Treasury Policy Brief - Direktorat Jenderal Perbendaharaan

advertisement
Treasury Policy Brief
Subdit Penelitian dan Pengembangan, dan Kerjasama Kelembagaan
Direktorat Sistem Perbendaharaan
Edisi Nomor 2, September 2017
Penerapan World-Class State Treasury di Korea Selatan
Korea Selatan adalah salah satu negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD). Korea Selatan juga merupakan salah satu negara yang menerapkan world-class
state treasury dengan lingkup mulai dari perencanaan keuangan hingga pelaporannya. Salah satu ciri elemen
kunci yang harus dimiliki organisasi treasury adalah cash-centric atau berfokus pada kas dan akuntabilitas
arus kas organisasi. Treasury Korea Selatan telah memfokuskan diri dalam manajemen kas dengan
paradigma baru yang bertujuan mencari keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan efisiensi.
Menurut Tandberg (2005), sistem treasury meliputi
berbagai aspek penting dalam manajemen belanja
publik. Kunci dari sistem treasury dimaksud antara
lain manajemen pencairan anggaran, perencanaan
keuangan, kendali atas proses belanja, manajemen
arus kas pemerintah, manajemen aset dan liabilitas,
akuntansi, termasuk audit internal untuk pelaksanaan
anggaran.
Gambar 1 System Treasury Value Chain
Financial
Planning
Budget
Releases
Commitment
Control
Cash and
Asset
Managem
ent
Debt
Managem
ent
Revenue
Managem
ent
Payment
Processing
Accounting
Fiscal
Reporting
Internal Audits
Information & Systems
Legal and Institutional Framework
Sumber: Tandberg, (2005)
Value Chain dari system treasury (gambar 1)
merupakan kerangka yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan menelaah komponen atau
tahapan proses yang menjadi bagian dalam sistem
treasury pada suatu negara. Secara konsep, kriteria
utama untuk menentukan apakah komponen atau
proses dapat dimasukkan dalam sistem treasury
adalah nilai tambah yang ada di dalamnya.
Dalam sektor privat, nilai tambah itu dapat
diestimasikan sebagai peningkatan profit perusahaan.
Di dalam sektor publik, untuk menentukan nilai
tambah diperlukan pemahaman atas konsep yang
lebih kompleks, seperti manfaat sosial atau
pengurangan biaya. (Tandberg, 2005).
Sebagian besar negara-negara dengan perekonomian
maju memiliki konsep organisasi treasury secara
virtual. Dalam arti, banyak kegiatan operasional
treasury yang dilakukan oleh kementerian/lembaga
dan pihak ketiga dengan memanfaatkan sistem
teknologi informasi yang maju.
Organisasi treasury lebih banyak memainkan peranan
strategis dan analitis, terutama dalam manajemen kas,
yaitu dalam arus kas masuk dan kas keluar. Tandberg,
(2005) mengatakan bahwa inilah area nilai tambah
yang sesungguhnya lebih mudah untuk dikuantifikasi,
dalam hal manfaat finansial langsung yang diterima
oleh pemerintah.
Salah satu negara maju yang telah menekankan
manajemen kas dalam system treasury-nya adalah
Korea Selatan. Berdasarkan data dari Worldbank,
(2017), Korea Selatan memiliki luas wilayah 100.280
km2 dan jumlah penduduk sekitar 51,2 juta pada tahun
2016. Korea Selatan merupakan negara dengan
perekonomian terbesar ketiga belas dengan nilai
nominal PDB tahun 2016 sebesar USD1.411,25 juta.
(Worldbank, 2017). Korea Selatan tergabung dalam
beberapa organisasi ekonomi internasional seperti G20 ekonomi utama, APEC, WTO, dan OECD.
Berbeda dengan Indonesia, Korea Selatan menganut
demokrasi liberal/demokrasi parlementer, yakni
sistem politik yang melindungi secara konstitusional
hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
Demokrasi ini menekankan pada kebebasan dengan
mengabaikan kepentingan umum, kekuasaan
pemerintah terbatas, dan dibatasi oleh undangundang. Kedudukan badan legislatif lebih tinggi
daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana
menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat
dan diberhentikan oleh parlemen. Selain itu,
pembagian administratif Korea Selatan pun berbeda,
yang terdiri atas kota istimewa/khusus (Seoul), 6 kota
metropolitan, dan 9 provinsi.
Meskipun memiliki konteks administratif yang
berbeda, Indonesia memiliki hubungan baik dengan
Korea Selatan, terutama dalam bidang ekonomi.
Kementerian Perdagangan mencatat bahwa pada
tahun 2016 nilai perdagangan bilateral antara
Indonesia dengan Korea Selatan mencapai USD13,6
http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/data-publikasi/publikasi-cetak/treasury-policy-brief.html
Halaman 1
September 2017
Treasury Policy Brief
miliar yang terdiri dari ekspor Indonesia ke Korea
Selatan sebesar USD7,0 miliar dan impor Indonesia
dari Korea Selatan sebesar USD6,67 miliar. Neraca
perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan
mengalami surplus sebesar USD 334,3 juta. Sementara
itu, katadata.co.id mencatat bahwa pada tahun 2016,
Korea Selatan merupakan negara dengan investasi
terbesar kesembilan di Indonesia dengan nilai
investasi mencapai USD1,1 miliar. Indonesia dan
Korea Selatan juga bekerja sama dalam bidang
treasury dalam bentuk Knowledge Sharing Program
(KSP).
Sejak tahun 2011, KSP bertemakan treasury dilakukan
setiap tahun. Tema treasury dimaksud antara lain
adalah penganggaran dan tren realisasi anggaran.
Pada periode 2016/2017, KSP mengambil tema peran
dari state treasury untuk kompetisi industri dan
reformasi pelayanan pensiun di Indonesia. Tema
tersebut memuat 3 isu, yakni 1) Memperkuat peran
kebijakan fiskal untuk meningkatkan sektor
manufaktur sebagai mesin pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan 2) Implementasi sistem pensiun
untuk pegawai sektor publik dan 3) Peningkatan
Sistem Informasi Kredit Program untuk mendukung
UMKM di Indonesia.
Peran Penting Treasury
Menurut Braley, et.al (2016), Treasury memiliki
peran yang penting dan semakin berkembang dalam
setiap organisasi sehingga treasury harus terus
meningkatkan nilai tambah demi kelangsungan
sebuah organisasi. Braley, et.al (2016) selanjutnya
menyebutkan bahwa ada lima elemen kunci yang
membedakan treasury konvensional dengan worldclass treasury, yaitu:
1. Pola pikir yang proaktif, bukan reaktif. Artinya,
treasury harus secara konsisten dapat
mengantisipasi kebutuhan kas organisasi dan
secara aktif memaksimalkan penggunaan kas.
Treasury memiliki wewenang untuk berbicara
kepada setiap stakeholders dalam setiap
pengambilan keputusan.
2. Cash-centric organization. Treasurer berfokus
pada kas dan akuntabilitas arus kas organisasi.
Perencanaan kas dibuat seakurat mungkin. Setiap
treasurer memiliki kepedulian pada kas, dan
pengambilan keputusan didasarkan pada keadaan
kas.
3. Pelaporan berkualitas yang menjembatani aspek
keuangan dan operasional. Treasury yang baik
bukan hanya berfungsi sebagai pusat informasi
keuangan, tetapi seluruh informasi organisasi
sehingga perencanaan dan pelaksanaan anggaran
berkorelasi dengan sumber daya yang ada.
4. Menemukan platform yang tepat. Organisasi yang
efektif tidak melakukan duplikasi pekerjaan,
apalagi melakukan banyak pekerjaan secara
manual. Treasurer harus menciptakan sistem yang
mengotomatisasi transaksi rutin, kanal informasi,
dan acuan kerja yang jelas.
5. Kemampuan adaptasi. Organisasi treasury
dituntut untuk mengevaluasi keadaan saat ini dan
kebutuhan di masa yang akan datang.
Treasury di Korea Selatan
Treasury Bureau adalah organisasi treasury di Korea
Selatan. Treasury Bureau ini berada di bawah Ministry
of Strategic and Finance (MSOF). Secara garis besar
tugas dari Treasury Bureau adalah mengawal
keseluruhan proses operasi fiskal dapat dijalankan
dengan efisien dan stabil, mulai dari pengalokasian
anggaran hingga pertanggungjawabannya. (White
Paper on South National Treasury, 2014).
Posisi Treasury Bureau adalah sebagai CFO (Chief
Financial Officer) yang bertugas menyediakan dana
yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
pemerintahan, mengatur aset dan liabilitas negara,
dan menjalankan kontrak-kontrak pemerintah.
Fungsi-fungsi tersebut bertujuan untuk stabilitas
keuangan negara.
Lebih lanjut, dalam White Paper on South National
Treasury (2014) disebutkan bahwa tak hanya berkisar
pada keuangan publik, Treasury Bureau juga harus
meningkatkan perannya sebagai fund manager dan
developer of the state dengan cara memanfaatkan
sepenuhnya aset negara dan juga pembiayaan untuk
meningkatkan penerimaan. Tentu saja hal ini
dilakukan dengan memperhitungkan baik-baik risiko
fiskal yang ada seperti krisis keuangan global,
peningkatan biaya untuk memenuhi kesejahteraan,
tingkat kelahiran yang rendah, hingga ke masalah
populasi yang menua.
Paradigma treasury Korea Selatan fokus pada
peningkatan peran treasury sebagai fund manager dan
pengembang negara dengan mengambil manfaat dari
dana treasury dan aset untuk memperoleh
penerimaan negara, dengan tujuan pertumbuhan
ekonomi dan efisiensi pemerintah sebagaimana
terlihat pada Gambar 2.
Halaman 2 http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/data-publikasi/publikasi-cetak/treasury-policy-brief.html
Gambar 2. Paradigma Manajemen Keuangan pada
Treasury Bureau
Pertumbuhan
Ekonomi
Peningkatan
Penerimaan di
Treasury Fund
1. Manajemen
profit meningkat
dalam Treasury
Funds
2. Revitalisasi
pasar
Korea
Treasury Bond
(KTB)
Efisiensi
Pemerintah
Nilai Tambah dalam
Aset Nasional
Kemajuan dalam
Infrastruktur
Fiskal
1. Pengembangan dan
utilisasi
properti
pemerintah
dan
adopsi model baru
dalam penerimaan.
2. Penerimaan
meningkat
dari
stockholdings
pemerintah.
1. Pengurangan
Anggaran
melalui
reformasi
sistem kontrak
pemerintah.
2. Transparansi
dari
sektor
publik
Peningkatan peran sebagai Fund Manager & Pengembang Aset Negara
Sumber: Ministry of Strateg and Finance. Republic of Korea, 2014.
Korea Selatan telah menerapkan Treasury Single
Account (TSA). Penerapan TSA telah meningkatkan
efisiensi dalam manajemen treasury fund. Pembayaran
di Korea Selatan juga sudah memfasilitasi kartu kredit.
Adakalanya terjadi kekurangan kas akibat selisih
antara belanja dan penerimaan negara di hari itu.
Untuk mengatasi kekurangan kas jangka pendek,
Treasury Bureau menerbitkan treasury bills ke Bank of
Korea (BOK) untuk menutupi kekurangan kas
sementara itu. Apabila terjadi kelebihan kas, idle cash,
Treasury Bureau akan meletakkannya di pasar uang
untuk mendapatkan penerimaan negara.
Ministry of Strategic and Finance Republic of Korea
menyebutkan,
ketika
pertumbuhan
ekonomi
diperkirakan melambat di semester pertama, dan baru
akan menguat di semester kedua, Treasury Bureau
dapat mengambil peran mendukung kebijakan
makroekonomi agar lebih efektif. Caranya dengan
mengamankan 50-60% anggaran tersedia dan
mengalokasikannya dengan lebih baik ke pasar
keuangan demi mendapatkan penerimaan yang
maksimal. (White Paper on South National Treasury,
2014).
Treasury Bureau juga mengoperasikan sistem yang
terhubung dengan pasar Korea Treasury Bond (KTB)
primer dan sekunder, termasuk primary dealer,
conversion offer, early redemption and redinancing,
dan KTB future markets system. Selain itu, Treasury
Bureau membangun dan mengimplementasikan
kebijakan demi meningkatkan peran KTB sebagai
acuan dan mengembangkan pasar utang pemerintah.
Treasury
Bureau
mengatur
kebijakan
dan
mengoperasikan sistem yang berhubungan dengan
stabilitas manajemen properti pemerintah seperti real
estate yang dimiliki pemerintah, barang-barang,
sekuritas, dan piutang pemerintah demi mendapatkan
nilai tambah. Properti yang idle dikembangkan untuk
mendatangkan nilai dan manfaat bagi masyarakat, dan
mendahulukan real estate untuk tujuan-tujuan
administratif atau juga bisa menjual properti yang
dianggap tidak difungsikan dan tidak memiliki manfaat
untuk menambah penerimaan negara.
Untuk meningkatkan efisiensi dalam manajemen
BUMN dan organisasi publik lainnya, Treasury Bureau
menjalankan hak pemegang saham dengan
menghormati kebijakan publik, termasuk kebijakan
dividen, dan keputusan penting mengenai investasi.
Treasury Bureau juga membuat investasi baru untuk
meningkatkan dana untuk institusi publik dan menjual
ekuitas pemerintah untuk berbagai tujuan seperti
privatisasi.
Treasury Bureau juga mengadministrasikan kontrak
pemerintah dan sistem pengadaan barang jasa dengan
tujuan efisiensi dan menyeimbangkan pengembangan
tiap regional, misalnya lewat
usaha kecil dan
menengah dengan kredit usaha rakyat.
Tugas utama Treasury Bureau dalam manajemen
pembiayaan treasury meliputi:
1. Operasional sistem penerimaan treasury fund yang
terjalin kerjasama antara MOSF, bank sentral dan
institusi keuangan lainnya dengan tujuan
penerimaan dan pembayaran menjadi semakin
transparan dan efisien dan menimbulkan
kenyamanan masyarakat.
2. Perencanaan dana. Treasury Bureau menyusun
perkiraan kebutuhan dana secara detail
berdasarkan estimasi yang disusun masing-masing
kementerian untuk menghindari keadaan kas yang
berlebih maupun kekurangan kas.
3. Mengonsolidasikan treasury fund lewat Treasury
Single Account (TSA) dengan pemisahan akun
penerimaan dan belanja.
4. Pembiayaan kekurangan kas jangka pendek
dengan menerbitkan treasury bills dengan jatuh
tempo paling umum 63 hari, dan meminjam uang
(pembiayaan jangka pendek) ke bank sentral
(BOK).
5. Mengoperasikan
dana
treasury
dengan
memanfaatkan idle cash ke pasar uang untuk
meningkatkan penerimaan. Treasury Bureau
menetapkan batas aman belanja harian, kemudian
mengalokasikan kelebihannya ke pasar.
http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/data-publikasi/publikasi-cetak/treasury-policy-brief.html
Halaman 3
Treasury Policy Brief
6. Mengoperasikan Public Capital Fund Management
(PCFM) sebagai working capital management.
7. Mengatur piutang pemerintah. Jumlah piutang
pemerintah Korea Selatan naik terus dari tahun ke
tahun dan membutuhkan manajemen yang efektif
dan
efisien.
Pemerintah
pun
berusaha
menurunkan
rasio
pengembalian
piutang
pemerintah dengan memperbaiki kerangka
institusi dengan cara mendelegasikan bagian
penagihan ke pihak ketiga dan membagikan
informasi para pengutang ke pihak pemberi kredit
agar dapat dievaluasi.
Public Capital Fund Management (PCFM)
PCFM dibentuk untuk menyukseskan pembiayaan bagi
implementasi kebijakan dengan cara mengatur proses
dari penerbitan obligasi dan idle cash yang berasal dari
rekening lain dan pembiayaan yang dilakukan oleh
pemerintah.
MOSF menerbitkan Korea Treasury Bonds (KTBs) untuk
belanja pemerintah dan memberikan pinjaman ke
rekening lain dan pembiayaan dengan bunga lebih
rendah dari bunga pasar. MOSF juga mengambil alih
obligasi pemerintah daerah untuk mendukung
program pemerintah daerah.
PCFM menyusun anggaran bulanan, terdiri dari
rencana penerimaan yang berasal dari penerbitan KTB
tahunan, pengeluaran untuk deposito, dan pembayaran
kembali pokok dan bunga.
PCFM ini menggunakan strategi investasi “fund of
funds” dengan menahan portofolio ketimbang
menginvestasikan secara langsung ke saham, utang,
atau bentuk sekuritas yang lain. Investasi semacam ini
sering juga disebut sebagai “multi-manager
investment”, yang berarti menginvestasikan hanya ke
dana-dana yang diatur oleh entitas yang sama.
Rekomendasi Kebijakan Menuju Kondisi Ideal
World-Class Treasury Management
Menurut Treasury Strategies, Inc. (2013), untuk menuju
kondisi ideal, organisasi treasury harus mengubah cara
pandang tentang pekerjaan, yang sebelumnya
didominasi pekerjaan-pekerjaan operasional, menjadi
pekerjaan yang bersifat analitik dan strategik. Best
practice treasury di sektor privat memiliki porsi
strategic iniative sebanyak 50%, analytical 30%, dan
menyisakan operasional hanya 20%. Inisiatif strategis
tersebut mencakup struktur dan organisasi,
manajemen likuiditas, teknologi, kerangka kebijakan,
manajemen risiko, dan treasury metrics.
Secara
infrastruktur,
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan (DJPb) tidak berbeda jauh dengan
Treasury Bureau di Korea Selatan, dilihat dari adanya
sistem TSA dan Financial Management Information
System (FMIS). Dalam hal orientasi berbasis kas,
Treasury Bureau lebih maju. Misalnya, Korea Selatan
September 2017
baru menerbitkan obligasi berjangka 50 tahun, fixed
rate, dengan tujuan untuk menghilangkan risiko inflasi
dengan 10-tahun jatuh tempo, selain KTBs berjangka 3,
4, 10, 20, dan 30 tahun. Selain KTBs, pemerintah Korea
juga menerbitkan Treasury Bills, National Housing
Bonds dan Foreign Exchange Stabilization Bonds
sebagai strategi manajemen likuditas. KTBs memiliki
porsi yang lebih besar dan memegang peranan kunci
bagi pembiayaan belanja publik. KTBs bahkan menjadi
benchmark dalam pasar utang Korea.
Selain itu, dalam White Paper on South National
Treasury, (2014) disebutkan bahwa untuk membiayai
kebutuhan kas temporer, Treasury Bureau bisa
langsung menerbitkan treasury bills dengan jatuh
tempo paling umum 63 hari, dan meminjam uang
(pembiayaan jangka pendek) ke bank sentral (BOK).
Pembiayaan jangka pendek dari bank sentral memiliki
bunga yang ekuivalen dengan monetary stabilization
bonds.
Pembentukan working capital management seperti
PCFM di Korea Selatan juga dapat dipertimbangkan
untuk diterapkan di Indonesia. Lebih lanjut, treasurer
juga harus mampu memberikan masukan tentang
dampak perubahan kebijakan yang diusulkan pada
tingkat modal kerja. Oleh sebab itu, treasurer harus
mengetahui bagaimana modal kerja digunakan dan
apa pengaruh serta kaitannya dengan elemen-elemen
keuangan lainnya.
KSP 2016/2017 antara Indonesia dan Korea Selatan
menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan.
Terkait Sistem Informasi Kredit Program (SIKP),
terdapat
beberapa
rekomendasi
kebijakan
peningkatan SIKP antara lain:
Pertama, perlunya dilakukan rating/pemeringkatan
dalam model KUR rating bagi kustomer KUR yang
potensial. Hal itu dilakukan dengan memperhatikan
rekomendasi pemerintah daerah atas UMKM setelah
melakukan sebelumnya dilakukan assessment.
Selanjutnya, prosedur tertentu dilakukan untuk dapat
meningkatkan penerimaan oleh bank.
Kedua, SIKP perlu menyediakan informasi UMKM ke
publik dan juga para pemangku kepentingan di sektor
swasta melalui suatu sistem manajemen UMKM yang
terintegrasi. Dalam sistem tersebut, informasi
pelanggan KUR akan mengakselerasi kompetisi di
antara pinjaman bank komersial, dan mencegah
duplikasi dukungan pemerintah, serta menjaga
keefektifan asistensi.
Sementara itu, terkait isu pensiun, reformasi sistem
pensiun harus dilakukan untuk menjaga ketahanan
fiskal dengan tetap menjamin pembayaran pensiun
kepada pegawai negeri dengan manajemen dan
tingkat pelayanan yang efektif dan efisien. Pada masa
transisi, sistem yang dibangun adalah fully fundedsebagian. Kemudian, untuk membagi beban antara
pihak pemerintah dan pegawai, kontribusi yang
Halaman 4 http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/data-publikasi/publikasi-cetak/treasury-policy-brief.html
seimbang dapat menjadi pilihan awal. Setelah itu,
rencana strategis jangka panjang perlu dibuat untuk
meningkatkan kesehatan keuangan bagi para
pensiunan.
Pemerintah juga perlu melihat kembali batas usia
pensiun yang linier dengan angka harapan hidup.
Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan
restrukturisasi fungsi yang saling tumpang tindih
dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaannya
antara Kementerian Keuangan dan Kementerian
BUMN, dan antara PT Taspen dengan PT ASABRI.
Daftar Pustaka
Charlie Braley, Deborah Rieger-Paganis and Tom
Studebaker, 2016. Five Key Elements of A World
Class Treasury Department.
Kementerian
Perdagangan,
2017.
Neraca
Perdagangan Indonesia Dengan Korea Selatan
2012-2017.
Diakses
dari
http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesia-export-import/balance-oftrade-with-trade-partner-country?negara=114
pada 05/10/2017.
KSP Indonesia-Korea. 2017. Final Reporting
Knowledge Sharing Program Indonesia-South
Korea.
Ministry of Strategic and Finance Republic of Korea,
2014. White Paper on South National Treasury.
Tandberg, Erwin, 2005. Treasury System Design: A
Value Chain Approach.
Treasury Strategies, Inc, 2013. The Treasury 3.0 Frame
Work: Deploying A Model of Best Practices.
Wikipedia.
Korea
Selatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan
diakses 28 Agustus 2017
Katadata, 2017. 10 Negara Investasi Terbesar di
Indonesia.
Diakses
dari
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017
/01/26/10-negara-terbesar-investasi-keindonesia-2016 pada 29/09/2017.
TIM TREASURY POLICY BRIEF
Pengarah
RM Wiwieng Handayaningsih
Direktur Sistem Perbendaharaan
Pemimpin Redaksi
Windraty Ariane Siallagan
Kasubdit Penelitian dan Pengembangan, dan Kerjasama Kelembagaan
Redaksi
Moch. Abdul Kobir
Agung Hartoyo
Setia Parasian
Laurentius Ade Wida Kurniawan
Yanstenly Yudhistira
Agus Triyono
Pringadi Abdi Surya
Faruq Al Amin
Luqman Elhakim
Heru Prabowo
Kasi Penelitian dan Pengembangan Sistem Perbendaharaan I
Kasi Penelitian dan Pengembangan Sistem Perbendaharaan II
Kasi Kerjasama Kelembagaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
Pelaksana Direktorat Sistem Perbendaharaan
DISCLAIMER/ LEGAL NOTICE
Treasury Policy Brief adalah rekomendasi kebijakan yang disusun oleh Subdit. Penelitian dan Pengembangan, dan Kerjasama
Kelembagaan, Direktorat Sistem Perbendaharaan berdasarkan hasil kajian/publikasi Litbang Perbendaharaan. Opini dan
pendapat yang dimuat tidak merefleksikan pandangan resmi instansi. Sekretariat: Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lt. 4 Jl.
Budi Utomo No. 6, Jakarta Pusat (10710), email:[email protected].
http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/data-publikasi/publikasi-cetak/treasury-policy-brief.html
Halaman 5
Download