Hubungan Layanan Informasi Karier, Pola Asuh Demokratif Dengan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pilihan Karir
2.1.1 Pengertian Pilihan Karier
Karir seseorang bukan sekedar pekerjaan apa
yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau
jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan
potensi-potensi diri dari orang-orang yang menjabatnya
(Andersen, 2012). Kata pilihan mengandung makna
menentukan
sesuatu.
Karier
adalah
istilah
yang
didefenisikan oleh kamus oxford inggris sebagai suatu
lintasan atau perjalanan dalam kehidupan (atau bagian
yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut
Holland (1985) dalam Sukardi (1994) merupakan hasil
dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala
pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua dan orang
dewasa yang dianggap memiliki peran yang penting.
Faktor keturunan dan sejarah hidup membangun
proses perkembangan atau orientasi modal pribadi
membuat
individu
bereaksi
terhadap
tuntutan
lingkungan.
Pada dasarnya pilihan karier merupakan ekspresi
atau perluasan kepribadian kedalam dunia kerja yang
diikuti
oleh
pengidentifikasian
terhadap
stereotipe
11
okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan
persepsi tentang suatu okupasi tentang penerimaan
atau penolakannya merupakan faktor penentu utama
dalam pilihan karier. Keselarasan antara pandangan
seseorang
tentang
disukainya
dirinya
membentuk
dengan
“Modal
okupasi
Personal
yang
Style”.
Orientasi kesenangan pribadi (modal orientasi pribadi)
merupakan
proses
perkembangan
yang
terbentuk
melalui hereditas dan pengalaman individu dalam
bereaksi terhadap tuntutan lingkungannya.
Individu
memilih
sebuah
karier
untuk
memuaskan orientasi kesenangan pribadinya. Jika
individu telah mengembangkan suatu orientasi yang
dominan, maka akan lebih besar kemungkinannya
dalam okupasi yang sesuai. Akan tetapi, jika individu
belum dapat menetukan pilihan, maka kemungkinan
untuk dapat memperoleh kepuasan itu, akan hilang.
Pilihan
karier
perkembangan
yang
dibuat
vokasional
pada
sangat
awal
proses
berpengaruh
terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan
karier seorang dewasa masih harus membuat pilihanpilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan
kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang
mendalam.
Adanya
pencarian
karier
menciptakan
homogenitas okupasi. Homogenitas okupasi merupakan
12
jalan terbaik menuju pemenuhan diri dan pola karier
yang konsisten. Individu yang mempunyai peran dan
tujuan
okupasional
yang
bertentangan
dengan
lingkungan akan mempunyai pola karier yang tidak
konsisten
dan
divergen.
pentingnya
“self-knowledge”
Holland
dalam
menekankan
upaya
mencari
kepuasan dan stabilitas vocational. Holland (1985)
memandang
pilihan
karier
sebagai
ekspresi
atau
ekstensi kepribadian dalam dunia pekerjaan, yang
diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotype
okupasional
tertentu.
Holland
(1985)
memandang
modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan
okupasi individu.
2.1.2 Proses Pilihan Karier
Secara singkat proses pilihan karier menurut
Holland (1985) dapat dijelaskan sebagai berikut: (a)
orang
kepada
secara
langsung
kelompok
besar
mengorientasikan
dirinya
klasifikasi
selama
karier,
perkembangannya individu melakukan seleksi atau
penjajakan
karier-karier
tersebut
dengan
berbagai
kecenderungan terhadap klasifikasi jabatan tertentu
sebagai
puncak
sekelompok
dari
pilihannya,
karier-karier
dimana
(b)
pilihan
individu
dari
akan
mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier
atau jabatan dan merupakan fungsi dari penilaian diri
dan kemampuannya (Kompetensinya) untuk memebuat
13
pilihan
yang
memadai
dengan
lingkungan
pekerjaannya, (c) lebih lanjut dikatakan dalam proses
pilihan karier atau pekerjaan disertai dengan sejumlah
faktor-faktor internal individu, meliputi pengetahuan
tentang
diri
(Self-knowledge),
evaluasi
diri
(Self-
evaluation), dan pengetahuan tentang jenis pekerjaan
dalam hal, arah dan luasnya lingkungan pekerjaan
serta
perbedaan
pekerjaan,
antara
tingkat
dua
hierarki
dalam
lingkungan
perkembangan
dan
sejumlah faktor-faktor lingkungan meliputi luasnya
potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber
dari
keluarga
dan
teman-teman,
pembatasan-
pembatasan yang berasal dari sumber sosial-ekonomi
dan lingkungan fisik.
2.1.3 Syarat-syarat Pilihan Karier
Untuk dapat menentukan pilihan karier secara
tepat,
maka
ada
beberapa
syarat
yang
harus
diperhatikan dalam mengambil keputusan karier. Ada
tiga syarat pengambilan keputusan yang baik, menurut
Holland
(1985)
pemeriksaan
dalam
dan
Sukardi
pengenalan
(1994)
yaitu:
nilai-nilai
(a)
pribadi,
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan
pengalaman
kepada
individu-individu
yang
memberikan kontribusi pada kematangan emosional,
konsep
diri
dan
orientasi-orientasi
nilai,
(b)
14
pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan
relevan
(sebelum
langkah-langkah
memutuskan).
pertama
Salah
dalam
satu
dari
pengambilan
keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan
sumber-sumber informasi kepada individu-individu dan
bagaimana menggunakannya, (c) pengetahuan dan
penggunaan
informasi
strategi
kadalam
untuk
mengkonfirmasikan
tindakan.
Individu-individu
biasanya menggunakan berbagai strategi pengambilan
keputusan
seperti
menemukan
memberikan
kemudahan
strategi-strateginya
dan
untuk
bagaimana
meningkatkannya.
2.1.4 Aspek-aspek Pilihan Karier
Adapun berbagai aspek dalam pilihan karier
menurut
Holland
(1985)
terdiri
dari
6
(enam)
yaitu:(a)kemampuan Intelegensi, sebagai pertimbanganpertimbangan dalam memasuki dunia kerja maupun
studi lanjut, (b) Bakat, mengetahui bakat diri, agar
dapat memberikan bimbingan belajar yang sesuai dan
dapat memprediksi jabatan maupun bidang kerja
setelah menamatkan studi, (c) Minat, mempunyai
pengaruh dalam mencapai suatu pekerjaan atau karier,
apabila individu tidak berminat terhadap pekerjaan
yang dipilihnya maka, tidak dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik. (d) Sikap, merupakan aspek
pilihan karier yang cenderung relatif stabil bereaksi
15
terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau situasi
tertentu. (e) Konsep diri, seseorang yang dapat menilai
dirinya pasti dapat menilai karier yang dipilih, karena
pilihan karier mencerminkan konsep diri, dan (f)
Ketrampilan,
apabila
seseorang
tidak
mempunyai
ketrampilan khusus seperti menguasai bahasa asing,
pemanfaatan Ilmu Teknologi, maka mempengaruhi
pilihan karier.
2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Pilihan Karier
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pilihan
karier Holland dalam Sukardi (1994) yaitu: (a) faktor
pengetahuan diri, artinya pengaruh pengetahuan diri
ini,
lebih
mengacu
kepada
pengetahuan
individu
tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri
sendiri
mempunyai
(increase)
dan
peran
untuk
menurunkan
meningkatkan
(decrease)
ketepatan
pilihan seseorang. Pengetahuan diri diartika, sebagai
kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai
kemungkinan
lingkungan
dipandang
dari
sendiri,
namun
kemampuan-kemampuannya
perbedaan
pengetahuan
mendasar
diri.
antara
Penilaian
penilaian
diri
diri
sudut
ada
dan
menitikberatkan
penghargaan terhadap dirinya, sedangkan pengetahuan
diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki oleh
individu tentang dirinya seperti, usia dan jenis kelamin.
Menurut Ginzberg dalam sukardi (1994) bahwa pilihan
16
karier
siswa
SMK
berada
pada
periode
tentatif
berlangsung pada umur 11-18 tahun. Pada tahap ini,
anak mulai menghadapi perlunya keputusan dengan
cepat dan konkrit tentang vokasional yang akan
datang. Dengan lain kata, tugas utama perkembangan
siswa SMK adalah melakukan eksplorasi, uji coba
peranan untuk memperoleh kesesuaian antara konsep
diri
dan
faktor-faktor
lingkungan
pekerjaan
dan
pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu
pekerjaan.
Sedangkan
untuk
jenis
kelamin
kecenderungan antara kualitas pilihan karier siswa
wanita dan pria berbeda, baik pada aspirasi dan pilihan
studi, ataupun aspirasi dan bidang pekerjaan (Holland,
1995).
Karena
tinggi-rendahnya
pengetahuan
diri
seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya
keputusan yang diambil, (b) faktor lingkungan, artinya
dalam memilih karier dapat dipengaruhi oleh tekanan
sosial, seperti tuntutanorang tua, pengaruh di masa
kecil,
lingkungan
pendapatBerk
(1993)
pergaulan.
Sejalan
menyatakan
bahwa
dengan
untuk
menetapkan pilihan karir seorang remaja ditentukan
oleh berbagai faktor diantaranya orang tua, temanteman, gender, dan karakteristik diri sendiri. Berikut
adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi
pemilihan karir pada remaja.
17
a. Orang tua.
Orang tua berperan dalam menentukan arah
pemilihan karir pada anak remajanya. Walaupun pada
akhirnya
keberhasilan
dalam
menjalankan
karir
selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan
profesionalismeanak yang menjalaninya. Karena hal ini
berkaitan dengan masalah pembiayaan pendidikan,
masa depan anaknya agar terarah dengan baik, orang
tua turut ikut campur agar anaknya memilih program
studi yang mampu menjamin kehidupan karirnya.
Biasanya orang tua yang berkecukupan secara
ekonomi,
menghendaki
anaknya
untuk
memilih
program studi yang cepat menghasilkan nilai materi,
misalnya fakultas ekonomi (akuntasi, manajemen),
teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lainlain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki
program ini tentu akan terjamin masa depannya.
Dalam kenyataannya tak selamanya yang menjadi
pilihan
orang
anaknya,
tua
kalau
akan
tidak
berhasil
disertai
dijalankan
oleh
minat
oleh
bakat,
kemampuan, kecerdasan, motivasi internal dari anak
yang bersangkutan. Inilah yang perlu diperhatikan.
b. Teman (Peer group)
Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan
pergaulan dalam kelompok remaja, cukup memberi
pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan
program studi di SMA maupun Perguruan Tinggi.
18
Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama
dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh
teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal. Bila
remaja tidak mempunyai dorongan internal, minat
bakat
atau
kemampuan
menyelesaikan
suatu
yang
tugas
dibutuhkan
atau
tuntutan,
untuk
maka
kemungkinan anak akan mengalami kegagalan.
c. Peran Jenis Gender
Stereotype masyarakat seringkali telah menilai
terhadap
jenis
kelamin
seseorang.
Masyarakat
menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu,
dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang
baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang
menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan.
d. Karakteristik Kepribadian Individu
Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan
program studi serta karir pekerjaan, sangat ditentukan
karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan.
Individu
yang
memiliki
minat,
kemampuan,
kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari
orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan
dengan baik. Keberhasilan tidak dapat diukur secara
materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar
nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihanpilhan tersebut.
19
Adapun faktor lain yang mempengaruhi pilihan
karier
(Kochung
and
Migunde,
2011)
dalam
penelitiannya mengenai Factors Influencing Students
Career Choices Among Secondary School students in
Kisumu Municipality, Kenya.
Dalam
penelitian
ini
melibatkan 233 siswa, menyatakan bahwa faktor yang
sangat berpengaruh dari beberapa faktor diatas adalah
hubungan antara anak dengan orang tua, anak dengan
guru serta harapan yang dimiliki.
2.3 Unsur-unsur Pilihan Karier
Unsur-unsur pilihan karier menurut Holland
(1985) yaitu mengetahui akan aktivitas yang disukai,
mengetahui kompetensi yang dimiliki dan mengetahui
akan
pilihan
denganUnsur
pekerjaan
dari
yang
pilihan
disenangi.
karier
Sejalan
berdasarkan
(Sampson, J. P., et al 1992) yaitu; (1) mengetahui
tentang diri sendiri, meliputi; Nilai diri, ketertarikan
diri, keterampilan diri, kepribadian diri, bakat atau
kemampuan diri, (2) mengetahui tentang pilihan diri
sendiri,
meliputi;
tertentu,apa
itu
Mempelajari
program
tentang
studi
dan
pekerjaan
pekerjaan,
mempelajari tentang bagaimana pekerjaan, program
studi, dapat mengatur orang, dan mempelajari tentang
latar belakang pekerjaan., (3) mengetahui bagaimana
membuat keputusan dan (4) memikirkan keputusan
yang dibuat.
20
Thinking about
my decision making
Knowing how
I make decision
Knowing
about my self
Knowing about
my options
Gambar 2.1 Piramida menunjukkan Unsur yang Terlibat
dalam membuat Pilihan Karier (Sampson, J.P.,
et al., 1992)
Unsur dari pilihan karier yaitu, mengetahui
tentang diri sendiri, mengetahui tentang pilihan saya,
bagaiman membuat keputusan, memikirkan keputusan
yang dibuat, unsur-unsur ini merupakan dasar yang
dijadikan acuan untuk pilihan karier sebagai hasil
interaksi antara faktor internal dan eksternal individu.
2.4 Teori Perkembangan Karier
MenurutSukardi (2008) teori yang dikembangkan
olehHolland
menjelaskan
bahwa
suatu
pemilihan
pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi
antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala
pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang
dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting.
Selain
itu,
Holland
juga
merumuskan
tipe-tipe
21
(golongan)
kepribadian
dalam pemilihan
pekerjaan
berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun
atas dasar minat.
Kemudian,
setiap
tipe-tipe
kepribadian
itu
dijabarkan ke dalam suatu model teori, yang disebut
model orientasi (the model orientation). Model orientasi
ini
merupakan
suatu
rumpun
perilaku-perilaku
penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki urutan
orientasi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang
menyebabkan mengapa setiap orang itu mempunyai
corak hidup yang berbeda-beda.
Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana
lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak hidup
yang utama dan pertama, urutan model orientasi kedua
terhadap
lingkungan
kerja
yang
lainnya,
dan
merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang
untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu
sangat
bergantung
dari
penilainnya
terhadap
penempatan
urutan
tingkat
diri
corak
kecerdasan
serta
sendiri.
Makin
jelas
hidupnya
maka
akan
semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi
seseorang. Namun perlu digarisbawahi, jika model
orientasi John L. Holland ini mengajukan model
orientasi berdasarkan budaya Amerika.
Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh
John L. Holland (1985) adalah sebagai berikut:
22
a. Realistis
Tipe
kepribadian
dan
lingkunganrealistis,
memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja
yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu;
mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan
fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik
yang kuat, kurang memiliki kecakapan menyampaikan
informasi secara lisan maupun tertulis untuk orang
lain,
konkrit,
bekerja
praktis,
kurang
memiliki
ketrampilan sosial, serta kurang peka dalam hubungan
dengan orang lain.
Orang dengan model orientasi realistis dalam
lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugastugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan
tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat
memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali
memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan
ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik,
ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah
dan seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang
nampak
dengan
jelas
dari
tuntutan-tuntutan
lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini
adalah,
operator
penerbang,
mesin/radio,
pengawas
sopir
bangunan,
ahli
truk,
petani,
listrik,
dan
pekerjaan lain yang sejenis.
23
b. Intelektual
Tipe
model
kepribadian
dan
lingkungan
Intelektual, memiliki kecenderungan untuk memilih
pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah
memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada
mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah,
berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan
pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat
kabur,
memiliki
konvensional
nilai-nilai
dan
dan
sikap
yang
kegiatan-kegiatanya
tidak
bersifat
intraseptif.
Orang
model
orientasi
intelektual
dalam
lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang
memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif.
Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya.
Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan
efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan
terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual
dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan
tugas
bersifat
objektif
dan
bisa
diukur,
tetapi
memerlukan waktu yang cukup lama dan secara
bertahap. Bahan
memerlukan
kecakapan
dan
alat
kecakapan
manual.
serta
perlengkapan
intelektual
Kecakapan
menulis
daripada
mutlak
dipelihara dalam oreientasi ini. Contoh pekerjaan orang
dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli
24
biologi,
kimia,
antropologi,
matematika,
pekerjaan
penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.
c. Artistik
Tipe model Kepribadian dan Lingkungan Artistik,
memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang
lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar
menyesuaikan diri.
Orang model orientasi artistik ini ditandai dengan
berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan
interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui
cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain,
orientasi artistik lebih menitikberatkan menghadapi
keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri
dan
menghindari
keadaan
intrapersonal, keteraturan,
yang
atau
bersifat
keadaan
yang
menuntut ketrampilan fisik. Contoh pekerjaan orang
dengan model orientasi ini adalah, ahli musik, ahli
kartum
ahli
drama,
pencipta
lagu,
penyair,
dan
pekerjaan lain yang sejenis.
d. Sosial
Tipe model Kepribadian dan lingkungansosial,
memiliki
kecenderungan
untuk
memilih
lapangan
pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri
25
dari
tipe
berbicara,
model
ini
bersifat
kemanusiaan,
perhatian,
adalah
pandai
responsive,
bersifat
memiliki
bergaul
bertanggung
religiusm
dan
jawab,
membutuhkan
kecakapan
menyampaikan
informasi secara tertulis maupun lisan, hubungan
antarpribadi,
kegiatan-kegiatan
menjauhkan
bentuk
rapi
pemecahan
dan
teratur,
masalah
secara
intelektual, lebih berorientasi pada perasaan.
Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri
kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi
dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk
berkomunikasi
dengan
orang
lain. Secara
umum
orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan
status. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi
ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari,
psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.
e. Usaha
Tipe model kepribadian dan lingkungan Usaha
(Enterpreuner),
memiliki
ciri
khas
diantaranya
menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam
situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai
orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap
dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan
adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas
sosial
yang
kabur,
perhatian
yang
besar
pada
26
kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam
kegiatan lisan.
Orang model orientasi usaha ditandai dengan
berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada
kemampuan
penyampaian
informasi
secara
lisan
maupun tertulis yang digunakan untuk mengarahkan
dan mempengaruhi orang lain. Contoh pekerjaan orang
dengan model orientasi ini adalah, pedagang, politikus,
manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan
dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.
f. Konvensional
Tipe
model
Kepribadian
dan
lingkungan
konvensional, pada umumnya memiliki kecenderungan
untuk
terhadap
kegiatan
berupa
penyampaian
informasi secara lisan maupun tertulis pada orang lain,
menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerik
(angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur,
senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan
kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status
dan
kenyataan
materi,
mencapai
tujuan
dengan
mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.
Orang
model
orientasi
konvensional
pada
lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai macam
tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu
proses informasi secara lisan maupun tulisan dan
matematis secara berkelanjutan, rutin, konkrit, dan
27
sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah
akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu
yang relative singkat. Contoh pekerjaan orang dengan
model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang
buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain
yang sejenis.
2.5 Pengukuran Pilihan Karier
Variabel pilihan karier dapat diukur menurut
Holland (1985) yaitu dengan menggunakan Vocational
Preference Inventory (VPI) yang telah dialih bahasakan
oleh Noah, Sidek Mohd (2007) memiliki 160 pernyataan
pekerjaan
yang
menyesuaikan
harus
keadaan
dipertimbangkan
psikologis
individu
ketika
untuk
memilih karier.
Pilihan
karier
menggunakan
dikembangkan
self
juga
dapat
directed
Holland
diukur
search
(1995)
dari
dengan
(SDS)
yang
Vocational
Preference Inventory (VPI), berisikan tiga unsur pilihan
karier yaitu, mempertimbangkan aktivitas, kompetensi
yang dimiliki, dan jenis pekerjaan yang disukai dalam
memilih
karier.
Maka
penulis
menggunakan
Self
Directed Search untuk mengetahui pilihan karier siswa.
2.6 Layanan Informasi Karir
Layanan informasi karir merupakan salah satu
sub bagian dari layanan bimbingan dan konseling di
28
sekolah yang harus diberikan kepada siswa meliputi:
(a) layanan orientasi, (b) layanan informasi, (c) layanan
konten, (d) layanan penempatan dan penyaluran, (e)
layanan konseling perorangan, (f) layanan bimbingan
kelompok, (g) konsultasi dan (h) mediasi (Sudrajat,
2008)
Hakikat
memberikan
layanan
informasi
informasi
tentang
adalah
berbagai
untuk
hal
yang
dipandang bermanfaat bagi peserta didik atau siswa
melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.
Sejalan dengan itu, menurut Ifdil (2008) bahwa layanan
informasi merupakan penyampaian berbagai informasi
karier kepada sasaran layanan agar individu dapat
mengolah
dan
memanfaatkan
informasi
demi
kepetingan hidup dan perkembangannya.
Menurut
Sukardi
(2008)
Informasi
karier
merupakan salah satu alat yang dipergunakan untuk
membantu siswa memahami dirinya sendiri, dunia
kerja pada umumnya serta aspek-aspek dunia kerja
pada khususnya. Sedangkan menurut Hartono (2010)
bahwa Informasi karier merupakan, fakta dan ide
mengenai
kuantitatif,
Berbagai
karier
yang
kualitatif
informasi
disajikan
atau
karier
dalam
bentuk
gabungan
keduanya.
mencangkup
informasi
tentang kesuksesan kerja seseorang dalam berbagai
bidang, macam-macam kerja, kondisi aktivitas kerja,
29
Kompensasi kerja, jaminan kesehatan, syarat pekerjaan
yaitu kompetensi yang dimiliki, jenjang pendidikan,
pengalaman kerja, dan informasi berbagai perguruan
tinggi yang terkait dengan jenis pekerjaan. Sejalan
dengan pendapat sukardi dan hartono bahwa informasi
karir adalah informasi yang mendukung perkembangan
bidang
pekerjaan,
dan
berdasarkan
informasi
itu
memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan
kesesuaian
dengan
konsep
dikatakan
informasi
karir
dirinya.
tidak
Lebih
hanya
lanjut
sekedar
merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan
proses psikologis untuk mentransformasikan informasi
itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa
depan (Karneli, 2009).
Berdasarkan beberapa defenisi informasi karier
dengan hakikat layanan informasi di atas, maka
penulis menyimpulkan layanan informasi karier adalah
suatu layanan yang diberikan oleh konselor kepada
konseli
yang
berlangsung
di
lembaga
pendidikan
melalui komunikasi langsung, yang bertujuan agar
konseli dapat memperoleh informasi dunia kerja dan
sebagainya serta memperoleh pemahaman diri yakni,
minat, kemampuan, ketrampilan, kepribadian, sikap
dan nilai-nilai.
Adapun
mendukung
teori
layanan
perkembangan
informasi
karier
karier
yang
berdasarkan
30
pandangan Super (1994). Konsepsi Super tentang
gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi
pegangan bagi seorang tenaga pendidik bila merancang
program pendidikan karier, yang membawa orang
muda dalam hal ini siswa ke pemahaman diri dan
pengolahan informasi tentang dunia karja, selaras
dengan tahapan perkembangan karier tertentu. Dengan
lain kata, program layanan karier yang dilakukan di
Sekolah mengangkat para siswa ke tahap pemahaman
diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan
lebih matang. (Winkel, 2006).
2.7 Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Layanan Informasi Karier
Materi informasi yang diberikan kepada siswa
hendaknya
disesuaikan
permasalahan
dirasakan
siswa,
lebih
dengan
sehingga
bermanfaat
kebutuhan
benar-benar
dan
memiliki
dan
dapat
makna
(meaningful). Pemilihan dan penetuan jenis materi
informasi yang tidak didasarkan kepada kebutuhan
dan masalah siswa akan cenderung tidak memiliki daya
tarik, sehingga siswa akan menjadi kurang partisipatif
dan kooperatif dalam mengikuti kegiatan layanan.
Materi informasi yang lengkap dan akurat akan sangat
membantu
siswa
mempertimbangkan
untuk
dan
lebih
tepat
memutuskan
dalam
pilihan
kariernya.
31
Penyampaian
informasi
bisa
dilakukan
oleh
konselor, melalui teknik ekspositorik. Selain itu, dapat
juga dilakukan dengan cara meminta bantuan dari
pihak lain
sebagai narasumber, misalkan
mengundang
“tokoh
karier”.
Upaya
dengan
pemanfatan
narasumber memiliki keunggulan tersendiri, yakni
informasi yang diberikan cenderung bersifat nyata,
berdasarkan hasil pengalamannya.
2.8 Pengukuran Layanan Informasi Karier
Terdapat beberapa alat ukur untuk mengukur
keberhasilan layanan informasi karier siswa.Menurut
Sutijono
(2008),
diantaranya
adalah
dengan
menggunakan hasil belajar siswa terkait dengan materi
informasi yang diberikan berupa test awal (pree test)
sebelum materi disampaikan
dan
sesudah materi
disampaikan melalui Tes akhir (post test). Selain itu,
dapat juga mengukur ketuntasan layanan informasi
karier dengan menggunakan Angket berupa Lembar
Perencanaan Karier.
Hartono (2012) dalam penelitianya yang berjudul
Efektivitas
Pemanfaatan
Layanan
Bimbingan
dan
Konseling Karier dengan berbantuan Komputer Website
dalam Pilihan karier. Penelitian ini melibatkan 90 siswa
kelas XI SMA di Surabaya. Instrumen yang digunakan
32
adalah Kuesioner Kebermanfaatan Layanan Bimbingan
Karier yang diadaptasi menggunakan skala likert.
Anisa dan Mochamad (2011) juga mengemukakan
bahwa layanan informasi karier
dengan
menggunakan
berupaPizza
pemberian
Karier
layanan
yang
juga dapat diukur
sarana
dapat
informasi
pembelajaran
diterapkan
karier
bagi
ketika
siswa,
sehingga siswa benar-benar memahami akan karier
yang akan dipilihnya.
2.9 Pola Asuh Orang Tua
Pengasuhan atau sering disebut pola asuh berarti
bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi
anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga
kepada
upaya
pembentukan
norma-norma
yang
diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini,
2007).Sejalan dengan pendapat Walgito (2010), bahwa
pola asuh adalah suatu model atau cara mendidik anak
yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua
dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai
dengan harapan masyarakat pada umumnya. Macammacam pola asuh orang tua dibedakan berdasarkan
tuntutan dan tanggapan orang tua terhadap anak
menurut Baumrind, Maccoby and Martin (1983) sejalan
dengan(Besembeum, 2008) adalah sebagai berikut:
33
a. Otoriter
Pola asuh orangtua yang autoritarian adalah
orangtua yang memberikan batasan-batasan tertentu
dan aturan yang tegas terhadap anaknya, tetapi
memiliki komunikasi verbal yang rendah. Pola asuh ini
merupakan
cara
yang
membatasi
dan
bersifat
menghukum, sehingga anak harus mengikuti petunjuk
orangtua
dan
menghormati
pekerjaan
dan
usaha
orangtua.Biasanya pola asuh ini memiliki kontrol yang
kuat, sedikit komunikasi, membatasi ruang gerak anak,
dan berorientasi pada hukuman fisik maupun verbal
agar anak patuh dan taat. Ada ketakutan yang tinggi
dalam diri orangtua terhadap anaknya, karena adanya
pertentangan dalam kemauan dan keinginan. Jadi
anak-anak ini sering sekali tidak bahagia, ketakutan,
dan cemas dibandingkan dengan anak lain, gagal
memulai suatu kegiatan, menarik diri karena tidak
puas diri dan memiliki ketrampilan komunikasi yang
lemah.
b. Demokratis
Menurut Shochib (2000), pola asuh demokratis
adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan
dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan
itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh
34
pengertian antara orang tua dan anak. Pola asuh dan
sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya
kominukasi yang dialogis antara anak dan orang tua
dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja
merasa diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan
perasaan. Sejalan dengan pendapat Santrock(2007),
pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri,
namun masih menempatkan batas dan kendali pada
tindakan mereka, Orang tua lebih bersikap hangat dan
penyayang.
Menurut
Yuniati
orang
(2003),
tua
yang
menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan
secara
bebas,
berkomunikasi
dengan
lebih
baik,
mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga
anak mempunyai kepuasan tersendiri dalam hukum
untuk
mengembangkan
kedisiplinan.
Pola
asuh
demokratis dihubungkan dengan tingkah laku anakanak yang memperlihatkan emosional positif, sosial,
dan pengembangan kognitif. Adapun ciri-ciri pola asuh
demokratis yakni; (a) Menentukan
disiplin
dengan
peraturan
memperhatikan
dan
dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang diterima, (b)
Mengarahkan
tentang
perbuatan
baik
yang
perlu
dipertahankan dan yang tidak baik ditinggalkan, (c)
Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian, (d)
Dapat menciptakan keharmonisan keluarga, dan (e)
35
Dapat menciptakan suasana komunikatif antar orang
tua dan sesama keluarga. Sejalan dengan Zahara Idris
dan Lisma Jamal (1992) ciri-ciri pola asuh demokratis
adalah: (a) Menentukan peraturan dan disiplin dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan
yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh
anak, (b) Memberikan pengarahan tentang perbuatan
baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik
agar di tinggalkan, (c) Memberikan bimbingan dengan
penuh
pengertian,
keharmonisan
dalam
(d)
Dapat
keluarga,
menciptakan
dan
(e)
Dapat
menciptakan suasana komunikatif antara orang tua
dan anak serta sesama keluarga.
Pendapat Baurmind (1971) tentang tipe pola
asuh orang tua, yang dikembangkan oleh Casmini
(2007) berdasarkan pada konseptualisasi Baumrind
bahwa pola asuh domokratis adalah perpaduan antara
pola asuh otoriter dengan pola asuh Negletful. Dengan
demikian, Orang tua yang demokratis mempunyai ciriciri yaitu; (a) tegas namun tetap hangat, (b) mengatur
standar
agar
dapat
melaksanakan
dan
memberi
harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan
kemampuan anak, (c) memberi kesempatan anak untuk
berkembang otonomi dan mampu mengarahkan diri,
namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap
tingkah lakunya, (d) menghadapi anak secara rasional,
orientasi pada masalah-masalah memberi dorongan
36
dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang
mereka berikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri
orang tua yang menggunakan tipe demokratis antara
lain : (a) tegas namun tetap hangat, (b) komunikasi
yang baik dan adanya sikap terbuka antara orang tua
dengan anak serta sesama keluarga, (c) anak diberi
kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan
dan keinginanya namun tetap memberi pengawasan
dan tuntutan tanggung jawab secara wajar terhadap
setiap perilakunya, (d) menentukan peraturan dan
disiplin
dengan
memperhatikan,dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima,
dipahami dan dimengerti oleh anak, (e) memberikan
bimbingan dan dorongan dengan penuh pengertian.
Secara umum orang tua mengkombinasikan kontrol
dan dorongan, dimana dalam waktu yang bersamaan
mereka mengawasi perilaku anak dan mendorong
untuk memenuhi peraturan yang ada dalam keluarga
dengan mengikuti standar yang diterapkan.
c. Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh
anak yang serba boleh terhadap keinginan anak. Pola
asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas pada anaknya untuk berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri. Melalui pola asuh seperti ini,
37
anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari
orang tua.
Permisif yang penuh kelalaian, pada pola ini
orangtua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan
anaknya. Orangtua yang seperti ini tidak akan pernah
tahu keberadaan anak mereka dan tidak cakap secara
sosial, padahal anak membutuhkan perhatian orang
tua ketika mereka melakukan sesuatu. Anak ini
biasanya
memiliki
self-esteem
yang rendah, tidak
dewasa dan diasingkan dalam keluarga. Pada masa
remaja
mereka
mengalami
penyimpangan-
penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk
sekolah, kenakalan remaja. Dengan demikian anak
menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak
bisa menangani kebebasan dengan baik. Jadi orangtua
yang
tidak
menuntut
ataupun
menanggapi
menunjukkan suatu pola asuh yang neglectful atau
uninvolved. Orangtua ini tidak memonitor perilaku
anaknya ataupun mendukung ketertarikan mereka,
karena orang tua sibuk dengan masalahnya sendiri dan
cenderung
meninggalkan
tanggung
jawab
mereka
sebagai orang tua.
Pada pola ini orangtua terlibat dengan anaknya,
tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan
mereka.
Biasanya
orangtua
yang
demikian
akan
memanjakan, dan mengizinkan anak untuk melakukan
38
apa saja yang mereka inginkan. Gaya pola asuh ini
menunjukkan
bagaimana
orangtua
sangat
terlibat
dengan anaknya, tetapi menempatkan sedikit sekali
kontrol
pada
mereka.
Hal
ini
berkaitan
dengan
ketidakmampuan sosial, terutama dalam kontrol diri.
Jadi gaya pola asuh permisif indulgent, orangtua
memiliki tuntutan rendah dan tanggapan terlibat tinggi
pada anak. Orangtua ini toleran, hangat dan menerima.
Mereka menunjukkan sedikit otoritas, dan membiarkan
terbentuknya self-regulation pada anak atau remaja.
Pola asuh permisif mengutamakan kebebasan,
dan
anak
diberikan
kebebasan
penuh
untuk
mengungkapkan keinginan dan kemauannya dalam
memilih. Pada dasarnya orangtua dalam pola ini akan
menuruti kehendak anak, dan kerangka pemikiran
psikoanalitis
melandasi
pandangan
orangtua
yang
memandang bahwa setiap manusia dilahirkan sudah
memiliki kebutuhan dasar pribadi yang menuntut
untuk dipenuhi. Oleh karena itu apabila tuntutan ini
tidak
dipenuhi,
perkembangan
maka
dan
akan
timbul
terjadi
halangan
penyimpangan
dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena
itu anak harus diberikan kebebasan penuh serta
dihindari penekanan terhadap keinginan dan kemauan
anak, dan dibiarkan berkembang dengan apa adanya.
Pandangan liberal ini berkembang di Inggris, yang
39
dikembangkan oleh Neill (1960), dia menyarankan
supaya anak sebaiknya diberikan kebebasan penuh
untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya. Jika
anak berbuat kesalahan, maka orang tua tidak perlu
ikut serta untuk memperbaikinya tetapi cukup hanya
membiarkan saja supaya anak itu memperbaiki sendiri
dirinya sendiri. Paham ini memandang bahwa seorang
anak secara alamiah telah memiliki suatu kemampuan
untuk dapat mengurus dan mengatur dirinya sendiri,
sehingga orang lain tidak perlu ikut campur tangan.
Dari
perkembangan
berkembang
liberal
konsep
baru
yang
dari
ada
kemudian
Rogers
dimana
menyarankan supaya anak diasuh dengan campur
tangan yang sesedikit mungkin dari orang tua maupun
dari lingkungan.
Pola asuh orang tua permisif bersikap terlalu
lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap
anak tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti
oleh mereka. Mungkin karena orang tua sangat sayang
(over affection) terhadap anak atau orangtua kurang
dalam pengetahuannya. Pola asuh demikian ditandai
dengan nurturance yang tinggi, namun rendah dalam
tuntutan
kedewasaan,
kontrol
dan
komunikasi,
cenderung membebaskan anak tanpa batas, tidak
mengendalikan anak, lemah dalam keteraturan hidup,
dan
tidak
memberikan
hukuman
apabila
anak
40
melakukan kesalahan, dan tidak memiliki standart bagi
perilaku
perhatian
anak,
serta
dalam
hanya
memberikan
membina
sedikit
kemandirian
dan
kepercayaan diri anak.
2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola
Asuh
Menurut Baumrind dalam Supartini (2004), ada
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
pola
pengasuhan orang tua terhadap anaknya yaitu:
a. Usia orang tua
Usia
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi kesiapan pasangan dalam menjalankan
peran pengasuhan terhadap anaknya. Usia yang terlalu
muda ataupun yang terlalu tua menyebabkan orang
tidak dapat melaksanakan peran pengasuhan secara
optimal.
b. Keterlibatan ayah
Kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama
pentingnya dibandingkan kedekatan antara ayah dan
anaknya, walaupun secara kodrati terdapat perbedaan
diantara keduanya. Pengasuhan anak dalam rumah
tangga dapat melibatkan ayah untuk memnjalankan
peran
pengasuhannya.
Seorang
ayah
tidak
saja
bertanggung jawab dalam memberikan nafkah akan
tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam
41
melakukan perawatan anak seperti mengajak bermain
dan olah raga bersama sebagai salah satu upaya dalam
melakukan interaksi.
c. Pendidikan orang tua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam
melakukan
kesiapan
perawatan
mereka
anak
dalam
akan
mempengaruhi
menjalankan
peran
pengasuhan. Pengalaman dalam menjalankan peran
tersebut dipelajari dari pengalaman orang tua ataupun
pengalaman terdahulu.
d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh
Orang
tua
yang
sebelumnya
memiliki
pengetahuan dalam merawat anak, mereka akan lebih
siap dalam menjalankan peran pengasuhan. Selain itu
mereka akan lebih mampu dalam mengenali tandatanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang
normal.
e. Stress orang tua
Stress
mempengaruhi
menjalankan
yang
dialami
kemampuan
peran
orang
orang
pengasuhan,
tua
tua
terutama
akan
dalam
dalam
kaitannya dengan strategi kopingadalah suatu proses
individu berusaha untuk menangani dan menguasai
situasi stres yang menekan akibat dari menghadapi
42
permasalahan anak dengan cara melakukan perubahan
kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman
dalam
diri.
Kondisi
yang
lain
anak
juga
dapat
menyebabkan stress pada orang tua, misalnya orang
tua dengan anak yang keterbelakangan mental.
f.
Hubungan suami istri
Hubungan yang kurang harmonis antara suami
dan istri akan berdampak kepada kemampuan mereka
dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan
merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa
bahagia, karena satu sama lain dapat saling memberi
dukungan dan menghadapi segala masalah dengan
koping yang positif.
2.11 Mengukur Pola Asuh Orang Tua
Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan
untuk mengukur jenis atau tipe pola asuh orang tua
diantaranya adalah menggunakan lembar kuesionare
Persepsi siswa tentang Pola Asuh demokratis Orang
Tua (Yuliana, 2012). Adapun cara lain yang dapat
digunakan untuk mengukur jenis pola asuh orang tua
yaitu
Family
Communication
Patterns
(FCP)
yang
dikembangkan oleh Richie and Fitzpatrick, (1990) yang
dipadukan dengan Physicology Control Scale (PCS)
menjadi Revised Family Communication Pattern (RFCP)
instrumen yang digunakan untuk mengukur tipe atau
gaya pola asuh orang tua berdasarkan pada cara
43
berkomunikasi anak dengan orang tua dalam penelitian
(Kuhar, M., 2010) tentang Parent Authority Styles in
Adolescent-Parent Relationship.
Menurut Reitman at al (2002) bahwa Pola asuh
orang
tua
dapat
diukur
dengan
menggunakan
Konseptualisasi Baumrind tentang gaya pengasuhan
dengan menggunakan Parental Authority Questionare Revisi (PAQ-R) yang bertujuan untuk menguji sifat dari
gaya pengasuhan orang tua. PAQ-R adalah salah satu
instrumen
yang
dibuat
untuk
mengukur
pola
pengasuhan orang tua baik berdasarkan pada etnis dan
sosioekonomi dilihat dari segi persepsi anak terhadap
sikap orang tua di Amerika-Afrika. Maka alat yang
digunakan oleh penulis untuk mengukur sifat atau
jenis pola asuh orang tua yaitu Kuesioner Pola Asuh
Demokratis berdasarkan pada Persepsi Anak.
2.12 Kajian
Karier
Hubungan
dan
Layanan
Pola
Asuh
Informasi
Demokratis
dengan Pilihan karier
Teori pengembangan karier menurut Holland
(1985) yang di dalamnya yaitu mengenai pilihan karier
berdasarkan pada tipe kepribadian, seperti minat, perlu
disesuaikan dengan jenis pekerjaan nantinya. Untuk
itu, siswa perlu mengetahui bahwa apa yang menjadi
minat mereka dan mengetahui sejumlah informasi
44
terkait dengan kariernya. untuk mengetahui akan
kariernya, siswa di sekolah diperhadapkan dengan
layanan informasi karier yang disampaikan oleh guru,
ternyata
dapat
mengarahkan
siswa
akan
pilihan
kariernya. Dalam menentukan pilihan karier, menurut
Sucipto (2008) membahas layanan informasi karier
dapat meningkatkan arah pilihan karier.
Penelitian yang dilakukan oleh Bacanli (2012),
menyatakan
bahwa,
pemberian
layanan
informasi
dalam dunia karier dapat memberikan manfaat bagi
individu untuk dapat melihat hubungan
antara
keputusan karier yang dibuat secara matang dan tidak
rasional. Penelitiannya melibatkan 188 mahasiswa
Turki. Setelah dilakukan analisis ditemukan bahwa,
layanan informasi karier
berhubungan secara positif
signifikan pada mahasiswa Turki dengan koefisien
korelasi sebesar r : 0,331 p(<0,01).
Emily (2011) meneliti tentang Relationship Among
Career and Life stress, Negative Career Thoughts, and
Career Decision State: A Cognitive Information Processing
Perspective menyatakan bahwa proses pengumpulan
informasi dari tiap individu dipengaruhi oleh faktor
kehidupan stres dan perspektif negatif tentang karier,
apabila
kurangnya
informasi
karier
maka
akan
berdampak bagi individu untuk dapat menentukan
karier yang hendak dipilih. Penelitian ini melibatkan
45
232 mahasiswa di University of Southern Mississipi.
Instrumen yang digunakan yaitu decision making list
(Test). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan
antara kehidupan stress dengan peningkatan pilihan
karier yang keliru berdasarkan sejumlah pengolahan
informasi karier, dengan koefisien korelasi sebesar r :
0,380 p(<0,01).
Alika (2010) meneliti tentang Parental and Peer
group influence as Correlates of career choice in
humanities Among High school students in Edo state,
Nigeria. Menyatakan bahwa pola asuh orang tua
berhubungan langsung dengan karier yang akan dipilih
siswa. Penelitian ini melibatkan 100 siswa di Sekolah
Menengah Atas di Nigeria. Instrumen yang digunakan
yaitu students occupational clusters preferences scale
(OCPS), peer pressure assessment scale (PPAS), dan
parental influence assessment inventory (PIAI). Hasil
analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
signifikan pola asuh orang tua dan pilihan karier siswa,
dengan koefisien korelasi sebesar r : 0,371 p(<0,05).
Sejalan
dengan
Hubungan
antara
penelitian
persepsi
Safitri
pola
(2012)
asuh
tentang
demokratis
dengan pilihan karier pada siswa kelas XI SMA Negeri
11 Yogyakarta. Dalam penelitian ini, melibatkan 160
siswa. Instrumen yang digunakan berupa Kuesioner
yang terdiri dari, Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh
46
Demokratis yang dikembangkan oleh (Baumrind, 1971)
dan Skala Pilihan Karier yang dikembangkan oleh
(Holland, 1985). Hasil analisis menunjukkan bahwa
tedapat hubungan yang positif antara Pola asuh
demokratis dan pilihan karier siswa, dengan nilai
koefisien koelasi sebesar r : 0,381 p(< 0,05).
2.13 Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian sebelumnya Wicaksono (2012)
menunjukkan
bahwa
informasi
karier
sangat
berhubungan dalam pengambilan keputusan dengan
koefisien korelasi r: 0,522 p (<0,05). Sejalan dengan
Luhur (2004) dalam penelitiannya terhadap para siswa
SMA di Malang juga mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan antara pemberian layanan informasi karier
dengan pengambilan putusan karier dengan koefisien
korelasi sebesar r : 442 p (<0,05).
Adapun hasil penelitian Ismadi (2012) sejalan
dengan penelitian Wicaksono (2012) dan Luhur (2004)
tentang hubungan layanan informasi karier dengan
menggunakan teknik E-learning terhadap kemantapan
dalam pilihan karier siswa, dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara layanan informasi karier dengan pilihan karier
siswa.
Dengan
r:0,571p(<0,05)
koefisien
dimana
jumlah
korelasi
sebesar
responden
yang
47
digunakan
sebagai
sampel
adalah
siswa
yang
berjumlah N=32.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ariani (2002) tentang Hubungan antar Pola asuh orng
tua dengan pilihan karier siswa Kelas II di SMU Islam
Malang, menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh demokratis orang tua
dengan pilihan karier siswa sebesar 9,46%
dengan
nilai r : 0,397 p(<0,05). Sejalan dengan penelitian
Yuliana (2012) tentang Hubungan antara pola asuh
demokratis dengan pemilihan karier siswa kelas XI di
SMA Negeri 11 Yogyakarta, menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan pola asuh demokratis orang
tua dengan pilihan karier siswa dengan presentase 29%
dimana, N=160 dengan koofesien korelasi sebesar r :
0,561 p(<0,05)
2.14 Kerangka Teoritik
Setiap Individu dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan
akan
beranjak
pada
tiap
fase
kehidupan. masa remaja adalah masa peralihan antara
masa anak-anak ke masa dewasa. Salah satu tugas
perkembangan pada masa remaja adalah memilih dan
menentukan karir. Remaja yang sudah berada di
sekolah
menengah
kejuruan
(SMK)
sudah
mulai
48
memikirkan masa depan mereka. Untuk siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Salatiga
yang rata-rata usianya 15-17
tahun, proses pilihan karirnya termasuk dalam tahap
tentatif. Pada tahap tentatif mencakup usia kurang
lebih 11 tahun sampai 18 tahun, jadi masa anak
bersekolah di SMP dan SMA/SMK maupun yang
sederajat. Siswa SMK mulai mengalami perubahan
dalam pilihan karirnya, anak mulai menyadari tentang
tuntutan-tuntutan
yang
terkandung
dalam
suatu
pekerjaan. Untuk memilih pekerjaan, anak memikirkan
apakah ia berminat di bidang pekerjaan tersebut atau
tidak,
anak
juga
memikirkan
seberapa
besar
kemampuannya bila berhubungan dengan pekerjaan
yang menjadi pilihannya serta nilai-nilai kehidupan
juga tidak lepas menjadi pertimbangan dalam pilihan
karirnya tersebut. Dalam tahap tentatif ini anak
memadukan antara minat, kemampuan yang miliki
serta nilai-nilai kehidupan sebagai gambaran diri yang
jelas
dan
menyadari
akibat-akibatnya
terhadap
keputusan karir yang dipilihnya. Masa remaja juga
masa berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan
identity pada masa remaja erat kaitannya dengan
komitmen terhadap okupasi masa depan. Apabila
remaja
gagal
mengintegrasikan
aspek-aspek
dan
pilihan atau merasa tidak mampu memilih, maka dia
akan
mengalami
kebingungan.
Individu
yang
mengalami kebingungan identitas tidak menemukan
49
arah pekerjaan atau komitmen ideology yang mana
pun, dan mencapai kemajuan kecil kearah tujuantujuan ini.
Untuk dapat menentukan pilihan karirnya secara
tepat individu memerlukan proses yang panjang yang
dipengaruhi oleh taraf perkembangannya. Walaupun
individu bisa memutuskan karir yang akan dipilihnya
tetapi
banyak
hal
yang
perlu
diperhatikan
agar
keputusannya tersebut sesuai dengan keadaan dan
kemampuan individu tersebut. Pilihan karir merupakan
suatu proses untuk memilih suatu pekerjaan tertentu.
Seseorang akan mempertimbangkan beberapa pilihan
pekerjaan
yang
diantaranya
didasarkan
kesesuaian
atas
internal
berbagai
faktor
seperti
minat,
kemampuan, dan nilai-nilai, dukungan orang tua,
pengaruh teman sebaya, serta informasi kerja dan lainlain.
Layanan informasi karier merupakan sub bagian
dari Layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dimana proses pendidikan di sekolah, bukan hanya
memperoleh
pembentukan
pengetahuan
karakteristik
saja,
tiap
melainkan
individu,
serta
kesiapan siswa dalam menentukan kariernya kelak.
Maka sejalan dengan pendapat Arikunto (2008) bahwa
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dari
manajemen
manajemen
pendidikan
pendidikan
berarti
di
sekolah
karena,
mengatur
seluruh
50
kebetuhan siswa dari segi pengetahuan dan sikap
semenjak masuk sekolah sampai pada kelulusannya.
Apabila siswa telah memperoleh sejumlah informasi
yang berkaitan dengan dunia pekerjaan, maka dia akan
menentukan
pilihan
kemampuannya.
Jadi
karier
Hubungan
sesuai
antara
dengan
layanan
informasi karier yang diberikan guru bagi siswa sangat
mempengaruhi pilihan kariernya.
Orang
tua
menjadi
salah
satu
faktor
dari
beberapa faktor, yang mempengaruhi pilihan karier
anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang
berbeda beda, dan hal ini akan menentukan hasil akhir
dari arah pilih anak. Ada beberapa orang tua yang
senang memaksakan kehendaknya mereka cenderung
otoriter dan membatasi gerak anak, anak tidak bebas
memilih harus sesuai pilihan orang tua. Ada juga orang
tua yang cenderung permisif atau terlalu membebaskan
anak, anak cenderung seenaknya namun menjadi
kurang bertanggung jawab. Ada
pula
yang lebih
demokratis, yaitu orang tua menggabungkan antara
pola asuh otoriter dan permisif yang biasa disebut
dengan pola asuh demokratis. Disini orang tua tidak
terlalu mengekang dan tidak terlalu membebaskan.
Anak diberi kebebasan namun tetap diawasi dan diberi
tanggung jawab. Anak bisa menentukan pilihannya
namun tetap didiskusikan dengan orang tua dan
dicarikan solusi yang terbaik.
51
Dalam keluarga demokratis senantiasa mencari
penalaran
di
belakang
perintah
yang
diberikan
sehingga anak terlatih menetapkan pilihannya, apakah
sesuai atau tidak terutama dengan norma. Hal ini akan
termanifestasi dalam perilaku sehari-hari terutama
dalam menetapkan pilihan karier. Individu terbiasa
memperhitungkan apa yang akan dia lakukan, apa
yang akan dia pilih, apa akibat dari pilihannya,
bagaimana pendapat orang tua dan pertimbangan lain.
Hubungan antara orang tua dan anak yang baik
akan menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri
anak tentang orang tua mereka. Remaja yang memiliki
persepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh
demokratis, akan merasa dirinya diterima dan dihargai
karena anak merasa orang tua tidak sekedar menutut
atau memaksakan kehendak namun lebih mengakui
hak-hak mereka sebagai anak. Kaitannya dengan
pilihan karir ketika anak sudah memiliki pemahaman
positif tentang pola asuh demokratis yang diterapkan
orang tua, maka ketika dihadapkan dalam pilihan karir
anak lebih bisa menentukan pilihannya tanpa merasa
tertekan oleh orang tua. Anak tidak akan menganggap
orang tua mereka sebagai hambatan dalam pilihan
karir
namun
sebaliknya
anak
tidak
akan
ragu
menjadikan orang tuanya sebagai pedoman ketika
mereka mengalami kebingungan dalam memilih karena
menentukan pilihan itu, bukanlah hal yang mudah,
52
dan anak tidak akan ragu atau takut untuk berdiskusi
dengan orang tua yang memberi kenyamanan serta
bisa memahami mereka. Hal ini erat hubungannya
dengan ketepatan pilihan karir anak kelak. Dari uraian
diatas jelas terdapat hubungan antara pola asuh
demokratis dengan pilihan karir anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperjelas
denga uraian bentuk bagan seperti berikut ini;
Layanan Informasi Karier (X1)
1. Usaha yang dilakukan individu
dalam memahami materi informasi
karier.
2. Sejauh Mana Individu ingin
memperoleh layanan informasi
karier.
3. Bentuk-bentuk Layanan Informasi
Karier di Sekolah.
H1
H3
Pilihan Karier (Y)
1. Aktivitas yang disukai
2. Kompetensi yang dimiliki
3. Pekerjaan yang disukai
Pola asuh demokratis (X2)
1. Bentuk pola asuh demokratis
dilihat dari aspek pengontrolan.
2. Bentuk pola asuh demokratis
dilihat dari aspek tanggapan.
H2
53
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pikir
2.15 Hipotesis Penelitian
2.15.1 Hipotesis Empirik
1.
Ada hubungan yang signifikan antara layanan
informasi karier dengan pilihan karier siswa kelas
XI
SMK
Negeri
2
Salatiga
tahun
ajaran
2012/2013
2.
Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh
demokratis orang tua dengan pilihan karier siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran
2012/2013
3.
Ada hugungan yang signifikan antara layanan
informasi karier dan pola asuh demokratis orang
tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK
Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2012/2013
2.15.2 Hipotesis Statistik
1.
Ho: Rx1.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara layanan informasi karier dengan
pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2
Salatiga,
dan
jika
H1:Rx1.y
≠
0artinya
ada
54
hubungan
yang
signifikan
antara
layanan
informasi dengan pilihan karier siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Salatiga.
2.
Ho: Rx2.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh demokratif orang tua
dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri
2 Salatiga, dan jika H1: Rx2.y ≠ 0 artinya ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh
demokratif orang tua dengan piliha karier siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.
3.
Ho: Rx12.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara layanan informasi karier, pola
asuh demokratif orang tua dengan pilihan karier
siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga dan jika H1:
Rx12.y ≠ 0 artinya ada hubungan yang signifikan
antara
layanan
informasi
karier,
pola
asuh
demokratif orang tua dengan pilihan karier siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.
55
Download