BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam kehamilan. Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia . Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa (Depkes, 2011). Penderita DM di rumah sakit RSUD Kota Semarang berdasarkan data dari instalasi Rekam Medik. Pada tahun 2011 terdapat 663 jiwa yang menderita DM, 613 jiwa 1 2 diantaranya mengalami komplikasi tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan meningkat di tahun mendatang. Jumlah populasi yang meningkat tersebut berkaitan dengan hal faktor genetika dan pola hidup di lingkungan. Kini diabetes termasuk penyakit yang menyebabkan kematian keenam pada semua kelompok umur di Indonesia. (Tjandra, 2007) Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan metabolit kronis serius yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang atau suatu kondisi konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi dari pada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak efektif (Subroto 2006). Ada dua jenis DM yaitu Diabetes Millitus tipe 1 (DMT 1) dan Diabetes Millitus tipe 2. Jenis DMT 1 disebabkan oleh ketiadaan hormon insulin dalam tubuh penderita, sehingga gula dalam darah tidak bisa masuk kedalam sel yang nantinya diubah menjadi energi. Sedangkan penderita DM disebabkan karena menurunnya produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin dalam tubuh. Saat ini kadar gula darah sering dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari maka bagi penderita diabetes sebaiknya mengukur makanan dan minuman yang dikonsumsi misalkan minuman manis yang menggunakan pemanis rendah kalori. Penderita diabetes Millitus sebaiknya menjaga pola makanannya sehari-hari agar gula darah tetap normal dan penderita DM sebaiknya mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan rendah gula dan tinggi serat serta olahraga yang cukup. Makanan yang rendah gula dan mengandung banyak serat seperti 3 buah dan sayuran. Buah dan sayuran dapat membantu penderita DM meminimalisir kerja hormon insulin, maka dibutuhkan perhitungan yang tepat untuk kebutuhan kalori penderita DM dengan pengaturan makanan yang dikonsumsi.Makanan pokok yang dikonsumsi penderita DM makan tiga kali sehari,penderita DM juga memerlukan makanan tambahan sebagai energi. Hal ini perlu diperhatikan sebagai salah satu pengaturan pola makan penderita DM, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan pokok ataupun minuman manis setiap saat. Misalnya makanan pokok seperti nasi mengandung banyak gula dan rendah serat dapat menyebabkan kerja insulin semakin berat, serta minuman manis yang tidak dianjurkan mengkonsumsi setiap saat karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darahatau sebagai minuman alternatif selain air putih.Penderita DM juga dapat mengkonsumsi minuman herbal mahkota dewa yang rendah kadar gula sehingga dapat membantu meminimalisir/ mengurangi kadar gula dalam darah. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa daging buah mahkota dewa berpotensi sebagai antihipoglikemik dengan dosis 241,35 mg/kg berat badan (Primsa,2002). Minuman herbal buah mahkota dewa ini memiliki kandungan yang baik untuk tubuh dan memiliki khasiat sebagai minuman herbal yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah hingga 70%. Saat ini banyak penderita DM yang belum mengetahui minuman apa yang dapat mengurangi resiko diabetes. Telah diketahui bahwa buah mahkota dewa memiliki berbagai kandungan seperti alkaloid, flavonoid, dan polifenol yang mencegah berbagai macam penyakit, seperti 4 meningkatkan sistem kekebalan tubuh, baik untuk peredaran darah, mencegah penyumbatan pembulu darah, jantung koroner, serta diabetes. Selain itu buah mahkota dewa juga memiliki kandungan saponin yang dapat mengurangi kadar gula darah (Harmanto 2001). Saponin mengandung gugus glikosil yang berperan sebagai gugus polar serta gugus steroid dan triterpenoid yang berfungsi sebagai gugus nonpolar. Senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar akan bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat membentuk misel, dimana struktur polar akan menghadap ke luar sedangakan gugus nonpolar akan menghadap kedalam. Pada kondisi seperti inilah saponin akan berbentuk seperti busa (Sangi dkk, 2008). Suatu produk minuman harus memenuhi indeks glikemik tertentu, untuk mengetahui pelepasan kalori dalam darah dapat diketahui menggunakan Indeks Glikemik (IG). Semakin tinggi nilai indeks glikemik suatu minuman, mengakibatkan pelepasan glukosa dalam darah akan semakin cepat. Pada penderita dibetes disarankan mengkonsumsi minuman herbal buah mahkota dewa sebagai pengganti minuman manis yang sering dikonsumsi setiap harinya. Dalam berbagai macam minuman sering kali masyarakat menambahkan gula sebagai rasa manis dalm minumannya. Akan tetapi gula sangat berbahaya bagi penderita diabetes, untuk itu bahan dasar gula dapat digantikan dengan pemanis stevia(Stevia rebaudiana Bertoni M.). Pemanis stevia ini memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dari pada gula, efek menggunakan pemanis stevia yaitu tubuh tidak 5 dapat memetabolisme steviosida, karena itu steviosida dibuang dari dalam tubuh tanpa penyerapan kalori (Martini, 1998). Pemanis stevia ini sangat berbeda sekali dengan gula,karena gula dapat meningkatkan mekanisme kerja insulin semakin berat, sehingga tidak cocok untuk dikonsumsi bagi penderita DM. Penggantian gula pada minuman herbal ini dilakukan untuk menghindari peningkatan kadar gula darah karena memiliki sifat yang rendah kalori tetapi memiliki rasa lebih manis ketimbang gula. Secara signifikan pemanis stevia dapat digunakan sebagai alternatif gula pada umumnya yang memiliki kalori yang rendah. Indeks Glikemik sendiri memiliki arti tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin dalam tubuh yang dapat dimetabolisme dalam tubuh. Indeks glikemik pangan merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan pangan bagi penderita diabetes, karena pangan yang memiliki Indeks Glikemik tinggi akan meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat dan sebaliknya. Pengukuran indeks glikemik pangan ini dilakukan dengan cara pemberian minuman herbal kepada hewan uji, yang nantinya diukur kadar glukosa darahnya tiap 30 menit sekali selama 2 jam. Kadar gula dalam darah diukur dengan menggunakan metode “Glukosa Test”. 6 1.2 Rumusan Masalah Formulasi minuman herbal buah mahkota dewa dalam penelitian ini didapatkan masalah, yaitu : 1.2.1 Berapa nilai indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa dengan formula tertentu? 1.2.2 Apakah minuman herbal yang terbuat dari buah mahkota dewa dapat dijadikan minuman alternatif bagi penderita diabetes? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengetahui indeks glikemik dari minuman herbal buah mahkota dewa 1.3.2 Untuk mengetahui kegunaan minuman herbal buah mahkota dewa sehingga dapat dijadikan minuman alternatif 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Dapat sebagai acuan dan pengetahuan masyarakat, industri pangan serta peneliti tentang produk minuman herbal untuk penderita diabetes. 1.4.2 Meningkatkan pemanfaatan bahan alam yang lebih dikenal masyarakat. 1.4.3 Dapat digunakan sebagai minuman alternatif yang berkualitas bagi penderita Diabetes Millitus. 7 1.5 Asumsi Penelitian 1.5.1 Dalam buah mahkota dewa memiliki kadar gula yang rendah hingga sedang 1.5.2 Identifikasi senyawa saponin dapat dilakukan dengan skrining fitokimia 1.5.3 1.6 Formulasi buah mahkota dewa dengan formula tertentu Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah memformulasi produk minuman herbal dan mengukur kadar gula dalam darah saat pemberian minuman herbal buah mahkota dewa dan diukur setiap 30 menit selama 2 jam menggunakan metode “glukosa test” Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penentuan nilai Indeks Glikemik dengan pengujian terhadap tikus putih/mencit secara in vivo. 1.7 Definisi Istilah 1.7.1 Minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari bahan alam yang memiliki banyak manfaat dan khasiat sebagai obat alami untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan menjaga kesehatan, yang tergantung dari jenis bahan minuman herbal tersebut. Ada minuman herbal buah mahkota dewa sebagai minuman alami yang terbuat dari buah mahkota dewa. 8 1.7.2 Pemanis Stevia adalah pemanis alami yang rendah kalori yang terbuat dari bagian daun pohon stevia. 1.7.3 Indeks Glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis minuman yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan. 1.7.4 Saponin merupakan senyawa glikosida komplek dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa, xylosa,rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik (SAPOGENIN) berupa triterpenoid, steroid atau alkaloid. 1.7.5 In vivo adalah eksperimen dengan menggunakan makhluk hidup keseluruhan, sebagai lawan dari sebagian organisme atau mati. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Milletus Diabetes Millitus adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan sehingga terjadi lonjakan kadar gula dalam darah melebihi normal atau terjadi gangguan dalam penggunaan insulin. Kadar glukosa dalam darah tidak selalu tetap tergantung oleh asupan makanan yang dikonsumsi dan aktifitas yang dilakukan. Dalam tubuh kadar glukosa dalam darah normal 70-110 mg/dL. Sering kali sehabis makan kadar glukosa dalam darah akan meningkat, peningkatan kadar gula darah ini akan memicu hormone insulin oleh kelenjar pangkreas. Pengaruh dari hormone insulin ini, gula dalam darah sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam bagian tubuh dan akan digunakan sebagai bahan energi dalam tubuh. Soedeman,T.M.(1995). Ditinjau dari jenis penyakitnya Diabetes Millitus ada beberapa macam yaitu: Tipe utama penyakit diabetes adalah sebagai berikut : 1. Diabetes Millitus tipe 1 (DMT 1) Diabetes tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Millitus (IDDM) adalah diabetes mellitus yang selalu membutuhkan terapi insulin dari luar untuk pengaturan aktivitas. Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai oleh tingginya level glukosa darah yang disebabkan oleh 9 9 10 ketidakcukupan atau ketiadaan hormon insulin, sehingga gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakn sebagai energi. 2. Diabetes Millitus tipe 2 (DMT 2) Diabetes tipe 2 sering disebut Non Insulin Dependent Diabetes Millitus (NIDDM), sebab tidak membutuhkan penambahan hormone insulin untuk mempertahankan keseimbangan glukosa darah. Diabetes tipe 2 merupakan akibat lemahnya kemampuan pancreas mensekresikan insulin, selain itu juga lemahnya aksi insulin, menjadi penyebab menurunnya sensitifitas insulin. Penurunan sensitivitas insulin terjadi pada pintu masuk dipermukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor insulin. Reseptor insulin akan memberikan signal pada transporter glukosa untuk memungkinkan lewat glukosa yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam sel. Di dalam mitokondria, gula kemudian akan digunakan untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk melangsungkan fungsi setiap sel tubuh. Penyebab terjadinya penurunan sensitivitas insulin adalah karena peningkatan kebutuhan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah, meningkatkan sekresi insulin akan menginduksi kegagalan sel β pancreas menghasilkan insulin. Diabetes Millitus dengan gejala penurunan sensitivitas insulin yang ditandai dengan adanya jumlah insulin di dalam darah meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal dan penyuntikan insulin tidak dapat 11 menurunkan kadar glukosa darah dalam keadaan rusaknya sensitivitas insulin. Gejala-gejala yang sering muncul pada dibetes tipe 2 adalah cepat lelah, sering kencing, sering lapar, sering haus, penglihatan menjadi kabur, lambatnya penyembuhan penyakit kulit, gusi dan infeksi saluran kencing. Biasanya tersa gatal pada bagian kelamin, mati rasa pada kaki atau tungkai dan penyakit jantung. Obesitas atau kelebihan simpanan lemak sering mengiringi atau mendahului terjadinya penyakit diabetes tipe 2. Pada penderita diabetes tipe 2 sering ditemukannya penurunan sensitivitas insulin. Penurunan sensitivitas insulin adalah kelainan metabolik yang dicirikan oleh menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin. Penurunan sensitivitas insulin terjadi ketika jaringan gagal merespon insulin secara normal. Diabetes tipe 2 sering disertai oleh penurunan sensitivitas insulin pada organ sasaran yang mengakibatkan penurunan responsivitas, baik terhadap insulin endogenus maupun eksogenus (Rimbawan dan Siagian 2004). 2.2 Indeks Glikemik Indeks Glikemik pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Sebagai perbandingannya, indeks glikemik glukosa murni adalah 100. Indeks glikemik merupakan cara ilmiah untuk 12 menentukan makanan bagi penderita diabetes, orang yang sedang berusaha menurunkan berat badan tubuh, dan olahraga (Rimbawan & Siagian 2004). Dalam tubuh terdapat karbohidrat dalam pangan yang dipecah dengan cepat selama pencernaan memiliki indeks glikemik tinggi. Respon glukosa darah terhadap jenis pangan ini cepat dan tinggi apabila glukosa dalam aliran darah meningkat dengan cepat. Karbohidrat yang dipecah dengan lambat memiliki indeks glikemik rendah sehingga melepaskan glukosa ke dalam darah dengan lambat. Indeks glukosa murni ditetapkan 100 dan digunakan sebagai acuan untuk penentu indeks glikemik pangan lain. Meskipun demikian minuman herbal sering digunakan dalam penelitian untuk penentuan indeks glikemik. Tabel 2.1 . Kategori pangan menurut indeks glikemik Kategori pangan Rentang Indeks Glikemik Indeks Glikemik Rendah < 55 Indeks Glikemik Sedang 55-70 Indeks Glikemik Tinggi >70 Sumber : Miller et al. (1996) dalam Rimbawan & Siagian (2004) Menurut Miller (1996) dalam Rimbawan & Siagian (2004), prosedur penentuan indeks glikemik pangan adalah sebagai berikut : 1. Pangan tunggal yang akan ditentukan indeks glikemiknya (mengandung 50 g karbohidrat) diberikan kepada relawan yang telah menjalani puasa 13 penuh (kecuali air) selama semalam (sekitar pukul 20.00 sampai pukul 08.00 pagi besoknya). 2. Selama dua jam pasca pemberian, sampel darah 50 µL-finger-prick cappilari blood samples method diambil setiap 15 menit pada jam pertama kemudian setiap 30 menit pada jam kedua untuk diukur kadar glukosanya. 3. Pada waktu berlainan hal yang sama dilakukan dengan memberikan 50 g glukosa murni kepada relawan. 4. Kadar glukosa darah ditebar pada dua sumbu yaitu sumbu waktu dan kadar glukosa darah 5. Indeks glikemik ditentukan dengan membandingkan luas daerah dibawah kurva antaran pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan. Kurva respon glukosa darah yang dibuat digunakan untuk menghitung luasa area bawah kurva (Area Under Curve). Luas daerah dibawah kurva dapat dihitung dengan beberapa cara, seperti integral dari persamaan polinom dan menghitung luas bangun. Cara perhitungan dengan luas bangun yaitu dengan cara menarik garis horizontal dan membuat garis vertikal berdasarkan waktu pengambilan darah sehingga kurva membentuk luas bangun segitiga dan trapesium. Luas daerah dibawah kurva diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing luas bangun. (Waspadji et al. 2003). Berikut ini merupakan gambar area under curve yang dihitung menurut FAO (1998) dalam Brouns et al. (2005) 14 yang menunjukkan bahwa luas yang dihitung adalah bagian diatas garis horizontal. Incremental AUC (FAO 1998 dalam Bround et al. 2005) 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Glikemik Faktor yang dapat mempengaruhi indeks glikemik pada pangan antara lain : cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel), perbandingan amilosa dengan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotic, kadar serat, kadar lemak dan protein serta kadar anti-gizi pangan (Rimbawan & Siagian 2004) Proses pengolahan dapat menyebabkan meningkatnya nilai indeks glikemik pangan karena melalui proses pengolahan struktur pangan menjadi lebih mudah dicerna dan diserao sehingga dapat mengakibatkan kadar glukosa naik dengan cepat. Selain itu ukuran partikel yang semakin kecil sehingga memudahkan terjadinya degradasi oleh enzim juga dapat menyebabkan indeks glikemik 15 semakin meningkat. Proses pemasakan atau pemanasan akan menyebabkan terjadinya gelatinisasi pada pati. Dengan adanya proses pecahnya granula pati ini molekul pati akan lebih mudah dicerna karena enzim pencerna pada usus mendapatkan tempat bekerja yang lebih luas. Hal inilah yang menyebabkan proses pemasakan atau pemanasan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan indeks glikemik pangan (Rimbawan & Siagian 2004). Penelitian terhadap pangan yang memiliki kadar amilosa dan amilopektin berbeda menunjukkan bahwa kadar glukosa darah dan respon insulin lebih rendah setelah mengkonsumsi pangan berkadar amilosa tinggi dari pada pangan berkadar amilopektin tinggi (Miller et al. 1992 dalam rimbawan &Siagian 2004). Sebaliknya bila kadar amilopektin pangan lebih tinggi dari pada kadar amilosa, respon glukosa darah lebih tinggi (Rimbawan & Siagian 2004). Keberadaan serat pada pangan ternyata sangat memberikan pengaruh pada kenaikkna kadar glukosa dalam darah (Fernandes 2005). Pengaruh serat pada indeks glikemik panagn tergantung lebih rendah (Miller et al. 1996 dalam Rimbawan & Siagian 2004). Nishimune et al. (1991) dalam Rimbawan & Siagian (2004) menemukan bahwa serat terlarut dapat menurunkan respon glikemik pangan secara bermakna. Serat dapat memperlambat terjadinya 16 proses pencernaan di dalam tubuh sehingga hasil akhir yang diperoleh adalah respon glukosa darah akan lebih rendah. 2.3 Mahkota Dewa Mahkota dewa telah dikenal puluhan tahun yang lalu di Negara China. Di China mahkota dewa disebut dengan nama Shuan Tao. Selain di China, di Indonesia pada awalnya mahkota dewa tumbuh di Papua. Tetapi di masyarakat lokal mahkota dewa tidak di anggap sebagai tanaman berkhasiat, sehingga mahkota dewa banyak dibiarkan dan berkembang sebagai tanaman liar. Tanaman mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) masuk dalam famili Thymelaece. Tanaman ini bias ditemukan dan ditanam di pekarangan rumah, di kebun dan di jalan sebagai tanaman peneduh. Tanaman mahkota dewa ternyata bukan sekedar pohon penghijauan yang sekaligus berfungsi untuk peneduh. Hampir semua bagian dari tanaman ini mengandung khasiat yang besar pengaruhnya bagi dunia pengobatan alternatif. Mahkota dewa dinamai berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria Papuana. Namun, ada pula yang memberikan nama berdasarkan ukuran buahnya yang besar (makro), yaitu Phaleria Macrocarpa. 2.3.1 Morfologi Nama Indonesia : Mahkota Dewa Nama Latin : Phaleria Macrocarpa Klasifikasi tumbuhan mahkota dewa : 17 Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Myrtales Famili : Thymelaeaceae Genus : Phalero Spesies : Phaleria Macrocarpa Dalam buah mahkota dewa memiliki beberapa kandungan kimia seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Alkaloid, adalah detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam tubuh. Saponin, yang berguna sebagai: sumber anti-bakteria dan anti-virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula darah, dan mengurangkan pembekuan darah. Flavonoid yang terkandung dalam buah Mahkota dewa berguna untuk peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah penyumbatan pembuluh darah, mengurangkan kadar kolesterol dan mengurangkan penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, mengurangkan kadar risiko penyakit jantung koroner, mengandungi anti-inflamasi (anti inflamasi), anti-oksidan, dan membantu mengurangkan rasa 18 sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Sedangkan polyphenol Mahkota dewa berfungsi sebagai anti histamin (alergi). 2.4 Pemanis Stevia Pemanis stevia barasal dari tanaman stevia rebaudiana yang merupakan tanaman asli daerah Rio Monday, dataran tinggi di Paraguay. Stevia pertama kali dibawa ke derah eropa pada tahun 1887 ketika M.S Bertoni mempelajari karakteristik unik dari suku Indian dan Mestizos Paraguay. Stevia merupakan salah satu komoditas pertanian di Negara jepang dirintis oleh Suminda pada tahun 1968 sejak itulah stevia merupakan hasil pertanian yang sangat berpotensi dibeberapa Negara. Saat ini jepang merupakan produsen dan pengguna steviosida terbesar di dunia dengan jumlah penggunaan 200 ton steviosida murni pada tahun 1996 (Lee dkk., 1979; Shock,1982; Brandle dan Rosa, 1992; Fors, 1995 dalam Brandle dkk,2005) 2.4.1 Rumus Struktur Steviosida 2.4.2 Morfologi Tanaman Stevia Tanaman stevia merupakan tanaman semak dengan tinggi6090 cm, batang berbentuk bulat lonjong dan ditumbuhi oleh bulu-bulu 19 yang halus, bercabang, bentuk daun lonjong, langsing dan duduk berhadapan, panjang 2-4 cm , lebar 1-5 cm, tulang daun menyirip, tangkai pendek, bunga majemuk, hermafrodit, bentuk terompet, kelopak bentuk tabung, tangkai benang sari dan tangkai putik pendek, kepala sari kuning putik berbentuk silindris, putih kotak, bentuk jarum, berakar serabut. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah asam yang tidak subur atau tanah dipinggiran rawa (Lutony, 1993) Nama Indonesia : Stevia, daun manis Nama Latin : Stevia rebaudiana Bertoni M Klasifikasi Tanaman Stevia Kingdom : Plantae (tumbuhan) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Stevia Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni M 2.4.3 Stevia sebagai Pemanis Non Kalori Saat ini pemanis stevia dapat dijadikan sebagai alternatif yang tepat untuk dijadikan pengganti pemanis buatan atau sintetik. 20 Tingkat kemanisan pemanis stevia antara 200-300 kali sukrosa (Philips, 1987). Dengan kata lain, tingkat kemanisan pemanis stevia lebih tinggi dibandingkan dengan pemanis lainnya, sehingga sampai saat ini pemanis stevia tetap dijadikan pemanis berbagai macam produk makanan dan minuman (Lutony, 1993) Produk dari Stevia rebaudiana dapat digunakan sebagai makanan berkalori rendah bagi penderita diabetes. Dari hasil penelitian, pemberian zat pemanis stevia tanpa pemberian glukosa dibandingkan dengan pemberian tolbutamida maka kadar gula darah turun 53.6%. dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa zat pemanis stevia Rebaudiana dapat dipakai sebagai zat pemanis pada penderita diabetes karena disamping berkalori rendah mempunyai sifat hipoglikemik (Tjasadihardja Fujita). 2.4.4 Kandungan Kimia dan Kegunaan Daun stevia mengandung 3 jenis glikosida yaitu steviosida yang memiliki rasa manis, rebaudisida dan dulkosida yang ketiganya terikat pada karbohidrat seperti : fruktosa, glukosa, silosa, tanin dan karotenoid. Selain itu stevia mengandung protein, serat, fosfor, besi, kalsium, kalium, natrium, magnesium, flavonoid, vitamin C dan vitamin A. tubuh manusia tidak dapat memetabolis steviosida , karena itu steviosida dibuang dari tubuh tanpa proses penyerapan kalori (L1yas, 2003). 21 Senyawa-senyawa yang memiliki karakteristik pemanis masuk dalam golongan glikosida, yaitu : dulkosida A, rebaudiosida A-E, steviolbiosida, dan steviosida (Kingdom dkk, 1984). Glikosida-glikosida tersebut merupakan komponen utama dari diterpen, derivative steviol (Shibata dkk, 1995). Jika rebaudiosida A,D, dan E itu digabungkan, maka campurannya akan memiliki tingkat kemanisan yang setara dengan steviosida. Stevia rebaudiana (Bert) Bertoni, spesies yang paling manis, mengandung seluruh glikosida di daunnya, dan steviosida merupakan komponen yang paling banyak terkandung (3%-8% dari berat kering daunnya)(Melis, 1992). 2.4.5 Aktivitas Hipoglikemik Stevia rebaudiana Bert. dan Diabetes Millitus Diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan metabolism karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa dalam darah yang tinggi (hiperglikemi) dan adanya glukosa dalam urin (glukosuria). Penyebab dibetes mellitus adalah kegagalan pankreas mensekresi insulin. Dalam jangka panjang, penyakit ini dapat menyebabkan resiko gangguan lebih lanjut pada retina dan ginjal, kerusakan saraf perifer, dan mendorong terjadinya penyakit ateroskierosis pada jantung, kaki, dan otak (Yulinah dkk., 2007). Ada dua jenis tipe diabetes, yakni diabetes Tipe 1 dan diabetes Tipe 2. Pada diabetes Tipe 1 (disebut Insulin Dependent 22 Diabetes Militus atau IDDM), yakni diabetes yang tergantung pada insulin. Diabetes Tipe 1 biasanya juga disebut diabetes remaja. Sekitar 10% orang yang mengidap diabetes Tipe 1 ini tubuhnya tidak memproduksi insulin dan karenanya suntikan insulin secara teratur dibutuhkan untuk memelihara gula darah yang normal (McWright, 2008). Diabetes Tipe 2 (diabetes yang tidak bergantung pada insulin) adalah diabetes yang paling sering ditemui. Biasanya diderita oleh orang dewasa usia diatas 40 tahun. Tetapi ada juga penderita diabetes Tipe 2 yang baru berusia 20-an. Sekitar 90-95% diabetes adalah dari jenis Tipe 2. Diabetes Tipe 2 biasanya tidak membutuhkan suntikan insulin, tetapi membutuhkan obatuntuk memperbaiki fungsi insulin (Waluyo, 2009). Selama ini pengobatan diabetes mellitus biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obat Oral Anti Diabetik (OAD), atau dengan suntikan insulin. Di samping itu banyak pula di antara penderita yang berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan cara tradisional menggunakan bahn alam. Salah satu tanaman obat yang dimaksud tersebut adalah Stevia rebaudiana. Keuntungan stevia sebagai pemanis berkaitan dengan diabetes mellitus adalah stevia tidak berkalori sehingga tidak menaikkan kadar gula darah. Sehingga Stevia rebaudiana aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. 23 Bilamenggunakan pemanis stevia kadar gula dalam darah dapat turun sebanyak 53,6% (Djas, 2005). 2.5 Kandungan Saponin 2.5.1 Rumus Struktur Saponin Menurut Suparjo (2002), istilah fitokimia biasanya digunakan untuk menunjukkan senyawa yang terdapat pada tanaman yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh tetapi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan atau peran aktif melawan penyakit. Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan tanaman adalah saponin.Saponin merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanama n, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Istilah saponin diturunkan dari bahasa Latin „Sapo‟ yang berarti sabun, diambil dari kata Saponaria vaccaria, suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk mencuci. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter. 24 Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa triterpenoid, steroid atau steroid alkaloid. Aglikon dapat mengandung satu atau lebih ikatan C-C tak jenuh. Rantai oligosakarida umumnya terikat pada posisi C3 (monodesmosidic), tetapi beberapa saponin mempunyai gugus gula tambahan pada C26 atau C28 (bidesmosidic). Struktur saponin yang sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur aglikon, sifat dasar rantai dan posisi penempelan gugus gula pada aglikon. Saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik (Suparjo, 2002). Senyawa saponin yang dapat membantu mengurangi kadar glukosa darah di tubuh karena dapat membentuk suatu lapisan membran pada permukaan usus halus sehingga dapat menghambat absorbsi glukosa (Mills, 2000). 2.6 Minuman Herbal Minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari bahan alam yang memiliki khasiat terhadap kesehatan. 2.6.1 faktor-faktor memilih minuman herbal ada beberapa masyarakat memilih minuman herbal karena khasiatnya lebih terjamin dan memiliki efek samping yang rendah. 25 2.7 Pemilihan Hewan Uji Pemilihan hewan uji idealnya harus dipilih semirip mungkin dengan kondisi manusia, utamanya dalam hal absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi terhadap senyawa uji. Hal ini dilakukan untuk memperkecil perubahan respon antarjenis dan dalam satu jenis hewan uji terhadap efek senyawa uji. Pada umumnya hewan uji yang sering digunakan adalah mencit. Pada percobaan ini hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan. Karena jika dibandingkan dengan mencit betina, mencit jantan lebih banyak digunakan sebab mencit jantan menunjukkan periode pertumbuhan yang lebih lama. Selain itu mencit putih jantan dapat memberikan hasil penelitian lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada mencit betina. Mencit putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolism obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil disbanding mencit betina. 2.7.1 Klasifikasi Mencit Klasifikasi mencit menurut Departemen Kesehatan adalah : Kingdom : Animilia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Mamalia Sub kelas : Theria 26 2.7.2 Ordo : Rodentia Sub ordo : Myomarpha Family : Muridae Sub family : Murinae Genus : Mus Spesies : Mus musculus Ciri-ciri Mencit Berat badan 20-30 gram, hidung runcing, badan kecil6-10 cm, telinga tegak, ukuran mencit 15 mm/kurang, dan kebiasaannya rodentia pemanjat, kadang-kadang menggali lubang. (info Kesehatan, Derektorat Pengembangan Sekolah Luar Biasa dalam Amrullah, 2007). Mencit bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi, dan lebih aktif pada malam hari disbanding sian hari. 2.7.3 Perlakuan Hewan Coba Hewan coba dikarantina terlebih dahulu selama 7-14 hari. Pengkaratinaan ini bertujuan untuk menghilangkan stress akibat transportasi. Serta untuk mengkondisikan hewan dengan suasa]na laboratorium. Pada waktu pengkarantinaan, temperatur dan kelembaban harus diperhatikan. Temperatur yang cocok untuk karantina adalah temperatur ruang serta kelembaban yang sesuai antara 40-60%. 27 Pemberian senyawa pada hewan coba (mencit) memiliki dosis maksimum yaitu 5000mg/KgBB15 dan juga mempunyai batas maksimum volume cairan ysng bolrh diberikan pada hewan coba. 2.7.4 Cara pemberian senyawa 2.7.4.1 Pemberian Per-Oral Pemberian obat-obatan dalam bentuk suspense, larutan atau emulsi, kepada tikus dan mencit dilakukan dengan pertolongan jarum suntik yang ujungnya tumpul (bentuk bola/kanulla). Kanulla ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan dimasukkan melalui tepi langit-langit belakang sampai esophagus. Sebelum pemberian sampel uji terhadap mencit trelebih dahulu harus mengetahui cara penanganan atau perlakuan terhadap mencit. Cara yang dilakukan yaitu mula-mula mencit diangkat dari kandangnya dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan lalu diletakkan di atas permukaan kasar untuk mengurangi gerak mencit. Setelah itu lipatan kulit tengkuk dipegang diantara jari telunjuk dan ibu jari dan mencit dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri. 2.7.4.2 Pemberian secara Intraperitorial Peganglah mencit pada ekornya dengan tangan kanan, biarkan mereka mencengkeram anyaman kawat dengan kaki depannya. Dengan tangan kiri jepitlah tengkuk tikus/ mencit diantara jari tengah. Pindahkan ekor mencit dari tangan kanan ke kelingking 28 tangan kiri sehingga kulit pangkal ekor menjadi tegang. Pada saat penyuntikan, posisi kepala mencit lebih rendah dari pangkal ekor. Jarum suntikan dengan membentuk sudut 450 dengan pangkal ekor. Agak menepi dari garis tengah, untuk menhindari tekanan kandung kencing. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati. Volume penyuntikan untuk mencit umumnya adalah 1 mL/100g bobot badan. kepekaan larutan obat yang disuntikan, disesuaikan dengan volume yang dapat disuntikkan tersebut. Panduan volume maksimum dan cara pemberian dosis binatang khususnya untuk mencit dengan berat badan 20-30 gram secara intraperitorial yaitu sebanyak 1,0 ml begitu juga pemberian secara per oral. Konversi dosis berdasarkan perbandingan luas permukaan binatang untuk dosis mencit dengan dibandingkan dosis manusia diperoleh faktor konversi sebesar 0,0026. 2.8 Kerangka Teori Penyakit diabetes merupakan penyakit berbahaya karena tingginya kadar glukosa darah secara terus-menerus atau berkepanjangan sehingga nantinya menyebabkan komplikasi diabetes. Yang paling penting dalam hal diabetes adalah pengaturan makanan, karena makanan adalah faktor yang sangat menentukan. Oleh itu hendaknya dalam pencegahan penyakit diabetes atau komplikasi diabetes salah satu upayanya adalah dengan cara 29 pengelolaan diet dan pemilihan makanan yang tepat. Makanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar tubuh, tetapi lebih jauh lagi mempunyai sifat fungsional yang akan memberikan dampak positif bagi kesehatan, yang dikenal dengan pangan fungsional. Salah satu pangan fungsional adalah minuman herbal buah mahkota dewa. Salah satu yang dapat digunakan sebagai minuman herbal adalah buah mahkota dewa. Di dalam buah mahkota dewa terdapat memiliki beberapa kandungan kimia seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Alkaloid, adalah detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam tubuh. Saponin, yang berguna sebagai: sumber anti-bakteria dan antivirus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula darah, dan mengurangkan pembekuan darah. Flavonoid yang terkandung dalam buah Mahkota dewa berguna untuk penurunan kadar glukosa darah, oleh karena itu buah mahkota dewa merupakan tanaman fungsional yang dapat digunakan untuk pasien diabetes. Untuk dapat digunakan oleh penderita diabetes mellitus dibutuhkan formulasi dalam bentuk minuman herbal yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu salah satunya indeks glikemik. Indeks Glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis minuman yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan.Uji indeks glikemik berfungsi untuk mengukur tingkatan pangan. 30 Semakin rendah nilai indeks glikemiknya semakin baik pula makanan itu untuk dikonsumsi khususnya penderita diabetes. Pengukuran nilai indeks glikemik ini dilakukan secara in vivo atau menggunakan hewan coba. Mencit dipilih sesuai kriteria hewan coba, sebelumnya mencit diaklimasi sampai dengan kurang lebih satu minggu. Sebelum dilakukan pengujian mencit dipuasakan guna untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Setelah 10 jam dipuasakan, mencit siap untuk diuji. Mencit dibagi dalam beberapa kelompok, kelompok yang diberikan glukosa dan kelompok yang diberiakan sampel pangan. Selanjutnya diukur efeknya terhadap kadar glukosa darah setiap 30 menit selama 2 jam (pengukuran kadar glukosa menit ke-30, ke-60, ke-90, le-120). Gambar Kerangka Teori Buah Mahkota Dewa Rendah Kalori Diabetes Millitus Teh Herbal Buah Mahkota Dewa Evaluasi Minuman Herbal Indeks Glikemik In Vivo Pemanis Stevia 31 2.9 Hipotesa Minuman herbal yang terbuat dari buah mahkota dewa dan pemanis stevia dengan formula tertentu yang memiliki Indeks Glikemik rendah sampai sedang sehingga dapat dijadikan sebagai minuman alternatif bagi penderita diabetes mellitus. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu dari pembuatan formulasi minuman herbal buah mahkota dewa dan dilanjutkan dengan penentuan indeks glikemik. Rancangan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan : Tahap pertama dilakukan persiapan dengan menentukan populasi dan sampel penelitian, menentukan waktu dan lokasi penelitian, serta menghitung kebutuhan bahan dan mempersiapkan peralatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Tahap kedua yaitu pelaksanaan. Tahap ini meliputi pengumpulan data yaitu, pemilihan mencit sebagai hewan coba, pembuatan simplisia buah mahkota dewa, pembuatan minuman herbal dengan penambahan pemanis stevia. Minuman herbal buah mahkota dewa yang dihasilkan kemudian diuji organoleptisnya setelah itu dilakukan evaluasi nilai Indeks Glikemik (IG) dengan perlakuan pada hewan coba. Tahap terakhir penelitian yaitu melakukan analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah hewan coba dan sampel dalam penelitian ini yaitu minuman herbal dari buah mahkota dewa dengan formula tertentu 32 33 3.3 Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan sehat yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.4.1 Lokasi Penelitian di Laboratorium Akademi Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang 3.4.2 3.5 Waktu Penelitian dilakukan pada Januari – Juni 2014 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Variabel penelitian dapat dijadikan sebagai objek pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi No 1 Hasil Variabel Alat Ukur Operasional Ukur Formula Formula minuman Hasil Formulasi Formula minuman herbal buah Formulasi herbal mahkota dewa simplisia buah yang mahkota untuk aquades 400 ml. dewa menghasilkan Formulasi 1 : buah digunakan mahkota dewa 10 g, takaran yang pas simplisia 2 : buah 34 untuk membuat mahkota dewa 10 g, minuman herbal aquades 400 ml, dan rendah kalori 2 pemanis stevia 0,5 g. Nilai Tingkatan pangan Dari Indeks menurut dilakukan Glikemik pengaruhnya dihitung menggunkan terhadap yang Nominal dapat kadar rumus [AUC] tntn-1 gula darah yang = dihitung uji (tn – tn-1) secara kuantitatif 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat dan bahan yang digunakan untuk pengunpulan data. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.6.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : pisau, saringan, panci, pengaduk, gelas ukur, timbangan analitik, pemanas, loyang, baskom, tisu, glukosa test. 3.6.2 Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut : Buah mahkota dewa, pemanis stevia, aquades. 35 3.7 Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian 3.7.1 Tahapan Pembuatan Minuman Herbal Buah Mahkota Dewa 3.7.1.1 Pembuatan simplisia buah mahkota dewa 1. Siapkan buah mahkota dewa segar 2. Cuci hingga bersih, lalu iris tipis pada buah mahkota dewa 3. Irisan buah mahkota dewa salanjutnya dikeringkan menggunakan terik panas matahari atau oven pada suhu 500C - 600C 4. 3.7.2 Simplisia buah mahkota dewa siap digunakan Pembuatan Minuman Herbal Proses pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa terdiri atas pembuatan simplisia dengan cara pengovenan dari buah mahkota dewa kemudian menentukan formula dari simplisia tersebut. Formula minuman herbal dapat dilihat dalam tabel 3.1 Tabel 3.2 formula yang digunakan dalam pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa Formula 1 Formula 2 Simplisia Buah Mahkota Dewa 10 g Simplisia Buah Mahkota Dewa 10 g Aquades 400 ml Aquades 400 ml - Pemanis Stevia o,5 g 36 3.7.2.1 Pengujian Saponin secara Skrining Fitokimia 1. Siapkan tabung reaksi, minuman herbal dan HCL 2N 2. Ambil sebanyak 10 ml larutan ekstrak uji dalam tabung reaksi 3. Kocok secara vertikal selama 10 detik 4. Kemudian dibiarkan selama 10 detik (pembentukan busa setinggi 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, yang akan menunjukkan adanya saponin) 5. Tambahkan 1 tetes HCL 2N, busa tidak hilang 3.7.2.2 Pemberian Glukosa pada Hewan Coba 1. Siapkan alat, bahan, dan hewan coba 2. Sebelum diberikan puasakan hewan coba terlebih dahulu(kecuali air) selama semalam 3. Berikan 0,2 ml glukosa murni 4. Setelah diberikan pasca 2 jam, sampel darah diambil 50 µL setiap 30 menit 5. Lakukan pengukuran kadar glukosa darah 3.7.2.3 Tahapan pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa adalah sebagai berikut : 1. menyiapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan 2. timbang sebanyak 10 gram simplisia buah mahkota dewa 3. kemudian rebus dengan air 400 ml hingga tersisa 100 ml 4. tambahkan pemanis stevia 0,5 g 37 3.7.3 Tahap Evaluasi Mutu Minuman Herbal 3.7.3.1 Uji Organoleptis Dari hasil pembuatan Minuman herbal yang telah diperoleh, diamati organoleptisnya meliputi : warna, rasa, bau dari minuman herbal. 3.7.3.2 Penentuan Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah mencit jantan sehat yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram yang sebelumnya tidak pernah digunakan sebagai objek penelitian lain dan sudah dikondisikan untuk perlakuan uji. Selain itu persyaratan hewan uji yang akan digunakan yaitu bulu mencit sehat dan tampak bersih, halus dan mengkilat, bola mata tampak kemerahan dan jernih, hidung dan mulut tidak berlendir atau mengeluarkan air liur secara terus-menerus, konsistensi fesesnya normal dan padat, hewan tampak aktif dan bergerak ingin tahu. 3.7.3.3 Penentuan Nilai Indeks Glikemik (IG) 1. Mula-mula subjek dipuasakan sekurangnya 10 jam (dari jam 22.00 sampai jam 08.00). subjek diambil dan diperiksa kadar glukosa darahnya, 10 menit kemudian diberi beban glukosa murni. 2. Subjek diambil dan diperiksa kembali glukosa darahnya 30 menit setelah beban diberikan. 3. Selanjutnya glukosa darah diperiksa lagi untuk waktu 60 menit, 90 menit, dan terakhir120 menit setelah pemberian beban. 4. Hasil pengukuran glukosa darah tersebut dimasukkan ke dalam tabel 5. Perlakuan selanjutnya dengan selang waktu yang telah ditentukan, glukosa murni digantikan dengan minuman yang akan diteliti indeks glikemiknya (minuman herbal buah mahkota dewa). 38 6. Kadar glukosa darah (pada setiap waktu pengambilan glukosa darah) ditebarkan pada dua sumbu yaitu sumbu waktu (absis) dan sumbu kadar glukosa darah (ordinat). 7. Indeks Glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah dibawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan glukosa murni. 3.8 Analisa Data Data yang diperoleh berupa data deskriptif hasil uji organoleptis (rasa, warna,bau) dan hasil penentuan indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa dan pemanis stevia. Hasil dalam penelitian ini digunakan tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Penentuan Indeks Glikemik Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 2 3 4 Rata-rata Setelah diperoleh data hasil pengukuran kadar glukosa darah yang diperoleh saat pemberian minuman herbal buah mahkota dewa dan saat pemberian glukosa, selanjutnya data diatas dibuat grafik dan dibandingkan luas area dibawah respon pemberian sampel (minuman herbal buah mahkota dewa) dengan luas area dibawah respon pemberian glukosa. Adapun rumus perhitungan luas di bawah kurva. 39 Rumus Menghitung Indeks Glikemik : [AUC] tntn-1 = (tn – tn-1) Keterangan : AUC : area under kurva (luas dibawah kurva) Tn : waktu ke n Tn-1 : waktu ke n-1 Cn-1 : kadar glukosa darah pada waktu n-1 Cn : kadar glukosa darah pada waktu ke n BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang penentuan indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa sebagai minuman alternatif bagi penderita diabetes yang diselesaikan di Laboratorium Mikrobiologi Putra Indonesia Malang menghasilkan data sebagai berikut : 4.1 Tahap Persiapan Sampel 4.1.1 Pembuatan Simplisia Mahkota Dewa Buah mahkota dewa yang akan dibuat simplisia sebagai minuman herbal sebelumnya diiris tipis kemudian dikeringkan dengan cara dijemur agar buah mahkota dewa kering. Hasil dari simplisia tersebut siap digunakan untuk pembuatan minuman herbal. 4.1.2 Pembuatan Minuman Herbal Minuman herbal buah mahkota dewa dibuat dari dua formula dengan penambahan bahan pendukung seperti pemanis stevia. 4.2 Tahap Pengamatan 4.2.1 Uji Organoleptis Minuman Herbal 4.2.1.1 Hasil Organoleptis Minuman Herbal Formula 1 Bau : Harum khas minuman herbal Rasa : Getir sedikit manis Warna : Merah kecoklatan 40 41 4.2.1.2 Hasil Organoleptis Minuman Herbal Formula 2 Bau : Harum khas minuman herbal Rasa : Getir, manis Warna : Merah kecoklatan 4.2.2 Pengujian Saponin secara Skrining Fitokimia 4.2.2.1 Pengujian Saponin pada Minuman Herbal Buah Mahkota Dewa Sebelum dilakukannya pengujian saponin pada minuman herbal, terlebih dahulu membuat formula tertentu untuk dilakukan pengujian, setelah itu masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml kemudian sampel dikocok secara vertikal. Dari hasil pengocokan tersebut bila terdapat busa tambahkan 1 tetes HCl 2N untuk mengetahui kebenaran adanya kandungan saponin pada minuman herbal. 4.2.3 Penentuan Indeks Glikemik 4.2.3.1 Penentuan Kadar Glukosa Darah Mencit Saat Pemberian Glukosa Sebelum dilakukan perlakuan uji, hewan coba dipuasakan terlebih dahulu (kecuali air) selama semalam. Sebanyak 0,2 ml glukosa murni diberikan kepada setiap hewan coba. Selama 2 jam pasca pemberian, sampel darah diambil 50 µl diambil setiap 30 menit untuk diukur kadar glukosanya. Data yang didapatkan seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Kontrol Kadar Glukosa Darah Mencit Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 125 189 149 128 97 2 143 203 172 139 105 42 3 122 182 153 114 87 4 156 210 169 132 99 5 149 194 156 118 82 Rata-rata 139 195,6 159,8 126,2 94 4.2.3.2 Penentuan Kadar Glukosa Darah Mencit Saat Pemberian Minuman Herbal Sebelum dilakukan perlakuan uji, hewan coba dipuasakan terlebih dahulu (kecuali air) selama semalam. Sebanyak 0,2 ml minumqa herbal diberikan kepada setiap hewan coba. Selama 2 jam pasca pemberian, sampel darah diambil 50 µl diambil setiap 30 menit untuk diukur kadar glukosanya. Data yang didapatkan seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 1 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 134 142 128 79 87 2 117 125 112 99 91 3 61 75 65 50 54 4 98 114 109 97 88 5 93 105 110 104 89 Rata-rata 100,6 112,2 104,8 85,8 81,8 43 Tabel 4.3 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 2 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 85 113 102 93 74 2 92 116 114 98 87 3 105 135 123 107 96 4 88 141 119 102 89 5 76 110 92 84 68 Rata-rata 89,2 125 110 96,8 82,8 Dari data yang diperoleh saat pemberian minuman herbal mahkota dewa dan glukosa diperoleh perhitungan seperti dibawah ini : Perhitungan kontrol hewan coba dengan pemberian glukosa. [AUC] (30-0) = 5019 [AUC] (60-30) = 5331 [AUC] (90-60) = 4290 [AUC] (120-90) 44 = 3303 Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC] = 5019 + 5331 + 4290 + 3303 = 17943 IG = = X 100 X 100 = 100 Perhitungan Indeks Glikemik sampel formula 1 [ AUC ] (30-0) = 3192 [ AUC ] (60-30) = 3255 [AUC ] (90-60) = 2859 [AUC ] (120-90) = 2514 Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC] 45 = 3192 + 3255 + 2859 + 2514 = 11820 IG = = X 100 X 100 = 65,8 Perhitungan Indeks Glikemik sampel formula 2 [ AUC ] (30-0) = 3213 [AUC ] (60-30) = 3525 [ AUC ] (90-60) = 3102 [ AUC ] (120-90) = 2694 Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC] = 3213 + 3525 + 3102 + 2694 = 12534 46 IG = X 100 = X 100 = 69,8 Gambar 4.1 Hasil Nilai Indeks Glikemik Formula 1 dan Formula 2 Pengamatan Menitke 0-30 30- 60- 90- 60 90 120 Luas Nilai Total Indeks Glikemik Kontrol 5019 5331 4290 3303 17943 100 Formula 1 3192 3255 2859 2514 11820 65,8 Formula 2 3213 3525 3102 2694 12534 69,8 Gambar 4.2 Grafik Indeks Glikemik Glukosa, minuman herbal mahkota dewa Formula 1 dan formula 2 120 100 80 IG 60 IG Formula 1 IG Formula 2 40 20 0 IG IG 1 IG 2 47 Dari grafik diatas kemudian dihitung nilai Indeks Glikemik (IG) dari minuman herbal buah mahkota dewa dengan cara membandingkan luas area dibawah kurva respon minuman uji (minuman herbal) dengan luas area dibawah kurva respon standart (glukosa). Hasil yang didapat nilai Indeks Glikemik minuman herbal formulasi 1 sebesar 65,8 dan Indeks Glikemik minuman herbal formulasi 2 sebesar 69,8 dan termasuk kategori sedang. 4.3 PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan buah mahkota dewa yang matang dengan ciri khas kulit berwarna merah. Buah mahkota dewa segar memiliki getah yang dapat berdampak negatif bagi tubuh karena getah pada buah mahkota dewa mengakibatkan gatal-gatal dan panas dalam tubuh bagi yang mengkonsumsi buah mahkota dewa segar sehingga sebaiknya buah mahkota dewa dijadikan simplisia terlebih dahulu serta keuntungan lain yaitu untuk memperpanjang masa simpan simplisia. Simplisia buah mahkota dewa yang telah tersedia dapat langsung digunakan utuk pembuatan minuman herbal. Pemilihan bahan formulasi juga harus diperhitungkan untuk menjaga kualitas dan kuantitas bahan formula yang dirancang kemudian dipilih yang sekiranya nanti tidak terjadi lonjakan yang signifikan pada saat dikonsumsi dan terlihat pada saat pengecekan indeks glikemik. Pertimbangan penetapan formula minuman herbal buah mahkota dewa yaitu didasarkan pada trial and error untuk mementukan formulasi pengujian secara organoleptis. Dilakukan untuk proses awal pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa pada formula hanya menggunakan 100% buah mahkota dewa sehingga untuk perbandingan maka peneliti membuat dua formula yang lain diberi subtitusi pemanis stevia seminimal mungkin tetapi dapat memperbaiki rasa minuman herbal buah mahkota dewa kemudian diperiksa nilai indeks glikemiknya. Formula yang digunakan merupakan formula dasar untuk membuat minuman 48 herbal dengan beberapa modifikasi agar bahan yang digunakan tidak terlalu memberi dampak buruk bagi penderita DM. Penderita diabetes juga dianjurkan menghindari gula berlebih, dalam penelitian ini gula yang seharusnya ditambahkan dalam minuman herbal sebagai pemanis digantikan dengan gula rendah kalori yaitu pemanis stevia. Pemanis stevia ini terbuat dari bahan alami yaitu daun dari pohon stevia. Keunggulan dari pemanis ini adalah tingkat kemanisan yang tinggi dibanding dengan gula biasa atau gula sintetik. Pemanis ini tidak menyebabkan kenaikan kadar gula berlebih karena steviosida yang merupakan aglikon dalam stevia tidak dapat dimetabolisme dalam tubuh sehingga hanya memberi efek manis dan dikeluarkan tanpa penyerapan kalori. Adapun hal lain yang dilakukan yaitu melakukan determinasi buah mahkota dewa yang dilakukan di Materia Medica Batu untuk mengetahui kebenaran spesies pada buah mahkota dewa. Pada penelitian ini setelah sampel minuman herbal siap digunakan lakukan pengujian skrining fitokimia yang bertujuan untuk memastikan kebenaran adanya kandungan saponin pada minuman herbal. Pengujian secara skrining fitokimia ini adalah metode yang sangat sederhana dan mudah. Setelah dilakukan pengujian skrining fitokimia dilanjutkan dengan penentuan indeks glikemik minuman herbal secara invivo. Penelitian tentang penentuan indeks glikemik minuman herbal ini setelah sampel disiapkan, hewan coba harus dikondisikan terlebih dahulu selama 7 hari agar hewan coba tidak mengalami gangguan/stres saat digunakan percobaan. Pada pengujian Indeks Glikemik sampel yang diberikan harus dikonversi dengan berat beban dosis hewan uji. Selanjutnya diukur efeknya terhadap kadar gula dalam darah setiap 30 menit selama 2 jam. Sebelum pengujian Indeks Glikemik, hewan uji dipuasakan terlebih dahulu (kecuali air) selama 10 jam. Pengujian IG ini dilakukan pada beberapa 49 kelompok mencit yang telah diaklitimasi selama 5 hari dengan berat mencit berkisar 20-30 gram.Kedaan mencit pada saat dilakukan pengujian dalam keadaan sehat dengan ciri-ciri bulu putih dan rapi, mata merah, dan selalu bergerak aktif ingin tahu.Mencit yang digunakan berumur sekitar 2 bulan dengan asumsi mencit dengan umur tersebut merupakan mencit dewasa yang diharapkan proses absorbs, metabolisme dan ekskresi berjalan optimal. Pengukuran nilai Indeks Glikemik didasarkan pada perbandingan antara luas respon area dibawah kurva kenaikan gula darah setelah pemberian sampel dan luas respon area dibawah kenaikan gula darah setelah pemberian glukosa murni sebagai standart. Semakin luas area dibawah kurva sampel dibandingkan dengan luas area dibawah kurva standart maka indeks glikemik sampel juga akan semakin tinggi. Dari hasil yang didapatkan pada pengujian minuman herbal buah mahkota dewa dan minuman herbal buah mahkota dewa dengan penambahan pemanis stevia didapatkan nilai indeks glikemik berturut-turut sebesar 65,8 dan 69,8 yang termasuk dalam indeks glikemik sedang. Dari grafik terlihat lonjakan terbesar berada pada menit ke 30 setelah pemberian. Dibandingkan dengan lonjakan glukosa, sampel berada dibawah kurva standart. Tingkat nilai IG dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya pengolahan minuman, kombinasi dengan bahan lain atau respon minuman dalam tubuh setiap orang berbeda. BAB V PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penentuan indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa sebagai minuman alternatif bagi penderita diabetes didapatkan nilai indeks glikemik dari minuman herbal buah mahkota dewa formula 1 sebesar 65,8 dan minuman herbal formula 2 sebesar 69,8 Dari indeks glikemik tersebut dapat dikatakan bahwa minuman herbal buah mahkota dewa termasuk indeks glikemik dengan kategori sedang sehingga baik dikonsumsi bagi penderita diabetes. 6.2 Saran Saran yang diberikan pada penelitian selanjutnya adalah : 6.2.1 Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kualitas minuman dan khasiat lain dalam minuman herbal. 6.2.2 Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji volunter dari minuman herbal buah mahkota dewa. 6.2.3 Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji masa simpan minuman herbal 50 DAFTAR PUSTAKA Rimbawan, Siagian A. Konsep Indeks Glikemik. Indeks Glikemik Pangan : Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan . Jakarta: Penebar Swadaya; 2004 Lee dkk., 1979; Shock,1982; Brandle dan Rosa, 1992; Fors, 1995 dalam Brandle dkk,2005 diakses pada tanggal 3 januari 2014 Anonim, 2012 http://obatherbalstroke.biz/khasiat-dan-manfaat-mahkota-dewa/ diakses pada tanggal 8 desember 2013 Lutony,T.L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Jakarta Tjandra, Hans.2007. Diabetes. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Subroto MA.2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya.100 hlm Kesehatan, Derektorat Pengembangan Sekolah Luar Biasa dalam Amrullah, 2007 Soedeman, W.A. dan Soedeman, T.M. 1995.Patofisiologi dan Mekanisme Penyakit. Jilid 2. Edisi 7. Jakarta : Hipokrates Suparjo.2002.Saponin : Peran dan Pengaruhnya bagi Ternak dan Manusia.Artikel.Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Perternakan Universitas Jambi.jambi 51 52 Lampiran 1 Tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia. Hewan Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia Percobaan 20 g 200 g 400 g 1,5 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg Mencit 1,0 7,0 12,25 27,3 29,7 64,1 124,2 387,9 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,2 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0 20 g Tikus 200 g Marmut 400 g Kelinci 1,5 Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg 53 Lampiran 2 Volume maksimum larutan atau padatan yang dapat diberikan pada hewan Volume maksimum (ml) sesuai jalur pemberian Hewan IV IM IP SC PO Mencit (20-30g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0 Tikus (100g) 1,0 0,1 2-5,0 0,5-5,0 5,0 Hamster (50g) - 0,1 1-2,0 2,5 2,5 Marmut (250g) - 0,25 2-5,0 5,0 10,0 Merpati (300g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0 Kelinci (2,5kg) 5-10,0 0,5 10-20,0 5-10,0 20,0 Kucing (3kg) 5,-10,0 1,0 10-20,0 5-10,0 50,0 Anjing (5kg) 10-20,0 5,0 20-50,0 10,0 100,0 54 Lampiran 3 : Perhitungan Dosis Mencit dengan Berat Badan 20 g = 0,0026 X 70 mg/kg BB = 0,182 mg / 20 g BB mencit BB 30 g = X 0,182 mg = 0,273 mg/30g Glukosa yang digunakan adalah glukosa 100% dengan dosis 1 g/kg BB Mencit 20 g = X 1 g = 0,02 g Timbang 10 gram glukosa larutkan dengan aquades 100 ml Pemberian Pada Mencit 20 g = 0,02 g / 10 X 100 ml = 0,2 ml Dosis minuman / Sirup Mahkota Dewa 110 mg/ 200 g/BB Pada mencit yang digunakan : 11 mg/ 20 g/ BB X 20 g = 11 mg X 100 ml = 0,22 ml ~ 0,2 ml 55 Tabel 1 Kontrol Kadar Glukosa Darah Mencit Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 125 189 149 128 97 2 143 203 172 139 105 3 122 182 153 114 87 4 156 210 169 132 99 5 149 194 156 118 82 Rata-rata 139 195,6 159,8 126,2 94 Luas Area dibawah kurva respon standart Pengamatan [AUC] Menitke 30-60 60-90 90-120 Total Glikemik 5019 5331 4290 3303 17943 100 = 5019 (60-30) = 5331 Nilai Indeks 0-30 (30-0) [AUC] Luas 56 [AUC] (90-60) = 4290 [AUC] (120-90) = 3303 Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC] = 5019 + 5331 + 4290 + 3303 = 17943 IG = X 100 = X 100 = 100 Tabel 2 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 1 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 134 142 128 79 87 2 117 125 112 99 91 3 61 75 65 50 54 57 4 98 114 109 97 88 5 93 105 110 104 89 Rata-rata 100,6 112,2 104,8 85,8 81,8 Luas area dibawah kurva respon formula 1 Pengamatan Menitke Luas Nilai Indeks 0-30 30-60 60-90 90-120 Total Glikemik 3192 3255 2859 2514 11820 65,8 [ AUC ] (30-0) = 3192 [ AUC ] (60-30) = 3255 [AUC ] (90-60) = 2859 [AUC ] (120-90) = 2514 58 Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC] = 3192 + 3255 + 2859 + 2514 = 11820 IG = X 100 = X 100 = 65,8 Tabel 3 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 2 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 1 85 113 102 93 74 2 92 116 114 98 87 3 105 135 123 107 96 4 88 141 119 102 89 5 76 110 92 84 68 Rata-rata 89,2 125 110 96,8 82,8 59 Luas area dibawah kurva respon formula 2 Pengamatan Menitke Luas Nilai Indeks 0-30 30-60 60-90 90-120 Total Glikemik 3213 3525 3102 2694 12534 69,8 [ AUC ] (30-0) = 3213 [AUC ] (60-30) = 3525 [ AUC ] (90-60) = 3102 [ AUC ] (120-90) = 2694 Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC] = 3213 + 3525 + 3102 + 2694 = 12534 60 IG = = = 69,8 X 100 X 100 61 Lampiran 4 : Pembuatan Minuman Herbal Buah Mahkota Dewa 62 Lampiran 5 : Pengujian Saponin Secara Skrining Fitokimia Ekstrak dikocok selama 10 detik Ekstrak setelah penambahan HCL 2N 63 Lampiran 6 : Pengujian Minuman Herbal Mahkota Dewa Secara Invivo Pemberian Sampel Secara Oral Setiap 30 menit sekali selama 2 jam diukur kadar glukosa darahnya 64 Pengukuran glukosa darah 65