Pertambangan tampa gas 3. Penggalian SEKTOR SEKUNDER 1 Industri pengolahan 2 Listrik, gas dan air bersih 1. Listrik 2. Gas 3. Air bersih 1. 2. 3. 4. Makanan minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu, hasil hutan dan lainnya Semen & barang galian bukan logam 1. Listrik PLN 2. Gas yang diproduksi Perusahaan Gas Negara 3. Produk air bersih yang diusahakan oleh PDAM 3 Konstruksi Semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi SEKTOR TERSIER 1 Perdagangan, hotel dan restoran 1. Perdagangan 1. Kegiatan jual-beli termasuk ekspor-impor 2. Hotel 2. Sewa hotel, penginapan dan sejenisnya 3. Restoran 3. Restoran, rumah makan dan sejenisnya 2 Pengangkutan dan komunikasi 1. Pengangkutan Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 1. Angkutan jalan raya 2. Angkutan laut Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 2. Komunikasi 3 Keuangan,persewahan & Jasa perusahan 3. Angkutan udara 4. Angkutan sungai, danau dan penyebrangan 5. Jasa penunjang angkutan 1. Pos dan telekomunikasi 2. Jasa penunjang komunikasi 1. Bank 2. Lembaga keuangan tampa bank 3. Sewa Bangunan 4. Jasa perusahaan 4 Jasa-jasa 1. Pemerintahan Umum 2. Swasta 1. Adm Pemerintahan dan Pertahanan 2. Jasa Pemerintahan lainya 1. Sosial kemasyarakatan 1. 2. Hiburan dan rekreasi Perorangan dan rumah tangga (Sumber : BPS Kota Baubau Dokumen PDRB tahun 2009) Sektor primer merupakan sektor primitif yang sudah ada dari jaman manusia diciptakan, yang membedakan hanyalah penggunaan alat dan teknologi yang disesuiakan dengan jamannya. Kegiatan sektor primer sangat bergantung dengan kondisi alam, baik mengolah tanah di permukaan atau menggali dan mengambil material di dalam tanah. Kegiatan sektor sekunder merupakan kelanjutan dari kegiatan sektor primer yaitu dengan cara mengolah hasil alam dengan menggunakan teknologi sederhana maupun modern untuk menghasilkan suatu produk dengan nilai yang lebih tinggi. Sedangkan kegiatan sektor tersier merupakan jenis kegitan pelengkap yang memfasilitasi kegiatan-kegiatan di sektor primer dan sekunder. Inti dari kegiatan sektor tersier adalah pada jasa pelayanan, jasa persewaan, perdagangan dan sejenisnya. SEKTOR PRIMER SEKUNDER TERSIER TOTAL Tabel 2.8. PDRB Struktur Ekonomi Kelompok Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2012 PDRB (%) 2007 2008 2009 2010* 17.37 16.25 15.66 16.12 19.30 20.17 20.57 20.15 63.33 63.58 63.77 63.73 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS kota Baubau, Dokumen PDRB tahun 2007-2009 (*) Data diolah (**) Data Proyeksi Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 2011** 15.98 20.23 63.73 100,00 2012** 15.88 20.29 63.84 100,00 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Tabel 2.9. PDRB Struktur Ekonomi Kelompok Sektoral Atas Dasar Harga Konstant Tahun 2007-2012 SEKTOR PRIMER SEKUNDER TERSIER TOTAL 2007 10.05 24.61 65.33 100,00 2008 9.73 25.16 65.11 100,00 PDRB (%) 2009 2010* 9.52 9.64 25.38 25.37 65.10 65.00 100,00 100,00 2011** 9.56 25.54 64.89 100,00 2012** 9.50 25.69 64.80 100,00 Sumber : BPS kota Baubau, Dokumen PDRB tahun 2007-2009 (*) Data diolah (**) Data Proyeksi SEKTOR PRIMER Pertanian Pertambangan SEKUNDER Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Konstruksi TERSIER Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, persewaan & Jasa perusahaan Jasa-Jasa Jumlah Tabel 2.10. PDRB Struktur Ekonomi ADH Berlaku 2007-2012 PDRB ADH berlaku (juta Rp) 2007 2008 2009 2010* 2011** 217,912.35 253,333.68 293,859.13 317,029.21 347,456.08 212,762.47 246,758.86 284,999.87 308,256.95 337,811.58 5,149.88 6,574.82 8,859.26 8,772.25 9,644.50 242,149.91 314,461.45 386,145.16 396,435.87 439,660.24 2012** 377,882.96 367,366.20 10,516.76 482,884.60 32,425.55 41,861.78 49,419.48 50,863.69 55,922.67 60,981.65 15,228.18 17,707.84 21,401.58 23,313.61 26,116.50 28,919.38 194,496.18 254,891.83 315,324.10 322,258.57 357,621.07 392,983.57 794,428.41 991,313.67 1,196,991.17 1,253,788.79 1,386,627.67 1,519,466.54 304,127.26 388,354.06 477,540.27 486,179.11 536,905.89 587,632.68 140,225.96 175,601.37 217,336.49 231,429.48 258,623.86 285,818.23 75,169.69 97,777.94 104,648.32 120,179.45 134,071.56 147,963.67 274,905.50 329,580.30 397,466.09 416,000.75 457,026.36 498,051.96 1,254,490.67 1,559,108.80 1,876,995.46 1,967,253.87 2,173,743.99 2,380,234.10 Sumber : BPS kota Baubau, Dokumen PDRB tahun 2007-2009 (*) Data diolah (**) Data Proyeksi Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Tabel 2.11. PDRB Struktur Ekonomi ADH Konstan 2000 Tahun 2007-2012 PDRB ADH Konstan (juta Rp) SEKTOR 2007 2008 2009 2010 2011** PRIMER 58,949.82 61,460.24 66,684.94 77,308.18 83,619.51 Pertanian 56,094.58 58,484.51 62,820.01 73,316.64 79,333.11 Pertambangan 2,855.24 2,975.73 3,864.93 3,991.54 4,286.40 SEKUNDER 144,318.98 159,018.99 177,668.74 203,511.16 223,300.12 Industri Pengolahan 23,938.06 27,320.95 30,701.53 34,306.10 37,500.68 Listrik, Gas dan Air bersih 5,737.71 6,245.26 7,051.56 7,995.03 8,875.72 Konstruksi 114,643.21 125,452.78 139,915.65 161,210.03 176,923.72 TERSIER 383,055.72 411,499.80 455,804.97 521,507.03 567,346.30 Perdagangan, Hotel & 128,018.20 137,569.34 156,796.43 175,477.84 190,702.05 Restoran Pengangkutan & Komunikasi 61,794.23 69,949.36 82,611.47 89,218.52 97,131.85 Keuangan, persewaan & Jasa 43,331.28 47,965.30 49,099.12 60,496.49 66,785.73 perusahaan Jasa-Jasa 149,912.01 156,015.80 167,297.95 196,314.18 212,726.67 Total 586,324.52 631,979.03 700,158.65 802,326.37 874,265.94 Sumber : BPS kota Baubau, Dokumen PDRB tahun 2007-2009 (*) Data diolah (**) Data Proyeksi Gambar 2.2. Struktur PDRB ADH Berlaku tahun 2011 (dalam Persen) Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 2012** 89,930.84 85,349.57 4,581.27 243,089.09 40,695.26 9,756.42 192,637.41 613,185.57 205,926.25 105,045.18 73,074.98 229,139.16 946,205.50 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.3. Struktur PDRB ADH Berlaku tahun 2012 (dalam Persen) Fenomena yang hampir sama, diperkirakan tetap akan berlanjut pada tahun 2012, tetapi peranan dari sektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung menurun dari 24,70% tahun 2011 menjadi 24,69 pada tahun 2012 sedangkan sektor jasa-jasa dan konstruksi cenderung meningkat, Dalam hal ini, perkiraan tahun 2012 sektor perdagangan, hotel & restoran masih tetap sebagi sektor tertinggi dalam kontribusi struktur PBRD kota Baubau melebih sektor-sektor lainnya. Selain itu, sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa terus menunjukkan konsistensi sebagai kandidat sektor unggulan Kota Baubau di masa yang akan datang. 2.3.2 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Analisis ekonomi daerah bertujuan untuk menilai sejauh mana realisasi pembangunan di Kota Baubau dapat mempengaruhi kinerja ekonomi kota dan sejauh mana indikator makro ekonomi sesuai dengan yang diasumsikan dalam RPJMD tahun 2008-2013. Salah satu indikator ekonomi daerah adalah perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pembangunan daerah yang terwakili melalui peningkatan nilai PDRB diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Perekonomian Kota Baubau dari tahun ke tahun terus menunjukkan perkembangan yang cukup dinamis. Selama kurun waktu 2007-2011, nilai PDRB Atas Dasar Harga berlaku (ADH) meningkat dari Rp.1.254,490 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 2.173,743 milyar pada tahun 2011 atau naik sebesar Rp.919,253 milyar. Sementara nilai PDRB ADH konstan tahun 2000 sebesar Rp. 874,265 milyar pada tahun 2011 atau naik sebesar Rp. 287,941 milyar dibandingkan tahun 2007 yang hanya mencapai Rp. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 586,324 milyar. Dilihat berdasarkan laju pertumbuhannya, PDRB ADH konstan tahun 2000 selama kurun waktu 2007-2011 (y.o.y) masing-masing tumbuh sebesar 7,81% dan 11,06 %. Gambar 2.4. Nilai Produk Domestik Regional Bruto Kota Baubau, Tahun 2007-2012 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Gambar 2.5.Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Baubau, Tahun 2007-2012 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Baubau, 2008-2009 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Secara sektoral, tingginya laju pertumbuhan ekonomi Kota Baubau selama kurun waktu 2008-2009 didukung oleh pertumbuhan sektor-sektornya. Pertumbuhan terbesar terjadi di sektor pertambangan dan penggalian sebesar 29,88 persen, kondisi ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pertumbuhan terbesar terjadi pada industri pengolahan, sedangkan pertumbuhan terkecil pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang hanya tumbuh sebesar 2,36 persen. Adapun sektor–sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi Kota Baubau pada tahun 2009 yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan meningkat sebesar 7,41 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 29,88 persen, sektor industri pengolahan meningkat sebesar 12,37 persen, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 12,91 persen, sektor konstruksi/bangunan meningkat sebesar 13,98 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat sebesar 18,10 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 2,36 persen serta sektor jasa-jasa meningkat sebesar 7,23 persen. Pada tahun 2009 sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan peningkatan produksi subsektor penggalian. Sedangkan di Kota Baubau tidak ada kegiatan yang bergerak di subsektor pertambangan baik itu tanpa migas maupun migas. Sektor perdagangan hotel dan restoran menempati urutan kedua yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Hal ini semakin memperkuat peran Kota Baubau sebagai kota perdagangan dan jasa. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.7. Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tahun 2010-2012 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Pada tahun 2010, sector-sektor pembentuk PDRB pada umumnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, diantaranya sektor pertanian, peternakan dan perikanan yang meningkat sebesar 16,71 persen dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 7,41 persen dan sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai angka 23,21 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 2,36 persen. Pada tahun 2011-2012 diproyeksikan sektor-sektor PDRB menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup stabil. Meskipun tidak memperlihatkan pertumbuhan signifikan, laju pertumbuhan PDRB Sektoral mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi hingga mencapai angka 11,2 persen dan diprediksi mampu menekan laju inflasi pada nilai 2,99 persen. 2.3.3. PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja per lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut di bawah ini : Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Tabel 2.12. Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor/Lapangan Usaha 2007-2012 Jumlah Serapan Tenaga Kerja Kota Bau-Bau Sektor/Lapangan Usaha 2007 2008 2009 *2010 **2011 Pertanian **2012 9,951 11,645 10,401 9,157 7,913 6,709 365 540 715 890 1,065 1,240 Industri Pengolahan 2,994 2,890 2,786 2,682 2,578 2,474 Listrik dan Air bersih 42 337 208 540 872 1,204 Konstruksi 3,619 2,781 3,361 3,941 4,521 5,101 Perdagangan 11,125 13,555 14,410 15,265 16,120 16,975 Transportasi dan Komunikasi 5,730 5,817 5,904 5,991 6,078 6,165 Keuangan/Perbankan 1,249 619 424 639 854 1,069 Jasa-Jasa 10,619 10,839 13,720 16,601 19,482 22,363 Jumlah Terserap 45,694 49,023 51,929 55,706 59,483 63,300 Pencari kerja 6,007 5,821 5,281 3,870 2,459 1,008 57,210 59,576 61,942 64,308 Pertambangan Tenaga Kerja 51,701 54,844 Sumber : BPS Kota Baubau (PDRB Kota Baubau beberapa edisi) ** Tahun Proyeksi Tabel 2.13. Perkembangan PDRB Terhadap Serapan Tenaga Kerja Kota Baubau Per Sektor/Lapangan Usaha 2007-2012 Sektor/Lapangan PDRB terhadap Serapan Tenaga Kerja Per Sektor Kota Bau-Bau (dalam juta rupiah) Usaha 2007 2008 2009 *2010 **2011 **2012 Pertanian 21.381 21.190 27.401 Pertambangan 14.109 12.176 12.391 Industri Pengolahan 10.830 14.485 17.739 Listrik, Gas dan Air 362.576 52.546 102.892 bersih Konstruksi 53.743 91.655 93.819 Perdagangan, Hotel & 27.337 28.650 33.140 Restoran Pengangkutan & 24.472 30.188 36.812 Komunikasi Keuangan, persewaan 60.184 157.961 246.812 & Jasa perusahaan Jasa-Jasa 25.888 30.407 28.970 Jumlah Rata-rata 24.264 31.804 36.145 Sumber : BPS Kota Baubau (PDRB Kota Baubau beberapa edisi diolah) ** Tahun Proyeksi Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 33.664 9.856 18.965 42.691 9.056 21.692 54.757 8.481 24.649 43.173 29.950 24.019 81.771 79.102 77.040 31.849 33.307 34.618 38.630 42.551 12.781 188.074 156.992 2.337 25.059 35.315 23.459 36.544 7.868 37.602 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.8. Grafik Perkembangan PDRB Terhadap Serapan Tenaga kerja Per Sektor Tahun 2007-2012 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Tingkat kemampuan rata-rata penduduk dalam membeli barang dan jasa dan/atau tingkat kesejahteraan penduduk Kota Baubau yang direfleksikan dengan indikator pendapatan (PDRB) per kapita, secara nominal menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp. 12,205 juta per tahun atau Rp. 1,017 juta per bulan atau Rp. 33,902 ribu per hari pada tahun 2008 menjadi Rp. 14,343 juta per tahun atau Rp. 1,195 juta per bulan atau Rp. 39,842 ribu per hari pada tahun 2009. Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional, PDRB per kapita nominal Kota Baubau tersebut pada tahun 2008 tercatat mencapai angka Rp 10,06 juta pertahun perkapita. Angka ini jauh melampaui PDRB perkapita nasional yang hanya sebesar Rp 9,27 Juta pertahun perkapita. Pada tahun 2012, seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, maka PDRB nominal per kapita diperkirakan meningkat sebesar Rp. 20,757 juta (berdasarkan nilai PDRB nominal per kapita). Target pencapaian nilai PDRB perkapita tersebut diharapkan dapat mampu mensejahterakan masyarakat Kota Baubau dan mampu menurunkan tingkat kemiskinan hingga mencapai 5,92 persen di tahun 2012 mendatang. Tentunya kolaborasi dukungan pemerintah dan dunia usaha diharapkan mampu menciptakan kondisi perekonomian yang stabil sehingga dapat memacu pertumbuhan sektor riil. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.9. Perkembangan Pendapatan Perkapita Masyarakat Kota Baubau Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota Baubau (2011) Dalam mengamati perkembangan ekonomi, indikator lainnya yang cukup penting disamping pertumbuhan ekonomi produktivitas sektoral. Produktivitas Sektoral merupakan rasio antara Nilai Tambah Bruto (NTB) setiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja di sektor yang bersangkutan. Gambar 2.10. Tingkat Produktivitas Sektoral Kota Baubau Tahun 2007-2012 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota Baubau (2011) Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Secara makro, produktivitas sektoral tertinggi ditempati oleh sektor listrik, gas dan air bersih yakni sebesar 362,58 persen ditahun 2007 dan diproyeksikan akan tetap menempati urutan tertinggi pada tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing sebesar 218,65 dan 348,98. Perkembangan Tingkat harga dan/atau tingkat inflasi merupakan indikator ekonomi makro penting lainnya disamping pertumbuhan ekonomi. Indikator ini sekaligus menunjukkan tingkat stabilitas perekonomian atau ekonomi makro yang merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat. Gambar 2.11. Tingkat Inflasi Kota Baubau Tahun 2004-2012 30.00 23.90 25.00 26.02 18.30 20.00 % 16.03 15.00 10.04 10.48 10.65 16.41 10.00 5.00 9.92 7.98 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Inflasi PDRB Deflator Inflasi IHK Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Tingkat inflasi dapat dihitung dengan menggunakan PDRB deflator (PDRB ADH berlaku dibagi dengan PDRB ADH konstan) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari sekelompok barang-barang yang telah ditetapkan. Berdasarkan PDRB deflator (y.o.y), pada tahun 2006, tingkat inflasi Kota Baubau berada di atas dua digit atau di atas 10%, yaitu sebesar 10,48% dan 26,02% berdasarkan IHK serta masuk dalam kategori tingkat inflasi sedang. Sementara pada tahun 2007, menurut PDRB deflator berada dibawah angka dua digit, yaitu hanya sebesar 9,92% dan masuk dalam kategori tingkat inflasi ringan, sementara menurut IHK sebesar 10,65%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional maupun Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2006 yang masing-masing hanya mencapai 6,60% dan 10,57% Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.12. Tingkat Inflasi Kota Baubau Tahun 2006-2008 25.00 20.86 8.00 19.18 7.00 17.38 6.00 15.45 20.00 15.00 5.00 q2 q3 q4 3.44 3.68 3.95 2.00 q4 2.12 q3 2.24 2.11 q2 10.12 9.99 9.86 9.73 3.04 2.23 8.96 2.37 5.00 12.27 11.04 9.95 1.96 10.00 9.00 8.41 0.00 % q1 q1 2006 2007 q1 q2 q3 q4 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 % 2008 Tingkat Inflasi PDRB Deflator (q.o.q) Tingkat Inflasi PDRB Deflator (q.t.q) Tahun/Kuartal Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Gambar 2.13. Ingkat Inflasi Berdasarkan Indeks Rata-Rata 9 Bahan Pokok Menurut Perhitungan Bulan, Kuartan dan Tahun 2006 - 2008 50.00 Tingkat Inflasi IHK (q.t.q) Tingkat Inflasi IHK (y.o.y) Laju Inflasi IHK (m.t.m) 40.00 30.00 % 20.00 10.00 -10.00 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 0.00 -20.00 2006 2007 Tahun/Kuartal/Bulan 2008 Sumber : BPS Kota Baubau; Bappeda Kota baubau (2011) Lebih rendahnya tingkat inflasi pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006 diduga karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 1 Oktober 2005 yang mendorong kenaikan harga-harga di Kota Baubau berangsur-angsur stabil. Kuat dugaan bahwa dampak rambatan (multiplier effect) kenaikan BBM pada inflasi di Kota Baubau hanya nampak selama kuartal keempat tahun 2005 Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 sampai dengan kuartal kedua tahun 2006 (2005.IV-2006.II) Indikasi ini dengan jelas terlihat dimana berdasarkan perhitungan kuartal terhadap kuartal (q.o.q), tingkat inflasi PDRB deflator, Kota Baubau mengalami tingkat inflasi dua digit hanya pada kuartal pertama tahun 2007 (2007.I), sementara pada tahun 2006 terjadi selama dua kuartal, yaitu antara 2006.I-2006.II. Lebih lanjut, berdasarkan perhitungan tingkat inflasi IHK, lebih rendahnya laju inflasi pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006 dengan jelas terlihat dari nilai inflasi dari bulan ke bulan (m.t.m) Kota Baubau yang berada dibawah angka satu digit. Bahkan, pada bulan April, Mei, Juni, Juli, September dan Oktober 2007, Kota Baubau mengalami deflasi, yaitu masing-masing sebesar 1,90%, 1,04%, 3,18%, 0,76%, 0,95% dan 1,34%. Secara kuartalan, deflasi terjadi selama kuartal kedua sampai keempat tahun 2007 (2007.II-2007.IV) dan hanya pada kuartal pertama tahun 2007 (2007.I) berdasarkan perhitungan kuartal ke kuartal (q.t.q) mengalami inflasi yang relatif tinggi yaitu sebesar 6,57%. Pada tahun 2008, secara rata-rata berdasarkan perhitungan tahun terhadap tahun (y.o.y), tingkat inflasi diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2007 yaitu mencapai 16,41% berdasarkan IHK atau 18,30% berdasarkan PDRB deflator. Berdasarkan perhitungan bulan ke bulan (m.t.m), laju inflasi relatif tinggi terjadi pada bulan Februari (6,78%) dan bulan Maret (5,65%), sementara pada bulan Januari, April, Mei, Juni, Juli, Agustus dan September Tahun 2008, Kota Baubau mengalami deflasi, yaitu masingmasing sebesar 13,28%, 2,49%, 2,20%, 3,82%, 2,78%, 0,15% dan 0,59%. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir bulan Mei 2008, sudah diantisipasi oleh masyarakat sejak awal, sehingga ketika harga BBM diumumkan secara resmi naik oleh Pemerintah, maka harga-harga di Kota Baubau berubah secara perlahan dan teratur. Indikasi tersebut, secara jelas nyata nampak pada nilai inflasi berdasarkan IHK pada kuartal pertama tahun 2008 (2008.I) yang mencapai 30,09% atau 8,41% berdasarkan perhitungan PDRB deflator. Selain itu, Kota Baubau diperkirakan akan mengalami inflasi sebesar 5,05% sebagai dampak (side effect) dari lebih tingginya permintaan barang dan jasa berkaitan dengan perayaan hari-hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri, Idul Adha dan Natal tahun 2008. Pada sisi lain, pada kuartal kedua dan kuartal ketiga tahun 2008 (2008.II-2008.III) Kota Baubau mengalami deflasi, yaitu masing-masing sebesar 8,28% dan 3,49%. 2.4 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Rencana tata ruang wilayah atau biasa juga disebut rencana tata ruang wilayah adalah rencana pemanfaatan ruang kota atau kawasan perkotaan secara umum yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan kota. Pada dasarnya rencana tata ruang wilayah, termasuk rencana tata ruang kawasan perkotaan, disusun dengan perspektif : a. Menuju keadaan pada masa depan yang diharapkan, Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 b. Bertitik tolak dari data informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat di pakai, serta c. Memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sector. 2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Kebijakan penataan ruang meliputi : 1. Memantapkan sistem perencanaan tata ruang dengan meningkatkan ketersediaan rencana tata ruang wilayah, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan khusus yang dilakukan secara transparan, partisipatif dan sesuai dengan kaidah perencanaan. 2. Meningkatkan ketertiban pemanfaatan ruang melalui penyediaan rencana rinci tata ruang dan melengkapinya dengan kebijakan, peraturan-peraturan, dan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penataan ruang melalui pengembangan prosedur dan mekanisme, pengembangan organisasi, pemasyarakatan prinsip penataan ruang, termasuk mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam penyusunan rencana, perwujudan pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 4. Menata kembali dan mengembangkan kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. 2.4.2 Kebijakan Pertanahan 1. Mewujudkan 4 (empat) pilar reforma Agraria : a. Tanah untuk kesejahteraan rakyat. b. Tanah untuk menciptakan kehidupan yang berkeadilan. c. Tanah untuk menjamin kelanjutan sistem kemasyarakatan dan kebangsaan Indonesia (sustanable). d. Tanah untuk menciptakan harmonisasi sosial (untuk menghindari sengketa dan konflik pertanahan). 2. Tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan Perundangundangan. 2.4.3 Kebijakan Konservasi dan Revitalisasi Alam Kebijakan konservasi dan revitalisasi alam meliputi : 1. Mengkonservasi dan memproteksi kawasan hutan lindung, hutan kota dan hutan mangrove. 2. Pengembangan kawasan lindung untuk direhabilitasi / reboisasi pada kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan, mencegah meluasnya kerusakan di kawasan lindung. 3. Membatasi perkembangan pemanfaatan lahan yang sudah berlangsung di kawasan lindung, untuk secara bertahap dikembalikan menjadi kawasan lindung. 4. Menambah kawasan konservasi alam. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 5. Merehabilitasi, mereboisasi, dan mencegah kerusakan kawasan hutan. 6. Memanfaatkan sebagian kawasan hutan untuk wisata ekologi dan wisata alam (ecotourism). 2.4.4 Kebijakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kebijakan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup Kota Bau-Bau meliputi : 1. Mengembangkan pengelolaan lingkungan secara terpadu dan partisipatif sesuai dengan daya dukung untuk melestarikan lingkungan; 2. Menata dan menegakkan hukum lingkungan serta mengembangkan lembaga pengelolaan lingkungan yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) dan sistem informasi lingkungan (SIL) yang memadai; 3. Mengembangkan akuntasi lingkungan dan standar mutu lingkungan daerah sebagai landasan dalam upaya untuk meminimalkan pencemaran dan meningkatkan kelestarian lingkungan. 2.4.5 Konservasi dan Revitalisasi Kawasan Bersejarah Kebijakan konservasi dan revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah meliputi : 1. Mengkonservasi dan merevitalisasi kawasan bersejarah. 2. Mengembangkan pariwisata budaya dan lingkungan hidup. 3. Mengembangkan dan promosi produk-produk wisata minat khusus. 4. Meningkatkan peran masyarakat dan swasta sebagai pelaku utama wisata. 5. Meningkatkan pemasaran wisata. 6. Menambah kawasan konservasi alam terutama pada kawasan geomorfological disaster. 2.4.6 Kebijakan Pengembangan Kawasan Wisata Kebijakan pengembangan kawasan wisata meliputi : 1. Mengembangkan pariwisata budaya dan lingkungan hidup. 2. Mengembangkan dan mempromosikan produk-produk wisata minat khusus. 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta sebagai pelaku utama wisata. 4. Meningkatkan pemasaran wisata. 2.4.7 Kebijakan Pengembangan Kawasan Permukiman Kebijakan pengembangan kawasan pemukiman meliputi : 1. Membangun permukiman Kota Bau-Bau yang sehat, nyaman dan layak huni. 2. Membatasi perkembangan permukiman yang kurang serasi dengan konservasi lingkungan. 3. Mengembangkan rumah susun dan rumah vertikal pada kawasan-kawasan yang berkepadatan tinggi, dan atau memiliki daya dukung tampung rendah. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 4. Mengembangkan kawasan permukiman baru dengan sarana dan prasarana lengkap. 2.4.8 Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kebijakan pengembangan ekonomi Kota Bau-Bau meliputi : 1. Memperkuat sektor industri sebagai basis pengembangan ekonomi wilayah. 2. Membatasi eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. 3. Mengembangkan industri rumah tangga yang menunjang struktur ekonomi. 4. Meningkatkan produksi dan pemasarannya. 5. Meningkatkan kapasitas produksi dengan sistem buka tutup. 6. Memperbaiki dan memperlancar transportasi dan pengiriman. 7. Meningkatkan nilai perdagangan ekspor dan impor. 8. Meningkatkan volume perdagangan dengan wilayah belakang (hinterland). 9. Mengembangkan dunia usaha di Kota Bau-Bau. 10. Mengembangkan pasar baru dan penataan/rehabilitasi pasar-pasar yang ada. 11. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian dalam arti luas (tanaman pangan/hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk, memenuhi kebutuhan pariwisata, industri dan ekspor. 12. Meningkatkan kesejahteraan petani dengan mengembangkan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, serta meningkatkan akses petani kepada sumber-sumber pembiayaan, teknologi dan informasi pasar serta memberi insentif. 13. Mengembangkan komoditas unggulan untuk meningkatkan petani dan daerah. 14. Mendorong pembentukan institusi pertanian oleh petani produsen yang tumbuh dari bawah. 15. Mencegah alih fungsi lahan pertanian produktif. 16. Mengembangkan diversifikasi pariwisata budaya berwawasan lingkungan dengan mengembangkan obyek, daya tarik, atraksi wisata sesuai dengan potensi dan keunikan wilayah, serta dengan meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat. 17. Meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata, promosi budaya, dan kuantitas serta kualitas sarana. 18. Meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan aspek kesehatan kepariwisataan. 19. Mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial dalam pembangunan pariwisata. 20. Meningkatkan pemerataan dan pemeliharaan sarana serta prasarana pembangunan antar kecamatan, antar kelurahan dan antara bagian wilayah kota yang berkarakteristik perdesaan dan perkotaan, sehingga dapat membangkitkan sektor riil serta meningkatkan multiplier kesempatan kerja. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 21. Mengembangkan usaha kecil, menengah, dan koperasi dengan memberikan kemudahan dalam akses produksi, distribusi, permodalan dan pemasaran melalui penerapan teknologi tepat guna, agar dapat menyerap pertumbuhan tenaga kerja. 22. Mengoptimalkan penerapan teknologi produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk ekspor agar mampu bersaing di pasar internasional. 23. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan tenaga listrik serta mengembangkan energi alternatif yang ramah lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 24. Mengembangkan kebijakan pertanahan melalui penataan kepemilikan, pengusahaan dan penggunaan tanah secara adil, transparan, dan produktif yang didukung oleh tertib administasi, penegakan hukum dan penggunaan tanah berdasarkan tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang. 25. Mendayagunakan sumber daya alam secara terencana, efektif dan efisien dengan memperhatikan kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan hidup demi pembangunan berkelanjutan. 26. Meningkatkan kinerja lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank khususnya lembaga perkreditan desa, koperasi simpan pinjam, serta kelembagaan keuangan lainnya. 27. Mewujudkan pembangunan kota yang berfungsi sebagai agropolitan. 2.4.9 Kebijakan Pengembangan Pertahanan dan Keamananan Kebijakan pengembangan pertahanan dan keamanan (hankam) meliputi : 1. Meningkatkan system keamanan untuk menjamin pelaksanaan pembangunan dan ketenteraman hidup masyarakat. 2. Menjadikan fungsi infrastruktur perekonomian seperti pergudangan dalam keadaan darurat menjadi pusat logistik pertahanan. 3. Menempatkan pasukan komando (TNI) Kostrad dan POLRI (Brimob) pada titik-titik strategis yang memudahkan pola gerak pasukan untuk pengamananan dan pertahanan Negara. 4. menjadikan depot logistic PERTAMINA sebagai pemasok energi dalam keadaan darurat perang. 5. Menjadikan Bandara Betoambari sebagai pusat distribusi pasukan gerak cepat dalam mengantisipasi keadaan darurat perang. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 2.4.10 . Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Kebijakan pengembangan sistem transportasi, meliputi : 1. Menangani sistem transportasi di pusat kota. 2. Meningkatkan pemerataan aksebilitas pada seluruh wilayah. 3. Meningkatkan kualitas, prasarana dan jangkauan pelayanan sistem angkutan umum sebagai moda (jenis angkutan) alternatif bagi masyarakat. 4. Meningkatkan disiplin lalu lintas bagi pengguna jalan baik pribadi maupun umum. 5. Meningkatkan pelayanan dan sistem angkutan kota dengan mengintegrasikan sistem perpindahan antar moda darat, laut dan udara. 6. Menciptakan perairan pantai yang tertib. 7. Meningkatkan pelayanan sistem transportasi laut skala regional, dan nasional. 8. Meningkatkan pelayanan sistem transportasi udara skala domestik. 2.4.11 Kebijakan Pengembangan Sistem Prasarana Perkotaan 1. Kebijakan pengembangan sistem drainase perkotaan, meliputi : a. Mengembangkan DAS dan rawa-rawa sebagai daerah tangkapan air hujan. b. Meningkatkan kondisi hutan lindung sebagai kawasan resapan air. c. Pengendalian terhadap bahaya banjir. d. Pengaturan sistem drainase di perumahan dan permukiman. 2. Kebijakan pengembangan sistem air bersih, meliputi : a. Melindungi sumber air baku secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas. b. Meningkatkan sistem pelayanan air bersih. c. Memperkecil angka/nilai kebocoran yang relatif masih besar (kebocoran pipa jaringan distribusi). 2.4.12 Kebijakan pengembangan sistem air limbah, meliputi : 1. Kebijakan pengembangan sistem pengelola persampahan, meliputi : a. Penanganan air limbah domestik Kota Bau-Bau melalui pengelolaan air limbah secara terpadu. b. Penanganan air limbah non domestik melalui sistem pengelolaan limbah non domestik yang tidak mencemari lingkungan. 2. Kebijakan pengembangan sistem pengelola persampahan, meliputi : a. Penanganan persampahan terpadu. b. Sistem pembuangan akhir sampah yang tidak mencemari lingkungan. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 2.4.13 Kebijakan Pengembangan Sistem Pelayanan Kegiatan Kota Kebijakan pengembangan sistem pelayanan kegiatan kota meliputi : 1. Memadukan sistem kota lama dengan bagian-bagian kota yang belum berkembang, namun dengan tetap memperhatikan daya dukung da daya tampung kota. 2. Mengembangkan Kota Bau-Bau ke bagian utara, selatan, barat dan timur. 3. Meningkatkan aksesibilitas kota dari arah laut maupun udara. 4. Mengembangkan sistem loop untuk merangkai seluruh wilayah daerah. 5. Mengembangkan dan peningkatan jalan poros. 6. Menciptakan pusat-pusat pelayanan kota yang hierarkis. 7. Menciptakan unit-unit pengembangan spasial baru. 2.4.14 Kebijakan Pengembangan Struktur Tata Ruang Kota Kebijakan pengembangan struktur tata ruang kota, meliputi : 1. Menciptakan kerangka kota baru yang merangkai seluruh wilayah Kota Bau-Bau. 2. Merevitalisasi kerangka kota yang ada. 3. Memanfaatkan alur sungai sebagai unsur kerangka kota. 4. Mengendalikan pemanfaatan lahan pada area patahan. 5. Meningkatkan fungsi dan peran unsur pembentuk struktur tata ruang kota. 6. Mengembangkan unsur pembentuk struktur tata ruang kota yang baru. 7. Mengendalikan dan membatasi ruang-ruang struktural yang tidak sesuai. 2.4.15 Kebijakan Pengembangan Kelautan Kebijakan pengembangan kelautan, meliputi : 1. Mengidentifikasi potensi wilayah pesisir (coastal area) dan laut; 2. Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengatur pengelolaan wilayah pesisir (coast-al area) dan laut secara terpadu; Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan dan pelestarian sumber daya wilayah pesisir (coastal area) dan laut. 2.4.16 Kebijakan Kependudukan 1. Kebijakan penyediaan ruang yang optimal dalam kaitannya dengan pengembangan kependudukan dijabarkan dalam strategi : a. Menentukan ruang-ruang yang sesuai dengan kultur/budaya masyarakat setempat. b. Menentukan ruang-ruang yang sesuai dengan kondisi fisik lahan dan kelayakan lahan. c. Menentukan ruang-ruang yang sesuai dengan potensi untuk dikembangkan. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 d. Menentukan ruang-ruang yang mempunyai aksesbilitas yang baik terhadap struktur tata ruang kota. 2. Konservasi dan revitalisasi warisan budaya terbangun dijabarkan dalam strategi : a. Penataan dan pengaturan ruang untuk kawasan permukiman. b. Penetapan akan fungsi dari masing-masing kawasan. 3. Memberikan kesempatan pendidikan penduduk baik pendidikan formal maupun non formal. 4. Penyediaan dan peningkatan fasilitas kesehatan. 5. Mengembangkan sistem pencatatan (registrasi) dan pemantauan penduduk migran yang lebih efektif. 6. Mengembangkan sistem disintensif dalam upaya untuk mengurangi penduduk migran. 7. Melibatkan desa adat, baik dalam pencatatan dan pemantauan maupun dalam hal penerapan sistem disinsentif bagi penduduk migran. 8. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat yang dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan keselarasan dan keseimbangan aspek kependudukan dan lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan. 9. Pembangunan kependudukan dan lingkungan hidup dilakukan dengan mengembangkan berbagai program yang bertujuan mempertahankan kelestarian potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan, mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan, sehingga kemampuan sumber daya untuk menunjang pembangunan tetap dapat dipertahankan. 10. Pengendalian kependudukan dilakukan dengan terus mengembangkan berbagai program yang telah dilaksanakan (keluarga berencana, registrasi, pengendalian, penyebaran dan mobilisasi penduduk, program keluarga sejahtera dll) dengan menyempurnakan pengembangan database kependudukan, pengaturan pengendalian kependudukan, dan sistem pelayanan administrasi kependudukan terpadu. 11. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk guna mengurangi pengangguran. Mengembangkan kemampuan pranata dan lembaga yang memiliki visi pemberdayaan perempuan, termasuk organisasi perempuan agar lebih berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Kebijakan penataan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Kebijakan penataan ruang meliputi : Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 1. Memantapkan sistem perencanaan tata ruang dengan meningkatkan ketersediaan rencana tata ruang wilayah, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan khusus yang dilakukan secara transparan, partisipatif dan sesuai dengan kaidah perencanaan. 2 Meningkatkan ketertiban pemanfaatan ruang melalui penyediaan rencana rinci tata ruang dan melengkapinya dengan kebijakan, peraturan-peraturan, dan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penataan ruang melalui pengembangan prosedur dan mekanisme, pengembangan organisasi, pemasyarakatan prinsip penataan ruang, termasuk mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam penyusunan rencana, perwujudan pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 4. Menata kembali dan mengembangkan kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Begitu pula dengan Kebijakan pengembangan struktur kota, yang meliputi; 5. Menciptakan kerangka kota baru yang merangkai seluruh wilayah Kota Bau-Bau. 6. Merevitalisasi kerangka kota yang ada. 7. Memanfaatkan alur sungai sebagai unsur kerangka kota. 8. Mengendalikan pemanfaatan lahan pada area patahan. 9. Meningkatkan fungsi dan peran unsur pembentuk struktur tata ruang kota. 10. Mengembangkan unsur pembentuk struktur tata ruang kota yang baru. 11. Mengendalikan dan membatasi ruang-ruang struktural yang tidak sesuai. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Permukiman PPSP Kota Baubau 2012 Peta 2.2 Peta Rencana Pola/Struktur Ruang Wilayah Kota Bau-Bau Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 II.30 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 2.5 Sosial dan Budaya 2.5.1. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu proses penting untuk meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia (SDM), Peningkatan kualitas SDM ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia yang dapat dilihat dari tiga indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli. Pendidikan membuka peluang individu maupun masyarakat untuk memperoleh pengetahuan. Pengukuran keberhasilan pembangunan melalui pendekatan IPM dari aspek pendidikan dimulai dari Indeks Angka Melek Huruf (AMH), Indeks Rata-rata Lama Sekolah, Angka Rata-rata Lama Sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan indikator makro yang terkait dan ikut mempengaruhi angka tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni. Pencermatan atas data sebaran Ratarata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AHM) menunjukan bahwa ketersediaan saran prasarana, aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Dalam skala nasional Pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2011, telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Indonesia yang ditandai dengan menurunnya proporsi buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas menjadi 5,3 persen, serta meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang pendidikan. Pemerintah Kota Baubau telah menetapkan misi pendidikan dalam kerangka upaya perwujudan sumberdaya manusia yang memiliki kualitas iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan profesional sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan global. Berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan untuk mendukung misi tersebut diantaranya peningkatan akses masyarakat pada berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai pendidikan menengah, pendidikan non formal, pendidikan luar biasa, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga didik, serta manajemen pelayanan pendidikan. Selain itu kompetensi penguasaan tehnologi informasi. Tabel 2.3. memperlihatkan capaian indikator pendidikan dan IPM Kota Bau-bau tahun 2008 – 2012. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 Tabel. 2.14. Capaian Indikator Pendidikan dan IPM tahun 2008-2012 No . 1 2 3 4 Indikator Pendidikan Angka Partisipasi Murni (%) a. SD b. SMP c. SMA Angka Partisipasi Kasar (%) a. SD b. SMP c. SMA Rasio Guru terhadap murid (%) a. SD b. SMP c. SMA Indeks Pembangunan Manusia a. Angka melek huruf (%) b. Angka Rata-rata lama sekolah (tahun) c. Angka harapan hidup (tahun) d. Pengeluaran riil perkapita (Rp.000) IPM Kota Baubau IPM Prov. Sultra IPM Nasional 2008 Indikator Capaian 2009 2010 2011 2012* 88,12 72,08 69,73 92,29 82,97 85,62 94,40 76,00 84,80 98,80 83,00 90,00 101,83 79,40 97,70 116,43 122,40 137,41 110,25 122,00 121,00 115,00 122,00 121,00 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0,14 0,09 0,10 0,19 0,11 0,12 95.20 9.60 95.30 9.75 95.58 9.84 98,86 9.92* 99,81 10,00 69.79 70.09 70.39 70.66* 70,92 607.11 608.12 616.11 72.14 69.00 71.17 72.56 69.68 71.76 73.48 70.36 72.23 620,96 * 74.33* 71.05* 72.79* 625,85 75,18 71,75 73,34 * Tahun 2012 Angka Proyeksi Sumber: Baubau Dalam Angka; Bappeda, Profil Pendidikan Tahun 2010/2011, (Diolah) Keberhasilan bidang pendidikan di Kota Baubau dapat dilihat dari capaian indikator pembangunan bidang Pendidikan yang tergambar dari Angka Partisipasi Murni (APM) SD-SMA diatas 80% sejak tahun 2010, sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) diatas 110%. Capaian tersebut lebih tinggi dari target RPJMD 2008-2013. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Baubau juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 72,14 tahun 2008 menjadi 73,48 pada tahun 2010. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan IPM Sultra (70,36) dan IPM Nasional (72,23). Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 2.5.2. Kesehatan Masyarakat Aksesisibilitas masyarakat terhadap kesehatan yang lebih berkualitas merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai pelaku sekaligus objek pembangunan. Pembangunan dibidang kesehatan di Kota Baubau diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan dengan memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pemenuhan kebutuhan dasar akan kesehatan yang layak diwujudkan dalam peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan itu sendiri pemerataan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan agar mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu faktor ditunjang dengan pelayanan kesehatan secara optimal dan berkualitas terhadap masyarakat terutama masyarakat miskin, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan. Tabel 2.4. memperlihatkan Selama kurun waktu 2007-2010, Pemerintah Kota Baubau telah membangun berbagai sarana pelayanan kesehatan meliputi: 4 puskesmas perawatan, 12 puskesmas non perawatan, 11 puskesmas pembantu, yang didukung dengan sarana Posyandu sebanyak 132 unit dan 14 unit puskesmas keliling. Tabel 2.4. Perkembangan Sarana kesehatan di Kota Baubau Tahun 2008 – 2011 Sarana Kesehatan Tahun 2008 2009 2010 2011 2 2 2 3 Rumah Sakit Puskesmas non Perawatan Puskesmas Pembantu 11 11 13 14 12 11 11 10 Puskesmas Perawatan 1 3 3 3 12 29 15 117 16 13 28 19 132 16 14 28 19 132 17 15 28 21 138 17 Puskesmas Keliling Toko Obat Apotik Posyandu Polindes Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2010) : Diolah Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, seiring dengan dinamika dan perkembangan masyarakat Kota Baubau, maka sejak tahun 2003 Pemerintah Kota Baubau secara bertahap telah memulai pembangunan RSUD Type B dengan luas areal Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 ± 4 Ha. Rumah sakit ini akan dikembangkan sebagai RSU Pusat Rujukan di Sultra Kepulauan (Kota Baubau, Kabupaten Buton, Bombana, Wakatobi, Buton Utara dan Kabupaten Muna). Gedung Operasi, ICU, Gedung Isolasi, UGD, Gedung Radiologi dan lain-lain. Fasilitas gedung sebagaimana disebutkan diatas akan dilengkapi secara bertahap pula dengan peralatan medis yang memenuhi standar dan kualifikasi. Sejalan dengan pembangunan RSUD Type B , Pemerintah Kota Baubau terus berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM kesehatan khususnya di RSUD yang ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan ketenagaan. Upaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas juga menjadi bagian penting dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Peningkatan SDM dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan daerah setiap tahunnya. Perkembangan tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya disajikan pada tabel 2.5. berikut : Tabel 2.15. Perkembangan Tenaga Kesehatan di Kota Baubau Tahun 2008–2011 3. Jenis Tenaga Dokter Ahli Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Apoteker dan Tenaga Farmasi Tenaga Keperawatan Nutrisionis Bidan Analis lab. Tenaga Radiologi Sanitarian Fisioterapis 2008 5 20 7 25 10 221 40 86 7 5 27 6 2 2009 8 26 9 39 28 263 37 95 12 4 35 9 2 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2010): Diolah 2010 8 28 12 56 30 285 41 105 20 7 47 9 4 2011 9 32 15 82 48 326 51 112 29 9 58 11 5 Output dari upaya penyediaan sarana dan tenaga kesehatan adalah terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang baik yang bermuara pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu, Angka kematian Bayi dan Balita, Angka Gizi Buruk, Angka Pengendalian Penyakit menular, Pertolongan Persalinan, dan Umur Harapan Hidup. Selain menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif di RSUD Kota Baubau, Pemerintah Kota Baubau juga menyelenggarakan upaya kesehatan yang sifatnya promotif dan preventif di Puskesmas dan jaringannya. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan menjadi bagian Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat; mendekatkan sarana pelayanan dengan penduduk sehingga upaya-upaya kesehatan berbasis puskesmas akan semakin baik. Cakupan sarana pelayanan kesehatan per 1000 penduduk akan menggambarkan angka pemanfaatannya. Sebagaimana tabel 2.6. menunjukkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, dan pustu per 1000 penduduk di Kota Baubau pada periode 2008-2011 menunjukkan peningkatan (0.30-0,31) per 1000 penduduk seiring dengan bertambahnya jumlah sarana dimaksud. Demikian juga dengan rasio posyandu menunjukkan angka pemanfaatan posyandu cukup baik dengan sebesar (6,90 – 7,57) per 1000 balita. Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dengan rata-rata 11,30 per 100.000 kelahiran hidup pada periode 2008-2011. Pada tahun 2008 AKI sebesar 232,00 per 100.000 kelahiran hidup, menjadi 143,33 pada tahun 2010 dan diperkirakan akan menurun menjadi 106,00 pada tahun 2011. Kondisi ini diikuti juga dengan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun 2008 sebesar 24 bayi per 1000 kelahiran menjadi 7,50 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Kondisi ini didukung pula oleh makin baiknya upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan cakupan pelayanan antara 86,16%-87,45% pada periode itu, lebih tinggi dibandingkan dengan angka Standar Pelayanan Minimal (85%). Balita dengan status Gizi Buruk masih ada di Kota Baubau meskipun dengan angkanya lebih kecil dari Kabupaten lain di Sulawesi Tenggara. Cakupan Balita Gizi Buruk yang berhasil ditangani pada tahun 2008-2011 meningkat dari 86,49 % pada tahun 2008 menjadi 100% pada tahun 2010. Selain itu, upaya pengendalian penyakit menular terus menunjukkan perbaikan, yang antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya cakupan penemuan dan penanganan penyakit TBC dari 55,11% pada tahun 2008 menjadi 66,75% pada tahun 2010, cakupan desa dengan UCI meningkat menjadi 98,80% tahun 2010. Serta upaya kesehatan lainnya meliputi cakupan akseptor KB-aktif yang meningkat dari 78,60% menjadi 82,65%, peningkatan presentase rumah layak huni (97,22% menjadi 97,46%), cakupan rumah dengan air bersih (64,56%-95,65%). Tabel. 2.16. Capaian Indikator Kesehatan Di Kota Baubau Tahun 2008 – 2012 No 1 Indikator Kesehatan 3 2011 Rasio Dokter terhadap penduduk per 1000 a. Dokter spesialis b. Dokter umum c. Dokter gigi 2 2008 Capaian indikator 2009 2010 Rasio SKM terhadap penduduk (1000) Rasio Posyandu per 1000 Balita Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 0.04 0.16 0.05 0.06 0.20 0.07 0.06 0.20 0.08 0.07 0.22 0.09 0.20 0.30 0.44 0.64 6.90 7.57 7.35 7.37 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 4 5 No 6 7 8 9 10 11 12 13 Rasio Puskesmas, Poliklinik,Pustu per 1000 penduduk Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (%) Indikator Kesehatan Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup Cakupan Balita Gizi buruk yang ditangani (%) Cakupan penemuan dan penanganan TBC (%) Cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization) (%) Persentase Akseptor KB Aktif (%) Persentase Rumah layak huni (%) Rumah dengan air bersih (%) 0.30 0.31 0.31 0.31 86.28 86.16 87.45 87.60 Capaian indikator 2008 2009 2010 2011* 232.00 172.00 143.33 120,48 24.00 11.00 7.50 5.07 86.49 100.00 100.00 105.40 55.11 68.10 66.75 71,20 90.9 98 98.8 103.52 79.35 97.22 93.48 75.83 95.15 94.24 82.65 97.46 95.65 84.17 97.56 110,67 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Baubau (2010): Diolah Status derajat kesehatan masyarakat yang baik menyebabkan makin bertambahnya Usia Harapan Hidup (UHH). Angka UHH Kota Baubau meningkat dari 69,60 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,09 tahun pda tahun 2010 Demikian halnya dengan cakupan jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Sementara itu, jumlah, kualitas, dan penyebaran sumberdaya manusia kesehatan telah ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Upaya untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, mutu, penggunaan serta pengawasan obat dan makanan juga telah dilaksanakan. Juga aspek pembiayaan kesehatan menjadi sangat penting melalui berbagai sumber pembiayaan (APBD, APBN) dalam bentuk Bantuan Operasional Puskesmas (BOK) yang sudah mulai diprogramkan sejak tahun anggaran 2010. 2.5.3. Angka Kemiskinan Penanggulangan kemiskinan di Kota Baubau menunjukkaan peningkatan kinerja setiap tahunnya, yang ditunjukkan penurunan makin angka kemiskinan dari 14,15% di tahun 2008 menjadi 12,72% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 semakin menurun menjadi 12,42%. Angka tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan Jika dibandingkan dengan angka kemiskinan Nasional dan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahu yang sama. Gambar 2.4. menunjukkan angka kemiskinan Kota Baubau dan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008 – 2010. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.14. Angka Kemiskinan Kota Baubau dan Prov. Sultra tahun 2008-2010 Sumber: Bappeda Kota Baubau 2011 (diolah) Penurunan angka kemiskinan Kota Baubau sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau yang banyak didorong olrh sektor tersier. Selain itu juga Kota Baubau semakin menunjukkan perannya sebagai simpul perdagangan di Kawasan Timur Indonesia yang kesemuanya bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 1.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 II. 38 Program Percepatan Sanitasi Perkotaan PPSP Kota Baubau 2012 Gambar 2.5 Struktur Organisasi SKPD terkait sanitasi Buku Putih sanitasi Kota Baubau tahun 2012 II. 39