APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh : FERLI FERDIAN NIM. 120500066 \ PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN STEK NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh : FERLI FERDIAN NIM. 120500066 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon cablin Benth) Nama : Ferli Ferdian Nim : 120 500 066 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, F. Silvi Dwi Mentari S, Hut. MP. NIP. 197707232003122002 Penguji I, Rusmini, SP. MP. NIP. 198111302008122002 Penguji II, Dr. Fadli Mulyadi, SP. MP. NIP. 197802212001121002 Menyetujui, Ketua PS. Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri :Samarinda Lulus ujian pada tanggal Juni 2015 Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Nur Hidayat, SP, M.Sc. NIP. 197210252001121001 Ir. M. Masrudy, M.P. NIP. 196008051988031003 Lulus Ujian Pada Tanggal: 26 Agustus 2015 ABSTRAK FERLI FERDIAN. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon Cablin Benth) (di bawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI). Tanaman nilam ialah tanaman penghasil minyak atsiri. Dimana minyak nilam dapat memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa negara di antara minyak atsiri lainnya. Semakin berkembangnya zaman permintaan minyak nilam dari negara lain terhadap negara Indonesia semakin meningkat. Disinilah para petani nilam harus berusaha keras agar dapat memenuhi permintaan konsumen dari negara lain, salah satu cara terbaik untuk mengembangkan tanaman nilam ialah perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan stek. Keutamaan stek sendiri adalah pemakaian bahan tanaman lebih hemat, pertumbuhan bibit lebih cepat dan mengurangi resiko kematian bibit. Upaya meningkatkan perkembangan perakaran pada stek tanaman nilam dapat dilakukan pemberian hormon dari luar salah satunya pemberian zat pengatur tumbuh. Adapun alasan memilih tanaman nilam serta sari bawang putih, bawang merah dan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh alami adalah bahan mudah didapat, harga bahan relatif murah dan pertumbuhan yang lebih mudah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kecepatan tumbuh dan persentase keberhasilan pertumbuhan stek nilam yang diberikan zat pengatur tumbuh dari sari bawang putih, sari bawang merah dan air kelapa muda. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberi tambahan ilmu bagi kita dan sekaligus memberi informasi bagi petani nilam dan masyarakat pembudidaya tanaman nilam, tentang penggunaan ZPT sari bawang putih, sari bawang merah dan air kelapa muda pada stek tanaman nilam. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 1 bulan, terhitung dari tanggal 10 Januari, sampai dengan 13 Februari 2015, dari persiapan alat dan bahan hingga pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilakukan di areal sekitar Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan yaitu, P1 : Stek nilam direndam menggunakan sari bawang putih 50 g/100 ml air. P2 : Stek nilam direndam menggunakan sari bawang merah 50 g/100 ml air. P3 : Stek nilam direndam menggunakan air kelapa 100 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan P1 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-5 dengan jumlah 2 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 50%, pada perlakuan P2 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-5 dengan jumlah 9 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 100%. Serta pada perlakuan P3 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-5 dengan jumlah 15 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 100%. Dengan demikian pemberian air kelapa muda (P3) di duga dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada perlakuan yang lain. Kata kunci : Zpt alami, stek, nilam RIWAYAT HIDUP FERLI FERDIAN. Lahir di Samarinda pada tanggal 11 November 1994, merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan ayah dan ibu bernama Johansyah dan Ernani. Jenjang pendidikan dimulai dari bangku Sekolah Dasar (SD) Negeri 001 Samarinda Ilir dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke jenjang tingkat pertama (SLTP) Kesatuan Samarinda dan lulus pada tahun 2009, setelah itu melanjutkan lagi ke tingkat mene ngah kejuruan (SMK) SPP-SPMA Negeri Samarinda dan lulus pada tahun 2012. Pada tanggal 11 Agustus 2011 sampai dengan 10 Oktober 2011, melaksanakan Praktek Kerja Usaha (PKU) di Perkebunan Rakyat, Kecamatan Getas, Kabupaten Solo/Salatiga, Provinsi Jawa Tenga h. Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2012. Pada tanggal 03 Maret 2015 sampai dengan 01 Mei 2015 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kalpataru Sawit Plantation, Desa Salo Cella, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah maka peneliti tentang Aplikasi Zat Perangsang Tumbuh Alami terhadap stek nilam (Pogostemon cablin Benth) dapat diselesaikan. Karya Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi D-3 di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 2. Saudara yang selalu dapat membantu saya dalam kesusahan Eka Septiani dan Aditya Hermawan. 3. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut. MP. Selaku Pembimbing Karya Ilmiah. 5. Ibu Rusmini, SP. MP dan Bapak Dr. Fadli Mulyadi, SP. MP. Selaku Dosen Penguji Karya Ilmiah. 6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini. 7. Sahabat yang selalu mendukung dan memberi motivasi dalam mengerjakan Karya Ilmiah ini Ristya Novita Sari. Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan Untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembacanya untuk perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Kampus Sei Kledang, Agustus 2015 Penulis, DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. iv I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5 A. Morfologi Tanaman Nilam .......................................................... 5 B. Perbanyakan Secara Vegetatif...................................................... 12 C. Tinjauan ZPT Alami .................................................................... 14 III. METODE PENELITIAN ................................................................. 18 A. Tempat dan Waktu ....................................................................... 18 B. Alat dan Bahan ............................................................................ 18 C. Perlakuan Penelitian .................................................................... 19 D. Prosedur Penelitian ...................................................................... 19 E. Pengambilan Data ........................................................................ 21 F. Pengolahan Data .......................................................................... 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23 A. Hasil ............................................................................................. 23 B. Pembahasan ................................................................................. 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 30 A. Kesimpulan .................................................................................. 30 B. Saran ............................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Kandungan 100 g dalam bawang putih .............................................. 15 2. Kandungan 100 g dalam bawang merah............................................. 16 3. Kandungan dalam air kelapa muda..................................................... 17 4. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 1 (bawang putih) (50 g/100 ml air) ................................................................................. 24 5. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 2 (bawang merah) (50 g/100 ml air) ................................................................................. 24 6. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 3 (air kelapa muda) (100 ml air) ......................................................................................... 25 7. Hasil Persentase Keberhasilan Tumbuh.............................................. 26 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Alat dan Bahan ................................................................................. 33 2. Pembuatan ZPT Alami ..................................................................... 35 3. Perlakuan P1, P2, P3 .......................................................................... 37 4. Persiapan Tanam............................................................................... 36 5. Hasil Persentase Akhir ..................................................................... 39 1 I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) yaitu tanaman penghasil minyak atsiri, dimana mempunyai prospek yang baik meskipun di samping harganya yang relatif tinggi dan sampai saat ini minyaknya belum bisa dibuat tiruannya (sintetis). Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa negara di antara minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. Minyak nilam merupakan komoditi ekspor non migas. Minyak nilam ini sudah popular di kanca internasional namun hal ini belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan karena di tingkat Internasional minyak nilam ini diminati oleh beberapa negara. Kebutuhan dunia akan minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam saat ini berkisar 600–800 ton/tahun (Krismawati, 1998). Sebagian besar kebutuhan ini disuplai dari Indonesia. Minyak nilam oleh negara konsumen digunakan sebagai bahan pengikat dalam industri minyak wangi (parfum) atau dalam industri kosmetik lainnya. Nilam biasanya diekspor dalam bentuk minyak atsiri kasar atau yang telah dimurnikan. Negara tujuan ekspor nilam antara lain adalah Singapura, Amerika Serikat dan Spanyol. Di Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya (Nuryani, 2007). 2 Minyak nilam banyak digunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam industri parfum, sehingga wangi parfum tidak cepat menguap. Selain itu, aroma minyak nilam itu sendiri sangat khas, sehingga banyak diminati konsumen di berbagai belahan dunia. Selain sebagai parfum, minyak nilam juga banyak digunakan dallam industri sabu, hair tonic dan aroma terapi (Kardinan & Maulidi, 2007). Perbanyakan nilam secara konvensional dapat dilakukan melalui perbanyakan secara vegetatif salah satunya adalah stek batang atau cabang dan stek pucuk. Stek batang atau cabang diambil dari batang atau cabang yang telah mengayu, stek dapat langsung ditanam di lapangan atau diakarkan lebih dahulu. Stek yang ditanam, biasanya mengandung sedikitnya 4 ruas. Upaya meningkatkan perkembangan perakaran pada stek batang tanaman nilam, dapat dilakukan pemberian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar mendapatkan sistem perakaran yang baik dalam waktu yang relatif singkat (Asman, 1996). Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrein), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh terdiri dari 5 yaitu auksin yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen berperan dalam proses pematangan buah, dan asam abisat. Efektivitas zat pengatur tumbuh pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi yang diberikan, karena perbedaan konsentrasi akan 3 menimbulkan perbedaan aktivitas. Perbedaan aktivitas zat pengatur tumbuh ditentukan oleh spesies bahan stek yang digunakan (Abidin, 1990). Bahan yang terkandung dalam bawang putih kadar airnya yang tinggi, yaitu antara 63 ml - 90 ml, sedangkan komponen utamanya adalah sedangkan komponen utamanya berupa protein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat orga nik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan tanaman. Sebagian besar bawang putih mengandung zat- zat seperti: kalsium, besi, natrium, kalium dan fosfat. Bawang putih pun mengandung serat (crude fibre) (Yuwono, 2005). Dalam daun bawang putih terdapat kandungan vitamin contoh vitaminnya seperti: thimin, riboflavin, niasin dan asam askrobat. Umbi bawang putih mengandung senyawa aktif alisin dan ajoene yang berperan sebagai antimikroba, antibakteri dan jamur (Abidin, 1990). Bawang merah mengandung banyak serat leluloza yang kaya akan minyak sulfat yang mudah menguap. Juga mengandung zat- zat karbohidrat, asam fosfat, vitamin B dan C. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh, seperti auksin dan sitokinin. Susunan kandung dalam bawang merah sebagai berikut: 8,86% air, 1,3% protein, 1% lemak, 10,3% karbohidrat yang dapat mempercepat pertumbuhan perakaran dan perkembangan batang pada tanaman. Perlu diketahui dalam setiap 100 g bawang merah terdapat 48 kalori (Rukmana, 1995). Air kelapa muda juga mengandung air, protein, karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit lemak, Ca dan P. Bagian nilam yang dapat digunakan untuk bahan stek adalah stek batang dan stek cabang. Keberhasilan stek dalam 4 membentuk akar dan tunas tergantung pada aktifitas auksin yang berasal dari tunas dan daun (Abidin, 1990). Jadi, dengan demikian dipilihlah sari bawang putih, sari bawang merah dan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh untuk mengembangkan stek nilam. Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung kecepatan tumbuh dan persentase keberhasilan pertumbuhan stek tanaman nilam yang diberikan zat pengatur tumbuh air kelapa muda, sari bawang merah dan sari bawang putih. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberi tambahan ilmu bagi kita dan sekaligus memberi informasi bagi petani nilam dan masyarakat pembudidaya tanaman nilam, tentang penggunaan ZPT alami air kelapa muda, ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih pada stek tanaman nilam. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Nilam 1. Sistematika Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama cara taksonomi ini terdapat klasifikasi–klasifikasi dari tanaman nilam. Menurut Nuryani (2007) sistematika nilam adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae 2. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Lamailes Famili : Labiateae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon cablin Benth Jenis Tanaman Nilam Tanaman nilam meliputi 3 spesies yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth dan Pogostemoln hortenis Benth (Kardinan & Maulidi, 2007). a. Pogostemon cablin Benth Jenis nilam ini sering juga disebut nilam aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiateae yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain diantara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah variates Pogostemon cablin 6 Benth. Nilam Aceh berasal dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan Indonesia. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam–macam tipe yang berbeda baik karakterisitik, morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan. b. Pogostemon heyneanus Benth Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jenis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,5–1,5%. Disamping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. c. Pogostemon hortenis Benth Disebut juga nilam jawa atau nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Bedanya dengan nilam jawa lainnya adalah tidak berbunga. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Kandungan minyaknya 0,5-1,5% komposisi minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. 7 3. Morfologi tanaman nilam a. Akar Tanaman nilam memiliki jenis perakaran berbentuk akar serabut, dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran yang menancap ke tanah mencapai 30–40 cm (Surdayani, 2004). b. Batang Bentuk batang kecil, bercabang–cabang, dan berkulit tipis pada bagian luarnya, jenisnya berkayu dengan diameter 10–20 mm, dengan sistem percabangannya bertingkat – tingkat mengelilingi batang (3–5 cabang bertingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 m dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60 cm (Nuryani, 2007). c. Daun Bentuk daun bergerigi berbentuk bulat dan lonjong. Daun yang masih muda berwarna hijau muda, sedangkan daun yang sudah tua berwarna hijau tua dengan panjang 6,33-7,64 cm dan lebar 5,346,25 cm. Permukaan daun agak kasar memiliki bulu tipis pada bagian luar daun (Kardinan & Maulidi, 2007). 4. Syarat Tumbuh Tanaman Nilam a. Tanah Nilam dapat ditanam di tanah sawah, atau tanah tegalan/pekarangan ataupun di tanah-tanah hutan yang baru dibuka. Tanaman ini lebih cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan 8 banyak mengandung bahan organik. Dari pengamatan di lapangan, ternyata nilam dapat tumbuh baik pada tanah regosol, latosol dan aluvial. Tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah (pH) antara 6-7. Lahan tanaman nilam tidak boleh tergenang air (Nuryani, 2007). Untuk mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk kandang yang sudah masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak dapat menjadi sumber inokulum yang mengakibatkan busuknya akar nilam. Jika tanah yang dipergunakan untuk menanam nilam terlalu masam (pH di bawah 5,5) tanaman nilam dapat menjadi kerdil. Kekerdilan ini disebabkan oleh garam Alumunium (Al) yang larut di dalamnya. Untuk meningkatkan pH tanah, dapat dilakukan pengapuran, sekurang–kurangnya dua bulan sebelum tanam. Kebutuhan kapur sekitar 0,5–1 ton/ha tergantung tingkat kemasamannya. Akan tetapi, jika pH tanah terlalu basa, akan menyebabkan Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga bentuk daun nilam akan kurus kecil (Surdayani, 2004). b. Iklim Keadaan iklim dapat yang paling berperan penting sebagai berikut : cahaya matahari, suhu, kelembaban, curah hujan dan angin. Kebutuhan curah hujan tanaman nilam per tahunnya sebesar 2.5003.000 mm dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Suhu 9 ideal pertumbuhannya adalah 24-28ºC dengan kelmbaban di atas 75%. Semua unsur yang termasuk di dalam faktor iklim ini tidak dapat berdiri sendiri dan saling mempengaruhi satu sama la innya (Kardinan & Maulidi, 2007). 1) Intensitas cahaya matahari Penyinaran matahari secara langsung selama pertumbuhan mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam. Lahan tanaman nilam yang tidak diberi pelindung akan menyebabkan daun nilam kecil, agak tebal dan berwarna merah kekuning–kuningan namun, walaupun keadaan daun demikian, kadar minyaknya lebih tinggi. Sebaliknya, jika penyinaran matahari tidak langsung karena adanya pohon pelindung, pertumbuhan tanaman nilam lebih subur, daunnya lebih lebar dan tipis serta berwarna lebih hijau, tetapi kadar minyaknya lebih rendah. Itulah sebabnya, ada tidaknya pohon pelindung perlu dipertimbangkan, walaupun tanaman nilam dapat tumbuh dan berkembang sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan kelapa, karet, melinjo, jambu mete dan sebagainya (Surdayani, 2004). Pengaruh penyinaran sinar matahari sebagaimana diuraikan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: sinar matahari berperan sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis bagi setiap tanaman. Jenis sinar yang dibutuhkan adalah sinar putih yang merupakan gabungan dari sinar merah, jingga, kuning, hijau, 10 biru, nila dan ungu. Proses penyerapan sinar matahari tergantung dari jenis tanaman. Tanaman nilam lebih menyukai sinar matahari yang jatuh secara langsung, karena mampu meningkatkan kadar minyaknya. Selain berfungsi sebagai sumber energi, sinar matahari dapat berkaitan dengan faktor photoperidesitas, yakni lamanya penyinaran matahari dala m satu harinya. Sedangkan intensitas penyinaran adalah jumlah kalori dari sinar matahari yang diterima oleh suatu bidang persatuan luas dan persatuan waktu. Akan tetapi intensitas penyinaran ini bernilai relatif, karena tergantung dari jenis tanaman. Daun nilam yang berwarna merah kekuning–kuningan dan mengecil misalnya disebabkan oleh tingkat transpirasi yang lebih tinggi daripadaa absorbsi air oleh akar-akarnya (Pudjiono, 2008). 2) Suhu dan Ketinggian Faktor suhu berhubungan erat dengan ketinggian letak suatu tempat. Secara teoritis, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama pada fase generatif. Akan tetapi suhu yang terlalu tinggi terkadang dapat merusak jaringan tanaman dan menggugurkan daun–daun tanaman. Nilam termasuk jenis tanaman tropis. Oleh karena itu tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik di daerah–daerah tropis antara 10° lintang utara sampai 10° lintang selatan. Suhu yang paling cocok untuk tanaman nilam adalah sekitar 18-27°C. Pada dasarnya tanaman 11 nilam ini dapat tumbuh di mana- mana, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan berproduksi baik pada ketinggian 100400 m di atas permukaan laut (Nuryani, 2007). 3) Curah hujan Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, saran trasnport hara dala m tanaman, pertumbuhan sel dan membentukan enzim, dan menjaga stabilisasi suhu. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan relatif tinggi yakni antara 2.300–3.000 mm/tahun (Nuryani, 2006). 4) Kelembaban Tanaman dataran rendah pada umumnya membutuhkan kelembaban yakni tidak terlalu tinggi untuk melangsungkan pertumbuhannya. Tanaman nilam membutuhkan kelembaban sekitar 60–70% (Nuryani, 2007). 5) Angin Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama pada fase pertumbuhan vegetatif. Bila pada fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin kering yang berhembus dengan kencang, tumbuh–tumbuhan dapat tumbang, termasuk tanaman nilam (Surdayani, 2004). 12 B. Perbanyakan secara vegetatif Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu faktor usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulk an kerugian ke konsumen/petani. Perbanyakan secara vegetatif ada dua cara yaitu perbanyakan dengan menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan. Perbanyakan secara vegetatif jenis ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang ahli dalam kultur jaringan. Sedangkan untuk jangka pendek, dengan kemampuan biaya terbatas maka solusi terbaik adalah dengan perbanyakan vegetatif makro. Perbanyakan vegetatif makro seperti stek, menyambung dan cangkok mudah dipelajari dan tidak begitu membutuhkan teknologi yang canggih. Cara ini dapat diterapkan dengan mudah dalam pemeliharaannya dan memenuhi kaidah perbanyakan vegetatif secara standar (Pudjiono, 2008). Untuk mengatasi kebutuhan benih nilam yang mendesak diperlukan suatu upaya. Salah satu cara mudah untuk memenuhi konsumen kebutuhan bibit nilam unggul adalah penggunaan benih dari perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan stek, stek pada tanaman nilam berasal dari bagian pangkal tengah dan pucuk standar. Agar benih/stek tersebut dapat tumbuh dengan baik (sehat, cepat dan seragam) benih/stek harus diproduksi dengan cara prosedur yang baik. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek dari pohon induk yang berumur lebih dari satu tahun. Stek yang paling baik 13 diambil dari ranting- ranting muda yang telah berkayu. Panjang stek 20-30 cm dan minimum memiliki tiga mata tunas. Dari satu pohon induk diambil 50-60 stek. Penanaman bibit bisa dilakukan secara langsung, bisa juga menyemai stek terlebih dahulu, bergantung pada kondisi cuaca, kesuburan tanah dan persediaan bibit. Untuk memudahkan tumbuhnya akar, sebaiknya stek disemaikan terlebih dahulu selama 3-4 minggu, kemudian dipindah ke lapangan. Cara ini juga menghemat penggunaat bibit penanaman langsung memerlukan bibit 2-3 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan persemaian (Kardinan & Maulidi, 2007). Stek tanaman nilam agar tumbuh baik, sehat dan pertumbuhannya lebih cepat dapat diberikan pemberian hormon perangsang pertumbuhan baik secara kimia maupun alami. Pemberian hormon secara kimia dapat memberikan dampak negatif maupun positif, adapaun dampak dari negatifnya ialah semakin berkembangnya zaman semakin tinggi pula harga zat pengatur tumbuh kimia dan semakin sering menggunakan zat pengatur tumbuh kimia dapat memberikan efek buruk bagi lingkungan sekitar. Adapun dampak positifnya pertumbuhan nilam sangat cepat dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal. Sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh alami dampak positifnya ialah ramah lingkungan dan bahan yang digunakan mudah didapat dan harga relatif murah dan cara pembuatannya sangat mudah dan gampang, sedangkan dampak negatifnya kandungan dalam zat pengatur tumbuh alami belum diketahui pasti (Sudaryani, 2004). 14 Zat pengatur tumbuh yang lebih tepat bagi tanaman stek nilam ialah auksin dan sitokinin, dimana sifat auksin ialah mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel. Hormon auksin, hormon ini dibentuk di pucuk batang dan bekerja di akar sebagai zat pengatur perakaran dan sitokinin sendiri mendukung terjadinya pembelahan sel. Hormon sitokinin banyak tersedia pada air kelapa muda. C. Tinjauan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Zat pengatur tumbuhan adalah senyawa organik yang bukan merupakan zat hara, dan dalam jumlah sedikit mendorong, menghambat, atau mengatur proses fisiologis di dalam tanaman. Zat pengatur tumbuhan di dalam tanaman terdiri dari 5 kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam abisat dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis tanaman (Heddy, 1996). Manfaat dari zat pengatur tumbuhan sebagai berikut, auksin yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen dan asam abisat berperan dalam proses pematangan buah. 1. Bawang putih Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan Jepang yang beriklim subtropis. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh Asia dan Eropa dan menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian 15 dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Batangnya batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tip is (Syamsiah dan Tajudim, 2003). Adapun komponen penting pada bawang putih yang dapat menghasilkan aroma khas adalah sulfur, yang terdiri dari 60% diallyl disulfida, 20% diallyl trisulfida, 6% allyl propyl disulfida, dengan sedikit dietil disulfida, diallyl polisulfida dan sedikit allin dan alisin. Prekusor utama aroma pada bawang putih adalah sallylcysteini sulfoxide. Enzim pemecah asam allyl sulfenic akan membentuk senyawa aliisin atau diallyl thiosulfinite. Alisin adalah komponen volatil utama pada sari bawang putih segar (Yuwono, 1991). Umbi bawang putih mengandung senyawa aktif alisin (diallyl thiosulfinate) dan ajoene yang berperan sebagai antimikroba (antibakteri dan jamur). Sebenarnya alisin tidak ditemukan di dalam bawang putih, tetapi merupakan produk yang dihasilkan oleh kerja enzim alin alkyl sulfenete lyase terhadap aniline (asam amino non protein S-allylcysteine S-oxide). Alisin sendiri merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotika yang cukup ampuh. Contoh vitamin yang terdapat pada bawang putih adalah thimin, riboflavin, niasin dan asam askorbat. Kandungan ? -Karoten yang merupakan bentuk vitamin A dalam bahan nabati, juga sangat kecil. Sebaliknya ? -Karoten banyak dijumpai pada 16 daun bawang putih. Daun bawang putih mengandung mineral seperti Ca, Fe, Na, K dan Fosfat dalam jumlah yang tidak besar. Kandungan dalam bawang putih dapat dilihat pada Tabel 1. (Anonim, 2012). Tabel 1. Kandungan 100 g dalam bawang putih Komposisi Banyaknya kandungan Energi 122 kal Karbohidrat 24,9 g Protein 7g Natrium 13 mg Fosfor 109 mg Kalium 346 mg Sumber: (Anonim, 2012) 2. Bawang merah Bawang merah sering dijumpai sebagai racikan dasar dari setiap masakan di Indonesia. Namun ternyata khasiat yang dimiliki tanaman ini sungguh luar biasa. Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah yaitu sekitar India. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji. Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji 17 bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang merah mengandung vitamin C, potassium, serat dan acid folic selain itu juga mengandung kalsium, zat besi dan protein dengan kandungan yang tinggi. Bawang merah juga mengandung bahan zat perangsang tumbuhan alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa allin oleh enzim allinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida kandungan bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2. (Rukmana, 1995). Tabel 2. Kandungan 100 g dalam bawang merah Komposisi gizi Kandungan gizi Karbohidrat 15,4 g Protein 1,9 g Natrium 12 mg Fosfor 45 mg Kalium 334 mg Sumber: (Rukmana, 1995). 3. Air Kelapa Muda Kelapa merupakan tumbuhan asli di daerah tropis. Di Indonesia, pohon kelapa dapat ditemukan hampir seluruh provinsi dari daerah pantai sampai ke daerah pegunungan agak tinggi. Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian, yaitu epicarp, mesocarp, endocarp dan endosperm. Epicrap yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin agak keras dan 18 tebalnya ± 1/7 mm. Mesocarp yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Endocarp bagian tempurung yang sangat keras. Tebalnya 3-6 mm bagian dalam melekat pada kulit luar dari endosperm yang tebalnya 8-10 mm (Setyamidjaja, 2010). Air kelapa yang masih muda kaya akan potasium (kalium) hingga 17%. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6% dan protein 0,07 hingga 0,55%. Mineral lainnya antara la in natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Air kelapa muda merupakan salah satu produk dari tanaman kelapa yang belum banyak dimanfaatkan. Sementara ini air kelapa muda hanya sebagai minuman segar air kelapa. Salah satu bagian dari buah kelapa yang banyak dimanfaatkan adalah air kelapa. Air kelapa sendiri banyak memiliki kandungan nilai gizi dan khasiat yang luar biasa. Air kelapa, mempunyai unsur kimia yaitu berupa unsur makro dan mikro yang meliputi Nitrogen (N) dan Carbon (C) yang sangat penting bagi tumbuhan. a. Pada unsur Nitrogen (N) air kelapa muda memiliki kandungan sendiri di antaranya protein yang terdiri dari asam amino, seperti alanin, sistin, arginin, alin dan serin. 19 b. Pada unsur Carbon (C) juga memiliki kandungan dalam bentuk karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol dan sebagainya. Kandungan elektrolit dan glukosa dalam air kelapa muda bersifat isotonik yang sangat baik diserap oleh tanaman. Kandungan dalam air kelapa muda dapat dilihat dari Tabel 3. kandungan air kelapa muda (Anonim, 2012). Tabel 3. Kandungan dalam air kelapa muda Komposisi Kandungan (%) Specific gravity 2,04 Bahan Padat 9,42 Gula 5,12 Abu 0,92 Minyak 1,48 Protein 1,1 Senyawa chlorida 0,34 Sumber: (Anonim, 2012). 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di sekitar Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian ini dimulai pada 20 Desember 2014 sampai 25 Februari 2015, yang meliputi persiapan kegiatan, pelaksanaan penelitian, pengambilan data serta pengolahan data. B. Alat dan Bahan Adapun alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : gunting stek, cangkul, gelas piala, gembor, bak semai timbangan, blender, kain, kamera dan alat tulis kerja (ATK). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Stek nilam yang dipakai jenis nilam aceh (Pogostemon cablin Benth), diperoleh dari lahan usaha budidaya tanaman nilam di Palaran, bawang putih, bawang merah, air kelapa muda, air, tanah dan pasir. C. Perlakuan Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 20 tanaman nilam. Jadi jumlah tanaman yang diamati adalah 60 stek tanaman nilam. Perlakuan pertama menggunakan sari bawang putih sebagai zat pengatur tumbuh dalam penelitan ini, perlakuan kedua menggunakan sari bawang merah dan perlakuan ketiga ialah menggunakan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh secara alami. Perlakuan penelitian ini terdiri dari: 21 P1 : Stek nilam yang direndam menggunakan sari bawang putih 50 g/100 ml air. P2 : Stek nilam yang direndam menggunakan sari bawang merah 50 g/100 ml air. P3 : Stek nilam yang direndam menggunakan air kelapa 100 ml. D. Prosedur penelitian 1. Persiapan areal tanam Areal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memiliki perlindungan yang cukup terhadap sinar matahari, dekat dengan sumber air, jauh dari gangguan hama serta gangguan penyakit dan yang lebih terpenting mudah untuk dipantau. Areal yang digunakan dibersihkan dan datar, agar memudahkan dalam penempatan bak semai. 2. Persiapan media tanam Tanah yang digunakan untuk media tanam yaitu tanah yang banyak menga ndung humus dan kaya akan bahan–bahan organik, yang dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. 3. Persiapan bahan tanam Stek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stek nilam jenisnya ialah nilam aceh, dari perbanyakan secara generatif yang telah berproduksi dengan baik yang terhindar dari serangan hama dan penyakit. Untuk steknya menggunakan 2-3 ruas. Ada 3 bagian batang yang digunakan untuk stek nilam bagian batang atas, tengah dan bagian 22 batang bawah. Batang yang digunakan untuk stek tersebut ialah bagian batang tengah. Gambar bahan dapat dilihat pada Lampiran 1. 4. Pembuatan zpt alami Proses pembuatan zpt alami sangat mudah pertama-tama persiapan alat dan bahan, bawang putih dengan bawang merah segera ditimbang dengan berat masing- masing 50 g setelah penimbangan potong kecil-kecil bawang putih dimasukkan ke dalam blender setelah itu dicampur air mineral dengan takaran 100 ml dan diblender sampai halus setelah itu disaring menggunakan kain dan diambil sarinya, pembuatan sari bawang merah pun sama dengan pembuatan sari bawang putih. Pembuatan zpt alami air kelapa muda, diambil airnya takaran 100 ml. Gambar pembuatan zpt alami dapat dilihat pada Lampiran 2. 5. Pencampuran zpt alami Perlakuan pertama (P1 ) ialah tanaman stek nilam, direndam ± 15 menit menggunakan sari bawang putih yang telah diblender dengan kandungan 50 g/100 ml air, perlakua n kedua (P2 ) menggunakan sari bawang merah dengan kandungan 50 g/100 ml air yaitu bawang merah diblender lalu diperas dan merendam tanaman stek nilam ± 15 menit. Perlakuan ketiga (P3) menggunakan air kelapa muda. Penanaman stek nilam direndam dengan menggunakan air kelapa muda ± 15 menit dengan dosis air kelapa muda 100 ml, tanpa campuran air. Gambar perendaman dapat dilihat pada Lampiran 3. 23 6. Penanaman Menggunakan 3 bak semai tanaman yang telah disediakan, 1 bak akan ditanami oleh 20 stek tanaman nilam dengan penyusunan yang rapi dan pertumbuhan yang baik dan ditanam di media tanam yang telah disiapkan. Jarak tanam yang digunakan 5 cm x 5 cm. Gambar persiapan penanaman dapat dilihat pada Lampiran 4. 7. Pemeliharaan Untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan adanya kegiatan pemantauan tempat persemaian, dan penyiraman yang dilakukan pada pagi hari dan sore hari. E. Pengambilan data Pengambilan data pengamatan dilakukan selama kurang lebih 2 minggu, dari mulai penanaman hingga akhir pengamatan. 1. Pengambilan data kecepatan tumbuh Mengamati stek yang tumbuh lebih dahulu dan dicatat hari tampak tunas yang muncul dan juga pada jumlah tumbuhnya. 2. Persentase keberhasilan Mengamati persentase keberhasilan pada saat terakhir pengambilan data dan sekaligus mengamati seluruh jumlah stek yang tumbuh. F. Pengolahan data Persentase keberhasilan tumbuh stek nilam, dihitung dengan cara: Keberhasilan stek = Jumlah tanaman hidup Jumlah stek yang ditanam x 100% 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hari munculnya tunas Dari hasil penelitian dengan pemberian zat perangsang tumbuh yang berbeda dengan menggunakan air kelapa muda, sari bawang merah dan sari bawang putih terhadap tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) bahwa pada perlakuan 1 (sari bawang putih) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke-5 dengan jumlah tunas yang muncul adalah 2 stek, sedangkan hari ke-6 jumlah tunas yang muncul adalah 3 stek, pada hari ke-7 jumlah tunas yang muncul sebanyak 5 stek dan, pada hari ke-8 jumlah tunas yang muncul adalah 6 stek, pada hari ke-10 jumlah tunas yang muncul adalah 8 stek, pada hari ke-11 jumlah tunas yang muncul adalah 9 stek, sedangkan hari ke-12 hari terakhir jumlah tunas yang dapat muncul adalah 10 stek dan jumlah stek yang mati adalah 10. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 1 (bawang putih 50 g/100 ml air). Dapat dilihat jelas pada Tabel 4. Tabel 4. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 1 (bawang putih 50 g/100 ml air). Hari Munculnya Jumlah Tanaman Jumlah Tanaman Tunas Muncul Tunas Belum Muncul Tunas 5 2 18 6 3 17 7 5 15 8 6 14 10 8 12 11 9 11 12 10 10 Jumlah 10 10 25 Pada perlakuan 2 (sari bawang merah) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke-5 dengan jumlah stek yang munc ul adalah 9 stek, pada hari ke-7 tanaman stek yang muncul tunasnya sebanyak 11 stek, sedangkan hari ke-8 stek yang muncul adalah 13 stek dan, hari ke-9 stek yang muncul sekitar 15 stek, pada hari ke-11 tanaman stek yang muncul ialah 17 stek, dan hari ke-12 jumlah tanaman stek yang muncul terakhir adalah 20 stek dan stek yang mati adalah 0. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 2 (bawang merah 50 g/100 ml air). Dapat dilihat jelas pada Tabel 5. Tabel 5. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 2 (bawang merah 50 g/100 ml air). Hari Munculnya Tanaman Muncul Tanaman Belum Tunas Tunas Muncul Tunas 5 9 11 7 11 9 8 13 7 9 15 5 11 17 3 12 20 Jumlah 20 Pada perlakuan 3 (air kelapa muda) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke-5 dengan jumlah tunas yang muncul adalah 15 stek, sedangkan hari ke-6 jumlah tunas yang muncul adalah 17 stek, pada hari ke-7 jumlah tunas yang muncul ialah 18 stek, pada hari ke-9 jumlah tunas yang muncul sebanyak 19 stek, dan hari ke- 11 tanaman stek yang muncul tunasnya sebanyak 20 stek dan jumlah tanaman stek yang mati adalah 0. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 3 (100 ml air kelapa muda). Dapat dilihat jelas pada Tabel 6. 26 Tabel 6. Data hari munculnya tunas pada perlakuan 3 (air kelapa muda 100 ml). Hari Munculnya Tanaman Muncul Tanaman Belum Tunas Tunas Muncul Tunas 5 15 5 6 17 3 7 18 2 9 19 1 11 20 Jumlah 20 2. Persentase Keberhasilan Pada persentase keberhasilan tumbuhan stek nilam perlakuan P1 (menggunakan sari bawang putih) menunjukkan hasil persentase pertumbuhannya 50% dengan jumlah tanaman yang hidup sebanyak 10 stek, sedangkan pada persentase tumbuh stek tanaman nilam perlakuan P2 (menggunakan sari bawang merah), menunjukkan hasil persentase tumbuh 100% dengan jumlah tanaman yang hidup 20 stek, dan hasil persentase tumbuh pada perlakuan P3 (menggunakan air kelapa muda) menunjukkan hasil persentase tumbuh 100% dengan jumlah tanaman yang hidup 20 stek. Tabel 7. Hasil persentase keberhasilan tumbuh stek nilam Perlakuan Jumlah Tanaman Hidup Persentase Tumbuh P1 10 10/20 x 100 = 50% P2 20 20/20 x 100 = 100% P3 20 20/20 x 100 = 100% 27 B. Pembahasan Penelitian menggunakan sari bawang putih, sari bawang merah dan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh alami yang dilakukan selama 2 minggu terhadap stek tanaman nilam memberikan hasil yang berbeda. Pengamatan menunjukkan pada perlakuan P1 stek nilam direndam menggunakan sari bawang putih (50 g/100 ml air), kecepatan tumbuh pada hari ke-5 dengan jumlah 2 stek nilam dan persentase pertumbuhan akhir 50%. Perlakuan P2 stek nilam direndam menggunakan sari bawang merah (50 g/100 ml air), kecepatan tumbuh pada hari ke-5 dengan jumlah 9 stek nilam dan persentase pertumbuhan akhir 100%. Perlakuan P3 stek nilam direndam menggunakan air kelapa muda (100 ml air kelapa muda), dimana kecepatan tumbuh pada hari ke-5 berjumlah 15 stek nilam dan persentase pertumbuhan akhir 100%. Berdasarkan hasil pengamatan di atas terlihat jelas bahwa perlakuan P1 (stek nilam di rendam menggunakan sari bawang putih) kurang efektif karena kandungan senyawa zat pengatur tumbuh yang ada dalam bawang putih sangat rendah bagi tanaman. Menurut Nurfita (2012), komponen utama dari umbi bawang putih adalah air, yakni kandungan air di dalam umbi bawang putih sangat tinggi. Selain itu komponen gizi dari umbi bawang putih seperti vitamin, mineral, natrium, fosfot, kalium, energi, lemak, dan karbohidrat dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Oleh sebab itu, untuk mengharapkan kandungan gizi dalam bawang putih masih kurang tepat. 28 Pada perlakuan P2 ini efektif karena kandungan zat pengatur tumbuh yang terdapat di bawang merah berupa hormon auksin dan giberelin alami yang terkandung pada bawang merah cukup tinggi. Hormon auksin berfungsi sebagai perangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom dan gunanya adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, misalnya pada stekan atau cangkokan. Sementara, giberelin berfungsi sebagai pengontrol pertumbuhan pada seluruh bagian tanaman. Selain itu umbi bawang merah juga mengandung allicin, vitamin B1 (Thiamin) untuk pertumbuhan tunas, riboflavin untuk pertumbuhan tanaman. Thiamin dan allicin akan membentuk ikatan allithiamin yang mudah diserap oleh sel tumbuhan dan membentuk efek fisiologis dalam pertumbuhan tunas dan daun (Rukmana, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2014), dari UPI Bandung menunjukkan bahwa terhadap tanaman krisan yang telah diberi sari bawang merah pada stek batangnya muncul akar rata-rata sebanyak 20 buah setelah 10 hari penanaman. Rata-rata jumlah akar yang sama diperoleh dengan pemberian zpt sintetis. Sedangkan pada stek krisan yang tidak diberi sari bawang merah dan zpt sintetis jumlah akar rata-rata 14 buah. Hal ini menunjukkan bahwa sari bawang merah memiliki kemampuan yang sama dengan zpt sintetis dalam merangsang pertumbuhan akar. Adapun pada perlakuan P3 (stek nilam direndam air kelapa muda 100 ml) sangat efektif karena kandungan senyawa yang terdapat dalam air kelapa muda adalah sitokinin, auksin dan giberelin. Fungsi sitokinin ialah merangsang pembelahan sel, merangsang tumbuhnya tunas pada tanaman 29 induk dan memacu pembelahan sel atau pembentukan organ. Fungsi auksin adalah zat aktif proses pembentukan akar, membantu proses pembiakan vegetatif dan proses perpanjangan sel. Sedangkan fungsi giberelin merangsang pembelahan sel, memacu pembungaan dan meningkatkan aktivitas kambium dan perkembangan xylem (Anonim, 2013). Menurut penelitian Fatmi (2008), air kelapa muda mengandung zat hara dan zat pengatur tumbuh yang baik dan diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda juga mengandung senyawa organik seperti vitamin C dan B, hormon auksin, giberelin dan sitokinin. Serta air, protein, karbohidrat, mineral, sedikit lemak, Ca dan P. Adapaun kandungan sitokinin dalam air kelapa muda mencapai 25%. Berdasarkan hasil penilitian di atas terlihat jelas kandungan di dalam air kelapa muda sangat banyak dan sangat berkhasiat bagi tanaman, karena kandungan unsur makro dan mikronya yang lengkap. Sementara pada perlakuan P3 (stek nilam direndam air kelapa muda 100 ml) dalam penelitian ini sangat efektif karena memiliki keberhasilan tumbuh sebesar 100% dan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dibanding P2 dan P1. 30 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Diduga kecepatan tumbuh yang lebih baik ditunjukkan oleh P3 (perendaman stek nilam menggunakan air kelapa muda), yakni tunas muncul pada hari ke-5 dengan jumlah 15 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhannya 100%. Disusul P2 (perendaman menggunakan sari bawang merah) tunas muncul pada hari ke-5 dengan jumlah 9 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhan 100%, selanjutnya pada P1 (perendaman menggunakan sari bawang putih) tunas muncul pada hari ke-5 dengan jumlah 2 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhan 50%. B. Saran Untuk mendapatkan stek tanaman nilam yang baik dapat digunakan air kelapa muda sebagai zat pengatur tumbuh. 31 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Bandung Angkasa. Bandung. Ahmad, D. 2014. Penelitian Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tanamaan Krisan. UPI. Bandung. Anonim. 2012. Tips Petani Cara Menanam Nilam. www.tipspetaniblogspot.com/caramenanamnilam. (diakses tanggal 17 Januari 2015). Anonim. 2013. Fungsi dan Manfaat ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). www.hormonhantuzatpengaturtumbuh.com. (diakses tanggal 22 Agustus 2015). Asman, 1996. Monograf Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Airlangga. Bogor. Fatmi, N. 2008. Kajian Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya. Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kardinan, A, Maulidi S. 2007. Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri dan Kosmetika. Agromedia Pustaka. Jakarta. Krismawati. 1998. Pengantar Budidaya Ta naman Nilam dan Perkembangan. Airlangga. Bogor. Nurfita, D. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Pustaka Baru Press. Jakarta. Nuryani, Y, Emmyzar, MS. Agus, Wahyudi. 2007. Teknologi Unggulan Tanaman Nilam Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Pudjiono. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan Pohon. Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Balai Besar Pene litian Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Rukmana, R 1995. Bawang Merah Budidaya & Pengolahan Pasacapanen. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta. 32 Rukmana, R 1995. Budidaya Bawang Putih. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Setyamidjaja, R. 2010. Budidaya Tanaman Kelapa. Airlangga. Bogor. Sudaryani, T 2004. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadya. Jakarta. Syamsiah, N, Tajudin M. 2003. Buku Pintar Bawang Putih. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta. Yuwono, E. 2005. Khasiat Sejuta Tanaman Bawang Putih. Agro Media Pustaka. Jakarta. 33 LAMPIRAN 34 Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Alat dan Bahan Gambar 1. Gunting Stek Gambar 2. Gembor 35 Gambar 3. Penimbangan bawang merah & bawang putih Gambar 4. Tanaman Nilam 36 Lampiran 2. Dokumentasi Gambar Pembuatan ZPT Alami Gambar 1. Pengupasan bawang merah dan bawang putih Gambar 2. Penimbangan bawang merah & bawang putih 50 g. 37 Gambar 3. Blender bawang merah & bawang putih 38 Lampiran 3. Dokumentasi Gambar Perendaman P1, P2 dan P3 Gambar 1. Perlakuan P1 (perendaman menggunakan sari bawang putih) Gambar 2. Perlakuan P2 (perendaman menggunakan sari bawang merah) 39 Gambar 3. Perlakuan P3 (perendaman menggunakan air kelapa muda). 40 Lampiran 4. Dokumentasi Gambar Persiapan Tanam Gambar 1. Stek Nilam Gambar 2. Penanaman Stek Nila m 41 Lampiran 5. Dokumentasi Gambar Hasil Persentase Akhir Gamabar 1. Hasil akhir pertumbuhan stek nilam pada perlakuan P1 Gambar 2. Hasil akhir pertumbuhan stek nilam pada perlakuan P2 42 Gambar 3. Hasil akhir perumbuhan stek nilam pada perlakuan P3