Artikel: PELAKSANAAN EVALUASI SETIAP AKHIR

advertisement
Artikel:
PELAKSANAAN EVALUASI SETIAP AKHIR PROSES PEMBELAJARAN: KENDALA
DAN PEMECAHANNYA
Ditulis oleh Eko Muharto, Kepala SD Negeri Kaliurip Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo
Abstrak
Evaluasi dalam proses pembelajaran adalah alat untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik. Hasil evaluasi dapat dijadikan perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik. Soal evaluasi perlu dikaji untuk mengetahui apakah
soal-soal tersebut sudah memenuhi kriteria soal yang baik atau tidak, adapun kriteria soal yaitu
kesesuaian soal dengan kompetensi dasar, penyebaran soal yang proporsional, valid, memiliki
daya beda yang baik, memiliki tingkat kesukaran yang baik, dan efektifnya tingkat distraktor
soal. Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri Karangsari Bener Purworejo diketahui
bahwa soal ulangan setiap akhir proses pembelajaran belum pernah dilakukan analisis. Bahkan
ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu,
menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali
pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran peserta didik diberi tugas atau soalsoal yang berhubungan dengan materi tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan evaluasi setiap akhir
proses pembelajaran dilakukan oleh guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan populasi guru kelas I sampai dengan kelas VI SD Negeri Karangsari Bener
Purworejo. Data yang dijadikan dokumen berupa bank soal ulangan setiap akhir proses
pembelajaran. Data ini bersumber dari siswa dan guru SD Negeri Karangsari Bener Purworejo.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Instrumen dalam
penelitian ini berupa pedoman dokumentasi untuk menilai dan menganalisis soal yang telah
dikerjakan berdasarkan jawaban siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
kuantitatif yaitu untuk mengetahui kesesuaian soal dengan kompetensi dasar pada kurikulum
yang berlaku. Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis penyebaran soal,
analisis validitas butir soal, analisis daya beda soal, analisis tingkat kesukaran, dan analisis
efektifitas disktraktor. Berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan, ditemukan
bahwa soal secara umum telah sesuai dengan kompetensi dasar yang berlaku, namun masih ada
soal yang tidak terdapat dalam kompetensi dasar. Penyebaran soal pada soal masih belum
proporsional antara jenjang ingatan, pemahaman dan aplikasi. Validitas butir soal termasuk soal
yang valid. Daya beda soal termasuk dalam kriteria jelek. Tingkat kesukaran untuk kelas I sampai
dengan III termasuk dalam kriteria mudah, kelas IV sampai dengan VI termasuk dalam kriteria
sukar. Efektitivitas distraktor soal termasuk dalam kriteria tidak efektif. Berdasarkan penelitian
ini, dapat diketahui bahwa soal-soal ulangan akhir pembelajaran yang dipakai di SD Negeri
Karangsari Bener Purworejo termasuk dalam kriteria yang rendah kualitasnya. Oleh karena itu
peneliti memberikan saran agar guru melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran, baik
dimulai penyusunan soal maupun analisis terhadap butir soal sebelum dan sesudah evaluasi.
Mengacu pada penelitian ini, soal yang telah memenuhi kriteria dijadikan sebagai bank soal dan
soal yang belum memenuhi cukup kriteria sebagai soal yang baik agar dilakukan perbaikan
sehingga mendapatkan soal yang berkualitas.
Kata kunci: evaluasi, proses pembelajaran, hasil pembelajaran
Latar Belakang
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau
bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu
mengadakan evaluasi/penilaian. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan evaluasi/penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh
pihak peserta didik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat.
Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan menelaah pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses
pembelajaran yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau
sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh peserta didik setelah ia
melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap
proses pembelajaran. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan
terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Khusus untuk mata pelajaran matematika hampir semua guru telah melaksanakan evaluasi
di akhir proses pembelajaran di dalam kelas. Namun hasil yang diperoleh kadang-kadang kurang
memuaskan. Kadang-kadang hasil yang dicapai di bawah standar atau di bawah rata-rata.
Pada mata pelajaran yang lainnya kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak
menjadi masalah bagi guru, yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan
penilaian terhadap peserta didik di kelas.
Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena
keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai
tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran peserta didik
diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.
Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan
tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi
guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi peserta didik. Tetapi
kegiatan ini mempunyai kelemahan yaitu peserta didik yang suka gugup walaupun ia mengetahui
jawaban dari soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan
kelemahan lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus mempunyai banyak
persediaan soal. Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa peserta didik yang pandai,
peserta didik yang kurang pandai dan beberapa peserta didik yang sedang kemampuannya untuk
menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan materi pelajaran tersebut.
Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan,
yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penilaian
tersebut.
Ada juga yang tidak menghiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas,
mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pembelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas
pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.
Akhir-akhir ini jika kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam
melaksanakan evaluasi di akhir pembelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah
cara untuk mengatasinya.
Penulisan ini bertujuan untuk mengkritik kegagalan guru dalam melakukan evaluasi di
akhir proses pembelajaran. Mencari faktor penyebabnya dan cara untuk mengatasinya. Dalam
penulisan ini pembatasannya sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
Kondisi permasalahan evaluasi di akhir proses pembelajaran di sekolah pada saat ini.
Telaah teori/pendapat ahli.
Kegagalan pelaksanaan evaluasi di akhir pembelajaran.
Simpulan.
Metode
Beberapa metode pengumpulan data yang akan dilakukan, antara lain:
a. Wawancara
Salah satu metode yang digunakan adalah metode wawancara. Untuk menjawab
pertanyaan evaluasi yang menyangkut pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi setelah
proses pembelajaran dilakukan dengan wawancara terpandu (guided interview) terhadap
pendidik. Untuk pendidik, akan diambil enam orang pendidik dari kelas I s.d. VI sebagai
narasumber.
b. Observasi Lapangan
1). Observasi guru yang mengajar di dalam kelas
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui tentang RPP, penguasaan dalam berbahasa,
menjelaskan materi pada peserta didik, pengunaan alat peraga dan interaksi selama proses
pembelajaran. Observasi dilakukan dari pukul 7.00 WIB s.d. 9.00 WIB. Dilakukan pada saat
kegiatan pembelajaran pada hari itu.
2). Observasi partisipasi peserta didik di dalam kelas
Observasi ini dilakukan di dalam kelas untuk melihat kesiapan peserta didik melakukan
kegiatan belajar yang meliputi penguasaan bahasa, penerimaan materi pembelajaran, interaksi
selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Observasi dengan kuesioner
Observasi yang dilaksanakan untuk menggali pandangan dan persepsi peserta didik
sebagai pengguna program terhadap kegiatan guru setelah akhir pelaksanaan proses
pembelajaran.
Observasi untuk peserta didik dilakukan secara serentak pada waktu yang sudah
dialokasikan sebelum siswa mulai melaksanakan kegiatan belajar. Tidak ada proses sampling
pada observasi ini karena semua peserta didik yang berada dalam program ini harus terlibat
langsung dan berpartisipasi aktif.
d. Evaluasi
Umumnya evaluasi diadakan dua kali setiap semester, yaitu Ulangan Tengah Semester
(UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS). Namun juga perlu setiap kegiatan akhir pelaksanaan
proses pembelajaran diadakan evaluasi.
Teknik Analisis Data
a. Triangulasi Data
Untuk memperoleh kebenaran, evaluasi ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut
Patton, triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong,
1990: 178). Triangulasi data dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan cross-check
informasi antara informan yang satu dengan informan yang lain. Adapun dari beberapa macam
teknik triangulasi, maka pada penelitian ini yang akan digunakan adalah teknik triangulasi
sumber.
Triangulasi sumber adalah teknik yang digunakan dengan cara membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif.
Triangulasi sumber ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2). Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4). Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan.
5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Dari kelima cara dalam proses triangulasi sumber tersebut, maka pada evaluasi ini akan
digunakan cara dengan membandingkan (1) hasil wawancara dengan hasil pengamatan, (2)
perspektif dari guru kelas I s.d. VI, dan (3) hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan
(hasil evaluasi peserta didik).
Pertanyaan Evaluasi
No
1
2
3
Pertanyaan Evaluasi
Apakah rencana kegiatan
pembelajaran yang akan
dilaksanakan sudah sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan?
Apakah pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menggunakan alat
peraga yang sesuai dengan materi
yang diberikan?
Apakah sasaran kegiatan yang
diajukan sudah layak dan sesuai
dengan tujuan kegiatan dan kondisi
yang dihadapi?
4
Apakah sebenarnya peserta didik
sudah siap dengan evaluasi yang
diberikan?
5
Apakah sebenarnya pendidik sudah
siap melaksanakan evaluasi setelah
proses pembelajaran tersebut
selesai?
6
Apakah sebenarnya sistem
administrasi yang dimiliki oleh
institusi pendidikan sudah dapat
mengakomodasi penerapan
program evaluasi setelah akhir
proses pembelajaran?
Sasaran
Pengumpulan Data
Pendidik
Wawancara
Peserta didik
Kuesioner
Pendidik
Wawancara
Peserta didik
Kuesioner
Pendidik
Wawancara
Peserta didik
Kuesioner
Pendidik
Wawancara
Peserta didik
Kuesioner
Pendidik
Wawancara
Analisis
Triangulasi Data
Triangulasi Data
Triangulasi Data
Triangulasi Data
Triangulasi Data
Peserta didik
Kuesioner
Pendidik
Wawancara
Triangulasi Data
Peserta didik
Kuesioner
7
Apakah sebenarnya alat evaluasi
yang disediakan oleh institusi
pendidikan sudah memadai untuk
pelaksanaan evaluasi pada setiap
akhir proses pembelajaran?
Pendidik
Wawancara
Triangulasi Data
Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan
serta manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar peserta didik, evaluasi juga
menilai hasil mengajar guru, dengan kata lain guru dapat menilai dirinya sendiri di mana
kekurangan dan kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Jika dalam suatu kegiatan pembelajaran, tujuan sudah diidentifikasi, biasanya dapat
disusun suatu tes atau ujian yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan tersebut
dicapai atau tidak. Mager pernah mengatakan bahwa jika kita mempelajari dengan teliti semua
tahap yang telah dibicarakan sampai saat ini, maka peserta didik sudah harus dapat melakukan
apa yang telah direncanakan untuk mereka lakukan. Hasil dari penilaian dapat mendorong guru
untuk memperbaiki keterampilan profesional mereka, dan juga membantu mereka mendapat
fasilitas serta sumber belajar yang lebih baik.
Di dalam suatu tes belajar, sebagian besar nilai berdistribusi normal (yaitu beberapa
peserta didik hasilnya baik, beberapa buruk, tetapi sebagian besar menunjukkan rata-rata). Dalam
tes kriteria, sebagian tes berada di bagian atas. Hal ini lumrah, karena jika seorang guru
memberikan tujuan misalnya berjumlah 10, maka ia akan kecewa jika para peserta didiknya
hanya merealisasikan 50 % saja.
Tes dan ujian yang mengukur pencapaian tujuan, belum mendapat perhatian yang serius
oleh guru dan instruktur, kecuali akhir-akhir ini. Program pendidikan dan latihan sebelumnya
telah dianggap sudah berhasil tanpa perlu ada evaluasi. Sikap ini disebabkan oleh empat kesulitan
utama yaitu:
1. Tidak adanya kerangka konseptual yang sesuai bagi evaluasi.
2. Kurangnya ketepatan dalam perumusan tujuan dalam pendidikan.
3. Kesulitan yang meliputi pengukuran pendidikan.
4. Sifat program pendidikan itu sendiri.
Namun dengan adanya investasi besar-besaran dalam pendidikan, telah dirasakan
kebutuhan akan suatu bentuk evaluasi.
Evaluasi dapat mengambil dua macam bentuk:
1. Ia dapat menilai cara mengajar seorang guru (mengukur variabel-variabel seperti
kebiasaan-kebiasaan, humor, kepribadian, penggunaan papan tulis, teknik
bertanya, aktivitas kelas, alat bantu audiovisual, strategi mengajar dan lain-lain).
2. Ia dapat menilai hasil belajar (yaitu pencapaian tujuan belajar).
Selama ini guru mengadakan penilaian hanya untuk mencari angka atau nilai untuk
peserta didik. Apabila peserta didik banyak memperoleh nilai di bawah 6 (enam), maka guru
menganggap bahwa peserta didiklah yang gagal dalam menyerap materi pelajaran atau materi
pelajaran terlalu berat, sehingga sukar dipahami oleh peserta didik. Jika peserta didik yang
memperoleh nilai di bawah 6 (enam) mencapai 50 % dari jumlah peserta didik, hal ini sudah
merupakan kegagalan guru dalam melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran.
Apa penyebab hal ini bisa terjadi?
1. Guru kurang menguasai materi pelajaran. Sehingga dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik kalimatnya sering terputus-putus atau berbelit-belit
yang menyebabkan peserta didik menjadi bingung dan sukar mencerna apa yang
disampaikan oleh guru tersebut. Tentu saja di akhir pembelajaran mereka kewalahan
menjawab pertanyaan atau tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Dan
akhirnya nilai yang diperoleh jauh dari apa yang diharapkan.
2. Guru kurang menguasai kelas. Guru yang kurang mampu menguasai kelas mendapat
hambatan dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini karena suasana kelas yang
tidak menunjang membuat peserta didik yang betul-betul ingin belajar menjadi
terganggu.
3. Guru enggan menggunakan alat peraga dalam mengajar. Kebiasaan guru yang tidak
menggunakan alat peraga memaksa peserta didik untuk berpikir verbalisme, sehingga
membuat peserta didik sulit dalam memahami pelajaran dan otomatis dalam evaluasi
di akhir pelajaran nilai peserta didik menjadi rendah.
4. Guru kurang mampu memotivasi peserta didik dalam pembelajaran, sehingga dalam
menyampaikan materi pelajaran, peserta didik kurang menaruh perhatian terhadap
materi yang disampaikan oleh guru, sehingga ilmu yang terkandung di dalam materi
yang disampaikan itu berlalu begitu saja tanpa ada perhatian khusus dari peserta didik.
5. Guru menyamaratakan kemampuan peserta didik di dalam menyerap materi pelajaran.
Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi
pelajaran. Guru yang kurang tanggap tidak mengetahui bahwa ada peserta didiknya
yang daya serapnya di bawah rata-rata mengalami kesulitan dalam belajar.
6. Guru kurang disiplin dalam mengatur waktu. Waktu yang tertulis dalam jadwal
pelajaran, tidak sesuai dengan praktik pelaksanaannya. Waktu untuk memulai
pelajaran selalu terlambat, tetapi waktu istirahat dan jam pulang selalu tepat atau tidak
pernah terlambat.
7. Guru enggan membuat persiapan mengajar. Juga ketentuan waktu untuk mengawali
pelajaran, kegiatan proses pembelajaran dan waktu untuk akhir pelajaran.
8. Guru tidak mempunyai kemajuan untuk menambah atau menimba ilmu, misalnya
membaca buku atau bertukar pikiran dengan rekan guru yang lebih senior dan
profesional guna menambah wawasannya.
9. Dalam tes lisan di akhir pelajaran, guru kurang terampil mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik, sehingga peserta didik kurang memahami tentang apa yang
dimaksud oleh guru.
10. Guru selalu mengutamakan pencapaian target kurikulum. Guru jarang memperhatikan
atau menganalisa berapa persen daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran
tersebut.
Pembahasan
Evaluasi pada setiap akhir proses pembelajaran merupakan tahap yang perlu dilakukan
oleh guru untuk menentukan kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sering disebut juga sebagai
refleksi proses pembelajaran, karena kita akan menemukan kelebihan dan kekurangan setelah
proses pembelajaran dilakukan.
Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa
evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan dengan
cara:
a. Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses.
b. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
1. Evaluasi Diri
Evaluasi setiap akhir proses pembelajaran dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan
secara mandiri. Guru dapat menuangkan evaluasi yang telah dilakukan dalam jurnal refleksi
pembelajaran. Guru dapat mengisi jurnal pada setiap pelajaran yang telah diajarkan selama guru
melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Jurnal merekam renungan dan refleksi dari pikiran, seperti:
a. Apa yang saya ajarkan hari ini?
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Apa yang masih membingungkan bagi peserta didik?
Apakah saya menemukan masalah yang tidak diharapkan?
Apa jenis pembelajaran tingkat tinggi yang saya sampaikan?
Apa jenis pembelajaran tingkat rendah yang saya sampaikan?
Apakah peserta didik saya dapat menerima materi yang saya ajarkan?
Apakah saya telah membelajarkan peserta didik?
Bagimana saya memperbaiki teknik pembelajaran?
Apa yang ingin dan perlu saya ketahui lebih banyak lagi?
Apa sumber belajar yang memberi ilham dan menyenangkan saya (photo, website,
dsb.)
k. Apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai?
2. Evaluasi Kolaboratif
Guru dapat melakukan evaluasi setiap akhir proses pembelajaran secara kolaboratif.
Kolaborasi dapat dilakukan dengan sesama rekan guru atau peserta didik.
3. Dokumen Proses Pembelajaran
Dalam evaluasi setiap akhir proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah
mendokumentasikan berbagai hal yang menyangkut proses pembelajaran. Hal-hal yang perlu
didokumentasi adalah:
a. Dokumen silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Dokumen hasil diskusi, kliping, tugas peserta didik, laporan hasil analisis terhadap
suatu masalah yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan proses
pembelajaran.
c. Dokumen pemanfaatan berbagai fasilitas yang menunjukkan difungsikannya
sumber-sumber belajar.
d. Dokumen yang menunjukkan adanya kegiatan mengunjungi perpustakaan,
mengakses internet, kelompok belajar, mengunjungi sumber belajar di luar
lingkungan sekolah (museum, kebun raya, pusat industri, dan lain-lain) yang
menunjukkan adanya program pembiasaan mencari informasi/pengetahuan lebih
lanjut dari berbagai sumber belajar.
e. Dokumen kegiatan pekan olahraga pelajar dan seni, kepramukaan, olympiade MIPA,
latihan tari, latihan musik, dan sebagainya yang menunjukkan adanya pengalaman
mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.
f. Dokumen
kegiatan
mengikuti
perlombaan/pertandingan
tingkat
kecamatan/kabupaten/provinsi/nasional yang menunjukkan adanya pengalaman
belajar untuk menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif.
g. Dokumen pembiasaan dan pengamalan ajaran agama seperti aktivitas ibadah
bersama, peringatan hari-hari besar agama, membantu warga sekolah yang
memerlukan.
h. Dokumen penugasan latihan keterampilan menulis peserta didik, seperti: hasil
portofolio, buletin siswa, majalah dinding, laporan kunjungan lapangan, dan lainlain.
i. Dokumen laporan kepengawasan proses pembelajaran yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah.
Komponen ini sangat berkaitan erat dengan tujuan pendidikan karena evaluasi berusaha
menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak. Evaluasi berkaitan dengan
pertanyaan “Bagaimana efektifitas pengalaman belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan
tes atau menggunakan prosedur pengumpulan data yang sistematik lainnya?” (Bloom, 1974:25).
Dengan demikian kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan
peserta didik maupun pendidik/guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran
(measurement), tes, dan penilaian (assessment). Padahal keempatnya memiliki pengertian yang
berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat
tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value
judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) mengemukakan bahwa:
educational evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful,
information for judging decision alternatif. Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat
bahwa esensi dari evaluasi yaitu memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan
keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu
kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu. Dengan kata lain pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif (berupa angka).
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan terhadap peserta didik pada
waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan
jelas.
Secara khusus dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,
memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas serta
kelulusan. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan informasi tersebut, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta
didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum.
Menurut Drs. Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” hal 11,
menyatakan bahwa tujuan penilaian adalah:
1. Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan.
2. Untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran.
3. Untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan.
4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam kelompok/kelas.
5. Untuk mengklasifikasikan seorang peserta didik apakah termasuk dalam kelompok yang
pandai, sedang, kurang atau cukup baik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.
Menurut Drs. Azhari Zakri dalam bukunya “Mengukur Hasil Belajar” hal 72-74,
menyatakan bahwa evaluasi bermanfaat bagi guru untuk:
1. Mengukur kompetensi atau kapabilitas peserta didik, apakah mereka telah merealisasikan
tujuan yang telah ditentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan
perbaikan yang cocok yang dapat diadakan.
3. Memutuskan ranking peserta didik, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang
telah disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang
digunakan.
5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pembelajaran dan menentukan
apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.
6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai
tidaknya pengorganisasian pembelajaran dan sumber belajar.
7. Mengetahui di mana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut.
Atas dasar tersebut, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian
angka. Melainkan sebagai dasar feed back (umpan balik). Umpan balik itu sendiri sangat penting
dalam rangka revisi. Sebab proses pembelajaran itu kontinyu (terus menerus), karena itu perlu
selalu melakukan penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Jika evaluasi merupakan umpan balik sebagai dasar memperbaiki sistem pembelajaran,
sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan proses
pembelajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya jika evaluasi hanya dilaksanakan di akhir
program pembelajaran (sumatif) umpan balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses
terlampaui tanpa revisi.
Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pembelajaran
hendaknya dilaksanakan setiap kali proses pembelajaran untuk suatu topik tertentu. Namun
demikian evaluasi sumatifpun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi di atas, masih ada pendapat lain tentang manfaat
evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution dalam bukunya “Materi Pokok
Psikologi Pendidikan” hal 167, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk
mengisi rapor peserta didik, tetapi juga untuk:
1. Menyeleksi peserta didik.
2. Menjuruskan peserta didik.
3. Mengarahkan peserta didik pada kegiatan yang lebih sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
4. Membantu orang tua menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, membina dan
mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, yang
penting dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau
kekurangannya dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau
menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran yang akan mendapatkan hasil yang lebih
baik dari sebelumnya.
Simpulan
Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri.
Secara khusus dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat dibuat keputusan tentang
pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan.
Faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka, melainkan
sebagai dasar feed back (umpan balik). Umpan balik itu sendiri sangat penting dalam rangka
revisi. Sebab proses pembelajaran itu kontinyu (terus menerus), karena itu perlu selalu melakukan
penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Setiap akhir kegiatan proses pembelajaran, harus dievaluasi. Sebaliknya jika evaluasi
hanya dilaksanakan di akhir program pembelajaran (sumatif) umpan balik tidak banyak berarti,
sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi.
Pada hakekatnya evaluasi setiap akhir proses pembelajaran sangat penting karena untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangannya dalam menyampaikan materi pelajaran.
Sehingga ia dapat menata kembali atau menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran
yang akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Daftar Rujukan
Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud
Depdikbud. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud
Sumber : http://re-searchengines.com/art05-75.html
Sumber : http://edu-articles.com/evaluasi-proses-pembelajaran/
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/01/sistem-penilaian-pada-sekolah-kategori-mandiri
sekolah-standar-nasional/
Sumber: http://teoripembelajaran.blogspot.com/2009/02/evaluasi-pembelajaran.html
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/
Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/17/penilaian-pembelajaran-siswa-dalam-ktsp/
Sumber: http://niowebdesign.co.cc/index.php/education/9-umum/67-teknik-evaluasi-belajar
Sumber : http://lead.sabda.org/alasan_evaluasi_belajar
Undang-Undang Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Download