penyisihan kromium pada limbah cair dengan menggunakan

advertisement
PENYISIHAN KROMIUM PADA LIMBAH CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN UNGGUN FILTRASI PASIR
S.P. Abrina Anggraini
Program Studi Teknik Kimia, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang.
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Banyak limbah berbahaya yang ditimbulkan pada industri kimia, salah satunya
adalah industri pelapis logam karena air bilasannya mengandung ratusan ppm asam
kromat. Muncul perhatian dari masyarakat terhadap semakin banyaknya polusi dan
pembuangan limbah yang sangat berbahaya bagi kehidupan, sehingga diharapkan residu
limbah solid yang mengandung konsentrasi tinggi logam berat harus diatas level ramah
lingkungan. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan cara filtrasi pasir.
Filtrasi pasir merupakan proses pemisahan zat-zat atau senyawa-senyawa kimia yang
tidak dibutuhkan dengan menggunakan pasir sebagai media penyaring. Penelitian ini
dipusatkan pada penyisihan kromium (VI) pada limbah cair industri dengan menggunakan
filtasi pasir .variasi pasir yang digunakan masing-masing sebesar 20gram, 40gram,
60gram dan 80gram dengan konsentrasi 20ppm, 40 ppm, 60ppm dan 80ppm. Berbagai
variasi pasir dapat mengadsorbsi larutan kromium (VI) dalam jumlah yang cukup besar,
namun dari setiap variasi pasir mempunyai kemampuan mengadsorbsi kromium (VI) yang
berbeda-beda. Semakin besar massa pasir yang digunakan, maka semakin besar pula
kromium (VI) yang teradsorbsi, hal ini disebabkan karena semakin besar massa pasir yang
digunakan maka luas permuakaannya akan semakin besar yang mengakibatkan tingkat
adsoorpsi semakin tinggi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa persentase adsorbsi
maksimum terjadi pada filtrasi dengan massa pasir sebesar 80 gram yang dapat
mengadsorbsi larutan kromiun (VI) sampai dengan 86 %.
Kata kunci : limbah, filtrasi, pasir
ABSTRACT
Many dangerous residues produced by the chemical industries, one of which is
metal coating industry resulted from water rinse containing hundreds of ppm of chromate
acid. It comes into sight that there is awareness from the society towards the increasing
pollution and residue discharging which is very harmful to the livelihood, with the
intention that the solid residues containing high concentrate of heavy metal must be above
ecosystem friendly level. One of the methods used is sand filtration. Sand filtration is a
process of separating unused chemical element using sands as filtering media. This
research is focused on the separation of Chromium (VI) on industrial liquid residues using
sand filtration. Variation of sands used are 20grams, 40grams, 60grams and 80grams with
concentration of 20ppm, 40ppm, 60ppm and 80ppm. A number of sand variations can
absorb kromium (VI) in a great amount, however each sand variation has different
capability in absorbing the Chromium (VI). The greater of sand mass used, the greater
Chromium (VI) would be absorbed, since the increase of the sand mass would result in the
increase of its surface width which would result in the higher absorbtion level. This
research reveals that the maximum absorbtion percentage occurs on the filtration with
sand mass of 80 grams which can absorb the kromium (VI) up to 86%.
Key words : residue, filtration, sand.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu industri yang paling
banyak menimbulkan masalah limbah
berbahaya adalah industri pelapis logam,
karena air bilasannya mengandung
ratusan ppm asam kromat. Standar
limbah Cr (VI) pada industri pelapis
krom yang diijinkan adalah 0,3 ppm
dengan kisaran pH 6,0-9,0 (Potter,dkk,
1994). Keberadaan logam berat di
lingkungan menjadi perhatian utama
karena mengandung racun bagi berbagai
bentuk
kehidupan.
Berdasarkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
logam-logam yang dapat membahayakan
adalah Alumunium, Mangan, Besi,
Kobalt,
Nikel,
Tembaga,
Seng,
Kadmium,
Merkuri,
Timah
dan
Kromium.
Kromium
merupakan
elemen
berbahaya dipermukaan bumi dan
dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr
(II) sampai Cr (VI). Kromium enam
valensi merupakan salah satu material
organik pengoksidasi tinggi.
Melihat dampak negatif yang
ditimbulkan oleh industri pelapis krom
tersebut, maka limbah yang mengandung
logam kromium dengan konsentrasi
tinggi sebelum dibuang ke lingkungan
harus diolah terlebih dahulu sehingga
kandungan
logamnya
memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Metode
umum yang biasa digunakan untuk
menghilangkan logam-logam berat dari
limbah meliputi Pengendapan kimia,
Ekstraksi pelarut, Dialysis, Osmosis
bolak-balik, Pertukaran ion, Penyerapan
dan Filtrasi.
Filtrasi merupakan alternatif yang
digunakan untuk menghilangkan logam
berat kromium. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan pasir sebagai
media filtrasi. Menurut penelitian
Setianingsih (2001) menunjukkan bahwa
penggunaan pasir laut tanpa aktivasi
memberikan nilai adsorbsi lebih tinggi
dibandingkan pasir sungai, bentoit dan
zeolit. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian dari Septayanti (2004) bahwa
adsorbsi Cr (VI) dengan konsentrasi 300
ppm pada pH 4 dan pasir laut yang
diaktivasi memberi nilai adsorbsi 36,83
mg/g. Sedangkan penggunaan zeolit
terfosfatasi yang dilakukan oleh Suraya
(2003) pada kondisi yang sama
memberikan nilai adsorbsi 22,15 mg/l.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada maka
permasalahan yang dikaji adalah:
- Bagaimana pengaruh penggunaan
pasir filtrasi dalam menyisihkan
kromium dalam limbah cair industri ?
- Bagaimana pengaruh massa pasir dan
konsentrasi pada penyisihan kromium
dalam limbah cair industri ?
Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah maka dapat
dibatasi sebagai berikut:
- Penelitian dilakukan pada skala
laboratorium
- Pasir laut dari Malang
- Limbah sintetik
- Pengaruh konsentrasi dan massa pasir
- Alat filtrasi berupa kolom
Tujuan Penelitian
Menentukan derajat penyisihan
kromium pada limbah cair dengan
memvariasikan konsentrasi larutan dan
massa pasir.
Manfaat Penelitian
Menambah
pengetahuan
dan
memberikan informasi bahwa penyisihan
kromium dengan filtrasi pasir merupakan
salah satu alternatif yang efektif.
Landasan Teori
Pasir Laut
Pasir laut merupakan batuan sedimen
yang umumnya disusun oleh mineral
kuarsa, berbutir halus hingga kasar. Pasir
kuarsa terdapat sebagai endapan sedimen,
berasal dari rombakan batuan yang
mengandung silikon dioksida (KuarsaSiO2) seperti granit, reolit dan
granodiorit.
Endapan pasir kuarsa di alam
tidak pernah didapat dalam keadaan
murni. Butir kuarsa di alam umumnya
terdapat tercampur dengan lempung
feldspar
(KAlSi3O8),
Ilmenit
(FeO.TiO2), Magnetik (Fe3O4), Limonit
[FeO(OH)nH2O], Pirit (FeS2), Mika
(Gabungan mineral), Zircon (ZrSiO4),
Biotit
[K(MgFe3(AlSiO3O10)(OH)2],
Hornblende
[Ca2Na(MgFe)4Al(OH)2(AlSi7O22)]
dan zat-zat organik hasil pelapukan sisa
hewan
dan
tumbuh-tumbuhan
(Sukandarrumidi, 1999).
Pasir yang berukuran kasar
mempunyai luas permukaan spesifik
yang rendah dan tidak menunjukkan
sifat-sifat koloidal. Meskipun tidak begitu
aktif dalam reaksi kimia pasir terlibat
dalam sejumlah reaksi dan menunjukkan
suatu fenomena serapan (Kusumoyudo,
1986). Masing-masing tipe pasir dapat
dijumpai dalam bentuk α dan β. Bentuk α
adalah jenis kuarsa pada temperatur
rendah, sedangkan modifikasi β adalah
bentuk kuarsa pada temperatur tinggi.
Transformasi tersebut yang disebut
konversi α ke β, biasanya terjadi secara
seketika dan reversibel dan disertai oleh
perubahan struktur (Tan, 1998).
Kuarsa
memiliki
ukuran
kekerasan 7 pada skala mohs, berat jenis
untuk kuarsa α pada temperatur 25 OC
sebesar 2,648 g/cm3 sedangkan kuarsa β
pada temperatur 575 OC sebesar 2,533
g/cm3. Kuarsa tidak mudah terbakar,
meleleh pada temperatur 1713 OC dan
tidak dapat larut dalam asam kecuali
asam fluoride (Frye, 1981).
Pasir Filtrasi (Sand Filtration)
Filtrasi pasir merupakan proses
pemisahan zat-zat atau senyawasenyawakimia yang tidak dibutuhkan
dengan menggunakan pasir sebagai
media penyaring. Filtrasi merupakan
suatu proses untuk mendapatkan suatu
bahan dengan tingkat kemurnian tinggi.
Penyaringan pasir dapat digunakan untuk
pengangkatan zat-zat padat dari sisa-sisa
industri yang mengandung koloid
(Mahida, 1992).
Aerasi
dan
filtrasi
dapat
mengatasi kekeruhan serta menurunkan
kandungan kation yang larut (Kusnaedi,
1995). Filtrasi merupakan pemisahan
partikel zat padat dari fluida dengan jalan
melewatkan fluida itu melalui media
penyaring (Septum) dimana zat padat itu
tertahan (Werren, 1985).
Air keruh atau kotor yang berasal
dari danau atau sungai dapat diproses
menjadi air jernih dan siap untuk
dikonsumsi setelah melalui saringan pasir
(Widarto,
1996).
Pengolahan
air
menggunakan penyaring pasir karena
pasir murah, mudah didapat, mudah
dioperasikan, dapat dikelola secara
berkelanjutan dan dapat menghasilkan air
yang sehat (Tersiawan, 1995).
Ciri khas filter adalah medianya,
karena filter memiliki ruang antar butir
(porositas) yang berfungsi sebagai ruang
sedimentasi. Secara umum proses yang
terjadi pada wadah saringan pasir adalah
pemisahan
fisika,
pengendapan,
penyerapan, oksida (Bio-Chemical) dan
aktivitas bakteriologis. Media filtrasi
yang digunakan
yaitu pasir kuarsa
dengan diameter 0,45 mm. Kecepatan alir
proses filtrasi untuk melewati pori pasir
yang baik adalah 0,03-0,1 mm/detik,
dengan angka kekeruhan sekitar 50 NTU
(Tersiawan, 1995).
Kromium
Kromium berasal dari bahasa
Yunani ( Chroma) yang berarti warna.
Kromium dengan lambang unsur kimia
Cr merupakan logam berat dengan no
atom (NA) 24 dan mempunyai berat atom
(BA) 51,996 (Palar, 1994). Jumlah
adsorbsi kromium dipengaruhi oleh pH,
sebab pH menentukan derajat disosiasi
kromium. Selain itu pH larutan juga
dapat mempengaruhi muatan permukaan
adsorben
sehingga
mengubah
kemampuan untuk menyerap senyawa
berbentuk ion. pH dari limbah keluaran
industri krom berkisar antara 0,5-4,5
(Svehla, 1999).
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Tetap
- Jenis Pasir, kecepatan alir, dan pH 3
Variabel Berubah
- Kosentrasi larutan 20, 40, 60 dan 80
ppm
- Massa pasir 20, 40, 60 dan 80 gram
Parameter yang Diukur
Dalam penelitian ini parameter
yang dikur adalah untuk mengetahui
kromium sisa yang tidak tersaring oleh
pasir filtrasi.
Alat-Alat yang Digunakan
- Kolom filtrasi
- pH meter
- spektrofotometer
Bahan-Bahan Yang Digunakan
- Pasir laut
- K2Cr2O7
- H2SO4 pekat
- Difenilkarbazida
- Aseton
Metodologi Penelitian
Metodologi
penelitian
yang
digunakan adalah metode percobaan di
Laboratorium berupa filtrasi Cr (VI) oleh
filtrasi
pasir
dan
menggunakan
spektrofotometer sebagai alat analisa.
Tahap-tahap Penelitian
Tahap I : Penyiapan pasir filtrasi
Tahap II : Pembuatan preparasi larutan :
• Larutan stok I 1000 ppm
• Larutan stok II 10 ppm
• Larutan berbagai konsentrasi
Tahap III : Penentuan kromium secara
spektrofotometer
• Penentuan
panjang
gelombang
maksimum
• Pembuatan kurva baku
Tahap IV : Proses filtrasi
Tahap V : Analisa sampel
Tahap VI : Analisa data
Gambar 1. Diagram Alir Filtrasi
HASIL
Tabel 1. Data Pengaruh Massa Pasir Terhadap Absorbansi Cr (VI) Sisa
Cr (VI)
Awal
Massa
Pasir
(gram
I
II
III
Rerata
I
II
III
Jumlah
20
20
40
60
80
0.24
0.22
0.20
0.18
0.21
0.20
0.18
0.16
0.27
0.21
0.20
0.14
0.24
0.21
0.19
0.16
12.35
12.99
13.63
14.26
13.31
13.63
14.26
14.90
11.38
13.31
13.63
15.54
40
20
40
60
80
0.38
0.35
0.30
0.20
0.36
0.31
0.29
0.21
0.376
0.330
0.320
0.190
0.376
0.330
0.303
0.200
27.57
28.84
30.44
33.63
27.89
30.12
30.76
33.31
28.53
29.48
29.80
33.94
60
20
40
60
80
0.87
0.70
0.47
0.28
0.84
0.78
0.45
0.32
0.79
0.76
0.51
0.35
0.833
0.746
0.476
0.316
32.27
37.69
45.02
51.08
33.23
35.14
45.66
49.80
34.82
35.78
43.75
48.84
80
20
40
60
80
1.10
0.99
0.73
0.33
0.99
0.97
0.75
0.35
0.98
0.76
0.76
0.34
1.023
0.906
0.746
0.340
44.94
48.45
56.73
69.48
48.45
49.08
56.10
68.84
48.77
55.78
55.78
69.16
37.04
39.93
41.52
44.71
163.20
83.97
88.44
90.99
100.89
364.29
100.32
108.60
134.43
149.73
493.08
142.17
153.31
168.61
207.48
671.57
Absorbansi
Cr (VI) Sisa (ppm)
Cr (VI)
Sisa
Rerata
(ppm)
12.35±
13.31±
13.84±
14.90±
27.99±
29.48±
30.33±
33.63±
33.44±
36.20±
44.81±
49.91±
47.39±
51.10±
56.20±
69.16±
Tabel 2. Data Pengaruh Massa Pasir Terhadap % Cr (VI) teradsorbsi
Absorbansi
% Cr (VI) Teradsorbsi
Cr (VI)
Awal
Massa Pasir
(gram
Cr (VI) Sisa
Rerata (ppm)
20
20
40
60
80
I
0.24
0.22
0.20
0.18
II
0.21
0.20
0.18
0.16
III
0.27
0.21
0.20
0.14
Rerata
0.24
0.21
0.19
0.16
I
61.75
64.95
68.15
71.30
II
66.55
68.15
71.30
74.50
III
56.95
66.55
68.15
77.70
Jumlah
185.25
199.65
207.60
223.50
61.75±
66.55±
69.20±
74.50±
40
20
40
60
80
0.38
0.35
0.30
0.20
0.36
0.31
0.29
0.21
0.376
0330
0.320
0.190
0.376
0.330
0.303
0.200
68.93
72.10
76.10
84.07
69.73
75.30
76.90
83.28
71.33
73.70
74.50
84.85
816
209.94
221.10
227.49
252.24
69.98±
73.70±
75.83±
84,08±
60
20
40
60
80
0.87
0.70
0.47
0.28
0.84
0.78
0.45
0.32
0.79
0.76
0.51
0.35
0.833
0.746
0.476
0.316
53.78
62.80
75.03
85.13
55.38
58.57
76.10
83.00
58.05
59.63
72.90
81.40
910.77
167.21
181.00
224.03
249.54
55.73±
60.33±
74.68±
83.18±
80
20
40
60
80
1.10
0.99
0.73
0.33
0.99
0.97
0.75
0.35
0.98
0.76
0.76
0.34
1.023
0.906
0.746
0.340
56.18
60.56
70.91
86.85
60.56
61.35
70.13
86.05
60.96
69.73
69.73
86.45
821.78
177.7
191.64
210.75
259.35
59.23±
63.88±
70.25±
86.45±
839.44
PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Pada Pasir Laut
Secara umum proses adsorbsi dapat
diartikan sebagai proses pemisahan
dimana komponen tertentu dari fluida
berpindah ke zat yang menyerap, atau
dikatakan bahwa adsorbsi adalah
kecenderungan molekul atau ion larutan
dapat memperbanyak luas permukaan
sehingga jumlah Cr (VI) sisa semakin
besar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variasi massa pasir laut sebagai
media filtrasi pada logam Cr (VI)
memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap penyisihan Cr (VI).
20 ppm
40 ppm
60 ppm
80 ppm
Linear (20 ppm)
Linear (40 ppm)
Linear (60 ppm)
Linear (80 ppm)
80
Konsentrasi Cr (VI) Sisa (ppm)
untuk berkumpul pada permukaan suatu
zat padat. Zat yang diserap disebut fase
terserap (adsorbat) sedangkan zat
penyerap disebut adsorben yang biasanya
bahan-bahan yang berpori (Werren,
1985).
Pada penelitian ini mengkaji
penggunaan pasir laut sebagai media
filtrasi dalam penyisihan Cr (VI). Dalam
adsorbsi adsorben adalah zat yang
mempunyai sifat mengikat molekul pada
permukaan dan sifat ini menonjol pada
padatan berpori. Pasir laut yang akan
digunakan dicuci dan diovenkan selama 5
jam.
Pencucian
bertujuan
agar
mendapatkan pasir yang bersih dan bebas
dari pengotornya. Sedangkan pemanasan
bertujuan untuk menghilangkan molekulmolekul air yang terdapat pada pasir dan
dapat membuka pori-pori agar pori-pori
menjadi terbuka. Proses ini dilakukan
untuk mendapatkan pasir yang memiliki
luas permukaan yang besar.
Menurut Oscik and Cooper (1982),
efisiensi adsorbsi merupakan fungsi luas
permukaan adsorben yang digunakan.
Semakin besar luas permukaan media
maka makin besar pula kapasitas suatu
media dalam mengabsorpsi suatu
adsorbat.
Pengaruh Variasi Massa Pasir Laut
Terhadap Adsorbsi Cr (VI) Pada
Berbagai Konsentrasi.
Pasir laut dapat digunakan sebagai
media filtrasi untuk menyisihkan logam
Cr (VI) pada limbah cair industri maupun
limbah cair domestik. Variasi massa pasir
terhadap pengukuran Cr (VI) sisa
dilakukan dengan variasi pasir 20 gram,
40 gram, 60 gram dan 80 gram
sedangkan variasi konsentrasi larutan Cr
(VI) yang difiltrasi adalan 20 ppm, 40
ppm, 60 ppm dan 80 ppm. Jumlah
adsorbat sisa merupakan jumlah Cr (VI)
sisa yang tidak teradsorbsi oleh pasir laut
yang dinyatakan dengan (ppm).
Gambar 2 menunjukkan bahwa
penambahan
massa
pasir
dapat
meningkatkan Cr (VI) sisa. Hal ini
terlihat karena penambahan massa pasir
70
60
50
y = 0,0409x + 11,555
R2 = 0,9857
y = 0,0889x + 25,915
R2 = 0,9241
40
30
y = 0,2901x + 26,585
R2 = 0,967
y = 0,3743x + 38,36
R2 = 0,9718
20
10
0
0
20
40
60
80
100
Massa Pasir (grm)
Gambar 2. Hubungan Massa Pasir
Terhadap Konsentrasi Cr (VI) Sisa
Gambar 2 juga menunjukkan bahwa
variasi konsentrasi dapat memberikan
nilai yang berbeda meskipun filtrasi pada
jumlah massa pasir yang sama. Pada
massa pasir yang sama yaitu 20 gram
dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60
ppm dan 80 ppm menunjukkan bahwa Cr
(VI) sisa terlihat naik pada konsentrasi
yang semakin besar. Hal ini juga terjadi
pada massa pasir 40 gram, 60 gram dan
80 gram.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa dengan konsentrasi Cr (VI) yang
semakin besar maka kerapatan ruang
akan bertambah sehingga jarak antara
partikel semakin dekat dan gaya tolakmenolak antar kation akan semakin besar.
Gaya tolak-menolak ini menyebabkan
ikatan antara ion logam Cr (VI) dengan
permukaan pasir kurang kuat sehingga
akan mudah terlepas kembali. Sebagai
akibatnya Cr (VI) yang telah teradsorbsi
oleh pasir akan mengalami desorpsi atau
proses pelepasan adsorbat oleh adsorben
yang terjadi pada permukaan adsorben
menuju ke fase ruah. Selain terjadi gaya
tolak-menolak antar kation, terjadi juga
persaingan antara kation untuk berikatan
dengan pasir. Keadaan ini memiliki
kecenderungan
untuk
memperbesar
tertutupnya permukaan pasir. Akibatnya
Cr (VI) akan lepas dan persaingan antara
kation-kation untuk berikatan dengan
pasir menjadi lemah karena luas
permukaan pasir tertutup dengan kationkation dari Cr (VI) yang berkonsentrasi
tinggi (Setiawan, 2005).
Pengaruh Massa Pasir Laut Terhadap
% Cr (VI) Teradsorbsi
Persentase adsorbsi merupakan
jumlah adsorbat yang teradsorbsi oleh
adsorben yang dinyatakan dengan (%).
Untuk mengetahui persentase Cr (VI)
maksimum setiap penambahan massa
pasir dilakukan uji adsorbsi pada variasi
konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan
80 ppm dengan variasi massa pasir 20
gram, 40 gram, 60 gram dan 80 gram.
20 ppm
40 ppm
60 ppm
80 ppm
Linear (20
Linear (40
Linear (60
Linear (80
100
90
% Cr (VI) Teradsorbsi
80
70
ppm)
ppm)
ppm)
ppm)
y = 0,2045x + 57,775
R2 = 0,9857
y = 0,2222x + 64,79
R2 = 0,9241
60
50
40
y = 0,4837x + 44,29
R2 = 0,9666
y = 0,44x + 47,955
R2 = 0,9134
30
20
10
0
0
20
40
60
80
100
Massa Pasir (grm)
Gambar 3. Hubungan Massa Pasir
Terhadap % Cr (VI) Teradsorbsi
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa semakin banyak massa pasir yang
digunakan untuk mengadsorbsi Cr (VI),
maka persentase Cr (VI) teradsorbsi akan
semakin besar pula. Adsorbsi dengan
permukaan yang luas akan memperbesar
daya adsorbsi suatu adsorben. Semakin
banyak massa pasir yang ditambahkan
maka luas permukaan akan bertambah
besar dan dapat menambah jumlah
rongga pori yang tersedia untuk adsorbsi,
sehingga dengan penambahan pasir laut
dalam
fase
ruah
larutan
akan
meningkatkan jumlah Cr (VI) yang
teradsorbsi tiap gram adsorben pasir laut.
Fenomena di atas menyebabkan
potensial
kimia
pada
permukaan
adsorben menjadi lebih besar dari pada
potensial kimia pada permukaan fase
ruah, sehingga daya tarik antara pasir laut
dengan Cr (VI) semakin besar. Hal ini
dikarenakan semakin banyak permukaan
kosong yang nantinya akan diisi adsorbat.
Adsorbsi akan mencapai maksimum
apabila terjadi kesetimbangan antara
potensial kimia fase ruah dan potensial
kimia pada permukaan (Oscik, 1982).
Dari gambar 3 menunjukkan terjadinya
kenaikkan persentase teradsorbsi dengan
bertambahnya massa pasir pada setiap
konsentrasi.
Hal ini ditandai dengan semakin
meningkatnya % Cr (VI) yang teradsorbsi
pada variasi massa pasir. Pada gambar 3
menunjukkan bahwa pada massa pasir 80
gram, % Cr (VI) teradsopbsi oleh pasir
maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa
pada massa pasir 80 gram merupakan
massa optimum yang dimiliki pasir
sangat
besar
sehingga
mampu
mengadsorbsi larutan Cr (VI) pada setiap
konsentrasi secara maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan
judul: Penyisihan Kromium Pada Limbah
Cair Terhadap Pengaruh Konsentrasi
Dan Massa Pasir Menggunakan Unggun
Filtrasi Pasir dapat disimpulkan bahwa :
1) Filtrasi
pasir
sangat
efektif
menghilangkan kromium (VI) pada
limbah cair
2) Persentase Adsorbsi maksimum
terjadi pada filtrasi dengan massa
pasir
sebesar 80 gram yang dapat
mengadsorbsi larutan Cr (VI) sampai 86
%.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 1992. Kimia Unsur Dan
Radioaktif. PT. Citra Adiya
Bakti:Bandung
Cotton, F.A. dan Wikinson. 1889. Kimia
Anorganik
Dasar.
Penerbit
Universitas Indonesia UI-Press:
Jakarta
Day, R.A dan Underwood, A.L.1986.
Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
ke-5. Erlangga: Jakarta
Freeman. 1989. Standart Hendbook Of
Hazardous Waster Treatment And
Disposal. M. Graw hill co. New
york
Frey, K.1981. The Encyclopedia Of
Mineralogy. Hut Chinson Ross
Publishing
Compani.
Stroundburg
Pensilvania.
Volume IV B, PP.673-674.
Kusnaedi. 1995. Pengolahan Air Gambut
Dan Air Kotor Untuk Air Minum.
Penerbit Swalayan: Jakarta
Kusumayudo, B.,dan Wasita. 1986.
Mineralogi Dasar. Penerbit Bina
Cipta: Bandung hal 105
Mahan, M dan Myers, J.Rollie. 1987.
University
Chemistry.
Fourth
Edition Cummings
Publishing
Company Inc. New York. pp 834835.
Mahida, U.N. 1992. Pencemaran Air Dan
Pemanfaatan Limbah Industri.
Penerbit Rajawali Press: Jakarta.
Oscik.J, and Cooper, L. L. 1982.
Adsorption. Ellis Horwood Limited
John Wiley And Sons. New York.
Palar, H. 2004. Pencemaran Dan
Toksikologi Logam Berat. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta
Putjianto, W.1984. Analisa Kwalitas Air.
Penerbit Bina Indra Karya: Surabaya
Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian
Industri.
UGM-Gajamada
University Press: Yogyakarta
Svehla. 1999. Vogel Analisis Anorganik
Kualitatif Makro Dan Semi Makro.
Edisi ke-5. Penerbit PT. Kulman
Media Pustaka: Jakarta
Tan, 1998. Physical Chemistri, 3rd Ed.
Wesley
Publishing
Company
University Of Maryland: Canada
Tersiawan, M. 1995. Pengolahan Air
Bersih Dengan Saringan Pasir. PT.
Balai Pustaka (Persero): Jakarta
Werren, Mc. Cabe, Julian C. Smith dan
Harriot, P. 1985. Operasi Teknik
Kimia. Jilid 2 Edisi ke-4 Penerbit
Erlangga: Jakarta
Widarto, T. 1996. Membuat Alat
Penjernih Air. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta
Download