Cover dll - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth)
Oleh :
FERLI FERDIAN
NIM. 120500066
\
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth)
Oleh :
FERLI FERDIAN
NIM. 120500066
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap
Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Nama
: Ferli Ferdian
Nim
: 120 500 066
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
F. Silvi Dwi Mentari S, Hut. MP.
NIP. 197707232003122002
Penguji I,
Rusmini, SP. MP.
NIP. 198111302008122002
Penguji II,
Dr. Fadli Mulyadi, SP. MP.
NIP. 197802212001121002
Menyetujui,
Ketua PS. Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik
Pertanian
Negeri :Samarinda
Lulus ujian
pada tanggal
Juni 2015
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat, SP, M.Sc.
NIP. 197210252001121001
Ir. M. Masrudy, M.P.
NIP. 196008051988031003
Lulus Ujian Pada Tanggal: 26 Agustus 2015
ABSTRAK
FERLI FERDIAN. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap Pertumbuhan
Stek Nilam (Pogostemon Cablin Benth) (di bawah bimbingan F. SILVI DWI
MENTARI).
Tanaman nilam ialah tanaman penghasil minyak atsiri. Dimana minyak
nilam dapat memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa negara
di antara minyak atsiri lainnya. Semakin berkembangnya zaman permintaan
minyak nilam dari negara lain terhadap negara Indonesia semakin meningkat.
Disinilah para petani nilam harus berusaha keras agar dapat memenuhi permintaan
konsumen dari negara lain, salah satu cara terbaik untuk mengembangkan
tanaman nilam ialah perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan stek.
Keutamaan stek sendiri adalah pemakaian bahan tanaman lebih hemat,
pertumbuhan bibit lebih cepat dan mengurangi resiko kematian bibit. Upaya
meningkatkan perkembangan perakaran pada stek tanaman nilam dapat dilakukan
pemberian hormon dari luar salah satunya pemberian zat pengatur tumbuh.
Adapun alasan memilih tanaman nilam serta sari bawang putih, bawang merah
dan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh alami adalah bahan mudah
didapat, harga bahan relatif murah dan pertumbuhan yang lebih mudah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kecepatan tumbuh dan
persentase keberhasilan pertumbuhan stek nilam yang diberikan zat pengatur
tumbuh dari sari bawang putih, sari bawang merah dan air kelapa muda. Adapun
hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberi tambahan ilmu bagi kita
dan sekaligus memberi informasi bagi petani nilam dan masyarakat pembudidaya
tanaman nilam, tentang penggunaan ZPT sari bawang putih, sari bawang merah
dan air kelapa muda pada stek tanaman nilam.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih 1 bulan, terhitung dari tanggal 10
Januari, sampai dengan 13 Februari 2015, dari persiapan alat dan bahan hingga
pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilakukan di areal sekitar Laboratorium
Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan yaitu, P1 : Stek nilam direndam
menggunakan sari bawang putih 50 g/100 ml air. P2 : Stek nilam direndam
menggunakan sari bawang merah 50 g/100 ml air. P3 : Stek nilam direndam
menggunakan air kelapa 100 ml.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan P1 kecepatan tumbuh
stek nilam di hari ke-5 dengan jumlah 2 stek dan persentase keberhasilan tumbuh
50%, pada perlakuan P2 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-5 dengan jumlah
9 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 100%. Serta pada perlakuan P3
kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-5 dengan jumlah 15 stek dan persentase
keberhasilan tumbuh 100%. Dengan demikian pemberian air kelapa muda (P3) di
duga dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada perlakuan yang
lain.
Kata kunci : Zpt alami, stek, nilam
RIWAYAT HIDUP
FERLI FERDIAN. Lahir di Samarinda pada tanggal 11
November 1994, merupakan anak ke dua dari tiga
bersaudara dari pasangan ayah dan ibu bernama Johansyah
dan Ernani.
Jenjang pendidikan dimulai dari bangku Sekolah
Dasar (SD) Negeri 001 Samarinda Ilir dan lulus pada tahun
2006, kemudian melanjutkan ke jenjang tingkat pertama
(SLTP) Kesatuan Samarinda dan lulus pada tahun 2009, setelah itu melanjutkan
lagi ke tingkat mene ngah kejuruan (SMK) SPP-SPMA Negeri Samarinda dan
lulus pada tahun 2012. Pada tanggal 11 Agustus 2011 sampai dengan 10 Oktober
2011, melaksanakan Praktek Kerja Usaha (PKU) di Perkebunan Rakyat,
Kecamatan Getas, Kabupaten Solo/Salatiga, Provinsi Jawa Tenga h.
Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda,
Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun
2012.
Pada tanggal 03 Maret 2015 sampai dengan 01 Mei 2015 melaksanakan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kalpataru Sawit Plantation, Desa Salo Cella,
Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah maka peneliti tentang Aplikasi Zat Perangsang Tumbuh
Alami terhadap stek nilam (Pogostemon cablin Benth) dapat diselesaikan.
Karya Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan studi D-3 di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan,
Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama
mengikuti pendidikan di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
2.
Saudara yang selalu dapat membantu saya dalam kesusahan Eka Septiani dan
Aditya Hermawan.
3.
Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
4.
Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut. MP. Selaku Pembimbing Karya Ilmiah.
5.
Ibu Rusmini, SP. MP dan Bapak Dr. Fadli Mulyadi, SP. MP. Selaku Dosen
Penguji Karya Ilmiah.
6.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini.
7.
Sahabat yang selalu mendukung dan memberi motivasi dalam mengerjakan
Karya Ilmiah ini Ristya Novita Sari.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak
kekurangan Untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembacanya untuk perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga
Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Kampus Sei Kledang, Agustus 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. iv
I.
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
A. Morfologi Tanaman Nilam .......................................................... 5
B. Perbanyakan Secara Vegetatif...................................................... 12
C. Tinjauan ZPT Alami .................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 18
A. Tempat dan Waktu ....................................................................... 18
B. Alat dan Bahan ............................................................................ 18
C. Perlakuan Penelitian .................................................................... 19
D. Prosedur Penelitian ...................................................................... 19
E. Pengambilan Data ........................................................................ 21
F. Pengolahan Data .......................................................................... 22
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23
A. Hasil ............................................................................................. 23
B. Pembahasan ................................................................................. 26
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 30
A. Kesimpulan .................................................................................. 30
B. Saran ............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1.
Kandungan 100 g dalam bawang putih .............................................. 15
2.
Kandungan 100 g dalam bawang merah............................................. 16
3.
Kandungan dalam air kelapa muda..................................................... 17
4.
Data hari munculnya tunas pada perlakuan 1 (bawang putih)
(50 g/100 ml air) ................................................................................. 24
5.
Data hari munculnya tunas pada perlakuan 2 (bawang merah)
(50 g/100 ml air) ................................................................................. 24
6.
Data hari munculnya tunas pada perlakuan 3 (air kelapa muda)
(100 ml air) ......................................................................................... 25
7.
Hasil Persentase Keberhasilan Tumbuh.............................................. 26
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Alat dan Bahan ................................................................................. 33
2.
Pembuatan ZPT Alami ..................................................................... 35
3.
Perlakuan P1, P2, P3 .......................................................................... 37
4.
Persiapan Tanam............................................................................... 36
5.
Hasil Persentase Akhir ..................................................................... 39
1
I.
PENDAHULUAN
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) yaitu tanaman penghasil
minyak atsiri, dimana mempunyai prospek yang baik meskipun di samping
harganya yang relatif tinggi dan sampai saat ini minyaknya belum bisa dibuat
tiruannya (sintetis). Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam
penghasil devisa negara di antara minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak
nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. Minyak nilam
merupakan komoditi ekspor non migas. Minyak nilam ini sudah popular di kanca
internasional namun hal ini belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang
menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek
bisnis yang menjanjikan karena di tingkat
Internasional minyak nilam ini
diminati oleh beberapa negara. Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal
dari tanaman nilam saat ini berkisar 600–800 ton/tahun (Krismawati, 1998).
Sebagian besar kebutuhan ini disuplai dari Indonesia. Minyak nilam oleh
negara konsumen digunakan sebagai bahan pengikat dalam industri minyak wangi
(parfum) atau dalam industri kosmetik lainnya. Nilam biasanya diekspor dalam
bentuk minyak atsiri kasar atau yang telah dimurnikan. Negara tujuan ekspor
nilam antara lain adalah Singapura, Amerika Serikat dan Spanyol. Di Indonesia
daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian
berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Tengah dan daerah lainnya (Nuryani, 2007).
2
Minyak nilam banyak digunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam
industri parfum, sehingga wangi parfum tidak cepat menguap. Selain itu, aroma
minyak nilam itu sendiri sangat khas, sehingga banyak diminati konsumen di
berbagai belahan dunia. Selain sebagai parfum, minyak nilam juga banyak
digunakan dallam industri sabu, hair tonic dan aroma terapi (Kardinan &
Maulidi, 2007).
Perbanyakan nilam secara konvensional dapat dilakukan melalui
perbanyakan secara vegetatif salah satunya adalah stek batang atau cabang dan
stek pucuk. Stek batang atau cabang diambil dari batang atau cabang yang telah
mengayu, stek dapat langsung ditanam di lapangan atau diakarkan lebih dahulu.
Stek yang ditanam, biasanya mengandung sedikitnya 4 ruas. Upaya meningkatkan
perkembangan perakaran pada stek batang tanaman nilam, dapat dilakukan
pemberian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan
jumlah dan konsentrasinya agar mendapatkan sistem perakaran yang baik dalam
waktu yang relatif singkat (Asman, 1996).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrein),
yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh terdiri dari 5 yaitu auksin yang
mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat
menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin
mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen
berperan dalam proses
pematangan buah, dan asam abisat. Efektivitas zat pengatur tumbuh pada tanaman
dipengaruhi oleh konsentrasi yang diberikan, karena perbedaan konsentrasi akan
3
menimbulkan perbedaan aktivitas. Perbedaan aktivitas zat pengatur tumbuh
ditentukan oleh spesies bahan stek yang digunakan (Abidin, 1990).
Bahan yang terkandung dalam bawang putih kadar airnya yang tinggi,
yaitu antara 63 ml - 90 ml, sedangkan komponen utamanya adalah sedangkan
komponen utamanya berupa protein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini
merupakan zat orga nik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh manusia dan tanaman. Sebagian besar bawang putih mengandung zat- zat
seperti: kalsium, besi, natrium, kalium dan fosfat. Bawang putih pun mengandung
serat (crude fibre) (Yuwono, 2005).
Dalam daun bawang putih terdapat kandungan vitamin contoh vitaminnya
seperti: thimin, riboflavin, niasin dan asam askrobat. Umbi bawang putih
mengandung senyawa aktif alisin dan ajoene yang berperan sebagai antimikroba,
antibakteri dan jamur (Abidin, 1990).
Bawang merah mengandung banyak serat leluloza yang kaya akan minyak
sulfat yang mudah menguap. Juga mengandung zat- zat karbohidrat, asam fosfat,
vitamin B dan C. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh, seperti
auksin dan sitokinin. Susunan kandung dalam bawang merah sebagai berikut:
8,86% air, 1,3% protein, 1% lemak, 10,3% karbohidrat yang dapat mempercepat
pertumbuhan perakaran dan perkembangan batang pada tanaman. Perlu diketahui
dalam setiap 100 g bawang merah terdapat 48 kalori (Rukmana, 1995).
Air kelapa muda juga mengandung air, protein, karbohidrat, mineral,
vitamin, sedikit lemak, Ca dan P. Bagian nilam yang dapat digunakan untuk
bahan stek
adalah stek batang dan stek cabang. Keberhasilan stek dalam
4
membentuk akar dan tunas tergantung pada aktifitas auksin yang berasal dari
tunas dan daun (Abidin, 1990).
Jadi, dengan demikian dipilihlah sari bawang putih, sari bawang merah
dan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh untuk mengembangkan stek
nilam.
Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung kecepatan tumbuh dan
persentase keberhasilan pertumbuhan stek tanaman nilam yang diberikan zat
pengatur tumbuh air kelapa muda, sari bawang merah dan sari bawang putih.
Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberi tambahan
ilmu bagi kita dan sekaligus memberi informasi bagi petani nilam dan masyarakat
pembudidaya tanaman nilam, tentang penggunaan ZPT alami air kelapa muda,
ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih pada stek tanaman nilam.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Tanaman Nilam
1.
Sistematika Tanaman Nilam
Tanaman nilam merupakan tanaman tahunan maka susunan
botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata
nama cara taksonomi ini terdapat klasifikasi–klasifikasi dari tanaman
nilam. Menurut Nuryani (2007) sistematika nilam adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
2.
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Lamailes
Famili
: Labiateae
Genus
: Pogostemon
Spesies
: Pogostemon cablin Benth
Jenis Tanaman Nilam
Tanaman nilam meliputi 3 spesies yaitu Pogostemon cablin
Benth, Pogostemon heyneanus Benth dan Pogostemoln hortenis Benth
(Kardinan & Maulidi, 2007).
a.
Pogostemon cablin Benth
Jenis nilam ini sering juga disebut nilam aceh. Jenis nilam ini
termasuk famili Labiateae yaitu kelompok tanaman yang mempunyai
aroma yang mirip satu sama lain diantara jenis nilam, yang
diusahakan secara komersil adalah variates Pogostemon cablin
6
Benth. Nilam Aceh berasal dari Filipina, yang kemudian
berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan
Indonesia. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam–macam tipe
yang berbeda baik karakterisitik, morfologinya, kandungan minyak,
sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan
kekeringan.
b.
Pogostemon heyneanus Benth
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jenis ini
berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini
berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,5–1,5%.
Disamping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya
kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan.
c.
Pogostemon hortenis Benth
Disebut juga nilam jawa atau nilam sabun karena bisa
digunakan untuk mencuci pakaian. Bedanya dengan nilam jawa
lainnya adalah tidak berbunga. Jenis nilam ini hanya terdapat di
daerah Banten. Kandungan minyaknya 0,5-1,5% komposisi minyak
yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang
mendapatkan pasaran dalam perdagangan.
7
3.
Morfologi tanaman nilam
a.
Akar
Tanaman nilam memiliki jenis perakaran berbentuk akar
serabut, dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran
yang menancap ke tanah mencapai 30–40 cm (Surdayani, 2004).
b.
Batang
Bentuk batang kecil, bercabang–cabang, dan berkulit tipis
pada bagian luarnya, jenisnya berkayu dengan diameter 10–20 mm,
dengan sistem percabangannya bertingkat – tingkat mengelilingi
batang (3–5 cabang bertingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan,
tingginya dapat mencapai 1 m dengan radius mencapai selebar
kurang lebih 60 cm (Nuryani, 2007).
c.
Daun
Bentuk daun bergerigi berbentuk bulat dan lonjong. Daun
yang masih muda berwarna hijau muda, sedangkan daun yang sudah
tua berwarna hijau tua dengan panjang 6,33-7,64 cm dan lebar 5,346,25 cm. Permukaan daun agak kasar memiliki bulu tipis pada
bagian luar daun (Kardinan & Maulidi, 2007).
4.
Syarat Tumbuh Tanaman Nilam
a.
Tanah
Nilam
dapat
ditanam
di
tanah
sawah,
atau
tanah
tegalan/pekarangan ataupun di tanah-tanah hutan yang baru dibuka.
Tanaman ini lebih cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan
8
banyak mengandung bahan organik. Dari pengamatan di lapangan,
ternyata nilam dapat tumbuh baik pada tanah regosol, latosol dan
aluvial. Tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung
berdebu dan kemasaman tanah (pH) antara 6-7. Lahan tanaman
nilam tidak boleh tergenang air (Nuryani, 2007).
Untuk mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik dapat dilakukan dengan cara pemberian
pupuk kandang yang sudah masak. Pemakaian pupuk kandang yang
belum masak dapat menjadi sumber inokulum yang mengakibatkan
busuknya akar nilam. Jika tanah yang dipergunakan untuk menanam
nilam terlalu masam (pH di bawah 5,5) tanaman nilam dapat menjadi
kerdil. Kekerdilan ini disebabkan oleh garam Alumunium (Al) yang
larut di dalamnya. Untuk meningkatkan pH tanah, dapat dilakukan
pengapuran, sekurang–kurangnya dua bulan sebelum tanam.
Kebutuhan
kapur
sekitar
0,5–1
ton/ha
tergantung
tingkat
kemasamannya. Akan tetapi, jika pH tanah terlalu basa, akan
menyebabkan Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga
bentuk daun nilam akan kurus kecil (Surdayani, 2004).
b.
Iklim
Keadaan iklim dapat yang paling berperan penting sebagai
berikut : cahaya matahari, suhu, kelembaban, curah hujan dan angin.
Kebutuhan curah hujan tanaman nilam per tahunnya sebesar 2.5003.000 mm dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Suhu
9
ideal pertumbuhannya adalah 24-28ºC dengan kelmbaban di atas
75%. Semua unsur yang termasuk di dalam faktor iklim ini tidak
dapat berdiri sendiri dan saling mempengaruhi satu sama la innya
(Kardinan & Maulidi, 2007).
1) Intensitas cahaya matahari
Penyinaran matahari secara langsung selama pertumbuhan
mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam. Lahan tanaman
nilam yang tidak diberi pelindung akan menyebabkan daun nilam
kecil, agak tebal dan berwarna merah kekuning–kuningan namun,
walaupun keadaan daun demikian, kadar minyaknya lebih tinggi.
Sebaliknya, jika penyinaran matahari tidak langsung karena
adanya pohon pelindung, pertumbuhan tanaman nilam lebih
subur, daunnya lebih lebar dan tipis serta berwarna lebih hijau,
tetapi kadar minyaknya lebih rendah. Itulah sebabnya, ada
tidaknya pohon pelindung perlu dipertimbangkan, walaupun
tanaman nilam dapat tumbuh dan berkembang sebagai tanaman
sela pada lahan perkebunan kelapa, karet, melinjo, jambu mete
dan sebagainya (Surdayani, 2004).
Pengaruh
penyinaran
sinar
matahari
sebagaimana
diuraikan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: sinar matahari
berperan sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis bagi
setiap tanaman. Jenis sinar yang dibutuhkan adalah sinar putih
yang merupakan gabungan dari sinar merah, jingga, kuning, hijau,
10
biru, nila dan ungu. Proses penyerapan sinar matahari tergantung
dari jenis tanaman. Tanaman nilam lebih menyukai sinar matahari
yang jatuh secara langsung, karena mampu meningkatkan kadar
minyaknya. Selain berfungsi sebagai sumber energi, sinar
matahari dapat berkaitan dengan faktor photoperidesitas, yakni
lamanya penyinaran matahari dala m satu harinya. Sedangkan
intensitas penyinaran adalah jumlah kalori dari sinar matahari
yang diterima oleh suatu bidang persatuan luas dan persatuan
waktu. Akan tetapi intensitas penyinaran ini bernilai relatif,
karena tergantung dari jenis tanaman. Daun nilam yang berwarna
merah kekuning–kuningan dan mengecil misalnya disebabkan
oleh tingkat transpirasi yang lebih tinggi daripadaa absorbsi air
oleh akar-akarnya (Pudjiono, 2008).
2) Suhu dan Ketinggian
Faktor suhu berhubungan erat dengan ketinggian letak
suatu tempat. Secara teoritis, setiap tanaman memerlukan suhu
yang tinggi terutama pada fase generatif. Akan tetapi suhu yang
terlalu tinggi terkadang dapat merusak jaringan tanaman dan
menggugurkan daun–daun tanaman. Nilam termasuk jenis
tanaman tropis. Oleh karena itu tanaman nilam dapat tumbuh
dengan baik di daerah–daerah tropis antara 10° lintang utara
sampai 10° lintang selatan. Suhu yang paling cocok untuk
tanaman nilam adalah sekitar 18-27°C. Pada dasarnya tanaman
11
nilam ini dapat tumbuh di mana- mana, mulai dari dataran rendah
sampai ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut.
Akan tetapi, nilam akan berproduksi baik pada ketinggian 100400 m di atas permukaan laut (Nuryani, 2007).
3) Curah hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman,
diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati,
saran trasnport hara dala m tanaman, pertumbuhan sel dan
membentukan enzim, dan menjaga stabilisasi suhu. Tanaman
nilam membutuhkan curah hujan relatif tinggi yakni antara
2.300–3.000 mm/tahun (Nuryani, 2006).
4) Kelembaban
Tanaman dataran rendah pada umumnya membutuhkan
kelembaban yakni tidak terlalu tinggi untuk melangsungkan
pertumbuhannya. Tanaman nilam membutuhkan kelembaban
sekitar 60–70% (Nuryani, 2007).
5) Angin
Angin
juga
mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman,
terutama pada fase pertumbuhan vegetatif. Bila pada fase
pertumbuhan vegetatif terdapat angin kering yang berhembus
dengan kencang, tumbuh–tumbuhan dapat tumbang, termasuk
tanaman nilam (Surdayani, 2004).
12
B. Perbanyakan secara vegetatif
Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu faktor
usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa
penggunaan benih unggul yang bermutu, maka sarana produksi lainnya akan
kurang bermanfaat bahkan menimbulk an kerugian ke konsumen/petani.
Perbanyakan secara vegetatif ada dua cara yaitu perbanyakan dengan
menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan. Perbanyakan secara
vegetatif jenis ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang
ahli dalam kultur jaringan. Sedangkan untuk jangka pendek, dengan
kemampuan biaya terbatas maka solusi terbaik adalah dengan perbanyakan
vegetatif makro. Perbanyakan vegetatif makro seperti stek, menyambung dan
cangkok mudah dipelajari dan tidak begitu membutuhkan teknologi yang
canggih. Cara ini dapat diterapkan dengan mudah dalam pemeliharaannya
dan memenuhi kaidah perbanyakan vegetatif secara standar (Pudjiono,
2008).
Untuk mengatasi kebutuhan benih nilam yang mendesak diperlukan
suatu upaya. Salah satu cara mudah untuk memenuhi konsumen kebutuhan
bibit nilam unggul adalah penggunaan benih dari perbanyakan secara
vegetatif dengan menggunakan stek, stek pada tanaman nilam berasal dari
bagian pangkal tengah dan pucuk standar. Agar benih/stek tersebut dapat
tumbuh dengan baik (sehat, cepat dan seragam) benih/stek harus diproduksi
dengan cara prosedur yang baik. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek
dari pohon induk yang berumur lebih dari satu tahun. Stek yang paling baik
13
diambil dari ranting- ranting muda yang telah berkayu. Panjang stek 20-30 cm
dan minimum memiliki tiga mata tunas. Dari satu pohon induk diambil 50-60
stek. Penanaman bibit bisa dilakukan secara langsung, bisa juga menyemai
stek terlebih dahulu, bergantung pada kondisi cuaca, kesuburan tanah dan
persediaan bibit. Untuk memudahkan tumbuhnya akar, sebaiknya stek
disemaikan terlebih dahulu selama 3-4 minggu, kemudian dipindah ke
lapangan. Cara ini juga menghemat penggunaat bibit penanaman langsung
memerlukan bibit 2-3 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan
persemaian (Kardinan & Maulidi, 2007).
Stek tanaman nilam agar tumbuh baik, sehat dan pertumbuhannya
lebih cepat dapat diberikan pemberian hormon perangsang pertumbuhan baik
secara kimia maupun alami. Pemberian hormon secara kimia dapat
memberikan dampak negatif maupun positif, adapaun dampak dari negatifnya
ialah semakin berkembangnya zaman semakin tinggi pula harga zat pengatur
tumbuh kimia dan semakin sering menggunakan zat pengatur tumbuh kimia
dapat memberikan efek buruk bagi lingkungan sekitar. Adapun dampak
positifnya pertumbuhan nilam sangat cepat dan dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal. Sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh
alami dampak positifnya ialah ramah lingkungan dan bahan yang digunakan
mudah didapat dan harga relatif murah dan cara pembuatannya sangat mudah
dan gampang, sedangkan dampak negatifnya kandungan dalam zat pengatur
tumbuh alami belum diketahui pasti (Sudaryani, 2004).
14
Zat pengatur tumbuh yang lebih tepat bagi tanaman stek nilam ialah
auksin dan sitokinin, dimana sifat auksin ialah mempunyai kemampuan
dalam mendukung perpanjangan sel. Hormon auksin, hormon ini dibentuk di
pucuk batang dan bekerja di akar sebagai zat pengatur perakaran dan sitokinin
sendiri mendukung terjadinya pembelahan sel. Hormon sitokinin banyak
tersedia pada air kelapa muda.
C. Tinjauan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami
Zat pengatur tumbuhan adalah senyawa organik yang bukan
merupakan zat hara, dan dalam jumlah sedikit mendorong, menghambat, atau
mengatur proses fisiologis di dalam tanaman. Zat pengatur tumbuhan di
dalam tanaman terdiri dari 5 kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin,
etilen dan asam abisat dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap
proses fisiologis tanaman (Heddy, 1996).
Manfaat dari zat pengatur tumbuhan sebagai berikut, auksin yang
mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat
menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin
mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen dan asam abisat berperan
dalam proses pematangan buah.
1.
Bawang putih
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya
Cina dan Jepang yang beriklim subtropis. Dari sini bawang putih
menyebar ke seluruh Asia dan Eropa dan menyebar ke seluruh dunia. Di
Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian
15
dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Bawang putih
(Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai
ketinggian sekitar 60 cm. Batangnya batang semu dan berwarna hijau.
Bagian bawahnya bersiung, bergabung menjadi umbi besar berwarna
putih. Tiap siung terbungkus kulit tip is (Syamsiah dan Tajudim, 2003).
Adapun komponen penting pada bawang putih yang dapat
menghasilkan aroma khas adalah sulfur, yang terdiri dari 60% diallyl
disulfida, 20% diallyl trisulfida, 6% allyl propyl disulfida, dengan sedikit
dietil disulfida, diallyl polisulfida dan sedikit allin dan alisin. Prekusor
utama aroma pada bawang putih adalah sallylcysteini sulfoxide. Enzim
pemecah asam allyl sulfenic akan membentuk senyawa aliisin atau diallyl
thiosulfinite. Alisin adalah komponen volatil utama pada sari bawang
putih segar (Yuwono, 1991).
Umbi bawang putih mengandung senyawa aktif alisin (diallyl
thiosulfinate) dan ajoene yang berperan sebagai antimikroba (antibakteri
dan jamur). Sebenarnya alisin tidak ditemukan di dalam bawang putih,
tetapi merupakan produk yang dihasilkan oleh kerja enzim alin alkyl
sulfenete lyase terhadap aniline (asam amino non protein S-allylcysteine
S-oxide). Alisin sendiri merupakan zat aktif yang mempunyai daya
antibiotika yang cukup ampuh. Contoh vitamin yang terdapat pada
bawang putih adalah thimin, riboflavin, niasin dan asam askorbat.
Kandungan ? -Karoten yang merupakan bentuk vitamin A dalam bahan
nabati, juga sangat kecil. Sebaliknya ? -Karoten banyak dijumpai pada
16
daun bawang putih. Daun bawang putih mengandung mineral seperti Ca,
Fe, Na, K dan Fosfat dalam jumlah yang tidak besar. Kandungan dalam
bawang putih dapat dilihat pada Tabel 1. (Anonim, 2012).
Tabel 1. Kandungan 100 g dalam bawang putih
Komposisi
Banyaknya kandungan
Energi
122 kal
Karbohidrat
24,9 g
Protein
7g
Natrium
13 mg
Fosfor
109 mg
Kalium
346 mg
Sumber: (Anonim, 2012)
2.
Bawang merah
Bawang merah sering dijumpai sebagai racikan dasar dari setiap
masakan di Indonesia. Namun ternyata khasiat yang dimiliki tanaman ini
sungguh luar biasa. Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah
yaitu sekitar India. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk
berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada
ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung,
bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan
bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai
30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap
bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya
terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga
buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji. Buah
berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji
17
bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman
secara generatif.
Bawang merah mengandung vitamin C, potassium, serat dan acid
folic selain itu juga mengandung kalsium, zat besi dan protein dengan
kandungan yang tinggi. Bawang merah juga mengandung bahan zat
perangsang tumbuhan alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang
merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan
senyawa alliin. Senyawa allin oleh enzim allinase selanjutnya diubah
menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikroba yang
bersifat bakterisida kandungan bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2.
(Rukmana, 1995).
Tabel 2. Kandungan 100 g dalam bawang merah
Komposisi gizi
Kandungan gizi
Karbohidrat
15,4 g
Protein
1,9 g
Natrium
12 mg
Fosfor
45 mg
Kalium
334 mg
Sumber: (Rukmana, 1995).
3.
Air Kelapa Muda
Kelapa merupakan tumbuhan asli di daerah tropis. Di Indonesia,
pohon kelapa dapat ditemukan hampir seluruh provinsi dari daerah pantai
sampai ke daerah pegunungan agak tinggi. Buah kelapa terdiri dari
beberapa bagian, yaitu epicarp, mesocarp, endocarp dan endosperm.
Epicrap yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin agak keras dan
18
tebalnya ±
1/7
mm. Mesocarp yaitu kulit bagian tengah yang disebut
sabut. Endocarp bagian tempurung yang sangat keras. Tebalnya 3-6 mm
bagian dalam melekat pada kulit luar dari endosperm yang tebalnya 8-10
mm (Setyamidjaja, 2010).
Air kelapa yang masih muda kaya akan potasium (kalium) hingga
17%. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7
sampai 2,6% dan protein 0,07 hingga 0,55%. Mineral lainnya antara la in
natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu),
fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga
mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat,
asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Air kelapa
muda merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum
banyak dimanfaatkan. Sementara ini air kelapa muda hanya sebagai
minuman segar air kelapa. Salah satu bagian dari buah kelapa yang
banyak dimanfaatkan adalah air kelapa. Air kelapa sendiri banyak
memiliki kandungan nilai gizi dan khasiat yang luar biasa. Air kelapa,
mempunyai unsur kimia yaitu berupa unsur makro dan mikro yang
meliputi Nitrogen (N) dan Carbon (C) yang sangat penting bagi
tumbuhan.
a. Pada unsur Nitrogen (N) air kelapa muda memiliki kandungan sendiri
di antaranya protein yang terdiri dari asam amino, seperti alanin,
sistin, arginin, alin dan serin.
19
b. Pada unsur Carbon (C) juga memiliki kandungan dalam bentuk
karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol dan
sebagainya. Kandungan elektrolit dan glukosa dalam air kelapa muda
bersifat isotonik yang sangat baik diserap oleh tanaman.
Kandungan dalam air kelapa muda dapat dilihat dari Tabel 3.
kandungan air kelapa muda (Anonim, 2012).
Tabel 3. Kandungan dalam air kelapa muda
Komposisi
Kandungan (%)
Specific gravity
2,04
Bahan Padat
9,42
Gula
5,12
Abu
0,92
Minyak
1,48
Protein
1,1
Senyawa chlorida
0,34
Sumber: (Anonim, 2012).
20
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di sekitar Laboratorium Agronomi Budidaya
Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu
penelitian ini dimulai pada 20 Desember 2014 sampai 25 Februari 2015, yang
meliputi persiapan kegiatan, pelaksanaan penelitian, pengambilan data serta
pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
gunting stek, cangkul, gelas piala, gembor, bak semai timbangan, blender,
kain, kamera dan alat tulis kerja (ATK). Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Stek nilam yang dipakai jenis nilam aceh (Pogostemon
cablin Benth), diperoleh dari lahan usaha budidaya tanaman nilam di Palaran,
bawang putih, bawang merah, air kelapa muda, air, tanah dan pasir.
C. Perlakuan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 20
tanaman nilam. Jadi jumlah tanaman yang diamati adalah 60 stek tanaman
nilam. Perlakuan pertama menggunakan sari bawang putih sebagai zat
pengatur tumbuh dalam penelitan ini, perlakuan kedua menggunakan sari
bawang merah dan perlakuan ketiga ialah menggunakan air kelapa muda
sebagai zat pengatur tumbuh secara alami. Perlakuan penelitian ini terdiri
dari:
21
P1 : Stek nilam yang direndam menggunakan sari bawang putih 50 g/100 ml
air.
P2 : Stek nilam yang direndam menggunakan sari bawang merah 50 g/100
ml air.
P3 : Stek nilam yang direndam menggunakan air kelapa 100 ml.
D. Prosedur penelitian
1.
Persiapan areal tanam
Areal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memiliki
perlindungan yang cukup terhadap sinar matahari, dekat dengan sumber
air, jauh dari gangguan hama serta gangguan penyakit dan yang lebih
terpenting mudah untuk dipantau. Areal yang digunakan dibersihkan dan
datar, agar memudahkan dalam penempatan bak semai.
2.
Persiapan media tanam
Tanah yang digunakan untuk media tanam yaitu tanah yang
banyak menga ndung humus dan kaya akan bahan–bahan organik, yang
dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1.
3.
Persiapan bahan tanam
Stek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stek nilam
jenisnya ialah nilam aceh, dari perbanyakan secara generatif yang telah
berproduksi dengan baik yang terhindar dari serangan hama dan
penyakit. Untuk steknya menggunakan 2-3 ruas. Ada 3 bagian batang
yang digunakan untuk stek nilam bagian batang atas, tengah dan bagian
22
batang bawah. Batang yang digunakan untuk stek tersebut ialah bagian
batang tengah. Gambar bahan dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.
Pembuatan zpt alami
Proses pembuatan zpt alami sangat mudah pertama-tama
persiapan alat dan bahan, bawang putih dengan bawang merah segera
ditimbang dengan berat masing- masing 50 g setelah penimbangan potong
kecil-kecil bawang putih dimasukkan ke dalam blender setelah itu
dicampur air mineral dengan takaran 100 ml dan diblender sampai halus
setelah itu disaring menggunakan kain dan diambil sarinya, pembuatan
sari bawang merah pun sama dengan pembuatan sari bawang putih.
Pembuatan zpt alami air kelapa muda, diambil airnya takaran 100 ml.
Gambar pembuatan zpt alami dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.
Pencampuran zpt alami
Perlakuan pertama (P1 ) ialah tanaman stek nilam, direndam ± 15
menit menggunakan sari bawang putih yang telah diblender dengan
kandungan 50 g/100 ml air, perlakua n kedua (P2 ) menggunakan sari
bawang merah dengan kandungan 50 g/100 ml air yaitu bawang merah
diblender lalu diperas dan merendam tanaman stek nilam ± 15 menit.
Perlakuan ketiga (P3) menggunakan air kelapa muda. Penanaman stek
nilam direndam dengan menggunakan air kelapa muda ± 15 menit
dengan dosis air kelapa muda 100 ml, tanpa campuran air. Gambar
perendaman dapat dilihat pada Lampiran 3.
23
6.
Penanaman
Menggunakan 3 bak semai tanaman yang telah disediakan, 1 bak
akan ditanami oleh 20 stek tanaman nilam dengan penyusunan yang rapi
dan pertumbuhan yang baik dan ditanam di media tanam yang telah
disiapkan. Jarak tanam yang digunakan 5 cm x 5 cm. Gambar persiapan
penanaman dapat dilihat pada Lampiran 4.
7.
Pemeliharaan
Untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan adanya kegiatan
pemantauan tempat persemaian, dan penyiraman yang dilakukan pada
pagi hari dan sore hari.
E. Pengambilan data
Pengambilan data pengamatan dilakukan selama kurang lebih 2
minggu, dari mulai penanaman hingga akhir pengamatan.
1.
Pengambilan data kecepatan tumbuh
Mengamati stek yang tumbuh lebih dahulu dan dicatat hari
tampak tunas yang muncul dan juga pada jumlah tumbuhnya.
2.
Persentase keberhasilan
Mengamati
persentase
keberhasilan
pada
saat
terakhir
pengambilan data dan sekaligus mengamati seluruh jumlah stek yang
tumbuh.
F. Pengolahan data
Persentase keberhasilan tumbuh stek nilam, dihitung dengan cara:
Keberhasilan stek =
Jumlah tanaman hidup
Jumlah stek yang ditanam
x 100%
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Hari munculnya tunas
Dari hasil penelitian dengan pemberian zat perangsang tumbuh
yang berbeda dengan menggunakan air kelapa muda, sari bawang merah
dan sari bawang putih terhadap tanaman nilam (Pogostemon cablin
Benth) bahwa pada perlakuan 1 (sari bawang putih) tunas yang muncul
pertama kali yaitu pada hari ke-5 dengan jumlah tunas yang muncul
adalah 2 stek, sedangkan hari ke-6 jumlah tunas yang muncul adalah 3
stek, pada hari ke-7 jumlah tunas yang muncul sebanyak
5 stek dan,
pada hari ke-8 jumlah tunas yang muncul adalah 6 stek, pada hari ke-10
jumlah tunas yang muncul adalah 8 stek, pada hari ke-11 jumlah tunas
yang muncul adalah 9 stek, sedangkan hari ke-12 hari terakhir jumlah
tunas yang dapat muncul adalah 10 stek dan jumlah stek yang mati
adalah 10. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 1 (bawang putih 50
g/100 ml air). Dapat dilihat jelas pada Tabel 4.
Tabel 4. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 1 (bawang putih 50
g/100 ml air).
Hari Munculnya
Jumlah Tanaman
Jumlah Tanaman
Tunas
Muncul Tunas
Belum Muncul Tunas
5
2
18
6
3
17
7
5
15
8
6
14
10
8
12
11
9
11
12
10
10
Jumlah
10
10
25
Pada perlakuan 2 (sari bawang merah) tunas yang muncul
pertama kali yaitu pada hari ke-5 dengan jumlah stek yang munc ul adalah
9 stek, pada hari ke-7 tanaman stek yang muncul tunasnya sebanyak 11
stek, sedangkan hari ke-8 stek yang muncul adalah 13 stek dan, hari ke-9
stek yang muncul sekitar 15 stek, pada hari ke-11 tanaman stek yang
muncul ialah 17 stek, dan hari ke-12 jumlah tanaman stek yang muncul
terakhir adalah 20 stek dan stek yang mati adalah 0. Data hari munculnya
tunas pada perlakuan 2 (bawang merah 50 g/100 ml air). Dapat dilihat
jelas pada Tabel 5.
Tabel 5. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 2 (bawang merah
50 g/100 ml air).
Hari Munculnya
Tanaman Muncul
Tanaman Belum
Tunas
Tunas
Muncul Tunas
5
9
11
7
11
9
8
13
7
9
15
5
11
17
3
12
20
Jumlah
20
Pada perlakuan 3 (air kelapa muda) tunas yang muncul pertama
kali yaitu pada hari ke-5 dengan jumlah tunas yang muncul adalah 15
stek, sedangkan hari ke-6 jumlah tunas yang muncul adalah 17 stek,
pada hari ke-7 jumlah tunas yang muncul ialah 18 stek, pada hari ke-9
jumlah tunas yang muncul sebanyak 19 stek, dan hari ke-
11 tanaman
stek yang muncul tunasnya sebanyak 20 stek dan jumlah tanaman stek
yang mati adalah 0. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 3 (100 ml
air kelapa muda). Dapat dilihat jelas pada Tabel 6.
26
Tabel 6. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 3 (air kelapa muda
100 ml).
Hari Munculnya
Tanaman Muncul
Tanaman Belum
Tunas
Tunas
Muncul Tunas
5
15
5
6
17
3
7
18
2
9
19
1
11
20
Jumlah
20
2.
Persentase Keberhasilan
Pada persentase keberhasilan tumbuhan stek nilam perlakuan P1
(menggunakan sari bawang putih) menunjukkan hasil persentase
pertumbuhannya 50% dengan jumlah tanaman yang hidup sebanyak 10
stek, sedangkan pada persentase tumbuh stek tanaman nilam perlakuan
P2 (menggunakan sari bawang merah), menunjukkan hasil persentase
tumbuh 100% dengan jumlah tanaman yang hidup 20 stek, dan hasil
persentase tumbuh pada perlakuan P3 (menggunakan air kelapa muda)
menunjukkan hasil persentase tumbuh 100% dengan jumlah tanaman
yang hidup 20 stek.
Tabel 7. Hasil persentase keberhasilan tumbuh stek nilam
Perlakuan
Jumlah Tanaman Hidup
Persentase Tumbuh
P1
10
10/20 x 100 = 50%
P2
20
20/20 x 100 = 100%
P3
20
20/20 x 100 = 100%
27
B. Pembahasan
Penelitian menggunakan sari bawang putih, sari bawang merah dan air
kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh alami yang dilakukan selama 2
minggu terhadap stek tanaman nilam memberikan hasil yang berbeda.
Pengamatan menunjukkan pada perlakuan P1 stek nilam direndam
menggunakan sari bawang putih (50 g/100 ml air), kecepatan tumbuh pada
hari ke-5 dengan jumlah 2 stek nilam dan persentase pertumbuhan akhir 50%.
Perlakuan P2 stek nilam direndam menggunakan sari bawang merah (50
g/100 ml air), kecepatan tumbuh pada hari ke-5 dengan jumlah 9 stek nilam
dan persentase pertumbuhan akhir 100%. Perlakuan P3 stek nilam direndam
menggunakan air kelapa muda (100 ml air kelapa muda), dimana kecepatan
tumbuh pada hari ke-5 berjumlah 15 stek nilam dan persentase pertumbuhan
akhir 100%.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas terlihat jelas bahwa perlakuan
P1 (stek nilam di rendam menggunakan sari bawang putih) kurang efektif
karena kandungan senyawa zat pengatur tumbuh yang ada dalam bawang
putih sangat rendah bagi tanaman. Menurut Nurfita (2012), komponen utama
dari umbi bawang putih adalah air, yakni kandungan air di dalam umbi
bawang putih sangat tinggi. Selain itu komponen gizi dari umbi bawang putih
seperti vitamin, mineral, natrium, fosfot, kalium, energi, lemak, dan
karbohidrat dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Oleh sebab itu, untuk
mengharapkan kandungan gizi dalam bawang putih masih kurang tepat.
28
Pada perlakuan P2 ini efektif karena kandungan zat pengatur tumbuh
yang terdapat di bawang merah berupa hormon auksin dan giberelin alami
yang terkandung pada bawang merah cukup tinggi. Hormon auksin berfungsi
sebagai perangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom dan gunanya
adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, misalnya pada stekan atau
cangkokan. Sementara, giberelin berfungsi sebagai pengontrol pertumbuhan
pada seluruh bagian tanaman. Selain itu umbi bawang merah juga
mengandung allicin, vitamin B1 (Thiamin) untuk pertumbuhan tunas,
riboflavin untuk pertumbuhan tanaman. Thiamin dan allicin akan membentuk
ikatan allithiamin yang mudah diserap oleh sel tumbuhan dan membentuk
efek fisiologis dalam pertumbuhan tunas dan daun (Rukmana, 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2014), dari UPI Bandung
menunjukkan bahwa terhadap tanaman krisan yang telah diberi sari bawang
merah pada stek batangnya muncul akar rata-rata sebanyak 20 buah setelah
10 hari penanaman. Rata-rata jumlah akar yang sama diperoleh dengan
pemberian zpt sintetis. Sedangkan pada stek krisan yang tidak diberi sari
bawang merah dan zpt sintetis jumlah akar rata-rata 14 buah. Hal ini
menunjukkan bahwa sari bawang merah memiliki kemampuan yang sama
dengan zpt sintetis dalam merangsang pertumbuhan akar.
Adapun pada perlakuan P3 (stek nilam direndam air kelapa muda 100
ml) sangat efektif karena kandungan senyawa yang terdapat dalam air kelapa
muda adalah sitokinin, auksin dan giberelin. Fungsi sitokinin ialah
merangsang pembelahan sel, merangsang tumbuhnya tunas pada tanaman
29
induk dan memacu pembelahan sel atau pembentukan organ. Fungsi auksin
adalah zat aktif proses pembentukan akar, membantu proses pembiakan
vegetatif dan proses perpanjangan sel. Sedangkan fungsi giberelin
merangsang pembelahan sel, memacu pembungaan dan meningkatkan
aktivitas kambium dan perkembangan xylem (Anonim, 2013).
Menurut penelitian Fatmi (2008), air kelapa muda mengandung zat
hara dan zat pengatur tumbuh yang baik dan diperlukan untuk perkembangan
dan pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda juga mengandung senyawa
organik seperti vitamin C dan B, hormon auksin, giberelin dan sitokinin.
Serta air, protein, karbohidrat, mineral, sedikit lemak, Ca dan P. Adapaun
kandungan sitokinin dalam air kelapa muda mencapai 25%. Berdasarkan hasil
penilitian di atas terlihat jelas kandungan di dalam air kelapa muda sangat
banyak dan sangat berkhasiat bagi tanaman, karena kandungan unsur makro
dan mikronya yang lengkap. Sementara pada perlakuan P3 (stek nilam
direndam air kelapa muda 100 ml) dalam penelitian ini sangat efektif karena
memiliki keberhasilan tumbuh sebesar 100% dan pertumbuhan tanaman yang
lebih cepat dibanding P2 dan P1.
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Diduga kecepatan tumbuh yang lebih baik ditunjukkan oleh P3
(perendaman stek nilam menggunakan air kelapa muda), yakni tunas muncul
pada hari ke-5 dengan jumlah 15 stek nilam dan persentase akhir
pertumbuhannya 100%. Disusul P2 (perendaman menggunakan sari bawang
merah) tunas muncul pada hari ke-5 dengan jumlah 9 stek nilam dan
persentase akhir pertumbuhan 100%, selanjutnya pada P1 (perendaman
menggunakan sari bawang putih) tunas muncul pada hari ke-5 dengan jumlah
2 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhan 50%.
B. Saran
Untuk mendapatkan stek tanaman nilam yang baik dapat digunakan
air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh.
31
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Bandung Angkasa. Bandung.
Ahmad, D. 2014. Penelitian Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Tanamaan Krisan. UPI. Bandung.
Anonim.
2012.
Tips
Petani
Cara
Menanam
Nilam.
www.tipspetaniblogspot.com/caramenanamnilam. (diakses tanggal 17
Januari 2015).
Anonim. 2013. Fungsi dan Manfaat ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).
www.hormonhantuzatpengaturtumbuh.com. (diakses tanggal 22 Agustus
2015).
Asman, 1996. Monograf Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat.
Airlangga. Bogor.
Fatmi, N. 2008. Kajian Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Urine Sapi Terhadap
Pertumbuhan Stek Nilam. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan. Surabaya.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kardinan, A, Maulidi S. 2007. Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri dan
Kosmetika. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Krismawati. 1998. Pengantar Budidaya Ta naman Nilam dan Perkembangan.
Airlangga. Bogor.
Nurfita, D. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Pustaka Baru
Press. Jakarta.
Nuryani, Y, Emmyzar, MS. Agus, Wahyudi. 2007. Teknologi Unggulan
Tanaman Nilam Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Pudjiono. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada
Pemuliaan Pohon. Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Balai Besar Pene litian Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Rukmana, R 1995. Bawang Merah Budidaya & Pengolahan Pasacapanen.
Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
32
Rukmana, R 1995. Budidaya Bawang Putih. Kanisius (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.
Setyamidjaja, R. 2010. Budidaya Tanaman Kelapa. Airlangga. Bogor.
Sudaryani, T 2004. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadya. Jakarta.
Syamsiah, N, Tajudin M. 2003. Buku Pintar Bawang Putih. Raja Grafindo
Pustaka. Jakarta.
Yuwono, E. 2005. Khasiat Sejuta Tanaman Bawang Putih. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Alat dan Bahan
Gambar 1. Gunting Stek
Gambar 2. Gembor
35
Gambar 3. Penimbangan bawang merah & bawang putih
Gambar 4. Tanaman Nilam
36
Lampiran 2. Dokumentasi Gambar Pembuatan ZPT Alami
Gambar 1. Pengupasan bawang merah dan bawang putih
Gambar 2. Penimbangan bawang merah & bawang putih 50 g.
37
Gambar 3. Blender bawang merah & bawang putih
38
Lampiran 3. Dokumentasi Gambar Perendaman P1, P2 dan P3
Gambar 1. Perlakuan P1 (perendaman menggunakan sari bawang putih)
Gambar 2. Perlakuan P2 (perendaman menggunakan sari bawang merah)
39
Gambar 3. Perlakuan P3 (perendaman menggunakan air kelapa muda).
40
Lampiran 4. Dokumentasi Gambar Persiapan Tanam
Gambar 1. Stek Nilam
Gambar 2. Penanaman Stek Nila m
41
Lampiran 5. Dokumentasi Gambar Hasil Persentase Akhir
Gamabar 1. Hasil akhir pertumbuhan stek nilam pada perlakuan P1
Gambar 2. Hasil akhir pertumbuhan stek nilam pada perlakuan P2
42
Gambar 3. Hasil akhir perumbuhan stek nilam pada perlakuan P3
Download