JURNAL SOSIAL NUSANTARA (JSN) Volume 1 No.1 Januari 2017 ISSN-p 2549-466X ISSN-e 2549-4767 Email: [email protected] Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/ RESPON MASYARAKAT TERHADAP PENGARUSUTAMAAN HAK ANAK (PUHA) DI DESA TULO KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH Ilmawati Djafara dan Ritha Safithri FISIP Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon orangtua terhadap pengarusutamaan hak anak yang disering disebut PUHA. Sebanyak 10 orang orangtua dengan anak yang memenuhi kriteria penelitian direkrut menjadi responden dengan menggunakan teknik porposive sampling dari 4 dusun yang ada di Desa Tulo Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden belu memiliki pengetahuan apa yang dimaksud dengan hak – hak anak dan bagaimana dengan pengarusutamaan hak – hak anak. Pemahaman tentang bagaimana kedudukan anak dalam keluargadipahami melalui kebiasaan turun temurunyang diajarkan oleh orang tuamereka dan para pendahulunya. Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua di desa Tulo Kecamatan Dolo memiliki respon positif tentang pendidikan seks bagi remaja. Dari hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa orangtua mendukung pengarusutamaan hak – hak Anak (PUHA). Kata kunci: pengarusutamaan hak anak Abstract This research is a descriptive research that aims to identify the parental response to mainstreaming of the right of children which is called PUHA disering. A total of 10 parents with children who meet the criteria of the study were recruited to respondents using the technique of sampling from four hamlets in the village of Tulo Dolo District Sigi District. From the results of the study note that the majority of respondents have a knowledge of what is meant by the rights of children and how to mainstream the rights of children. An understanding of how the position of the child in the family is understood through the hereditary practices taught by their parents and their predecessors. The overall results of the study indicate that parents in the village of Tulo Kecamatan Dolo have a positive response about sex education for adolescents. From the results of this study can be interpreted that parents support the mainstreaming of the rights of the Child (PUHA). Keywords: mainstreaming of children's rights 13 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 A. Pendahuluan produktif dan tidak kreatif, sedangkan Latar Belakang jumlah mereka lebih dari sepertiga Berdasarkan Konvensi Hak-Hak penduduk Indonesia. Anak yang disetujui oleh Majelis Umum pakaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada menjadikan tanggal persemaian 20 November 1989 dan saja Makanan belum anak SDM sebagai yang media berkualitas, kreatif, Bab (1) Pasal (1), yang dimaksud dengan memiliki jiwa nasionalisme dan pekerti anak adalah setiap orang yang berusia di luhur. Perlu adanya kesadaran yang bawah 18 tahun. Undang-Undang nomor tinggi dan kemauan politik yang kuat 35 Tahun 2014 tentng perubhn 23 tahun untuk menciptakan lingkungan yang 2002 tentang Perlindungan Anak dalam peduli Pasal (1) Ayat (1) juga menyebutkan kepentingan dan kebutuhan anak. dan saing untuk diratifikasi Indonesia pada tahun 1990 bahwa anak adalah seseorang yang berdaya cukup dan responsif tinggi yang terhadap Terdapat kesenjangan yang lebar belum berusia 18 tahun, termasuk anak antara kondisi anak-anak Indonesia saat yang masih dalam kandungan. ini dengan kondisi yang seharusnya Anak merupakan potensi yang sudah kita capai dalam rentang waktu 63 sangat penting, generasi penerus masa tahun kemerdekaan bangsa ini. Setiap depan bangsa, penentu kualitas sumber kali kita menelaah masalah sosial anak daya manusia (SDM) Indonesia yang selalu akan menjadi pilar utama pembangunan mendalam, seperti banyak anak-anak nasional, sehingga perlu ditingkatkan yang terpaksa menanggung resiko akibat kualitasnya dari kelalaian atau ketidakmampuan dan mendapatkan timbul dalam yang perlindungan secara sungguh-sungguh orang dari semua elemen masyarakat. Sumber mereka, kebijakan pemerintah dalam Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merencanakan pembangunan yang tidak tidak dapat lahir secara alamiah, bila peduli anak. anak dibiarkan tumbuh dan berkembang dewasa keprihatinan melindungi Perwujudan anak-anak sebagai tanpa perlindungan, maka mereka akan generasi menjadi beban pembangunan karena muda yang berkualitas, berimplikasi pada perlunya pemberian akan menjadi generasi yang lemah, tidak perlindungan khusus terhadap anakanak 14 Jurnal Sosial Nusantara Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. dan hak-hak yang dimilikinya sehingga pendidikan, perlindungan anak dan anak-anak bebas berinteraksi dalam penanggulangan HIV/AIDS. kehidupan di lingkungan masyarakat. Salah satu aspek penting untuk Sesuai dengan isi UU No 35 Tahun 2014 melihat kualitas anak adalah dari sisi perubahan atas undang- undang nomor 23 Tahun 2002 Pasal 4 pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas tentang Pendidikan Perlindungan Anak, bahwa setiap anak tahun yang berstatus sekolah sebesar berkembang, dan berpartisipasi secara sesuai dengan harkat 92,3 persen. Meskipun persentase anak dan usia sekolah yang masih bersekolah martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan cukup tinggi, namun kualitas dari anak dan tersebut juga harus ditingkatkan demi diskriminasi. Undang-undang tersebut terciptanya sumber daya manusia yang merupakan bentuk dari hasil ratifikasi berkualitas bagi bangsa dan negara di Convention on the Rights of the Child (CRC). Konvensi ini masa mendatang. Hal ini dikarenakan merupakan masih adanya permasalahan terbatasnya instrumen Internasional di bidang Hak akses pendidikan berkualitas bagi anak, Asasi Manusia dengan cakupan hak yang terutama bagi anak keluarga miskin dan paling komprehensif. CRC terdiri dari 54 di masyarakat terpencil. Dampaknya pasal yang hingga saat ini dikenal dapat sebagai satu-satunya konvensi di bidang hukum, dan politik maupun hak-hak ekonomi, semakin eksploitasi (termasuk trafficking), dan diskriminasi terhadap sosial dan budaya. Berbagai kebijakan anak. Dilihat dari sisi kesehatan, angka untuk anak juga telah dibuat oleh kematian bayi (AKB) pada tahun 2015 pemerintah diantaranya adalah Program sebesar 16 kematian bayi per 1.000 Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) mencakup dari jumlah anak yang bermasalah dengan anak yang mencakup baik hak-hak sipil didalamnya terlihat meningkatnya kasus-kasus kekerasan, Hak Asasi Manusia khususnya bagi anak- yang Kebudayaan menunjukkan bahwa anak usia 5-17 berhak untuk dapat hidup, tumbuh, wajar dan kelahiran empat hidup. Angka tersebut dibawah dari target MDGs (23 kematian program besar yaitu bidang kesehatan, bayi per 1.000 kelahiran hidup) yang ingin 15 Jurnal Sosial Nusantara dicapai pada tahun 2015. Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 Sementara pada tahun yang sama, Angka lingkungan yang ramah dan aman bagi Kematian Balita adalah sebesar anak. Di samping itu, perlindungan per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target khusus anak dari berbagai MDGs pada tahun 2015 adalah 32 kekerasan, kematian balita per 1.000 kelahiran eksploitasi, hidup. Indikator lainnya adalah status penanganannya masih belum optimal. gizi anak, berdasarkan hasil Riset Hal ini antara lain terlihat dari jumlah Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, anak yang memerlukan perlindungan prevalensi Balita Kurang Gizi (BKG) pada khusus adalah 7 persen termasuk anak tahun 2010 adalah sebesar 17,9 persen berkebutuhan khusus dan pekerja anak. yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk Pekerja anak yang masih tinggi berkisar dan 13 persen gizi kurang. 1,73 persen. Data tersebut berdasarkan anak diantaranya perdagangan dan anak, diskriminasi dari Dinas Sosial dan Tenaga kerja. Dalam hubungan secara sosial, masalah tindak adalah Disisi lain belum terpenuhinya diskriminasi, kekerasan, eksploitasi, dan hak sipil anak, dimana anak yang penelantaran memiliki akte kelahiran baru sekitar 27 anak. Hasil Survei Kekerasan Terhadap Perempuan dan persen, Anak (2015) oleh menunjukkan sebesar mempunyai 0,10 persen anak-anak mendapatkan alasan 6 persen tidak melengkapi kekerasan dalam rumah tangga dalam persyaratan kepemilikan akte dan 2 berbagai persennya bentuk. Hal tersebut 65 persen akte lainnya kelahiran tidak tidak dengan mengetahui menunjukkan bahwa keluarga, yang pentingnyan akte bagi anak . Hal ini seharusnya menjadi tempat aman bagi mencerminkan belum terpenuhinya hak anak dan memberikan perlindungan anak terhadap identitasnya dan masih bagi anak justru menjadi tempat anak lemahnya mendapatkan registrasi kelahiran. Tidak dimilikinya tindak kekerasan. system atau Maraknya kasus kekerasan terhadap akta anak, baik di lingkungan keluarga atau ketidakjelasan identitas anak, yang akan lingkungan umum menunjukkan masih membawa sejumlah implikasi seperti minimnya perlindungan terhadap anak. diskriminasi, Hal ini menunjukkan pula masih jauhnya terhadap pelayanan dasar pendidikan 16 Jurnal Sosial Nusantara kelahiran pendataan tidak menyebabkan memiliki akses Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. dan kesehatan, rawan menjadi korban Perlindungan perdagangan manusia, mudah dijadikan Pendidikan, pekerja anak, rawan menjadi korban Tenaga kejahatan seksual, dan lain-lain. Kepolisian, Pengadilan Negeri, Lembaga umum: berlaku untuk semuanya, utuh: dari KHA adalah adanya hak asasi yang tidak boleh dirampas oleh orang lain dimiliki anak dan ada tanggung jawab atau diberikan meskipun secara sukarela Negara-Pemerintah-Masyarakat-dan dan setara: berlaku sama tidak ada Orangtua untuk kepentingan terbaik tingkatan hak yang lebih tinggi. Majelis bagi anak agar meningkatnya efektivitas perlindungan optimal. Kemudian Umum anak yang November 1989 (pada peringatan 30 tahun Deklarasi Hak-Hak Asasi Anak). mengatur Konvensi ini berlaku pada tanggal 2 tentang Hak dan Kewajiban Anak, serta September 1990 setelah jumlah negara kewajiban dan tanggug jawab negara, yang meratifikasinya mencapai syarat. pemerintah, masyarakat, keluarga, dan Sampai dengan Desember 2008, 193 orangtua. Di samping itu juga diatur asuh, negara terlah meratifikasinya, meliputi perwalian, keseluruhan pengasuhan dan pengangkatan anak, PBB, serta penyelenggaraan perlindungan. berbagai Kementerian/Lembaga terkait, Pemberdayaan Kementerian Perempuan kecuali negara-negara anggota Amerika Serikat dan Somalia. Permasalahan anak telah direspon oleh lain Bangsa-Bangsa untuk penandatangan pada tanggal 20 Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Anak Perserikatan mengadopsi konvensi ini dan terbuka KHA dikuatkan dengan terbitnya Undang antara HAM, asasi manusia, dimana HAM bersifat 25 Agustus 1990 dimana substansi inti kuasa dan bagian yang tak terpisahkan dari hak melalui Keppres 36/1990 pada tanggal tentang Hukum Negeri, Hak anak adalah merupakan meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) Perlindungan Kerja, Dalam di tingkat nasional maupun wilayah. Pada tahun 1990 Indonesia telah secara Agama, Kesehatan, donor dan lembaga kesejahteraan sosial Tinjauan Pustaka penyelenggaraan Anak, Sebagaimana diuraikan dalam Sosial, Child and Family Services Review dan process, ada tiga variabel kesejahteraan. 17 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 Tiga variabel kesejahteraan khusus adalah perlindungan yang dikonseptualisasikan dalam kerangka diberikan kepada anak dalam situasi berikut yaitu: Pertama, kesejahteraan darurat, anak yang berhadapan dengan dalam memiliki hukum, anak dari kelompok minoritas peningkatan kapasitas untuk memenuhi dan terisolasi, anak yang dieksploitasi kebutuhan anak-anak mereka. Konsep secara ekonomi dan/atau seksual, anak ini mencakup pertimbangan kebutuhan yang dan menjadi arti keluarga pelayanan kepada anak-anak, diperdagangkan, korban anak yang penyalahgunaan orangtua, dan orangtua asuh serta narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat keterlibatan anak-anak, remaja, dan adiktif lainnya (napza), anak korban keluarga dalam perencanaan pemecahan penculikan, masalah. Dalam hal ini kunjungan anak pekerja sosial dengan anak-anak dan dan/atau orangtua merupakan hal yang penting, menyandang cacat, dan anak korban karena hasil penelitian pada 52 negara perlakuan salah dan penelantaran. bagian dan teritori telah menemukan secara statistik kegiatan antara dan hasil keselamatan perdagangan, kekerasan mental, baik fisik anak program perlindunaga anak yang dan juga nmeniliki Azas dan Tujuan Perlindungan kunjungan petugas sosial dengan anakanak korban Pelaksanaan hubungan yang kuat dan positif yang signifikan penjualan, dan kesejahteraan anak. Anak. Penyelenggaraan perlindungan anak berazaskan Pancasila dan berlandaskan Undang Undang Dasar Di Indonesia, Perlindungan Anak Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diatur dalam Undang Undang Nomor 23 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Tahun 2002 yaitu segala kegiatan untuk Hak-Hak menjamin dan melindungi anak dan hak- diskriminasi; kepentingan yang terbaik haknya agar dapat hidup, tumbuh, bagi berkembang, dan berpartisipasi, secara kelangsungan optimal sesuai dengan harkat dan perkembangan; martabat kemanusiaan, serta mendapat terhadap pendapat anak. perlindungan dari kekerasan dan Anak anak; meliputi: hak untuk hidup, dan non hidup, dan penghargaan Pengarusutamaan Hak Anak yang diskriminasi. Sedangkan Perlindungan selanjutnya 18 Jurnal Sosial Nusantara disebut PUHA adalah Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. strategi perlindungan anak dengan pengintegrasian hak-hak anak ke dalam mengintegrasikan hak anak ke dalam penyusunan peraturan setiap kegiatan pembangunan yang sejak undangan, kebijakan, program, kegiatan penyusunan perencanaan, dan penganggaran, pelaksanaan, perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, anggaran, mulai dari pemantauan peraturan prinsip kepentingan terbaik bagi anak. kebijakan, dengan program, dan kegiatan menerapkan meningkatkan prinsip pijakan pembangunan maksud Tataran makro adalah perundangan dan menjadikan kebijakan strategis. Perencanaan dalam program jangka pendek, menengah dan sebagai pertimbangan utama dari para keputusan panjang merupakan tataran meso. Pada perencanaan tataran pembangunan di nasional, propinsi dan kabupaten/kota. terinspirasi upaya kembang mengakselerasi Strategi PUHA merupakan salah dengan dilakukan secara rasional dan sistematis tumbuh kembang anak aspek tercermin dan PUHA selalu diawali dengan analisis situasi anak, dilanjutkan yang perlindungan bahwa benar-benar Proses dalam RPJMN 2004-2009. Strategi PUHA mencapai dapat terpadu. satu strategi yang telah dimasukan untuk harus perlindungan dan tumbuh kembang anak strategi anak membuktikan gender dalam semua bidang. sebagai kegiatan- mencapai perlindungan dan tumbuh terwujudnya kesetaraan dan keadilan diartikan mencakup pada anak. PUHA sebagai strategi untuk dari Pengarusutamaan Gender (PUG) yang merupakan mikro kegiatan dan anggaran yang berpihak Istilah pengarusutamaan suatu tataran yakni makro, meso dan mikro. pemenuhan dan perlindungan hak anak pengambil menyusun Strategi PUHA mencakup tiga bagi anak, perlu dikembangkan strategi dengan dalam kebijakan dan program. yang berpihak pada kepentingan terbaik PUHA dengan PUHA dijadikan sebagai batasan dan kepentingan terbaik bagi anak. Dalam upaya evaluasi tahap pemantauan, dan evaluasi dari berbagai perundangan-undangan, dan perundang- perencanaan program, pelaksanaan dan pemantauan, serta dan evaluasi program. Setiap tahapan PUHA melalui 19 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 selalu mempertimbangkan prinsip - mendeskripsikan prinsip hak anak., yaitu :1. Tahap suatu fenomena yang terjadi dilapangan, Analisis Situasi Anak; Tahap analisis melalui kata-kata dalam tulisan dan situasi anak dimaksudkan untuk menilai menjelaskan dengan mendalam studi besaran masalah dan akar masalah dari sosiologi tentang respon masyarakat setiap isu anak berdasarkan situasi terhadap pengaarusutamaan hak anak di terakhir sehingga dapat dikembangkan Desa Tulo Kecamatan Dolo berbagai kebijakan dan program yang dengan tepat sesuai adalah Masyarakat Desa Tulo yang target diwakili oleh orang tua atau kepala pemenuhan hak anak yang disepakati, 2. Tahapan perencanaan; keluarga yang memiliki anak remaja, tahapan yaitu usia 0 sampai 18 tahun. Penentuan perencanaan meliputi penentuan situasi anak yang akan berdasarkan dicapai pada informan dalam penelitian dilakukan (vision) dengan tekhnik purposive yakni memilih kesenjangan orang-orang pemenuhan hak anak hasil analisis situasi anak pada tahap 1, berupa informan kunci, yaitu: Kepala Desa dan Tokoh masyarakat yang ada di Desa Tulo (outcomes) yang perubahan dapat memiliki anak dan ditambahkan dengan pemenuhan hak anak yang meliputi biasanya yang ditentukan sebanyak 10 orang tua yang program pembangunan sebagai upaya tujuan tertentu menjelaskan masalah penelitian ini dan dilanjutkan dengan penentuan prioritas penentuan menjelaskan Unit analisis dalam penelitian ini menjawab kebutuhan pemenuhan hak anak atau Kecamatan Dolo. KAP, keluaran (outputs) yang mendorong Salah satu teknik pengumpulan pencapaian outcomes, kegiatan sebagai data adalah dengan melakukan focus proses masukan gruop diskusi atau diskusi terfokus pada menjadi keluaran yang berkualitas, dan salah satu objek permasalahan. Sebagai diakhir tahap untuk memperoleh masukan, untuk mengubah dengan pengembangan gagasan serta masukan. yang lebih komperhensif menyangkut kepentingan B. Metode Penelitian segenap Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. arahan masyarakat yang berkaitan dengan persoalan KTP, kegiatan FGD Penelitian kualitatif untuk penting 20 Jurnal Sosial Nusantara untuk dilakukan. Dalam Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. penelitian ini, peneliti mengumpulkan pengumpulan data dari berbagai sumber antara lain Sesudah pengumpulan data, kemudian buku-buku yang relevan, informasi dan bergerak di antara data reduksi, data keterangan berupa pendapat, tanggapan, display, dan conclusing drawing dengan serta pandangan yang diperoleh dari menggunakan waktu yang tersisa bagi informan. Sedangkan pengumpulan data penelitian. melalui teknik wawancara. Data yang dapat Hak anak adalah merupakan menunjang bagian yang tak terpisahkan dari hak penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian metode ini kualitatif asasi menggunakan manusia, dimana Hak Asasi Manusia tersebut bersifat umum, yang tujuan berarti berlaku untuk semuanya, utuh mendapatkan data yang rinci dan yang berarti tidak boleh dirampas oleh mendalam Data orang lain atau diberikan kepada orang merupakan kumpulan fakta atau angka lain meskipun secara sukarela dan setara atau dapat yang berarti berlaku sama tidak ada dipercaya kebenarannya sehingga dapat tingkatan hak yang lebih tinggi. Hak-hak dgunakan sebagai dasar untuk menarik anak adalah bagian dari hak asasi suatu kesimpulan (Syofian Siregar 2013 manusia :16). dilindungi, dipenuhi, dan dijamin oleh segala dengan berlangsung. C. Hasil Dan Pembahasan dikumpulkan oleh peneliti merupakan data-data data dari informan. sesuatu yang orang Analisa data yang digunakan Pemberdayaan analisis interaktif (Interactive Model of komponen pengumpul di antara dengan data & Eglantyne Jebb. Lahirnya hak-hak ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk ketiga melindungi dan memperjuangkan masa komponen selama Perempuan oleh seorang tokoh perempuan bernama serta verivikasinya. Dalam bentuk ini peneliti bergerak masyarakat, pertama kali dibentuk pada tahun 1923 yaitu : reduksi data, penyajian data dan tetap keluarga, dimajukan, Perlindungan Anak RI). Hak-hak ini Analisys) yang memiliki tiga komponen kesimpulan tua, wajib pemerintah, dan negara (Kementerian dalam penelitian ini adalah model penarikan yang depan anak. Lebih spesifik, tujuan proses penerapan hak-hak tersebut adalah 21 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 untuk menjamin terpenuhinya hak-hak ini diharuskan untuk melaporkan dan anak tumbuh, hadir di hadapan Komite Hak-Hak Anak berkembang, dan berpartisipasi secara secara berkala untuk mengevaluasi optimal sesuai dengan harkat dan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam martabat kemanusiaan, serta terlindung mengimplementasikan Konvensi ini dan dari kekerasan dan diskriminasi, demi status hak-hak anak dalam negara terwujudnya yang tersebut. Laporan-laporan tiap negara dan beserta pandangan tertulis komite dapat agar berkualitas, dapat anak hidup, Indonesia berakhlak mulia, sejahtera. diakses di situs web komite. Konvensi Hak-Hak Anak Meskipun demikian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Bahasa perkembangannya, ternyata hak – hak Inggris: United Nations Convention on anak ini belum sepenuhnya diketahui the Rights of the Child) adalah sebuah dan dipahami oleh masyarakat, dari hasil konvensi internasional yang mengatur FGD dan wawancara yang dilakukan di hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, lokasi dan kulural anak-anak. Negara-negara tersebut, salah seorang responden yaitu yang meratifikasi konvensi internasional ibu Endang menyatakan: ini terikat untuk menjalankannya sesuai penelitian didapatkan hal anggota- “kami belum pernah mendengar bahwa anak itu punya hak, yang saya tau anak itu adalah tanggung jawab orangtua untuk membesarkan, memberi makan, kasih sekolah, belikan baju, dan lainlain…” anggotanya terdiri dari berbagai negara Kemudian pernyataan berikut dari di seluruh dunia. Setiap tahun, Komite ini ibu Ros, yang menyatakan sebagai memberikan laporan kepada Komite berikut: dengan hukum internasional. Pelaksanaan konvensi ini diawasi oleh Komite Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa Ketiga Majelis Bangsa-Bangsa yang Umum Perserikatan yang juga “yang saya tau, anak itu harus dengar kata orangtua, tidak boleh nakal apalagi ba bantah orang tua, anak itu harus bantu orang tua kerja dirumah dan dikebun…jadi kita jadi orang harus ajar anak supaya jadi anak yang baik, tidak boleh jadi anak yang nakal…” akan mendengar pernyataan ketua Komite Hak-Hak Anak dan mengadopsi resolusi mengenai Hak-Hak Anak. Pemerintah negara yang telah meratifikasi konvensi 22 Jurnal Sosial Nusantara Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. Dari wawancara dengan Kepala harus Desa sebagai informan kunci, didapatkan mempunyai nama serta kewarganegaraan. keterangan bahwa memang di desa Tulo Berkaitan dengan hak sipil anak selama ini belum pernah diadakan ini, peneliti fokus pada kepemilikan akte pelaksanaan sosialisasi tentang Hak – lahir bagi anak dan hak anak untuk Hak Anak ataupun sosialisasi Undang – mengeluarkan pendapat di desa Tulo. Undang nomor 23 tahun 20002 tentang Dari hasil focus group diskusi yang Perlindungan Anak. Padahal diketahui dilaksanakan, bersama bahwa Negara kita sudah berikut pernyataan peserta FGD, salah satunya pernyataan termasuk Negara yang telah melakukan ibu Hadijah: ratifikasi Konvensi Hak – Hak Anak dan “anakku semua dibuatkan akte kelahiran, karena kalo mo maso sekolah SD itu jadi syarat wajib jadi semua anakku diurus semua akte lahirnya” Undang – Undang Perlindungan Anak telah ada sejak tahun 2002 yang lalu bahkan telah diperbaharui pada tahun 2014 yang lalu. Hal ini menunjukkan Demikian bahwa sosialisasi tentang kebijakan pula pernyataan ibu Mastia, sebagai berikut: Keberadaan hak-hak anak di masyarakat melakukan “saya baru tau ini kalo itu akte lahir harus ada karna hak anak, selama ini juga saya dan suami urus akte untuk keperluan anak sekolah, urusnya juga tidak jauh Cuma di kantor camat dekat dari desa kami” pelanggaran hak-hak anak, pemerintah Hal tersebut juga dikuatkan oleh belum seluruhnya diketahui. Kurangnya sosialisasi mengenai hak-hak tersebut membuat masyarakat tanpa disadari sesungguhnya belum juga menyentuh keseluruh Kepala Desa, bahwa masyarakat desa masyarakat. memang selama ini mengurus akte lahir anak atau surat tanda kenal lahir, Kepemilikan akte kelahiran juga merupakan salah satu bukti hanyalah telah untuk keperluan masuk sekolah anak – anak mereka. Setiap anak terpenuhinya hak memiliki identitas berhak sebagai anak. Pasal (9) konvensi PBB untuk diakui kewarganegaraannya oleh suatu bangsa mengenai hak-hak anak menentukan secara bahwa semua anak harus didaftarkan resmi melalui penerbitan dokumen kewarganegaraan, meliputi segera setelah kelahirannya dan juga 23 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 akta kelahiran dan kartu tanda masyarakat desa Tulo. Dari hasil penduduk. Dokumen-dokumen tersebut wawancara yang dilakukan terhadap penting untuk menjamin hak-haknya informan, didapatkan data bahwa tidak mendapatkan pekerjaan semua anak usia dini di desa mengikuti yang layak, pelayanan kesehatan yang sekolah atau pendidikan di sekolah memadai, dan hak sosial politik saat PAUD. pemilihan umum. tersedianya sekolah atau gedung untuk pendidikan, tetangga dan pada umumnya ke desa menjadi anak dahulu, anak pada masa Kotapulu. Demikian pernyataan salah menentukan seorang responden, ibu Multi sebagai pilihan sendiri dan punya pendapat berikut: sendiri. Berikut ini pernyataan salah seporang responden, ibu Nita sebagai “saya mengikutkan anakku untuk masuk sekolah PAUD dan TK di desa Kotapulu, karena di desa kami ini belum ada sekolah PAUD dan TK, memang repot harus antar ke sekolah yang jauh, tapi apa boleh buat, biar saya repot tetap harus antar dan jaga anak yang sekolah di PAUD”. berikut: “Anak sekarang sudah pintar semua bicara dia kalah orang tua, kalo ada dorang punya mau banyak sekali alasannya dorang supaya orang tua ikut maunya, anak-anak sekarang susah sudah mo di paksa ikut maunya orang tua, dorang rasa sudah bisa atur hidup sendiri padahal kita orang tua juga maunya yang baik untuk anak-anak, jadi biar saja dorang ikut maunya kita orang tua kurang ba kasih ingat supaya jangan salah langkah “ Sedangkan untuk perkawinan usia dini, menurut keterangan dari Kepala Desa sudah jarang terjadi, karena anak – anak banyak yang melanjutkan sekolah dan kesadaran masyarakat atas tidak baiknya perkawinan yang terjadi Hak diusia dini mulai meningkat serta aturan Lingkungan yang mengatur usia perkawinan. Hal ini keluarga dan pengasuhan alternatif yang menyebabkan perkawinan usia dini anak, pada sudah jarang terjadi, meskipun ada yang pendidikan anak usia dini (PAUD) dan harus menikah diusia dini karena perkawinan usia dini yang terjadi di beberapa alasan. Masyarakat juga sudah berikutnya, dengan tidak untuk sekolah PAUD, harus ke desa sekarang berbeda dengan masa mereka Berkaitan disebabkan mereka akan mengikutkan anaknya berpendapat bahwa anak – anak zaman kebanyakan ini sekolah PAUD di desa ini. Jadi apabila Berkaitan dengan hak anak untuk sekarang Hal yaitu peneliti hak memfokuskan 24 Jurnal Sosial Nusantara Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. ada yang menerima sosialisasi tentang dalam keadaan apapun berdasarkan pentingnya melakukan perkawinan pada manfaat dan arti penting pendidikan usia yang tepat dn pentingnya mengatur bagi anak dalam korelasinya sebagai usia perkawinan yang dilakukan oleh mahkluk individu dan sosial. lembaga pemerintahan. Deklarasi tentang Hak atas Hak atas kesehatan dasar ini, di Pembangunan (Deny Slamet Pribadi, desa Tulo untuk penolong kelahiran 2007) menyatakan bahwa pendidikan sudah sebagian besar masyarakat yang merupakan prasyarat bagi terciptanya melakukan tenaga pembangunan ekonomi sosial, budaya, kesehatan yang terlatih, meskipun masih dan politik dalam usaha peningkatan ada yang taraf hidup manusia dalam proses dukun pembangunan berdasarkan peran aktif beranak. Angka kematian Bayi dan serta kebebasan. Selanjutnya, Komite kematian Hak persalinan sebagian mengandalkan ibu pada masyarakat pada tenaga melahirkan beberapa Ekonomi, Sosial, dan Budaya tahun terakhir juga sudah menunjukkan menekankan arti penting hak atas penurunan kasus, bahkan tahun 2015 pendidikan sebagai kendaraan utama tidak ada tercatat angka kematian ibu untuk melahirkan. memberdayakan secara (ASI), dari hasil FGD yang dilakukan dari aktif dan total dalam ASI Partisipasi sekolah merupakan kepada bayinya, kecuali memang ibu indikator yang digunakan untuk melihat tersebut tidak memiliki produksi ASI akses masyarakat terhadap pendidikan yang khususnya bagi penduduk usia sekolah. mencukupi, memberikan anak-anak pembangunan komunitas sosialnya. didapatkan data bahwa rata-rata ibu melahirkan dan kemiskinan, sarana untuk berpartisipasi Untuk pemberian Air Susu Ibu yang meningkatkan maka diberikan Di desa Tulo angka partisipasi sekolah pengganti ASI. Hak anak atas cukup baik, hal ini dibuktikan dari rata- pendidikan rata anak mencapai tingkat pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang fundamental pada kategori wajib belajar 9 tahun, sehingga dengan kata lain bahwa sebagian besar keberadaannya tidak dapat dikurangi 25 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 anak – anak di desa Tulo sampai pada membuat masyarakat tanpa disadari jenjang pendidikan lanjutan pertama sesungguhnya atau tingkat Sekolah Menengah Pertama. pelanggaran hak-hak anak. Setiap Lokasi sekolah yang jauh dan sulit anak dijangkau dapat menjadi penghambat kesempatan upaya peningkatan kualitas pengajaran tumbuh, peserta didik. Pembangunan sekolah berpartisipasi secara wajar sesuai diupayakan supaya terletak pada lokasi dengan yang mudah dijangkau, atau tersedia kemanusiaan sarana transportasi yang memadai. perlindungan dari kekerasan dan Kemudahan akses dari dan menuju ke diskriminasi. sekolah dapat menjadi indikator 2. pemerataan fasilitas sarana pendidikan. Respon juga berhak melakukan mendapatkan yang sama untuk berkembang, dan harkat dan martabat serta mendapat masyarakat terhadap Pengarusutamaan Hak Anak yang Karena di desa Tulo tidak terdapat selanjutnya disebut PUHA dirasakan sekolah lanjutan SMP dan SMA, maka hal cukup baik, dimana PUHA adalah ini juga menjadi kendala anak – anak di strategi perlindungan anak dengan desa melanjutkan kejenjang pendidikan mengintegrasikan yang lebih tinggi. hak anak ke dalam setiap kegiatan pembangunan Untuk masalah yang berakitan yang sejak penyusunan dengan hak atas perlindungan khusus di perencanaan, desa Tulo, dari hasil wawancara dan pelaksanaan, Fokus group diskusi yang dilaksanakan, evaluasi dari berbagai peraturan belum didapatkan kasus atau kejadian perundangan-undangan, kebijakan, yang berkaitan dengan hal tersebut. program, pemantauan, dan kegiatan dan dengan menerapkan prinsip kepentingan D. Kesimpulan Dan Saran terbaik bagi anak. Kesimpulan 1. penganggaran, anak Saran Keberadaan hak-hak di masyarakat belum seluruhnya diketahui. Kurangnya sosialisasi ditentukan oleh anak-anak, olehnya mengenai hak-hak tersebut semestinya sejak usia dini, anak- 1. Masa 26 Jurnal Sosial Nusantara depan suatu bangsa Ilmawati Djafara Dan Ritha Safithri – Respon Masyarakat Terhadap …. anak sudah harus diperkenalkan 2005. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. dengan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka harus diperkenalkan perannya Burhan Bungin, 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. dalam proses pembangunan bangsa. Salah satu caranya adalah memberikan informasi Burhan, Merina. (1999). ”Kondisi Lingkungan Bermain Anak di Kotakota Besar Sebagai Dampak Proses Urbanisasi”. Tokyo: Tokyo Institute of Technology dengan mendapatkan yang sesuai dengan usianya, didengarkan dan dilibatkan Burhan Bungin, 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group. dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka. Pemenuhan hak anak seharusnya memberi kesempatan pada anak Christina, A., (2007). Peran sekolah dalam memberikan penngetahuan kesehatan reproduksi remaja pada siswa. Surabaya: Universitas Airlangga. untuk berperan aktif mencapai citacitanya dan berperan memajukan bangsanya. Dagun M. Save. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2. Sosialisasi tentang Hak – Hak Anak dan Sosialisasi Undang – Undang Dadang Sulaeman,1995. Psikologi Remaja. Bandung : Manjar Maju. tentang Perlindungan Anak harus lebih banyak dilakukan dan menjadi tanggung jawab De bersama pemerintah dan masyarakat. Jong.1984. Sosiologi Pendidikan. Yogjakarta : Sangkala Pusat Departemen Kesehatan RI. (2003). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes.RI. DAFTAR PUSTAKA Elizabet B. Hurlock.1993.Psikologi Suatu Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga. Ahmad Abu, 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Alimatul Qibtiyah. 2006. Paradigma Pendidikan Seksualitas. Penerbit Kurnia Kalam Semesta. Faisal Sanapiah, 2009. Format-Format Penelitian Sosial.Jakarta : Rajawali Pers Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. 27 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 Johnson, Victoria, dkk. (2002). Anakanak Membangun Kesadaran Kritis. Jakarta: Read Book. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak. Jakarta : Rhineka Cipta. Lexy. J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.] Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta.Raja Grafindo Persada. Mudyahardjo Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT.Rhineka Cipta. Muladi Wibowo. 2004. Remaja dan Pendidik Sebaya. Surakarta: UNIBA PRES. Sutinah, Bagong Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana. Patilima, Hamid. (2004). Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota – Studi Kasus Di Kelurahan Kwitan, Jakarta Pusat. (Tesis). Jakarta: Kajian Pengembangan Perkotaan, Pascasarjana Universitas Indonesia Sutopo H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sarlito Wirawan Sarwono dan Amisiamsidar. 1986. Peranan Orang Tua dalamPendidikan Seks. Jakarta: Rajawali. 28 Jurnal Sosial Nusantara