1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Pada umumnya
dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam
kehamilan. Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan
diabetes tipe 2 dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus
diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang
termasuk Indonesia .
Jumlah
penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan
meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah
dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara
Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat
tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa (Depkes, 2011). Penderita DM di
rumah sakit RSUD Kota Semarang berdasarkan data dari instalasi Rekam
Medik. Pada tahun 2011 terdapat 663 jiwa yang menderita DM, 613 jiwa
1
2
diantaranya mengalami komplikasi tidak menutup kemungkinan jumlah
tersebut akan meningkat di tahun mendatang. Jumlah populasi yang
meningkat tersebut berkaitan dengan hal faktor genetika dan pola hidup di
lingkungan. Kini diabetes termasuk penyakit yang menyebabkan kematian
keenam pada semua kelompok umur di Indonesia. (Tjandra, 2007)
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan metabolit kronis
serius yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang atau
suatu kondisi konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi
dari pada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau
fungsi insulin tidak efektif (Subroto 2006). Ada dua jenis DM yaitu
Diabetes Millitus tipe 1 (DMT 1) dan Diabetes Millitus tipe 2. Jenis DMT 1
disebabkan oleh ketiadaan hormon insulin dalam tubuh penderita, sehingga
gula dalam darah tidak bisa masuk kedalam sel yang nantinya diubah
menjadi energi. Sedangkan penderita DM disebabkan karena menurunnya
produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin dalam tubuh.
Saat ini kadar gula darah sering dipengaruhi oleh makanan dan
minuman yang dikonsumsi setiap hari maka bagi penderita diabetes
sebaiknya mengukur makanan dan minuman yang dikonsumsi misalkan
minuman manis yang menggunakan pemanis rendah kalori. Penderita
diabetes Millitus sebaiknya menjaga pola makanannya sehari-hari agar gula
darah tetap normal dan penderita DM sebaiknya mengkonsumsi makanan
yang memiliki kandungan rendah gula dan tinggi serat serta olahraga yang
cukup. Makanan yang rendah gula dan mengandung banyak serat seperti
3
buah dan sayuran. Buah dan sayuran dapat membantu penderita DM
meminimalisir kerja hormon insulin, maka dibutuhkan perhitungan yang
tepat untuk kebutuhan kalori penderita DM dengan pengaturan makanan
yang dikonsumsi.Makanan pokok yang dikonsumsi penderita DM makan
tiga kali sehari,penderita DM juga memerlukan makanan tambahan sebagai
energi. Hal ini perlu diperhatikan sebagai salah satu pengaturan pola makan
penderita DM, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan
pokok ataupun minuman manis setiap saat. Misalnya makanan pokok
seperti nasi mengandung banyak gula dan rendah serat dapat menyebabkan
kerja insulin semakin berat, serta minuman manis yang tidak dianjurkan
mengkonsumsi setiap saat karena dapat meningkatkan kadar gula dalam
darahatau sebagai minuman alternatif selain air putih.Penderita DM juga
dapat mengkonsumsi minuman herbal mahkota dewa yang rendah kadar
gula
sehingga dapat membantu meminimalisir/ mengurangi kadar gula
dalam darah. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa daging
buah mahkota dewa berpotensi sebagai antihipoglikemik dengan dosis
241,35 mg/kg berat badan (Primsa,2002). Minuman herbal buah mahkota
dewa ini memiliki kandungan yang baik untuk tubuh dan memiliki khasiat
sebagai minuman herbal yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah
hingga 70%. Saat ini banyak penderita DM yang belum mengetahui
minuman apa yang dapat
mengurangi resiko diabetes. Telah diketahui
bahwa buah mahkota dewa memiliki berbagai kandungan seperti alkaloid,
flavonoid, dan polifenol yang mencegah berbagai macam penyakit, seperti
4
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, baik untuk peredaran darah,
mencegah penyumbatan pembulu darah, jantung koroner, serta diabetes.
Selain itu buah mahkota dewa juga memiliki kandungan saponin yang dapat
mengurangi kadar gula darah (Harmanto 2001). Saponin mengandung gugus
glikosil yang berperan sebagai gugus polar serta gugus steroid dan
triterpenoid yang berfungsi sebagai gugus nonpolar. Senyawa yang
memiliki gugus polar dan nonpolar akan bersifat aktif permukaan sehingga
saat dikocok dengan air saponin dapat membentuk misel, dimana struktur
polar akan menghadap ke luar sedangakan gugus nonpolar akan menghadap
kedalam. Pada kondisi seperti inilah saponin akan berbentuk seperti busa
(Sangi dkk, 2008).
Suatu produk minuman harus memenuhi indeks glikemik tertentu,
untuk mengetahui
pelepasan kalori dalam
darah dapat
diketahui
menggunakan Indeks Glikemik (IG). Semakin tinggi nilai indeks glikemik
suatu minuman, mengakibatkan pelepasan glukosa dalam darah akan
semakin cepat. Pada penderita dibetes disarankan mengkonsumsi minuman
herbal buah mahkota dewa sebagai pengganti minuman manis yang sering
dikonsumsi setiap harinya. Dalam berbagai macam minuman sering kali
masyarakat menambahkan gula sebagai rasa manis dalm minumannya.
Akan tetapi gula sangat berbahaya bagi penderita diabetes, untuk itu bahan
dasar gula dapat digantikan dengan pemanis stevia(Stevia rebaudiana
Bertoni M.). Pemanis stevia ini memiliki tingkat kemanisan yang lebih
tinggi dari pada gula, efek menggunakan pemanis stevia yaitu tubuh tidak
5
dapat memetabolisme steviosida, karena itu steviosida dibuang dari dalam
tubuh tanpa penyerapan kalori (Martini, 1998). Pemanis stevia ini sangat
berbeda sekali dengan gula,karena gula dapat meningkatkan mekanisme
kerja insulin semakin berat, sehingga tidak cocok untuk dikonsumsi bagi
penderita DM. Penggantian gula pada minuman herbal ini dilakukan untuk
menghindari peningkatan kadar gula darah karena memiliki sifat yang
rendah kalori tetapi memiliki rasa lebih manis ketimbang gula. Secara
signifikan pemanis stevia dapat digunakan sebagai alternatif gula pada
umumnya yang memiliki kalori yang rendah.
Indeks Glikemik sendiri memiliki arti tingkatan pangan menurut
efeknya terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin dalam tubuh yang
dapat dimetabolisme dalam tubuh. Indeks glikemik pangan merupakan
faktor yang sangat penting dalam penentuan pangan bagi penderita diabetes,
karena pangan yang memiliki Indeks Glikemik tinggi akan meningkatkan
kadar glukosa darah dengan cepat dan sebaliknya. Pengukuran indeks
glikemik pangan ini dilakukan dengan cara pemberian minuman herbal
kepada hewan uji, yang nantinya diukur kadar glukosa darahnya tiap 30
menit sekali selama 2 jam. Kadar gula dalam darah diukur dengan
menggunakan metode “Glukosa Test”.
6
1.2
Rumusan Masalah
Formulasi minuman herbal buah mahkota dewa dalam penelitian ini
didapatkan masalah, yaitu :
1.2.1
Berapa nilai indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa
dengan formula tertentu?
1.2.2
Apakah minuman herbal yang terbuat dari buah mahkota dewa dapat
dijadikan minuman alternatif bagi penderita diabetes?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui indeks glikemik dari minuman herbal buah mahkota
dewa
1.3.2 Untuk mengetahui kegunaan minuman herbal buah mahkota dewa
sehingga dapat dijadikan minuman alternatif
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Dapat sebagai acuan dan pengetahuan masyarakat, industri pangan
serta peneliti tentang produk minuman herbal untuk penderita
diabetes.
1.4.2 Meningkatkan pemanfaatan bahan alam yang lebih dikenal
masyarakat.
1.4.3 Dapat digunakan sebagai minuman alternatif yang berkualitas bagi
penderita Diabetes Millitus.
7
1.5
Asumsi Penelitian
1.5.1
Dalam buah mahkota dewa memiliki kadar gula yang rendah hingga
sedang
1.5.2
Identifikasi senyawa saponin dapat dilakukan dengan skrining
fitokimia
1.5.3
1.6
Formulasi buah mahkota dewa dengan formula tertentu
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah memformulasi produk
minuman herbal dan mengukur kadar gula dalam darah saat pemberian
minuman herbal buah mahkota dewa dan diukur setiap 30 menit selama 2
jam menggunakan metode “glukosa test”
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penentuan nilai Indeks
Glikemik dengan pengujian terhadap tikus putih/mencit secara in vivo.
1.7
Definisi Istilah
1.7.1 Minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari bahan alam yang
memiliki banyak manfaat dan khasiat sebagai obat alami untuk
mengatasi berbagai macam penyakit dan menjaga kesehatan, yang
tergantung dari jenis bahan minuman herbal tersebut. Ada minuman
herbal buah mahkota dewa sebagai minuman alami yang terbuat dari
buah mahkota dewa.
8
1.7.2 Pemanis Stevia adalah pemanis alami yang rendah kalori yang
terbuat dari bagian daun pohon stevia.
1.7.3 Indeks Glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya
terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin dapat digunakan
sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis minuman yang
tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan.
1.7.4 Saponin merupakan senyawa glikosida komplek dengan berat
molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut
tingkat rendah dan beberapa bakteri. Saponin mengandung gugus
gula
terutama
glukosa,
galaktosa,
xylosa,rhamnosa
atau
methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik
(SAPOGENIN) berupa triterpenoid, steroid atau alkaloid.
1.7.5 In vivo adalah eksperimen dengan menggunakan makhluk hidup
keseluruhan, sebagai lawan dari sebagian organisme atau mati.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Diabetes Milletus
Diabetes Millitus adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa
memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan sehingga terjadi
lonjakan kadar gula dalam darah melebihi normal atau terjadi gangguan
dalam penggunaan insulin. Kadar glukosa dalam darah tidak selalu tetap
tergantung oleh asupan makanan yang dikonsumsi dan aktifitas yang
dilakukan. Dalam tubuh kadar glukosa dalam darah normal 70-110 mg/dL.
Sering kali sehabis makan kadar glukosa dalam darah akan meningkat,
peningkatan kadar gula darah ini akan memicu hormone insulin oleh
kelenjar pangkreas. Pengaruh dari hormone insulin ini, gula dalam darah
sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam bagian tubuh dan
akan digunakan sebagai bahan energi dalam tubuh. Soedeman,T.M.(1995).
Ditinjau dari jenis penyakitnya Diabetes Millitus ada beberapa macam yaitu:
Tipe utama penyakit diabetes adalah sebagai berikut :
1.
Diabetes Millitus tipe 1 (DMT 1)
Diabetes tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Millitus (IDDM)
adalah diabetes mellitus yang selalu membutuhkan terapi insulin dari
luar untuk pengaturan aktivitas. Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang
ditandai oleh tingginya level glukosa darah yang disebabkan oleh
9
9
10
ketidakcukupan atau ketiadaan hormon insulin, sehingga gula darah
tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakn sebagai energi.
2.
Diabetes Millitus tipe 2 (DMT 2)
Diabetes tipe 2 sering disebut Non Insulin Dependent Diabetes
Millitus (NIDDM), sebab tidak membutuhkan penambahan hormone
insulin untuk mempertahankan keseimbangan glukosa darah. Diabetes
tipe 2 merupakan akibat lemahnya kemampuan pancreas mensekresikan
insulin, selain itu juga lemahnya aksi insulin, menjadi penyebab
menurunnya sensitifitas insulin. Penurunan sensitivitas insulin terjadi
pada pintu masuk dipermukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor
insulin. Reseptor insulin akan memberikan signal pada transporter
glukosa untuk memungkinkan lewat glukosa yang dibawa oleh hormon
insulin masuk ke dalam sel. Di dalam mitokondria, gula kemudian akan
digunakan untuk menghasilkan energi
yang diperlukan untuk
melangsungkan fungsi setiap sel tubuh.
Penyebab terjadinya penurunan sensitivitas insulin adalah
karena peningkatan kebutuhan sekresi insulin untuk mempertahankan
kadar glukosa darah, meningkatkan sekresi insulin akan menginduksi
kegagalan sel β pancreas menghasilkan insulin. Diabetes Millitus
dengan gejala penurunan sensitivitas insulin yang ditandai dengan
adanya jumlah insulin di dalam darah meningkat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang normal dan penyuntikan insulin tidak dapat
11
menurunkan kadar glukosa darah dalam keadaan rusaknya sensitivitas
insulin.
Gejala-gejala yang sering muncul pada dibetes tipe 2 adalah
cepat lelah, sering kencing, sering lapar, sering haus, penglihatan
menjadi kabur, lambatnya penyembuhan penyakit kulit, gusi dan infeksi
saluran kencing. Biasanya tersa gatal pada bagian kelamin, mati rasa
pada kaki atau tungkai dan penyakit jantung. Obesitas atau kelebihan
simpanan lemak sering mengiringi atau mendahului terjadinya penyakit
diabetes tipe 2.
Pada penderita diabetes tipe 2 sering ditemukannya penurunan
sensitivitas insulin. Penurunan sensitivitas insulin adalah kelainan
metabolik yang dicirikan oleh menurunnya sensitivitas jaringan
terhadap insulin. Penurunan sensitivitas insulin terjadi ketika jaringan
gagal merespon insulin secara normal. Diabetes tipe 2 sering disertai
oleh penurunan sensitivitas insulin pada organ sasaran yang
mengakibatkan
penurunan
responsivitas,
baik
terhadap
insulin
endogenus maupun eksogenus (Rimbawan dan Siagian 2004).
2.2
Indeks Glikemik
Indeks Glikemik pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya
terhadap kadar glukosa darah. Sebagai perbandingannya, indeks glikemik
glukosa murni adalah 100. Indeks glikemik merupakan cara ilmiah untuk
12
menentukan makanan bagi penderita diabetes, orang yang sedang berusaha
menurunkan berat badan tubuh, dan olahraga (Rimbawan & Siagian 2004).
Dalam tubuh terdapat karbohidrat dalam pangan yang dipecah
dengan cepat selama pencernaan memiliki indeks glikemik tinggi. Respon
glukosa darah terhadap jenis pangan ini cepat dan tinggi apabila glukosa
dalam aliran darah meningkat dengan cepat. Karbohidrat yang dipecah
dengan lambat memiliki indeks glikemik rendah sehingga melepaskan
glukosa ke dalam darah dengan lambat. Indeks glukosa murni ditetapkan
100 dan digunakan sebagai acuan untuk penentu indeks glikemik pangan
lain. Meskipun demikian minuman herbal sering digunakan dalam
penelitian untuk penentuan indeks glikemik.
Tabel 2.1 . Kategori pangan menurut indeks glikemik
Kategori pangan
Rentang Indeks Glikemik
Indeks Glikemik Rendah
< 55
Indeks Glikemik Sedang
55-70
Indeks Glikemik Tinggi
>70
Sumber : Miller et al. (1996) dalam Rimbawan & Siagian (2004)
Menurut Miller (1996) dalam Rimbawan & Siagian (2004), prosedur
penentuan indeks glikemik pangan adalah sebagai berikut :
1.
Pangan tunggal yang akan ditentukan indeks glikemiknya (mengandung
50 g karbohidrat) diberikan kepada relawan yang telah menjalani puasa
13
penuh (kecuali air) selama semalam (sekitar pukul 20.00 sampai pukul
08.00 pagi besoknya).
2.
Selama dua jam pasca pemberian, sampel darah 50 µL-finger-prick
cappilari blood samples method diambil setiap 15 menit pada jam
pertama kemudian setiap 30 menit pada jam kedua untuk diukur kadar
glukosanya.
3.
Pada waktu berlainan hal yang sama dilakukan dengan memberikan 50
g glukosa murni kepada relawan.
4.
Kadar glukosa darah ditebar pada dua sumbu yaitu sumbu waktu dan
kadar glukosa darah
5.
Indeks glikemik ditentukan dengan membandingkan luas daerah
dibawah kurva antaran pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan
pangan acuan.
Kurva respon glukosa darah yang dibuat digunakan untuk
menghitung luasa area bawah kurva (Area Under Curve). Luas daerah
dibawah kurva dapat dihitung dengan beberapa cara, seperti integral dari
persamaan polinom dan menghitung luas bangun.
Cara perhitungan dengan luas bangun yaitu dengan cara menarik
garis horizontal dan membuat garis vertikal berdasarkan waktu pengambilan
darah sehingga kurva membentuk luas bangun segitiga dan trapesium. Luas
daerah dibawah kurva diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing
luas bangun. (Waspadji et al. 2003). Berikut ini merupakan gambar area
under curve yang dihitung menurut FAO (1998) dalam Brouns et al. (2005)
14
yang menunjukkan bahwa luas yang dihitung adalah bagian diatas garis
horizontal.
Incremental AUC (FAO 1998 dalam Bround et al. 2005)
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Glikemik
Faktor yang dapat mempengaruhi indeks glikemik pada
pangan antara lain : cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan
ukuran partikel), perbandingan amilosa dengan amilopektin, tingkat
keasaman dan daya osmotic, kadar serat, kadar lemak dan protein
serta kadar anti-gizi pangan (Rimbawan & Siagian 2004)
Proses pengolahan dapat menyebabkan meningkatnya nilai
indeks glikemik pangan karena melalui proses pengolahan struktur
pangan menjadi lebih mudah dicerna dan diserao sehingga dapat
mengakibatkan kadar glukosa naik dengan cepat. Selain itu ukuran
partikel yang semakin kecil sehingga memudahkan terjadinya
degradasi oleh enzim juga dapat menyebabkan indeks glikemik
15
semakin meningkat. Proses pemasakan atau pemanasan akan
menyebabkan terjadinya gelatinisasi pada pati. Dengan adanya
proses pecahnya granula pati ini molekul pati akan lebih mudah
dicerna karena enzim pencerna pada usus mendapatkan tempat
bekerja yang lebih luas. Hal inilah yang menyebabkan proses
pemasakan atau pemanasan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
indeks glikemik pangan (Rimbawan & Siagian 2004).
Penelitian terhadap pangan yang memiliki kadar amilosa
dan amilopektin berbeda menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
dan respon insulin lebih rendah setelah mengkonsumsi pangan
berkadar amilosa tinggi dari pada pangan berkadar amilopektin
tinggi (Miller et al.
1992 dalam rimbawan &Siagian 2004).
Sebaliknya bila kadar amilopektin pangan lebih tinggi dari pada
kadar amilosa, respon glukosa darah lebih tinggi (Rimbawan &
Siagian 2004).
Keberadaan serat pada pangan ternyata sangat memberikan
pengaruh pada kenaikkna kadar glukosa dalam darah (Fernandes
2005). Pengaruh serat pada indeks glikemik panagn tergantung lebih
rendah (Miller et al.
1996 dalam Rimbawan & Siagian 2004).
Nishimune et al. (1991) dalam Rimbawan & Siagian (2004)
menemukan bahwa serat terlarut dapat menurunkan respon glikemik
pangan secara bermakna. Serat dapat memperlambat terjadinya
16
proses pencernaan di dalam tubuh sehingga hasil akhir yang
diperoleh adalah respon glukosa darah akan lebih rendah.
2.3
Mahkota Dewa
Mahkota dewa telah dikenal puluhan tahun yang lalu di Negara
China. Di China mahkota dewa disebut dengan nama Shuan Tao. Selain di
China, di Indonesia pada awalnya mahkota dewa tumbuh di Papua. Tetapi di
masyarakat lokal mahkota dewa tidak di anggap sebagai tanaman
berkhasiat, sehingga mahkota dewa banyak dibiarkan dan berkembang
sebagai tanaman liar. Tanaman mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa)
masuk dalam famili Thymelaece. Tanaman ini bias ditemukan dan ditanam
di pekarangan rumah, di kebun dan di jalan sebagai tanaman peneduh.
Tanaman mahkota dewa ternyata bukan sekedar pohon penghijauan yang
sekaligus berfungsi untuk peneduh. Hampir semua bagian dari tanaman ini
mengandung khasiat yang besar pengaruhnya bagi dunia pengobatan
alternatif.
Mahkota dewa dinamai berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria
Papuana. Namun, ada pula yang memberikan nama berdasarkan ukuran
buahnya yang besar (makro), yaitu Phaleria Macrocarpa.
2.3.1
Morfologi
Nama Indonesia
: Mahkota Dewa
Nama Latin
: Phaleria Macrocarpa
Klasifikasi tumbuhan mahkota dewa :
17
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Thymelaeaceae
Genus
: Phalero
Spesies
: Phaleria Macrocarpa
Dalam buah mahkota dewa memiliki beberapa kandungan
kimia seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Alkaloid,
adalah detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam tubuh.
Saponin, yang berguna sebagai: sumber anti-bakteria dan anti-virus,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas,
mengurangi kadar gula darah, dan mengurangkan pembekuan darah.
Flavonoid yang terkandung dalam buah Mahkota dewa berguna
untuk peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah penyumbatan
pembuluh darah, mengurangkan kadar kolesterol dan mengurangkan
penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, mengurangkan
kadar risiko penyakit jantung koroner, mengandungi anti-inflamasi
(anti inflamasi), anti-oksidan, dan membantu mengurangkan rasa
18
sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Sedangkan
polyphenol Mahkota dewa berfungsi sebagai anti histamin (alergi).
2.4
Pemanis Stevia
Pemanis stevia barasal dari tanaman stevia rebaudiana yang
merupakan tanaman asli daerah Rio Monday, dataran tinggi di Paraguay.
Stevia pertama kali dibawa ke derah eropa pada tahun 1887 ketika M.S
Bertoni mempelajari karakteristik unik dari suku Indian dan Mestizos
Paraguay. Stevia merupakan salah satu komoditas pertanian di Negara
jepang dirintis oleh Suminda pada tahun 1968 sejak itulah stevia merupakan
hasil pertanian yang sangat berpotensi dibeberapa Negara. Saat ini jepang
merupakan produsen dan pengguna steviosida terbesar di dunia dengan
jumlah penggunaan 200 ton steviosida murni pada tahun 1996 (Lee dkk.,
1979; Shock,1982; Brandle dan Rosa, 1992; Fors, 1995 dalam Brandle
dkk,2005)
2.4.1
Rumus Struktur Steviosida
2.4.2 Morfologi Tanaman Stevia
Tanaman stevia merupakan tanaman semak dengan tinggi6090 cm, batang berbentuk bulat lonjong dan ditumbuhi oleh bulu-bulu
19
yang halus, bercabang, bentuk daun lonjong, langsing dan duduk
berhadapan, panjang 2-4 cm , lebar 1-5 cm, tulang daun menyirip,
tangkai pendek, bunga majemuk, hermafrodit, bentuk terompet,
kelopak bentuk tabung, tangkai benang sari dan tangkai putik
pendek, kepala sari kuning putik berbentuk silindris, putih kotak,
bentuk jarum, berakar serabut. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah
asam yang tidak subur atau tanah dipinggiran rawa (Lutony, 1993)
Nama Indonesia
: Stevia, daun manis
Nama Latin
: Stevia rebaudiana Bertoni M
Klasifikasi Tanaman Stevia
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Super Divisi
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Stevia
Spesies
: Stevia rebaudiana Bertoni M
2.4.3
Stevia sebagai Pemanis Non Kalori
Saat ini pemanis stevia dapat dijadikan sebagai alternatif
yang tepat untuk dijadikan pengganti pemanis buatan atau sintetik.
20
Tingkat kemanisan pemanis stevia antara 200-300 kali sukrosa
(Philips, 1987). Dengan kata lain, tingkat kemanisan pemanis stevia
lebih tinggi dibandingkan dengan pemanis lainnya, sehingga sampai
saat ini pemanis stevia tetap dijadikan pemanis berbagai macam
produk makanan dan minuman (Lutony, 1993)
Produk dari Stevia rebaudiana dapat digunakan sebagai
makanan berkalori rendah bagi penderita diabetes. Dari hasil
penelitian, pemberian zat pemanis stevia tanpa pemberian glukosa
dibandingkan dengan pemberian tolbutamida maka kadar gula darah
turun 53.6%. dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa zat
pemanis stevia Rebaudiana dapat dipakai sebagai zat pemanis pada
penderita diabetes karena disamping berkalori rendah mempunyai
sifat hipoglikemik (Tjasadihardja Fujita).
2.4.4 Kandungan Kimia dan Kegunaan
Daun stevia mengandung 3 jenis glikosida yaitu steviosida
yang memiliki rasa manis, rebaudisida dan dulkosida yang ketiganya
terikat pada karbohidrat seperti : fruktosa, glukosa, silosa, tanin dan
karotenoid. Selain itu stevia mengandung protein, serat, fosfor, besi,
kalsium, kalium, natrium, magnesium, flavonoid, vitamin C dan
vitamin A. tubuh manusia tidak dapat memetabolis steviosida ,
karena itu steviosida dibuang dari tubuh tanpa proses penyerapan
kalori (L1yas, 2003).
21
Senyawa-senyawa yang memiliki karakteristik pemanis
masuk dalam golongan glikosida, yaitu : dulkosida A, rebaudiosida
A-E, steviolbiosida, dan steviosida (Kingdom dkk,
1984).
Glikosida-glikosida tersebut merupakan komponen utama dari
diterpen, derivative steviol (Shibata dkk, 1995). Jika rebaudiosida
A,D, dan E itu digabungkan, maka campurannya akan memiliki
tingkat kemanisan yang setara dengan steviosida. Stevia rebaudiana
(Bert) Bertoni, spesies yang paling manis, mengandung seluruh
glikosida di daunnya, dan steviosida merupakan komponen yang
paling banyak terkandung (3%-8% dari berat kering daunnya)(Melis,
1992).
2.4.5
Aktivitas Hipoglikemik Stevia rebaudiana Bert. dan Diabetes
Millitus
Diabetes
mellitus
adalah
suatu
penyakit
gangguan
metabolism karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa dalam
darah yang tinggi (hiperglikemi) dan adanya glukosa dalam urin
(glukosuria). Penyebab dibetes mellitus adalah kegagalan pankreas
mensekresi insulin. Dalam jangka panjang, penyakit ini dapat
menyebabkan resiko gangguan lebih lanjut pada retina dan ginjal,
kerusakan saraf perifer, dan mendorong terjadinya penyakit
ateroskierosis pada jantung, kaki, dan otak (Yulinah dkk., 2007).
Ada dua jenis tipe diabetes, yakni diabetes Tipe 1 dan
diabetes Tipe 2. Pada diabetes Tipe 1 (disebut Insulin Dependent
22
Diabetes Militus atau IDDM), yakni diabetes yang tergantung pada
insulin. Diabetes Tipe 1 biasanya juga disebut diabetes remaja.
Sekitar 10% orang yang mengidap diabetes Tipe 1 ini tubuhnya tidak
memproduksi insulin dan karenanya suntikan insulin secara teratur
dibutuhkan untuk memelihara gula darah yang normal (McWright,
2008).
Diabetes Tipe 2 (diabetes yang tidak bergantung pada
insulin) adalah diabetes yang paling sering ditemui. Biasanya
diderita oleh orang dewasa usia diatas 40 tahun. Tetapi ada juga
penderita diabetes Tipe 2 yang baru berusia 20-an. Sekitar 90-95%
diabetes adalah dari jenis Tipe 2. Diabetes Tipe 2 biasanya tidak
membutuhkan suntikan insulin, tetapi membutuhkan obatuntuk
memperbaiki fungsi insulin (Waluyo, 2009).
Selama ini pengobatan diabetes mellitus biasanya dilakukan
dengan pemberian obat-obat Oral Anti Diabetik (OAD), atau dengan
suntikan insulin. Di samping itu banyak pula di antara penderita
yang berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan cara
tradisional menggunakan bahn alam. Salah satu tanaman obat yang
dimaksud tersebut adalah Stevia rebaudiana. Keuntungan stevia
sebagai pemanis berkaitan dengan diabetes mellitus adalah stevia
tidak berkalori sehingga tidak menaikkan kadar gula darah. Sehingga
Stevia rebaudiana aman dikonsumsi bagi penderita diabetes.
23
Bilamenggunakan pemanis stevia kadar gula dalam darah dapat
turun sebanyak 53,6% (Djas, 2005).
2.5
Kandungan Saponin
2.5.1 Rumus Struktur Saponin
Menurut Suparjo (2002), istilah fitokimia biasanya digunakan untuk
menunjukkan senyawa yang terdapat pada tanaman yang tidak dibutuhkan untuk
fungsi normal tubuh tetapi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan atau peran
aktif melawan penyakit. Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan tanaman
adalah saponin.Saponin merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat
molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanama
n, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Istilah saponin diturunkan dari
bahasa Latin „Sapo‟ yang berarti sabun, diambil dari kata Saponaria vaccaria,
suatu tanaman yang
mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk mencuci. Saponin larut
dalam air tetapi tidak larut dalam eter.
24
Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa, xylosa,
rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik
(sapogenin) berupa triterpenoid, steroid atau steroid alkaloid. Aglikon dapat
mengandung satu atau lebih ikatan C-C tak jenuh. Rantai oligosakarida umumnya
terikat pada posisi C3 (monodesmosidic), tetapi beberapa saponin mempunyai
gugus gula tambahan pada C26 atau C28 (bidesmosidic). Struktur saponin yang
sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur aglikon, sifat dasar rantai
dan posisi penempelan gugus gula pada aglikon. Saponin dapat menurunkan
kolesterol, mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik
(Suparjo, 2002).
Senyawa saponin yang dapat membantu mengurangi kadar glukosa darah
di tubuh karena dapat membentuk suatu lapisan membran pada permukaan usus
halus sehingga dapat menghambat absorbsi glukosa (Mills, 2000).
2.6
Minuman Herbal
Minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari bahan alam yang
memiliki khasiat terhadap kesehatan.
2.6.1
faktor-faktor memilih minuman herbal
ada beberapa masyarakat memilih minuman herbal karena
khasiatnya lebih terjamin dan memiliki efek samping yang
rendah.
25
2.7
Pemilihan Hewan Uji
Pemilihan hewan uji idealnya harus dipilih semirip mungkin dengan
kondisi manusia, utamanya dalam hal absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi terhadap senyawa uji. Hal ini dilakukan untuk memperkecil
perubahan respon antarjenis dan dalam satu jenis hewan uji terhadap efek
senyawa uji. Pada umumnya hewan uji yang sering digunakan adalah
mencit.
Pada percobaan ini hewan uji yang digunakan adalah mencit putih
jantan. Karena jika dibandingkan dengan mencit betina, mencit jantan lebih
banyak digunakan sebab mencit jantan menunjukkan periode pertumbuhan
yang lebih lama. Selain itu mencit putih jantan dapat memberikan hasil
penelitian lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus
menstruasi dan kehamilan seperti pada mencit betina. Mencit putih jantan
juga mempunyai kecepatan metabolism obat yang lebih cepat dan kondisi
biologis tubuh yang lebih stabil disbanding mencit betina.
2.7.1
Klasifikasi Mencit
Klasifikasi mencit menurut Departemen Kesehatan adalah :
Kingdom
: Animilia
Filum
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Sub kelas
: Theria
26
2.7.2
Ordo
: Rodentia
Sub ordo
: Myomarpha
Family
: Muridae
Sub family
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus
Ciri-ciri Mencit
Berat badan 20-30 gram, hidung runcing, badan kecil6-10
cm, telinga tegak, ukuran mencit 15 mm/kurang, dan kebiasaannya
rodentia
pemanjat,
kadang-kadang
menggali
lubang.
(info
Kesehatan, Derektorat Pengembangan Sekolah Luar Biasa dalam
Amrullah, 2007).
Mencit bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul
sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi, dan
lebih aktif pada malam hari disbanding sian hari.
2.7.3
Perlakuan Hewan Coba
Hewan coba dikarantina terlebih dahulu selama 7-14 hari.
Pengkaratinaan ini bertujuan untuk menghilangkan stress akibat
transportasi. Serta untuk mengkondisikan hewan dengan suasa]na
laboratorium.
Pada
waktu
pengkarantinaan,
temperatur
dan
kelembaban harus diperhatikan. Temperatur yang cocok untuk
karantina adalah temperatur ruang serta kelembaban yang sesuai
antara 40-60%.
27
Pemberian senyawa pada hewan coba (mencit) memiliki
dosis maksimum yaitu 5000mg/KgBB15 dan juga mempunyai batas
maksimum volume cairan ysng bolrh diberikan pada hewan coba.
2.7.4
Cara pemberian senyawa
2.7.4.1 Pemberian Per-Oral
Pemberian obat-obatan dalam bentuk suspense, larutan atau
emulsi, kepada tikus dan mencit dilakukan dengan pertolongan
jarum suntik yang ujungnya tumpul (bentuk bola/kanulla). Kanulla
ini
dimasukkan ke
dalam
mulut, kemudian perlahan-lahan
dimasukkan melalui tepi langit-langit belakang sampai esophagus.
Sebelum pemberian sampel uji terhadap mencit trelebih
dahulu harus mengetahui cara penanganan atau perlakuan terhadap
mencit. Cara yang dilakukan yaitu mula-mula mencit diangkat dari
kandangnya dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan
lalu diletakkan di atas permukaan kasar untuk mengurangi gerak
mencit. Setelah itu lipatan kulit tengkuk dipegang diantara jari
telunjuk dan ibu jari dan mencit dipindahkan dari tangan kanan ke
antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri.
2.7.4.2 Pemberian secara Intraperitorial
Peganglah mencit pada ekornya dengan tangan kanan,
biarkan mereka mencengkeram anyaman kawat dengan kaki
depannya. Dengan tangan kiri jepitlah tengkuk tikus/ mencit diantara
jari tengah. Pindahkan ekor mencit dari tangan kanan ke kelingking
28
tangan kiri sehingga kulit pangkal ekor menjadi tegang. Pada saat
penyuntikan, posisi kepala mencit lebih rendah dari pangkal ekor.
Jarum suntikan dengan membentuk sudut 450 dengan pangkal ekor.
Agak menepi dari garis tengah, untuk menhindari tekanan kandung
kencing. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati. Volume
penyuntikan untuk mencit umumnya adalah 1 mL/100g bobot badan.
kepekaan larutan obat yang disuntikan, disesuaikan dengan volume
yang dapat disuntikkan tersebut.
Panduan volume maksimum dan cara pemberian dosis
binatang khususnya untuk mencit dengan berat badan 20-30 gram
secara intraperitorial yaitu sebanyak 1,0 ml begitu juga pemberian
secara per oral.
Konversi dosis berdasarkan perbandingan luas permukaan
binatang untuk dosis mencit dengan dibandingkan dosis manusia
diperoleh faktor konversi sebesar 0,0026.
2.8
Kerangka Teori
Penyakit diabetes merupakan penyakit berbahaya karena tingginya
kadar glukosa darah secara terus-menerus atau berkepanjangan sehingga
nantinya menyebabkan komplikasi diabetes. Yang paling penting dalam hal
diabetes adalah pengaturan makanan, karena makanan adalah faktor yang
sangat menentukan. Oleh itu hendaknya dalam pencegahan penyakit
diabetes atau komplikasi diabetes salah satu upayanya adalah dengan cara
29
pengelolaan diet dan pemilihan makanan yang tepat. Makanan yang tidak
hanya memenuhi kebutuhan dasar tubuh, tetapi lebih jauh lagi mempunyai
sifat fungsional yang akan memberikan dampak positif bagi kesehatan, yang
dikenal dengan pangan fungsional. Salah satu pangan fungsional adalah
minuman herbal buah mahkota dewa.
Salah satu yang dapat digunakan sebagai minuman herbal adalah
buah mahkota dewa. Di dalam buah mahkota dewa terdapat memiliki
beberapa kandungan kimia seperti alkaloid, saponin, flavonoid, dan
polifenol. Alkaloid, adalah detoksifikasi yang dapat menetralisir racun
dalam tubuh. Saponin, yang berguna sebagai: sumber anti-bakteria dan antivirus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas,
mengurangi kadar gula darah, dan mengurangkan pembekuan darah.
Flavonoid yang terkandung dalam buah Mahkota dewa berguna untuk
penurunan kadar glukosa darah, oleh karena itu buah mahkota dewa
merupakan tanaman fungsional yang dapat digunakan untuk pasien diabetes.
Untuk dapat digunakan oleh penderita diabetes mellitus dibutuhkan
formulasi dalam bentuk minuman herbal yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat tertentu salah satunya indeks glikemik. Indeks Glikemik
adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah dan
respon insulin dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah
dan jenis minuman yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga
kesehatan.Uji indeks glikemik berfungsi untuk mengukur tingkatan pangan.
30
Semakin rendah nilai indeks glikemiknya semakin baik pula makanan itu
untuk dikonsumsi khususnya penderita diabetes.
Pengukuran nilai indeks glikemik ini dilakukan secara in vivo atau
menggunakan hewan coba. Mencit dipilih sesuai kriteria hewan coba,
sebelumnya mencit diaklimasi sampai dengan kurang lebih satu minggu.
Sebelum dilakukan pengujian mencit dipuasakan guna untuk menurunkan
kadar gula dalam darah. Setelah 10 jam dipuasakan, mencit siap untuk diuji.
Mencit dibagi dalam beberapa kelompok, kelompok yang diberikan glukosa
dan kelompok yang diberiakan sampel pangan. Selanjutnya diukur efeknya
terhadap kadar glukosa darah setiap 30 menit selama 2 jam (pengukuran
kadar glukosa menit ke-30, ke-60, ke-90, le-120).
Gambar Kerangka Teori
Buah Mahkota
Dewa
Rendah Kalori
Diabetes Millitus
Teh Herbal Buah
Mahkota Dewa
Evaluasi Minuman Herbal
Indeks Glikemik
In Vivo
Pemanis Stevia
31
2.9
Hipotesa
Minuman herbal yang terbuat dari buah mahkota dewa dan pemanis
stevia dengan formula tertentu yang memiliki Indeks Glikemik rendah
sampai sedang sehingga dapat dijadikan sebagai minuman alternatif bagi
penderita diabetes mellitus.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu dari pembuatan formulasi
minuman herbal buah mahkota dewa dan dilanjutkan dengan penentuan indeks
glikemik. Rancangan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan :
Tahap pertama dilakukan persiapan dengan menentukan populasi dan sampel
penelitian, menentukan waktu dan lokasi penelitian, serta menghitung kebutuhan bahan
dan mempersiapkan peralatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Tahap kedua yaitu pelaksanaan. Tahap ini meliputi pengumpulan data yaitu,
pemilihan mencit sebagai hewan coba, pembuatan simplisia buah mahkota dewa,
pembuatan minuman herbal dengan penambahan pemanis stevia. Minuman herbal buah
mahkota dewa yang dihasilkan kemudian diuji organoleptisnya setelah itu dilakukan
evaluasi nilai Indeks Glikemik (IG) dengan perlakuan pada hewan coba.
Tahap terakhir penelitian yaitu melakukan analisis data yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian.
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah hewan coba dan sampel dalam penelitian
ini yaitu minuman herbal dari buah mahkota dewa dengan formula tertentu
32
33
3.3
Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan sehat yang
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram.
3.4
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1
Lokasi Penelitian di Laboratorium Akademi Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang
3.4.2
3.5
Waktu Penelitian dilakukan pada Januari – Juni 2014
Definisi Operasional Variabel
3.5.1
Variabel
Variabel penelitian dapat dijadikan sebagai objek pengamatan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel yang digunakan yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi
No
1
Hasil
Variabel
Alat Ukur
Operasional
Ukur
Formula
Formula minuman Hasil Formulasi
Formula
minuman
herbal
buah Formulasi
herbal
mahkota
dewa simplisia
buah
yang
mahkota
untuk
aquades 400 ml.
dewa
menghasilkan
Formulasi
1
:
buah
digunakan mahkota dewa 10 g,
takaran yang pas simplisia
2
:
buah
34
untuk
membuat mahkota dewa 10 g,
minuman
herbal aquades 400 ml, dan
rendah kalori
2
pemanis stevia 0,5 g.
Nilai
Tingkatan pangan Dari
Indeks
menurut
dilakukan
Glikemik
pengaruhnya
dihitung menggunkan
terhadap
yang Nominal
dapat
kadar rumus [AUC] tntn-1
gula darah yang =
dihitung
uji
(tn – tn-1)
secara
kuantitatif
3.6
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat dan bahan yang digunakan untuk pengunpulan
data. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.6.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : pisau,
saringan, panci, pengaduk, gelas ukur, timbangan analitik, pemanas, loyang,
baskom, tisu, glukosa test.
3.6.2
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut : Buah
mahkota dewa, pemanis stevia, aquades.
35
3.7
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
3.7.1
Tahapan Pembuatan Minuman Herbal Buah Mahkota Dewa
3.7.1.1 Pembuatan simplisia buah mahkota dewa
1.
Siapkan buah mahkota dewa segar
2.
Cuci hingga bersih, lalu iris tipis pada buah mahkota dewa
3.
Irisan buah mahkota dewa salanjutnya dikeringkan menggunakan
terik panas matahari atau oven pada suhu 500C - 600C
4.
3.7.2
Simplisia buah mahkota dewa siap digunakan
Pembuatan Minuman Herbal
Proses pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa terdiri atas pembuatan
simplisia dengan cara pengovenan dari buah mahkota dewa kemudian
menentukan formula dari simplisia tersebut. Formula minuman herbal dapat
dilihat dalam tabel 3.1
Tabel 3.2 formula yang digunakan dalam pembuatan minuman herbal buah
mahkota dewa
Formula 1
Formula 2
Simplisia Buah Mahkota Dewa 10 g
Simplisia Buah Mahkota Dewa 10 g
Aquades 400 ml
Aquades 400 ml
-
Pemanis Stevia o,5 g
36
3.7.2.1 Pengujian Saponin secara Skrining Fitokimia
1. Siapkan tabung reaksi, minuman herbal dan HCL 2N
2. Ambil sebanyak 10 ml larutan ekstrak uji dalam tabung reaksi
3. Kocok secara vertikal selama 10 detik
4. Kemudian dibiarkan selama 10 detik (pembentukan busa setinggi
1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, yang akan
menunjukkan adanya saponin)
5. Tambahkan 1 tetes HCL 2N, busa tidak hilang
3.7.2.2 Pemberian Glukosa pada Hewan Coba
1.
Siapkan alat, bahan, dan hewan coba
2.
Sebelum diberikan puasakan hewan coba terlebih dahulu(kecuali
air) selama semalam
3.
Berikan 0,2 ml glukosa murni
4.
Setelah diberikan pasca 2 jam, sampel darah diambil 50 µL setiap
30 menit
5.
Lakukan pengukuran kadar glukosa darah
3.7.2.3 Tahapan pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa adalah sebagai
berikut :
1.
menyiapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan
2.
timbang sebanyak 10 gram simplisia buah mahkota dewa
3.
kemudian rebus dengan air 400 ml hingga tersisa 100 ml
4.
tambahkan pemanis stevia 0,5 g
37
3.7.3
Tahap Evaluasi Mutu Minuman Herbal
3.7.3.1 Uji Organoleptis
Dari hasil pembuatan Minuman herbal yang telah diperoleh,
diamati organoleptisnya meliputi : warna, rasa, bau dari minuman herbal.
3.7.3.2 Penentuan Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mencit jantan sehat yang berumur 2-3
bulan dengan berat badan 20-30 gram yang sebelumnya tidak pernah
digunakan sebagai objek penelitian lain dan sudah dikondisikan untuk
perlakuan uji. Selain itu persyaratan hewan uji yang akan digunakan
yaitu bulu mencit sehat dan tampak bersih, halus dan mengkilat, bola
mata tampak kemerahan dan jernih, hidung dan mulut tidak berlendir
atau mengeluarkan air liur secara terus-menerus, konsistensi fesesnya
normal dan padat, hewan tampak aktif dan bergerak ingin tahu.
3.7.3.3 Penentuan Nilai Indeks Glikemik (IG)
1.
Mula-mula subjek dipuasakan sekurangnya 10 jam (dari jam 22.00
sampai jam 08.00). subjek diambil dan diperiksa kadar glukosa
darahnya, 10 menit kemudian diberi beban glukosa murni.
2.
Subjek diambil dan diperiksa kembali glukosa darahnya 30 menit
setelah beban diberikan.
3.
Selanjutnya glukosa darah diperiksa lagi untuk waktu 60 menit, 90
menit, dan terakhir120 menit setelah pemberian beban.
4.
Hasil pengukuran glukosa darah tersebut dimasukkan ke dalam tabel
5.
Perlakuan selanjutnya dengan selang waktu yang telah ditentukan,
glukosa murni digantikan dengan minuman yang akan diteliti indeks
glikemiknya (minuman herbal buah mahkota dewa).
38
6.
Kadar glukosa darah (pada setiap waktu pengambilan glukosa
darah) ditebarkan pada dua sumbu yaitu sumbu waktu (absis) dan
sumbu kadar glukosa darah (ordinat).
7.
Indeks Glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas
daerah dibawah kurva antara pangan yang diukur indeks
glikemiknya dengan glukosa murni.
3.8
Analisa Data
Data yang diperoleh berupa data deskriptif hasil uji organoleptis (rasa,
warna,bau) dan hasil penentuan indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa
dan pemanis stevia. Hasil dalam penelitian ini digunakan tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3 Penentuan Indeks Glikemik
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
2
3
4
Rata-rata
Setelah diperoleh data hasil pengukuran kadar glukosa darah yang diperoleh
saat pemberian minuman herbal buah mahkota dewa dan saat pemberian glukosa,
selanjutnya data diatas dibuat grafik dan dibandingkan luas area dibawah respon
pemberian sampel (minuman herbal buah mahkota dewa) dengan luas area dibawah
respon pemberian glukosa. Adapun rumus perhitungan luas di bawah kurva.
39
Rumus Menghitung Indeks Glikemik :
[AUC] tntn-1 =
(tn – tn-1)
Keterangan :
AUC
: area under kurva (luas dibawah kurva)
Tn
: waktu ke n
Tn-1
: waktu ke n-1
Cn-1
: kadar glukosa darah pada waktu n-1
Cn
: kadar glukosa darah pada waktu ke n
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang penentuan indeks glikemik minuman herbal buah mahkota dewa
sebagai minuman alternatif bagi penderita diabetes yang diselesaikan di Laboratorium
Mikrobiologi Putra Indonesia Malang menghasilkan data sebagai berikut :
4.1 Tahap Persiapan Sampel
4.1.1 Pembuatan Simplisia Mahkota Dewa
Buah mahkota dewa yang akan dibuat simplisia sebagai minuman herbal sebelumnya
diiris tipis kemudian dikeringkan dengan cara dijemur agar buah mahkota dewa kering. Hasil
dari simplisia tersebut siap digunakan untuk pembuatan minuman herbal.
4.1.2 Pembuatan Minuman Herbal
Minuman herbal buah mahkota dewa dibuat dari dua formula dengan penambahan
bahan pendukung seperti pemanis stevia.
4.2 Tahap Pengamatan
4.2.1 Uji Organoleptis Minuman Herbal
4.2.1.1 Hasil Organoleptis Minuman Herbal Formula 1
Bau
: Harum khas minuman herbal
Rasa
: Getir sedikit manis
Warna
: Merah kecoklatan
40
41
4.2.1.2 Hasil Organoleptis Minuman Herbal Formula 2
Bau
: Harum khas minuman herbal
Rasa
: Getir, manis
Warna
: Merah kecoklatan
4.2.2
Pengujian Saponin secara Skrining Fitokimia
4.2.2.1 Pengujian Saponin pada Minuman Herbal Buah Mahkota Dewa
Sebelum dilakukannya pengujian saponin pada minuman herbal, terlebih dahulu
membuat formula tertentu untuk dilakukan pengujian, setelah itu masukkan dalam tabung
reaksi sebanyak 10 ml kemudian sampel dikocok secara vertikal. Dari hasil pengocokan
tersebut bila terdapat busa tambahkan 1 tetes HCl 2N untuk mengetahui kebenaran adanya
kandungan saponin pada minuman herbal.
4.2.3
Penentuan Indeks Glikemik
4.2.3.1 Penentuan Kadar Glukosa Darah Mencit Saat Pemberian Glukosa
Sebelum dilakukan perlakuan uji, hewan coba dipuasakan terlebih dahulu (kecuali air)
selama semalam. Sebanyak 0,2 ml glukosa murni diberikan kepada setiap hewan coba.
Selama 2 jam pasca pemberian, sampel darah diambil 50 µl diambil setiap 30 menit untuk
diukur kadar glukosanya. Data yang didapatkan seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Kontrol Kadar Glukosa Darah Mencit
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
125
189
149
128
97
2
143
203
172
139
105
42
3
122
182
153
114
87
4
156
210
169
132
99
5
149
194
156
118
82
Rata-rata
139
195,6
159,8
126,2
94
4.2.3.2 Penentuan Kadar Glukosa Darah Mencit Saat Pemberian Minuman Herbal
Sebelum dilakukan perlakuan uji, hewan coba dipuasakan terlebih dahulu (kecuali air) selama
semalam. Sebanyak 0,2 ml minumqa herbal diberikan kepada setiap hewan coba. Selama 2
jam pasca pemberian, sampel darah diambil 50 µl diambil setiap 30 menit untuk diukur kadar
glukosanya.
Data yang didapatkan seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 1
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
134
142
128
79
87
2
117
125
112
99
91
3
61
75
65
50
54
4
98
114
109
97
88
5
93
105
110
104
89
Rata-rata
100,6
112,2
104,8
85,8
81,8
43
Tabel 4.3 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 2
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
85
113
102
93
74
2
92
116
114
98
87
3
105
135
123
107
96
4
88
141
119
102
89
5
76
110
92
84
68
Rata-rata
89,2
125
110
96,8
82,8
Dari data yang diperoleh saat pemberian minuman herbal mahkota dewa dan glukosa
diperoleh perhitungan seperti dibawah ini :
 Perhitungan kontrol hewan coba dengan pemberian glukosa.
[AUC]
(30-0)
= 5019
[AUC]
(60-30)
= 5331
[AUC]
(90-60)
= 4290
[AUC]
(120-90)
44
= 3303
Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC]
= 5019 + 5331 + 4290 + 3303
= 17943
IG =
=
X 100
X 100
= 100
 Perhitungan Indeks Glikemik sampel formula 1
[ AUC ]
(30-0)
= 3192
[ AUC ]
(60-30)
= 3255
[AUC ]
(90-60)
= 2859
[AUC ]
(120-90)
= 2514
Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC]
45
= 3192 + 3255 + 2859 + 2514
= 11820
IG =
=
X 100
X 100
= 65,8
 Perhitungan Indeks Glikemik sampel formula 2
[ AUC ]
(30-0)
= 3213
[AUC ]
(60-30)
= 3525
[ AUC ]
(90-60)
= 3102
[ AUC ]
(120-90)
= 2694
Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC]
= 3213 + 3525 + 3102 + 2694
= 12534
46
IG =
X 100
=
X 100
= 69,8
Gambar 4.1 Hasil Nilai Indeks Glikemik Formula 1 dan Formula 2
Pengamatan
Menitke
0-30
30-
60-
90-
60
90
120
Luas
Nilai
Total
Indeks
Glikemik
Kontrol
5019
5331
4290
3303
17943
100
Formula 1
3192
3255
2859
2514
11820
65,8
Formula 2
3213
3525
3102
2694
12534
69,8
Gambar 4.2 Grafik Indeks Glikemik Glukosa, minuman herbal mahkota dewa Formula 1 dan
formula 2
120
100
80
IG
60
IG Formula 1
IG Formula 2
40
20
0
IG
IG 1
IG 2
47
Dari grafik diatas kemudian dihitung nilai Indeks Glikemik (IG) dari minuman herbal
buah mahkota dewa dengan cara membandingkan luas area dibawah kurva respon minuman
uji (minuman herbal) dengan luas area dibawah kurva respon standart (glukosa). Hasil yang
didapat nilai Indeks Glikemik minuman herbal formulasi 1 sebesar 65,8 dan Indeks Glikemik
minuman herbal formulasi 2 sebesar 69,8 dan termasuk kategori sedang.
4.3
PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan buah mahkota dewa yang
matang dengan ciri khas kulit berwarna merah. Buah mahkota dewa segar memiliki getah
yang dapat berdampak negatif bagi tubuh karena getah pada buah mahkota dewa
mengakibatkan gatal-gatal dan panas dalam tubuh bagi yang mengkonsumsi buah mahkota
dewa segar sehingga sebaiknya buah mahkota dewa dijadikan simplisia terlebih dahulu serta
keuntungan lain yaitu untuk memperpanjang masa simpan simplisia.
Simplisia buah mahkota dewa yang telah tersedia dapat langsung digunakan utuk
pembuatan minuman herbal. Pemilihan bahan formulasi juga harus diperhitungkan untuk
menjaga kualitas dan kuantitas bahan formula yang dirancang kemudian dipilih yang
sekiranya nanti tidak terjadi lonjakan yang signifikan pada saat dikonsumsi dan terlihat pada
saat pengecekan indeks glikemik.
Pertimbangan penetapan formula minuman herbal buah mahkota dewa yaitu
didasarkan pada trial and error untuk mementukan formulasi pengujian secara organoleptis.
Dilakukan untuk proses awal pembuatan minuman herbal buah mahkota dewa pada formula
hanya menggunakan 100% buah mahkota dewa sehingga untuk perbandingan maka peneliti
membuat dua formula yang lain diberi subtitusi pemanis stevia seminimal mungkin tetapi
dapat memperbaiki rasa minuman herbal buah mahkota dewa kemudian diperiksa nilai indeks
glikemiknya. Formula yang digunakan merupakan formula dasar untuk membuat minuman
48
herbal dengan beberapa modifikasi agar bahan yang digunakan tidak terlalu memberi dampak
buruk bagi penderita DM.
Penderita diabetes juga dianjurkan menghindari gula berlebih, dalam penelitian ini
gula yang seharusnya ditambahkan dalam minuman herbal sebagai pemanis digantikan
dengan gula rendah kalori yaitu pemanis stevia. Pemanis stevia ini terbuat dari bahan alami
yaitu daun dari pohon stevia. Keunggulan dari pemanis ini adalah tingkat kemanisan yang
tinggi dibanding dengan gula biasa atau gula sintetik. Pemanis ini tidak menyebabkan
kenaikan kadar gula berlebih karena steviosida yang merupakan aglikon dalam stevia tidak
dapat dimetabolisme dalam tubuh sehingga hanya memberi efek manis dan dikeluarkan tanpa
penyerapan kalori. Adapun hal lain yang dilakukan yaitu melakukan determinasi buah
mahkota dewa yang dilakukan di Materia Medica Batu untuk mengetahui kebenaran spesies
pada buah mahkota dewa.
Pada penelitian ini setelah sampel minuman herbal siap digunakan lakukan pengujian
skrining fitokimia yang bertujuan untuk memastikan kebenaran adanya kandungan saponin
pada minuman herbal. Pengujian secara skrining fitokimia ini adalah metode yang sangat
sederhana dan mudah. Setelah dilakukan pengujian skrining fitokimia dilanjutkan dengan
penentuan indeks glikemik minuman herbal secara invivo.
Penelitian tentang penentuan indeks glikemik minuman herbal ini setelah sampel
disiapkan, hewan coba harus dikondisikan terlebih dahulu selama 7 hari agar hewan coba
tidak mengalami gangguan/stres saat digunakan percobaan.
Pada pengujian Indeks Glikemik sampel yang diberikan harus dikonversi dengan
berat beban dosis hewan uji. Selanjutnya diukur efeknya terhadap kadar gula dalam darah
setiap 30 menit selama 2 jam. Sebelum pengujian Indeks Glikemik, hewan uji dipuasakan
terlebih dahulu (kecuali air) selama 10 jam. Pengujian IG ini dilakukan pada beberapa
49
kelompok mencit yang telah diaklitimasi selama 5 hari dengan berat mencit berkisar 20-30
gram.Kedaan mencit pada saat dilakukan pengujian dalam keadaan sehat dengan ciri-ciri bulu
putih dan rapi, mata merah, dan selalu bergerak aktif ingin tahu.Mencit yang digunakan
berumur sekitar 2 bulan dengan asumsi mencit dengan umur tersebut merupakan mencit
dewasa yang diharapkan proses absorbs, metabolisme dan ekskresi berjalan optimal.
Pengukuran nilai Indeks Glikemik didasarkan pada perbandingan antara luas respon
area dibawah kurva kenaikan gula darah setelah pemberian sampel dan luas respon area
dibawah kenaikan gula darah setelah pemberian glukosa murni sebagai standart. Semakin
luas area dibawah kurva sampel dibandingkan dengan luas area dibawah kurva standart maka
indeks glikemik sampel juga akan semakin tinggi.
Dari hasil yang didapatkan pada pengujian minuman herbal buah mahkota dewa dan
minuman herbal buah mahkota dewa dengan penambahan pemanis stevia didapatkan nilai
indeks glikemik berturut-turut sebesar 65,8 dan 69,8 yang termasuk dalam indeks glikemik
sedang. Dari grafik terlihat lonjakan terbesar berada pada menit ke 30 setelah pemberian.
Dibandingkan dengan lonjakan glukosa, sampel berada dibawah kurva standart. Tingkat nilai
IG dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya pengolahan minuman, kombinasi dengan bahan
lain atau respon minuman dalam tubuh setiap orang berbeda.
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penentuan indeks glikemik minuman herbal buah
mahkota dewa sebagai minuman alternatif bagi penderita diabetes didapatkan nilai indeks
glikemik dari minuman herbal buah mahkota dewa formula 1 sebesar 65,8 dan minuman
herbal formula 2 sebesar 69,8 Dari indeks glikemik tersebut dapat dikatakan bahwa minuman
herbal buah mahkota dewa termasuk indeks glikemik dengan kategori sedang sehingga baik
dikonsumsi bagi penderita diabetes.
6.2 Saran
Saran yang diberikan pada penelitian selanjutnya adalah :
6.2.1 Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kualitas minuman dan khasiat lain dalam
minuman herbal.
6.2.2 Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji volunter dari minuman herbal buah
mahkota dewa.
6.2.3 Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji masa simpan minuman herbal
50
DAFTAR PUSTAKA
Rimbawan, Siagian A. Konsep Indeks Glikemik. Indeks Glikemik Pangan : Cara Mudah
Memilih Pangan yang Menyehatkan . Jakarta: Penebar Swadaya; 2004
Lee dkk., 1979; Shock,1982; Brandle dan Rosa, 1992; Fors, 1995 dalam Brandle dkk,2005
diakses pada tanggal 3 januari 2014
Anonim, 2012 http://obatherbalstroke.biz/khasiat-dan-manfaat-mahkota-dewa/ diakses pada
tanggal 8 desember 2013
Lutony,T.L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Jakarta
Tjandra, Hans.2007. Diabetes. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Subroto MA.2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya.100
hlm
Kesehatan, Derektorat Pengembangan Sekolah Luar Biasa dalam Amrullah, 2007
Soedeman, W.A. dan Soedeman, T.M. 1995.Patofisiologi dan Mekanisme Penyakit. Jilid 2.
Edisi 7. Jakarta : Hipokrates
Suparjo.2002.Saponin
:
Peran
dan
Pengaruhnya
bagi
Ternak
dan
Manusia.Artikel.Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Perternakan Universitas
Jambi.jambi
51
52
Lampiran 1
Tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia.
Hewan
Mencit
Tikus
Marmut Kelinci Kucing Kera
Anjing
Manusia
Percobaan 20 g
200 g
400 g
1,5
2 kg
4 kg
12 kg
70 kg
Mencit
1,0
7,0
12,25
27,3
29,7
64,1
124,2
387,9
0,14
1,0
1,74
3,9
4,2
9,2
17,8
56,0
0,08
0,57
1,0
2,25
2,4
5,2
10,2
31,5
0,04
0,25
0,44
1,0
1,08
2,4
4,5
14,2
0,03
0,23
0,41
0,92
1,0
2,2
4,1
13,2
0,016
0,11
0,19
0,42
0,45
1,0
1,9
6,1
0,008
0,06
0,10
0,22
0,24
0,52
1,0
3,1
0,0026
0,018
0,031
0,07
0,76
0,16
0,32
1,0
20 g
Tikus
200 g
Marmut
400 g
Kelinci
1,5
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
53
Lampiran 2
Volume maksimum larutan atau padatan yang dapat diberikan pada hewan
Volume maksimum (ml) sesuai jalur pemberian
Hewan
IV
IM
IP
SC
PO
Mencit (20-30g)
0,5
0,05
1,0
0,5-1,0
1,0
Tikus (100g)
1,0
0,1
2-5,0
0,5-5,0
5,0
Hamster (50g)
-
0,1
1-2,0
2,5
2,5
Marmut (250g)
-
0,25
2-5,0
5,0
10,0
Merpati (300g)
2,0
0,5
2,0
2,0
10,0
Kelinci (2,5kg)
5-10,0
0,5
10-20,0
5-10,0
20,0
Kucing (3kg)
5,-10,0
1,0
10-20,0
5-10,0
50,0
Anjing (5kg)
10-20,0
5,0
20-50,0
10,0
100,0
54
Lampiran 3 : Perhitungan Dosis

Mencit dengan Berat Badan
20 g = 0,0026 X 70 mg/kg BB
= 0,182 mg / 20 g BB mencit
BB 30 g =
X 0,182 mg
= 0,273 mg/30g

Glukosa yang digunakan adalah glukosa 100% dengan dosis 1 g/kg BB
Mencit 20 g =
X 1 g = 0,02 g
Timbang 10 gram glukosa larutkan dengan aquades 100 ml

Pemberian Pada Mencit
20 g = 0,02 g / 10 X 100 ml = 0,2 ml

Dosis minuman / Sirup Mahkota Dewa
110 mg/ 200 g/BB
Pada mencit yang digunakan :
11 mg/ 20 g/ BB
X 20 g = 11 mg
X 100 ml = 0,22 ml ~ 0,2 ml
55
Tabel 1 Kontrol Kadar Glukosa Darah Mencit
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
125
189
149
128
97
2
143
203
172
139
105
3
122
182
153
114
87
4
156
210
169
132
99
5
149
194
156
118
82
Rata-rata
139
195,6
159,8
126,2
94
Luas Area dibawah kurva respon standart
Pengamatan
[AUC]
Menitke
30-60
60-90
90-120
Total
Glikemik
5019
5331
4290
3303
17943
100
= 5019
(60-30)
= 5331
Nilai Indeks
0-30
(30-0)
[AUC]
Luas
56
[AUC]
(90-60)
= 4290
[AUC]
(120-90)
= 3303
Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC]
= 5019 + 5331 + 4290 + 3303
= 17943
IG =
X 100
=
X 100
= 100
Tabel 2 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 1
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
134
142
128
79
87
2
117
125
112
99
91
3
61
75
65
50
54
57
4
98
114
109
97
88
5
93
105
110
104
89
Rata-rata
100,6
112,2
104,8
85,8
81,8
Luas area dibawah kurva respon formula 1
Pengamatan
Menitke
Luas
Nilai Indeks
0-30
30-60
60-90
90-120
Total
Glikemik
3192
3255
2859
2514
11820
65,8
[ AUC ]
(30-0)
= 3192
[ AUC ]
(60-30)
= 3255
[AUC ]
(90-60)
= 2859
[AUC ]
(120-90)
= 2514
58
Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC]
= 3192 + 3255 + 2859 + 2514
= 11820
IG =
X 100
=
X 100
= 65,8
Tabel 3 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 2
Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl)
Mencit
Saat puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
1
85
113
102
93
74
2
92
116
114
98
87
3
105
135
123
107
96
4
88
141
119
102
89
5
76
110
92
84
68
Rata-rata
89,2
125
110
96,8
82,8
59
Luas area dibawah kurva respon formula 2
Pengamatan
Menitke
Luas
Nilai Indeks
0-30
30-60
60-90
90-120
Total
Glikemik
3213
3525
3102
2694
12534
69,8
[ AUC ]
(30-0)
= 3213
[AUC ]
(60-30)
= 3525
[ AUC ]
(90-60)
= 3102
[ AUC ]
(120-90)
= 2694
Luas Total = [AUC] + [AUC] + [AUC] + [AUC]
= 3213 + 3525 + 3102 + 2694
= 12534
60
IG =
=
= 69,8
X 100
X 100
61
Lampiran 4 : Pembuatan Minuman Herbal Buah Mahkota Dewa
62
Lampiran 5 : Pengujian Saponin Secara Skrining Fitokimia
Ekstrak dikocok selama 10 detik
Ekstrak setelah penambahan HCL 2N
63
Lampiran 6 : Pengujian Minuman Herbal Mahkota Dewa Secara Invivo
Pemberian
Sampel Secara
Oral
Setiap 30 menit sekali
selama 2 jam diukur kadar
glukosa darahnya
64
Pengukuran
glukosa darah
65
Download