ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 ANALISIS MODEL HABBERSTAD PADA PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS AGROINDUSTRI KEDELAIDI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Analysis of Habberstad-Model on Production and Productivity of Soybean Agro-industry in Banyumas Regency, Central Java Oleh: Anny Hartati dan Anisur Rosyad Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto Alamat Korespondensi: Anny Hartati ([email protected].) ABSTRAK Posisi keseimbangan penawaran dan permintaan nasional dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan adanyakekurangan penawaran kedelai di dalam negeri. Tujuan dilakukan penelitian adalah mengetahui produktivitas parsial dan produktivitas total agroindustri berbasis komoditas kedelai dan produk olahannya di Kabupaten Banyumas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada produktivitas parsial: 1) produktivitas tenaga kerja cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja itu sendiri: 2) produktivitas modal cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya volume penjualan dan meningkatnya jumlah modal; 3)produktivitas produksi tidak menunjukkan fluktuasi yang mencolok yang disebabkan oleh peramalan permintaan; 4) perencanaan dan pengendalian produksi yang relatif cermat; 5) produktivitas organisasi cenderung menurun yang disebabkan oleh turunnya volume penjualan; 6) produktivitas penjualan cenderung menurun yang disebabkan oleh luaran bernilai negatif; dan7) produktivitas produk menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi.Sedangkan produktivitas total cenderung menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi. Kata kunci : Habberstad, produksi, produktivitas, agroindustri, kedelai. ABSTRACT The position of the national balance of supply and demand in the last ten years indicates a shortage of soybeans in the domestic supply. The objectives of the research were to determine partial and total productivity of soybean agro-based and processed products in Banyumas. The results showed that the partial productivity: labor productivity tended to decline due to the low productivity of labor itself; capital productivity tended to decrease caused by lower sales volume and theincreasing amount of capital, production productivity showed no striking fluctuations caused by forecasting demand, production planning and control are relatively accurate; organizational productivity tended to decline due to the declining in sales volume, sales productivity tended to decline due to the negativeoutcome, and productivity decreases product waste caused by production costs. The total productivity tended to decrease caused by production costs. Key words: Habberstad, product, productivity, agro-industry, soybean. ketahanan nasional. Pangan terdiri atas PENDAHULUAN Masalah pangan merupakan salah satu komponen yang secara fisiologis amat masalah nasional. Persediaan pangan sangat dibutuhkan bagi metabolisme tubuh yang berkaitan dengan masalah kesejahteraan sehat yang terdiri atas protein, lemak, masyarakat serta kelangsungan hidup bangsa karbohidrat, mineral, dan vitamin. Kedelai Indonesia. Oleh karena itu, pangan memiliki merupakan salah satu sumber bahan pangan peranan yang menghasilkan komponen tersebut. 170 penting dalam meningkatkan ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Kedelai merupakan salah satu sumber terhadap kedelai sebagai bahan baku industri protein nabati dengan kadar protein sekitar makanan (seperti tahu, tempe, tauco, kecap, 39 persen. Hasil olahannya secara umum dan merupakan makanan bergizi tinggi dan tidak pertambahan penduduk dan peningkatan mahal pendapatan, akan menyebabkan kebutuhan serta terjangkau untuk semua makanan ternak) semakin dengan kalangan baik atas, menengah, maupun kedelai bawah, sehingga dapat dikatakan bahwa berkesinambungan. Hal ini juga dialami di kedelai berperan besar dalam peningkatan Kabupaten kesehatan dan gizi masyakarat (Hermana, Kabupaten Banyumas, 2004; 2005). 1985). juga sejalan Banyumas meningkat dan (Disperindagkop Untuk memilih suatu agroindustri yang Posisi keseimbangan penawaran dan akan dikembangkan di suatu wilayah harus permintaan kedelai nasional sepuluh tahun dapat melihat kriteria yang dibutuhkan terakhir menunjukkan bahwa laju kebutuhan agroindustri tersebut dan kondisi wilayah kedelai dalam negeri mencapai 18,24 persen tempat akan dikembangkannya agroindustri. per Menurut tahun, sedangkan produksi hanya Fauzi dan Sutrisno (1998), meningkat dengan laju 9,86 persen per tahun pemilihan agroindustri yang dikembangkan (Departemen Pertanian, 2002). Hal tersebut harus memenuhi kriteria (1) berbasis pada berarti telah terjadi kekurangan penawaran potensi sumber daya lokal; (2) memiliki dengan kedelai dalam negeri. Kekurangan keunggulan perbandingan; (3) memiliki penawaran dalam negeri tersebut dapat peluang pasar ekspor dan domestik yang dipenuhi tinggi; (4) menghasilkan “multiplier effect” impor upaya kedelai pemerintah yang melakukan volumenya bagi usaha ekonomi lain yang dapat meningkat dengan laju 18,15 persen per meningkatan kerja tahun. Meningkatnya kebutuhan konsumsi kesempatan kedelai dalam negeri pertumbuhan disebabkan terus oleh kesempatan berusaha, ekonomi serta dan mendorong wilayah; (5) meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendukung ketahanan pangan nasional; (6) mengkonsumsi kedelai. Hal ini tercermin menghasilkan nilai tambah yang tinggi; (7) dari peningkatan rerata konsumsi dari sekitar didukung kemampuan IPTEK dan SDM 6,5 kg per kapita pada tahun 1995 menjadi untuk menghasilkan produk berdaya saing 11,9 kg per kapita pada tahun 2002 tinggi; dan (8) layak secara ekonomis untuk (Departemen Pertanian, 2002). Kebutuhan dikembangkan. Kriteria urutan pertama dan 171 ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 penting adalah harus memperlihatkan permasalahan yang terjadi pada agroindustri masalah sumber daya lokal yang ada, atau berbasis kedelai tersebut. pengembangan agroindustri harus berbasis Permasalahan sumber daya lokal. agroindustri yang berbasis terjadi kedelai, pada berkaitan Beberapa agroindustri di Kabupaten dengan (1) sumberdaya manusia atau tenaga Banyumas telah memanfaatkan sumber daya kerja, (2) modal, (3) produksi, (4) organisasi lokal berupa kedelai. Selain jumlahnya atau mencukupi, juga kedelai memiliki banyak penjualan, serta (6) produk. Untuk mengatasi manfaat. Produk pengolahan kedelai juga permasalahan ini, maka perlu dilakukan dapat baku analisis produktivitas pada beberapa aspek agroindustri lain, sehingga muncul suatu yaitu (1) produktivitas tenaga kerja, (2) rantai produksi dengan basis komoditas produktivitas kedelai. Namun perkembangan agroindustri produksi, (4) produktivitas organisasi, (5) berbasis kedelai tidak menggembirakan, produktivitas penjualan, (6) produktivitas dikarenakan nilai jual agroindustri berbasis produk, serta (7) produktivitas total. Hasil kedelai yang meliputi kedelai hitam, kedelai penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kuning untuk tahu, tempe, kecap, susu pemerintah daerah Kabupaten Banyumas kedelai, tauco, dan kecambah atau tauge untuk merumuskan arah pengembangan pada tahun 2004 dan pada tahun 2005 tidak agroindustri yang berbasis kedelai sebagai mengalami perubahan yang berarti bahkan informasi untuk mengatasi permasalahan cenderung tetap. Kondisi ini menunjukkan pada kinerja mengembangkan agroindustrinya. dijadikan dan sebagai bahan perkembangan agroindustri manajemen, (5) modal, rendahnya pemasaran (3) atau produktivitas produktivitas dalam berbasis komoditas kedelai rendah, padahal agroindustri berbasis kedelai Kabupaten METODE PENELITIAN Banyumas merupakan agroindustri yang Metode dasar pada penelitian ini adalah cukup potensial. Oleh karena itu, untuk masa survei. Adapun rancangan pengambilan mendatang kebijakan sampel dengan judgemental atau purposive untuk meningkatkan kinerja agroindustri sampling. Menurut Barnett (1991), dalam berbasis kedelai. Agar dapat diciptakan metode ini peneliti melakukan pemilihan kebijakan yang tepat sasaran, perlu diketahui secara sengaja menentukan sampel dianggap perlu diupayakan mewakili. Penggunaan metode purposive 172 ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 sampling ini dimaksudkan agar data yang diperlukan dapat untuk menyusun laporan rugi laba dan untuk dapat Biaya Adm / Umum mengevaluasi produktivitas dapat diperoleh dengan baik serta mencerminkan e. Produktivitas penjualan kondisi mengambil sampel dilakukan dengan (1) agroindustri yang berbasis EAT agroindustri secara keseluruhan. Langkah menentukan Penjualan Bersih Biaya Eksternal Total Biaya Penjualan f. Produktivitas produk kedelai dan produk olahannya berjumlah 8 Laba Kotor Biaya Langsung (delapan) jenis; (2) diambil sampel agroindustri skala usaha kecil, menengah, 2. Produktivitas Total PB PP HPP BA BP TA dan besar. Metode analisis data dilakukan PFT dengan pendekatan model Habberstad baik Keterangan: produktivitas parsial maupun produktivitas PFT = Produktivitas Faktor Total total (Hendraputera, 1986), yaitu: PB = Penjualan Bersih 1. Produktivitas Parsial PP = Perubahan Persediaan a. Produktivitas tenaga kerja HPP = Harga Pokok Penjualan Laba Kotor BA = Biaya Administrasi Biaya Tenaga Kerja BP = Biaya Penjualan TA = Total Aktiva Penjualan Bersih H arg a Pokok Penjualan Biaya Tenaga Kerja 3. Indeks Laspeyres = IL = b. Produktivitas modal Penjualan Bersih Penjualan Bersih Modal Total Total Aktiva c. Produktivitas produksi Keterangan: IL = Indeks yang dipakai mendeflasikan harga ke arah tahun dasar (base period). Penjualan Bersih Aktiva Tetap d. Produktivitas organisasi Pn .q 0 x 100 P0 .q 0 Pertambahan Nilai Biaya Adm / Umum HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Produktivitas tenaga kerja Produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan selama tahun 2000 sampai dengan 2005 cenderung menurun. Hal ini 173 ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 disebabkan oleh volume penjualan yang penjualan, bahkan jika mungkin harus menurun, hingga laba luaran (laba kotor) ditekan serendah mungkin pada standar juga sisi kualitas yang sama. Pada tahun 2001 masukan, dapat diketahui bahwa biaya produktivitas dalam produksi merupakan tenaga kerja dan harga pokok penjualan tingkah terendah selam periode pengukuran. tidak mengalami kenaikan yang berarti. Penurunan volume pendapatan bersih tidak (Tabel 1). Hal ini dapat disimpulkan bahwa diimbangi dengan penurunan yang berarti produktivitas perusahaan dari harga pokoknya, bahkan upah buruh kurang baik, karena biaya tenaga kerja dan langsung yang merupakan salah satu elemen biaya produksi tidak naik. Tenaga kerja yang dari harga pokok mengalami peningkatan dimaksud adalah tenaga kerja pabrik dan yang berarti, sedangkan pemakaian bahan tenaga kerja manajerial terutama di bidang baku penolong termasuk boros. Setelahtahun perencanaan 2001, produktivitas dalam produksi relatif mengalami penurunan. tenaga kerja kebutuhan Dari tenaga kerja, penjadwalan tenaga kerja, dan pengawasan. stabil sehingga tidak terjadi masalah yang 2. Produktivitas Dalam Produksi berarti sehingga tidak perlu dideteksi secara Produktivitas dalam produksi tidak menunjukkan fluktuasi yang mendalam. mencolok Menurut Fauzi dan Sutrisno (1998) selama periode pengukuran. Menjaga tingkat dari situasi terburuk pada produktivitas produktivitas yang relatif stabil bukan berarti parsial, ternyata faktor penyebab yang memproduksi jumlah yang sama untuk mendasar adalah manajemen produksi yang setiap periode. Menjaga kestabilan produksi tidak dapat menyesuaikan biaya harga pokok dalam situasi pasar yang tidak menentu dalam volume penjualan. merupakan hal yang cukup sulit, karena dilihat dari persediaan tahun 2001 tersebut, diperlukan ketajaman peramalan permintaan, jumlahnya tidak banyak bahkan menurun. perencanaan, dan pengendalian produksi. Hal Meningkatnya ukuran produktivitas parsial merupakan perbandingan antara ini berarti Bahkan jika jumlah produk yang dihasilkan tidak berlebihan, sehingga biaya per unit produk yang sebenarnya cukup penjualan dengan harga pokok penjualan, tinggi. oleh karenai tu harga pokok penjualan harus pemanfaatan dapat disesuaikan dengan ramalan anggaran penolong pendapatan yang akan diterima dari hasil langsung seefisien mungkin. Hal ini dapat 174 Pemecahan bahan serta terbaik baku biaya dan produksi adalah bahan tidak ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Tabel 1. Harga variabel pengukuran yang telah dideflasikan (dalam rupiah) Variabel Laba Kotor Biaya Tenaga Kerja Penjualan Bersih Total Aktiva Harga Pokok Penjualan Pertambahan Nilai Biaya Administrasi Laba Bersih Setelah Pajak Biaya Penjualan Biaya Langsung 2000 49.175.215 22.745.915 197.796.209 97.417.810 151.768.672 64.127.206 20.912.207 7.412.829 13.417.209 120.419.395 2001 4.275.712 24.475.816 141.897.912 110.912.418 129.768.417 27.257.813 21.615.412 13.412.415 6.718.918 121.915.210 2002 32.412.716 26.678.210 167.976.876 102.912.415 116.975.627 49.817.213 20.475.612 5.617.815 9.214.712 118.897.115 2003 21.718.205 27.815.712 91.976.787 115.415.720 59.475.459 4.912.612 21.918.710 9.785.910 4.417.981 96.797.212 2004 21.785.812 19.815.785 67.879.916 102.917.115 39.876.179 30.417.514 17.610.420 3.901.612 2.175.169 32.417.200 2005 25.916.775 23.475.712 172.976.587 106.297.610 106.971.147 60.986.572 20.419.615 4.912.813 17.812.750 100.410.810 2004 67.879.916 39.876.179 20.419.681 8.719.475 6.718.206 9.762.916 2005 172.976.587 106.971.147 72.979.687 7.517.697 7.115.862 9.987.417 Tabel 2.. Harga hasil deflasi untuk setiap tahun pengukuran dalam rupiah (harga konstan) Variabel Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Biaya Eksternal Gaji Pegawai Kantor Upah Buruh Langsung Neraca Sediaan Akhir 175 2000 197.796.209 151.768.672 112.818.905 7.675.614 9.768.712 5.715.205 2001 141.897.912 129.768.417 107.715.671 8.917.815 9.951.208 3.716.912 2002 167.976.876 116.975.627 101.771.817 8.896.712 8.718.514 7.187.941 2003 91.976.787 59.475.459 78.918.719 9.417.214 8.912.812 8.156.207 ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 dilakukan melalui perencanaan produksi terasa pentingnya suatu peramalan atau yang baik, penjadwalan produksi serta perkiraan pengawasan atau pengendalian pada proses Selanjutnya kerja dan cara kerja pada buruh. (1997) walaupun pemecahan permasalahan Untuk produksi jangka masalah faktor menjadi masalah penting, utamanya adalah bukan utama.Masalah pendek, situasi yang akan dikatakan produktivitas tetapi oleh Soekarto penjualan sebenarnya perbaikan produktivitas peningkatan volume penjualan atau strategi sangat menentukan pemasaran yang ditunjang oleh tingginya perusahaan. tingkat produktivitas penjualan. Apabila Dalam teori datang. sangat tindakan organisasipun keberhasilan organisasi kejadian masalah tersebut sudah dapat diatasi, tahun 2003 tersebut sebagai perubahan kemudian beranjak pada peningkatan lingkungan. Langkah yang pasti dalam hal kapasitas produksi dan peningkatan ini adalah bahwa perusahaan adaptasi atau harus kualitas. mengadakan perubahan 3. Produktivitas Organisasi organisasi (Horne, 1998). Dalam hal ini Tingkat paling tinggi produktivas peranan manajemen puncak sangat penting organisasi dicapai pada tahun 2005 dan untuk menentukan jenis perubahan yang tingkat terendah dicapai pada tahun 2003. harus dilakukan berdasarkan kamampuan Rendahnya tingkat produktivitas organisasi organisasinya. bukan disebabkan oleh pemborosan biaya 4. Produktivitas Penjualan administrasi. Kenaikan biaya administrasi Perkembangan tentang produktivitas merupakan kenaikan yang wajar, apalagi penjualan mengingat terhadap perkembangan produktivitas total bahwa biaya administrasi sangat pengaruhnya seperti gaji pegawai bukan merupakan dan biaya langsung yang mempunyai elastisitas Perkembangan tinggi produk secara keseluruhan selama tahun 2000- yangtelah dihasilkan. Penurunan tingkat 2005 relatif buruk karena output (laba produktivitas organisasi tersebutterutama bersih setelah pajak) bernilai negatif, disebabkan kecuali tahun 2000 dan 2005. Pada tahun sesuai dengan oleh jumlah menurunnya volume penjualan bersih secara drastis. profabilitas besar total produktivitas perusahaan. penjualan 2001, produktivitas penjualan berada pada Menurut Bernard et al. (2005) tingkat terendah yang diikuti pula oleh apabila output menurun, maka faktor input turunnya produktivitas totalnya. Akibatnya juga harus cepat beradaptasi dengan profitabilitas total juga menurun walaupun melaksanakan efisiensi, dalam hal ini 176 ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 telah diimbangi dengan kenaikan rasio dari tahun 2001, sedangkan profitabilitas indeks harga total. totalnya tidak mengalami peningkatan Mengingat ukuran produktivitas akibat turunnya rasio indeks harga total. penjualan adalah laba bersih setelah pajak Dengan per bahwa bahwa perusahaan cukup tanggap dalam penurunan produktivitas penjualan tersebut menghadapi turunnya volume penjualan disebabkan oleh turunnya laba bersih yang selama tahun 2001 tersebut. sangat drastis sampai mengalami kerugian 5. Produktivitas Produk biaya penjualan, terlihat atau laba bersih negatif (Tabel 1). Dari demikian dapat Produktivitas disimpulkan produk tingkat komponen laba bersih setelah pajak, terendah terjadi pada tahun 2001 dan terlihat bahwa turunnya output bukan tingkat tertinggi pada tahun 2004. Pada disebabkan oleh naiknya biaya operasi tahun 2001 mengalami tingkat terendah (biaya administrasi dan biaya penjualan karena laba kotor perusahaan juga berada serta harga pokok penjualan (HPP)). pada tingkat rendah, dan ironisnya elemen Penyebabnya adalah penurunan volume biaya penjualan bersih yang sangat drastis (Lihat tertinggi dibandingkan tahun pengukuran Tabel 2). Menurut Gust dan Marques lainnya (Tabel 1). Terjadinya pemborosan (2000) penjualan biaya langsung pada tahun 2001 ini, terjadi berpengaruh nyata terhadap penerimaan ketidakefisienan dalam proses produksi. dan Hal penurunan selanjutnya volume berpengaruh terhadap produktivitas produksi dan dalam produktivitas nyata langsung ini juga berada pada diperkuat tingkat dari hasil proses pengukuran produktivitas produksi pada organisasi tahun ini juga mengalami tingkat terendah. perusahaan. Walaupun Selanjutnya dikatakan Bernard et al., di perusahaandengan bahan baku kedelai belum ada bagian riset (2005) bahwa faktor yang menyebabkan produk turunnya volume penjualan antara lain (a) pengembangan produk secara khusus, strategi harga jual yang kurang sesuai tetapi ada hal yang menarik tentang dengan situasi pasar yang bersaing, (b) tindakan yang diambil pimpinan yang kegiatan promosi dan penyebaran yang mengakibatkan kurang intensif. produk pada tahun 2004. Perbaikan di Pada tahun 2005, atau bagian penelitian tingginya dan produktivitas produktivitas bidang produksi dan peningkatan kualitas penjualan mengalami peningkatan lagi produk telah dilakukan, akibatnya terlihat sekitar 84% dari tahun 2001, demikian pada tahun 2005 tingkat produktivitas juga produktivitas totalnya meningkat 17% parsial relatif tinggi. 177 ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 tuck.dartmouth.edu Februari 2006. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Produktivitas parsial menunjukan bahwa: 1)produktivitas tenaga kerja cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja itu sendiri: 2) produktivitas modal cenderung menurun yang disebabkan oleh rendahnya volume penjualan dan meningkatnya jumlah modal; 3)produktivitas produksi tidak menunjukkan fluktuasi yang mencolok yang disebabkan permintaan; 4) oleh peramalan perencanaan dan pengendalian produksi yang relatif cermat; 5) produktivitas organisasi cenderung menurun yang disebabkan oleh turunnya volume penjualan; 6) produktivitas penjualan cenderung menurun yang disebabkan oleh luaran bernilai negatif; dan7) produktivitas produk menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi. 2. Produktivitastotal cenderung menurun yang disebabkan oleh pemborosan biaya produksi. DAFTAR PUSTAKA Barnett, V. 1991. Sample Survey Principle and Methods. Edward Arnold, London. pp. 13-14. Bernard, A. B., S. Redding and P. K. Schott. 2005. Products and Productivity (on-line). http://mba. 178 diakses 22 Departemen Pertanian. 2002. Grand Strategi Pengembangan Agroindustri (Industri Pengolahan Hasil Pertanian) (on-line). Departemen Pertanian. http://agribisnis.deptan. go.id diakses 11 Februari 2005. Disperindagkop Kabupaten Banyumas. 2004. Laporan Tahunan/Tahun 2003. Jumlah Sentra, Unit Usaha, Produksi, Ekspor, Tenaga Kerja, Investasi menurut Jenis Industri. Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Banyumas Purwokerto. _____. 2005. Laporan Tahunan/Tahun 2004. Jumlah Sentra, Unit Usaha, Produksi, Ekspor, Tenaga Kerja, Investasi menurut Jenis Industri. Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Banyumas Purwokerto. Fauzi, A. M. dan Sutrisno. 1998. Konsepsi Pengembangan Agroindustri Berbasis Teknologi dan Padat Karya Berorientasi Ekspor. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. pp. 1-4. Gust, C. and J. Marquez. 2000. Productivity Development Abroad. Federal Reserve Bulletin 665-681. Hendraputera, M. 1986. Analisis Perusahaan Berdasarkan Model Pengukuran Produktivitas Habberstad di PT. Wiwaco Bandung. Tesis. Fakultas Teknologi Industri ITB, Bandung. pp. 46-51. Hermana. 1985. Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan dalam Kedelai, Pusat Pengembangan dan Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Horne, J.C. 1998. Financial Management and Policy. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. 70p. ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Soekarto, S. T. 1997. Industri Pertanian Terpadu, Konsep dan Aplikasinya. J. Agribisnis 1(1-2):1-3. 179