Artikel: PELAKSANAAN EVALUASI SETIAP AKHIR PROSES PEMBELAJARAN: KENDALA DAN PEMECAHANNYA Ditulis oleh Eko Muharto, Kepala SD Negeri Kaliurip Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Abstrak Evaluasi dalam proses pembelajaran adalah alat untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi dapat dijadikan perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik. Soal evaluasi perlu dikaji untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut sudah memenuhi kriteria soal yang baik atau tidak, adapun kriteria soal yaitu kesesuaian soal dengan kompetensi dasar, penyebaran soal yang proporsional, valid, memiliki daya beda yang baik, memiliki tingkat kesukaran yang baik, dan efektifnya tingkat distraktor soal. Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri Karangsari Bener Purworejo diketahui bahwa soal ulangan setiap akhir proses pembelajaran belum pernah dilakukan analisis. Bahkan ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran peserta didik diberi tugas atau soalsoal yang berhubungan dengan materi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran dilakukan oleh guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi guru kelas I sampai dengan kelas VI SD Negeri Karangsari Bener Purworejo. Data yang dijadikan dokumen berupa bank soal ulangan setiap akhir proses pembelajaran. Data ini bersumber dari siswa dan guru SD Negeri Karangsari Bener Purworejo. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman dokumentasi untuk menilai dan menganalisis soal yang telah dikerjakan berdasarkan jawaban siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu untuk mengetahui kesesuaian soal dengan kompetensi dasar pada kurikulum yang berlaku. Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis penyebaran soal, analisis validitas butir soal, analisis daya beda soal, analisis tingkat kesukaran, dan analisis efektifitas disktraktor. Berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan, ditemukan bahwa soal secara umum telah sesuai dengan kompetensi dasar yang berlaku, namun masih ada soal yang tidak terdapat dalam kompetensi dasar. Penyebaran soal pada soal masih belum proporsional antara jenjang ingatan, pemahaman dan aplikasi. Validitas butir soal termasuk soal yang valid. Daya beda soal termasuk dalam kriteria jelek. Tingkat kesukaran untuk kelas I sampai dengan III termasuk dalam kriteria mudah, kelas IV sampai dengan VI termasuk dalam kriteria sukar. Efektitivitas distraktor soal termasuk dalam kriteria tidak efektif. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa soal-soal ulangan akhir pembelajaran yang dipakai di SD Negeri Karangsari Bener Purworejo termasuk dalam kriteria yang rendah kualitasnya. Oleh karena itu peneliti memberikan saran agar guru melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran, baik dimulai penyusunan soal maupun analisis terhadap butir soal sebelum dan sesudah evaluasi. Mengacu pada penelitian ini, soal yang telah memenuhi kriteria dijadikan sebagai bank soal dan soal yang belum memenuhi cukup kriteria sebagai soal yang baik agar dilakukan perbaikan sehingga mendapatkan soal yang berkualitas. Kata kunci: evaluasi, proses pembelajaran, hasil pembelajaran Latar Belakang Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi/penilaian. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi/penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak peserta didik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan menelaah pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh peserta didik setelah ia melaksanakan proses pembelajaran. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses pembelajaran. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan evaluasi di akhir proses pembelajaran di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh kadang-kadang kurang memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai di bawah standar atau di bawah rata-rata. Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak menjadi masalah bagi guru, yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan penilaian terhadap peserta didik di kelas. Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran peserta didik diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut. Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi peserta didik. Tetapi kegiatan ini mempunyai kelemahan yaitu peserta didik yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus mempunyai banyak persediaan soal. Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa peserta didik yang pandai, peserta didik yang kurang pandai dan beberapa peserta didik yang sedang kemampuannya untuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan materi pelajaran tersebut. Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penilaian tersebut. Ada juga yang tidak menghiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pembelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum. Akhir-akhir ini jika kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam melaksanakan evaluasi di akhir pembelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara untuk mengatasinya. Penulisan ini bertujuan untuk mengkritik kegagalan guru dalam melakukan evaluasi di akhir proses pembelajaran. Mencari faktor penyebabnya dan cara untuk mengatasinya. Dalam penulisan ini pembatasannya sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Kondisi permasalahan evaluasi di akhir proses pembelajaran di sekolah pada saat ini. Telaah teori/pendapat ahli. Kegagalan pelaksanaan evaluasi di akhir pembelajaran. Simpulan. Metode Beberapa metode pengumpulan data yang akan dilakukan, antara lain: a. Wawancara Salah satu metode yang digunakan adalah metode wawancara. Untuk menjawab pertanyaan evaluasi yang menyangkut pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi setelah proses pembelajaran dilakukan dengan wawancara terpandu (guided interview) terhadap pendidik. Untuk pendidik, akan diambil enam orang pendidik dari kelas I s.d. VI sebagai narasumber. b. Observasi Lapangan 1). Observasi guru yang mengajar di dalam kelas Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tentang RPP, penguasaan dalam berbahasa, menjelaskan materi pada peserta didik, pengunaan alat peraga dan interaksi selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan dari pukul 7.00 WIB s.d. 9.00 WIB. Dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran pada hari itu. 2). Observasi partisipasi peserta didik di dalam kelas Observasi ini dilakukan di dalam kelas untuk melihat kesiapan peserta didik melakukan kegiatan belajar yang meliputi penguasaan bahasa, penerimaan materi pembelajaran, interaksi selama proses pembelajaran berlangsung. c. Observasi dengan kuesioner Observasi yang dilaksanakan untuk menggali pandangan dan persepsi peserta didik sebagai pengguna program terhadap kegiatan guru setelah akhir pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi untuk peserta didik dilakukan secara serentak pada waktu yang sudah dialokasikan sebelum siswa mulai melaksanakan kegiatan belajar. Tidak ada proses sampling pada observasi ini karena semua peserta didik yang berada dalam program ini harus terlibat langsung dan berpartisipasi aktif. d. Evaluasi Umumnya evaluasi diadakan dua kali setiap semester, yaitu Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS). Namun juga perlu setiap kegiatan akhir pelaksanaan proses pembelajaran diadakan evaluasi. Teknik Analisis Data a. Triangulasi Data Untuk memperoleh kebenaran, evaluasi ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Patton, triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 1990: 178). Triangulasi data dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan cross-check informasi antara informan yang satu dengan informan yang lain. Adapun dari beberapa macam teknik triangulasi, maka pada penelitian ini yang akan digunakan adalah teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah teknik yang digunakan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi sumber ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2). Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4). Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan. 5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Dari kelima cara dalam proses triangulasi sumber tersebut, maka pada evaluasi ini akan digunakan cara dengan membandingkan (1) hasil wawancara dengan hasil pengamatan, (2) perspektif dari guru kelas I s.d. VI, dan (3) hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan (hasil evaluasi peserta didik). Pertanyaan Evaluasi No 1 2 3 Pertanyaan Evaluasi Apakah rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan? Apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diberikan? Apakah sasaran kegiatan yang diajukan sudah layak dan sesuai dengan tujuan kegiatan dan kondisi yang dihadapi? 4 Apakah sebenarnya peserta didik sudah siap dengan evaluasi yang diberikan? 5 Apakah sebenarnya pendidik sudah siap melaksanakan evaluasi setelah proses pembelajaran tersebut selesai? 6 Apakah sebenarnya sistem administrasi yang dimiliki oleh institusi pendidikan sudah dapat mengakomodasi penerapan program evaluasi setelah akhir proses pembelajaran? Sasaran Pengumpulan Data Pendidik Wawancara Peserta didik Kuesioner Pendidik Wawancara Peserta didik Kuesioner Pendidik Wawancara Peserta didik Kuesioner Pendidik Wawancara Peserta didik Kuesioner Pendidik Wawancara Analisis Triangulasi Data Triangulasi Data Triangulasi Data Triangulasi Data Triangulasi Data Peserta didik Kuesioner Pendidik Wawancara Triangulasi Data Peserta didik Kuesioner 7 Apakah sebenarnya alat evaluasi yang disediakan oleh institusi pendidikan sudah memadai untuk pelaksanaan evaluasi pada setiap akhir proses pembelajaran? Pendidik Wawancara Triangulasi Data Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan serta manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar peserta didik, evaluasi juga menilai hasil mengajar guru, dengan kata lain guru dapat menilai dirinya sendiri di mana kekurangan dan kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika dalam suatu kegiatan pembelajaran, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat disusun suatu tes atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut dicapai atau tidak. Mager pernah mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti semua tahap yang telah dibicarakan sampai saat ini, maka peserta didik sudah harus dapat melakukan apa yang telah direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penilaian dapat mendorong guru untuk memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga membantu mereka mendapat fasilitas serta sumber belajar yang lebih baik. Di dalam suatu tes belajar, sebagian besar nilai berdistribusi normal (yaitu beberapa peserta didik hasilnya baik, beberapa buruk, tetapi sebagian besar menunjukkan rata-rata). Dalam tes kriteria, sebagian tes berada di bagian atas. Hal ini lumrah, karena jika seorang guru memberikan tujuan misalnya berjumlah 10, maka ia akan kecewa jika para peserta didiknya hanya merealisasikan 50 % saja. Tes dan ujian yang mengukur pencapaian tujuan, belum mendapat perhatian yang serius oleh guru dan instruktur, kecuali akhir-akhir ini. Program pendidikan dan latihan sebelumnya telah dianggap sudah berhasil tanpa perlu ada evaluasi. Sikap ini disebabkan oleh empat kesulitan utama yaitu: 1. Tidak adanya kerangka konseptual yang sesuai bagi evaluasi. 2. Kurangnya ketepatan dalam perumusan tujuan dalam pendidikan. 3. Kesulitan yang meliputi pengukuran pendidikan. 4. Sifat program pendidikan itu sendiri. Namun dengan adanya investasi besar-besaran dalam pendidikan, telah dirasakan kebutuhan akan suatu bentuk evaluasi. Evaluasi dapat mengambil dua macam bentuk: 1. Ia dapat menilai cara mengajar seorang guru (mengukur variabel-variabel seperti kebiasaan-kebiasaan, humor, kepribadian, penggunaan papan tulis, teknik bertanya, aktivitas kelas, alat bantu audiovisual, strategi mengajar dan lain-lain). 2. Ia dapat menilai hasil belajar (yaitu pencapaian tujuan belajar). Selama ini guru mengadakan penilaian hanya untuk mencari angka atau nilai untuk peserta didik. Apabila peserta didik banyak memperoleh nilai di bawah 6 (enam), maka guru menganggap bahwa peserta didiklah yang gagal dalam menyerap materi pelajaran atau materi pelajaran terlalu berat, sehingga sukar dipahami oleh peserta didik. Jika peserta didik yang memperoleh nilai di bawah 6 (enam) mencapai 50 % dari jumlah peserta didik, hal ini sudah merupakan kegagalan guru dalam melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Apa penyebab hal ini bisa terjadi? 1. Guru kurang menguasai materi pelajaran. Sehingga dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik kalimatnya sering terputus-putus atau berbelit-belit yang menyebabkan peserta didik menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang disampaikan oleh guru tersebut. Tentu saja di akhir pembelajaran mereka kewalahan menjawab pertanyaan atau tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Dan akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang diharapkan. 2. Guru kurang menguasai kelas. Guru yang kurang mampu menguasai kelas mendapat hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini karena suasana kelas yang tidak menunjang membuat peserta didik yang betul-betul ingin belajar menjadi terganggu. 3. Guru enggan menggunakan alat peraga dalam mengajar. Kebiasaan guru yang tidak menggunakan alat peraga memaksa peserta didik untuk berpikir verbalisme, sehingga membuat peserta didik sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi di akhir pelajaran nilai peserta didik menjadi rendah. 4. Guru kurang mampu memotivasi peserta didik dalam pembelajaran, sehingga dalam menyampaikan materi pelajaran, peserta didik kurang menaruh perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi yang disampaikan itu berlalu begitu saja tanpa ada perhatian khusus dari peserta didik. 5. Guru menyamaratakan kemampuan peserta didik di dalam menyerap materi pelajaran. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi pelajaran. Guru yang kurang tanggap tidak mengetahui bahwa ada peserta didiknya yang daya serapnya di bawah rata-rata mengalami kesulitan dalam belajar. 6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu. Waktu yang tertulis dalam jadwal pelajaran, tidak sesuai dengan praktik pelaksanaannya. Waktu untuk memulai pelajaran selalu terlambat, tetapi waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak pernah terlambat. 7. Guru enggan membuat persiapan mengajar. Juga ketentuan waktu untuk mengawali pelajaran, kegiatan proses pembelajaran dan waktu untuk akhir pelajaran. 8. Guru tidak mempunyai kemajuan untuk menambah atau menimba ilmu, misalnya membaca buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih senior dan profesional guna menambah wawasannya. 9. Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang terampil mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, sehingga peserta didik kurang memahami tentang apa yang dimaksud oleh guru. 10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum. Guru jarang memperhatikan atau menganalisa berapa persen daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran tersebut. Pembahasan Evaluasi pada setiap akhir proses pembelajaran merupakan tahap yang perlu dilakukan oleh guru untuk menentukan kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sering disebut juga sebagai refleksi proses pembelajaran, karena kita akan menemukan kelebihan dan kekurangan setelah proses pembelajaran dilakukan. Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan dengan cara: a. Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses. b. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. 1. Evaluasi Diri Evaluasi setiap akhir proses pembelajaran dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan secara mandiri. Guru dapat menuangkan evaluasi yang telah dilakukan dalam jurnal refleksi pembelajaran. Guru dapat mengisi jurnal pada setiap pelajaran yang telah diajarkan selama guru melaksanakan tugasnya sebagai guru. Jurnal merekam renungan dan refleksi dari pikiran, seperti: a. Apa yang saya ajarkan hari ini? b. c. d. e. f. g. h. i. j. Apa yang masih membingungkan bagi peserta didik? Apakah saya menemukan masalah yang tidak diharapkan? Apa jenis pembelajaran tingkat tinggi yang saya sampaikan? Apa jenis pembelajaran tingkat rendah yang saya sampaikan? Apakah peserta didik saya dapat menerima materi yang saya ajarkan? Apakah saya telah membelajarkan peserta didik? Bagimana saya memperbaiki teknik pembelajaran? Apa yang ingin dan perlu saya ketahui lebih banyak lagi? Apa sumber belajar yang memberi ilham dan menyenangkan saya (photo, website, dsb.) k. Apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai? 2. Evaluasi Kolaboratif Guru dapat melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran secara kolaboratif. Kolaborasi dapat dilakukan dengan sesama rekan guru atau peserta didik. 3. Dokumen Proses Pembelajaran Dalam evaluasi setiap akhir proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah mendokumentasikan berbagai hal yang menyangkut proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu didokumentasi adalah: a. Dokumen silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Dokumen hasil diskusi, kliping, tugas peserta didik, laporan hasil analisis terhadap suatu masalah yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. c. Dokumen pemanfaatan berbagai fasilitas yang menunjukkan difungsikannya sumber-sumber belajar. d. Dokumen yang menunjukkan adanya kegiatan mengunjungi perpustakaan, mengakses internet, kelompok belajar, mengunjungi sumber belajar di luar lingkungan sekolah (museum, kebun raya, pusat industri, dan lain-lain) yang menunjukkan adanya program pembiasaan mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut dari berbagai sumber belajar. e. Dokumen kegiatan pekan olahraga pelajar dan seni, kepramukaan, olympiade MIPA, latihan tari, latihan musik, dan sebagainya yang menunjukkan adanya pengalaman mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya. f. Dokumen kegiatan mengikuti perlombaan/pertandingan tingkat kecamatan/kabupaten/provinsi/nasional yang menunjukkan adanya pengalaman belajar untuk menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif. g. Dokumen pembiasaan dan pengamalan ajaran agama seperti aktivitas ibadah bersama, peringatan hari-hari besar agama, membantu warga sekolah yang memerlukan. h. Dokumen penugasan latihan keterampilan menulis peserta didik, seperti: hasil portofolio, buletin siswa, majalah dinding, laporan kunjungan lapangan, dan lainlain. i. Dokumen laporan kepengawasan proses pembelajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Komponen ini sangat berkaitan erat dengan tujuan pendidikan karena evaluasi berusaha menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak. Evaluasi berkaitan dengan pertanyaan “Bagaimana efektifitas pengalaman belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan tes atau menggunakan prosedur pengumpulan data yang sistematik lainnya?” (Bloom, 1974:25). Dengan demikian kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan peserta didik maupun pendidik/guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment). Padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) mengemukakan bahwa: educational evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful, information for judging decision alternatif. Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yaitu memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Dengan kata lain pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif (berupa angka). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan terhadap peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan jelas. Secara khusus dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas serta kelulusan. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi tersebut, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum. Menurut Drs. Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” hal 11, menyatakan bahwa tujuan penilaian adalah: 1. Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan. 2. Untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. 3. Untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan. 4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam kelompok/kelas. 5. Untuk mengklasifikasikan seorang peserta didik apakah termasuk dalam kelompok yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Menurut Drs. Azhari Zakri dalam bukunya “Mengukur Hasil Belajar” hal 72-74, menyatakan bahwa evaluasi bermanfaat bagi guru untuk: 1. Mengukur kompetensi atau kapabilitas peserta didik, apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan. 2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan perbaikan yang cocok yang dapat diadakan. 3. Memutuskan ranking peserta didik, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah disepakati. 4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang digunakan. 5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pembelajaran dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan. 6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai tidaknya pengorganisasian pembelajaran dan sumber belajar. 7. Mengetahui di mana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut. Atas dasar tersebut, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka. Melainkan sebagai dasar feed back (umpan balik). Umpan balik itu sendiri sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses pembelajaran itu kontinyu (terus menerus), karena itu perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan. Jika evaluasi merupakan umpan balik sebagai dasar memperbaiki sistem pembelajaran, sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan proses pembelajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya jika evaluasi hanya dilaksanakan di akhir program pembelajaran (sumatif) umpan balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi. Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pembelajaran hendaknya dilaksanakan setiap kali proses pembelajaran untuk suatu topik tertentu. Namun demikian evaluasi sumatifpun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas. Dari tujuan dan manfaat evaluasi di atas, masih ada pendapat lain tentang manfaat evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution dalam bukunya “Materi Pokok Psikologi Pendidikan” hal 167, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk mengisi rapor peserta didik, tetapi juga untuk: 1. Menyeleksi peserta didik. 2. Menjuruskan peserta didik. 3. Mengarahkan peserta didik pada kegiatan yang lebih sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 4. Membantu orang tua menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, membina dan mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik. Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, yang penting dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangannya dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran yang akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Simpulan Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Secara khusus dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan. Faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka, melainkan sebagai dasar feed back (umpan balik). Umpan balik itu sendiri sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses pembelajaran itu kontinyu (terus menerus), karena itu perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan. Setiap akhir kegiatan proses pembelajaran, harus dievaluasi. Sebaliknya jika evaluasi hanya dilaksanakan di akhir program pembelajaran (sumatif) umpan balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi. Pada hakekatnya evaluasi setiap akhir proses pembelajaran sangat penting karena untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangannya dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran yang akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Daftar Rujukan Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud Depdikbud. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud Sumber : http://re-searchengines.com/art05-75.html Sumber : http://edu-articles.com/evaluasi-proses-pembelajaran/ Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/01/sistem-penilaian-pada-sekolah-kategori-mandiri sekolah-standar-nasional/ Sumber: http://teoripembelajaran.blogspot.com/2009/02/evaluasi-pembelajaran.html Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/ Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/17/penilaian-pembelajaran-siswa-dalam-ktsp/ Sumber: http://niowebdesign.co.cc/index.php/education/9-umum/67-teknik-evaluasi-belajar Sumber : http://lead.sabda.org/alasan_evaluasi_belajar Undang-Undang Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar