HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana keperawatan Oleh : Budi Isriyadi NIM. ST13012 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i ii SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ni : Nama : Budi Isriyadi NIM : ST13012 Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitiansaya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuandalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka sayabersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Surakarta, Juli 2015 Yang membuat pernyataan, Budi Isriyadi NIM : ST13012 iii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum.Wr.Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur selalu kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha ESA atas nikmat dan karunia-Nya yang tak henti-hentinya dilimpahkan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1) Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 2) Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi dukungan dalam penyusunan skripsi. 3) Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberi saran, arahan dan dukungan dalam menyusun skripsi. 4) Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberi saran, arahan dan dukungan dalam menyusun skripsi. iv 5) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermafaat dalam penyusunan skripsi. 6) Direktur Rumah Sakir Jiwa Daerah Surakarta yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian. 7) Ayah dan ibu yang selalu memberi do’a dan dukungan untuk selalu kuat dalam menghadapi segala kesulitan. 8) Istri dan anak-anakku yang telah memberi semangat, kekuatan dan inspirasi. 9) Teman-teman seangkatan yang telah memberi masukan dan bantuan dalam penyusunan skripsi. 10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, demi kesempurnaan skripsi, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk pembaca. Wassalamu’alakum.wr.wb. Surakarta, Juli 2015. Budi Isriyadi v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii SURAT PERNYATAAN .................................................................... iii KATA PENGANTAR.......................................................................... iv DAFTAR ISI ....................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xi ABSTRAK ............................................................................................ xii ABSTRACK …………………………………………………............. xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori ........................................................ 8 2.1.1. Masa Kerja .................................................... 8 2.1.2. Cemas ............................................................. 10 vi BAB III BAB IV 2.1.3. Ruang Akut Psikiatri ...................................... 21 2.2. Keaslian Penelitian ................................................... 24 2.3. Kerangka Teori ......................................................... 25 2.4. Kerangka Konsep ..................................................... 26 2.5. Hipotesis ................................................................... 26 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ...................................................... 27 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ................................ 27 3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ................................... 28 3.4. Variabel, Definisi Operasional, Skala Pengukuran ... 29 3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............ 29 3.6. Uji validitas dan Realibitas........................................ 31 3.7. Cara Pengumpulan Data........................................... 32 3.8. Tehnik Pengolahan Data ………………………….. 33 3.9. Analisa Data ............................................................. 34 3.9. Etika Penelitian .......................................................... 36 HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Univariat ........................................................ 39 4.1.1 Karakteristik berdasarkan masa kerja ................ 39 4.1.2 Karakteristik berdasarkan tingkat kecemasan ... 39 4.1. Analisa Bivariat .......................................................... 40 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masa kerja perawat .................................................... vii 42 BAB VI 5.2 Tingkat kecemasan perawat ...................................... 43 5.3 Hubungan masa kerja perawat dengan kecemasan ... 45 PENUTUP 6.1 Kesimpulan .............................................................. 47 6.2 Saran ........................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Judul Gambar Halaman 1. Kerangka Teori 26 2. Kerangka Konsep 27 ix DAFTAR TABEL Nomor Tabel Judul Tabel Halaman 1. Keaslian Penelitian 24 2. Variabel, definisi operasional, Skala Pengukuran 30 3. Interval koefisien dan tingkat hubungan 36 3. Distribusi frekwensi berdasar masa kerja 38 4. Distribusi frekwensi berdasar tingkat Kecemasan perawat 5. 39 Distribusi frekwensi hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat x 41 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Keterangan 1 : Surat Permohonan Studi Pendahuluan 2 : Surat Balasan Studi Pendahuluan 3 : Surat Permohonan Ijin Penelitian 4 : Surat Balasan ijin Penelitian 5 : Lembar Permohonan Menjadi respnden 6 : Lembar Persetujuan Menjadi responden 7 : Lembar Kuisiooner 8 : Tabulasi Data Uji Coba Penelitian 9 : Analisa Data 10 : Lembar Konsultasi 11 : Jadwal Penelitian xi PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Budi Isriyadi HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ABSTRAK Salah satupekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah perawat. Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan ancaman yang ada. Kecemasan akan selalu terjadi pada perawat di ruang akut karena ancaman verbal abuse ataupun kekerasan fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Metode penelitian adalah kuantitatif non eksperimental dengan studi diskriptif korelasional. Sampel penelitian sebanyak 31 responden yang di ambil secara total sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji koefisien kontingensi lambda. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masa kerja perawat adalah lama (>3 tahun) sebanyak 23 orang (74,2%), kecemasan perawat adalah ringan sebanyak 16 orang ( 51,6%). P value 0,035 (p < 0,05) danuji Koefisien Kontingensi Lambda sebesar 0,478. Ada hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Untuk peneliti selanjutnya perlu mengembangkan penelitian dengan perlakuan/eksperimen dengan relaksasi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol terhadap perawat ruang akut Rumah Sakit Jiwa untuk menggurangi kecemasan. Kata kunci : Masa kerja, tingkat kecemasan Daftar pustaka : (17; 2004 - 2015) xii BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Budi Isriyadi CORRELATION BETWEEN NURSES’ LENGTH OF EMPLOYMENT AND THEIR ANXIETY LEVEL AT THE ACUTE UNIT OF LOCAL PSYCHIATRIC HOSPITAL OF SURAKARTA ABSTRACT One of the professions that can make an anxiety is nurse. The long employment time can make the nurses have many employment experiences so that they are accustomed to threats. Anxiety will always happen to the nurses employed at the Acute Unit due to the verbal abuse or physical abuse. The objective of this research is to investigate the correlation between the nurses’ length of employment and their anxiety level at the Acute Unit of Local Psychiatric Hospital of Surakarta. This research used the non-experimental descriptive correlational quantitative method. The samples of research consisted of 31 respondents and were taken by using the total sampling technique. The data of research were collected through questionnaire and analyzed by using the lambda’s contingency coefficient. The result of research shows that 74.2% (23 people) of respondents had the length of employment more than three years. 51.6% (16 people) of the respondents had the low anxiety level as indicated by the p-value = 0.035 which was less than 0.05, and the value of the lambda’s contingency coefficient was 0.478. Thus, there was a correlation between the nurses’ length of employment and their anxiety level at the Acute Unit of Local Psychiatric Hospital of Surakarta. Therefore, the future researchers need to develop this research with relaxation treatment to reduce anxiety level of the nurses employed at the Acute Unit of Psychiatric Hospital by comparing its result on the experimental group and the control group. Keywords: Length of employment, anxiety level References: 17 (2004 - 2015) xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang pasti mengalami kecemasan di sepanjang rentang hidupnya. Kecemasan merupakan respon dari ancaman yang tidak diketahui, samar-samar, internal, dan konfliktual. (Sadock, 2007; Stuart, 2006). Kecemasan yang ringan dapat memberi stimulus pertumbuhan dan perkembangan. Cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan berat atau panik akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Pada dasarnya kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tapi tingkat cemas atau ansietas yang berat maupun panik tidak sejalan dengan kehidupan (Sadock, 2007; Stuart, 2006). Kecemasan dalam kerja dapat terjadi pada bebagai macam pekerjaan, namun ada pekerjaan yang memilik resiko kecemasan yang lebih tinggi dari pekerjaan yang lain. Salah satu pekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah perawat (National safety council, 2004). Perawat yang bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta mengevaluasi tindakan perawatan yang dilakukan (krikson, 2008). Beberapa studi yang meneliti tentang kecemasan pada perawat mengidentifikasi bahwa banyak stresor kecemasan pada perawat karena kompleksitas kerja perawat baik yang 14 1 2 berada di area perawatan umum maupun perawat kesehatan mental / psikiatri. Perawat psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan mekanisme koping terhadap stres (Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke ruang akut biasanya berada dalam situasi krisis, demikian juga mekanisme pertahanan diri mereka yang kurang efektif, sehingga selama periode ini tindakan menyerang atau kekerasan mungkin terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kekerasan oleh pasien merupakan salah satu sumber kecemasan perawat yang bekerja di unit kesehatan mental/psikiatri. Penelitian membuktikan bahwa 225 perawat yang bekerja di unit psychiatry sebuah rumah sakit di Jepang, 61,8% perawat mengalami kekerasan fisik maupun verbal (verbal abuse) dari pasien (Inoue, 2006). Kekerasan fisik maupun verbal tersebut menjadi ancaman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Pasien psikiatri akut dengan dramatic admission biasanya datang dengan dibawa oleh petugas kepolisian, karena perilaku menyerang dan mengancam orang lain. Penelitian yang dilakukan the National Alliance For The Mentally III (NAMI), menyatakan bahwa 10,6% pasien dengan gangguan mental serius seperti skizofrenia paranoid melukai orang lain, dan 12,2% mengancam menciderai orang lain (Morison, 2005). Pada beberapa keadaan pasien dengan perilaku kekerasan tidak dapat diajak berkomunikasi dengan baik, kondisi tersebut akan menimbulkan kecemasan pada perawat di ruang akut psikiatri. 15 3 Kecemasan selain disebabkan kerena perubahan ekonomi dan kemajuan teknologi juga dapat disebabkan oleh tiga kategori,yaitu: penyebab organisasi, antara lain : hubungan perawat dengan perawat, hubungan perawat dengan atasan (kepala ruang), dan hubungan perawat dengan manajemen. Penyebab lingkungan, meliputi : lingkungan yang kurang nyaman, diskriminatif, perlakuan tidak menyenangkan dan pelecehan, kekerasan ditempat kerja, beban kerja yang terlalu tinggi atau jam kerja yang terlalu padat. Adapun Penyebab individu adalahusia, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, pelatihan yang pernah diikuti, masa kerja sebagai perawat dan masa kerja di ruang akut psikiatri. (National safety Council, 2004). Perawat yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa kerja belum lama. Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan ancaman yang ada, hal tersebut dapat meringankan atau mengurangi risiko kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Nursalam, 2007). Kecemasan akan selalu terjadi pada perawat di ruang akut, baik pada perawat yang memiliki masa kerja lama maupun baru karena ancaman verbal abuse, kekerasan fisik dan stresor kerja lain terjadi sepanjang waktu, 16 4 bukan hanya di tahun awal bekerja maupun tahun-tahun akhir bekerja. Verbal abuse dan violence yang dilakukan tiap pasien gangguan jiwa akan tetap menjadi ancaman bagi perawat sekalipun perawat pernah menanganinya, sehingga tetap memberikan dampak bagi psikologis perawat (Inoue, 2006). Data yang diperoleh selama studi pendahuluan di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta, bahwa selama tahun 2013 ada sebanyak 2.605 kunjungan pasien. Bulan November 2014 ada 214 kunjungan pasien, 85,6% nya rawat inap dan sebanyak 25% pasien yang rawat inap masuk dengan perilaku kekerasan Studi pendahuluan melalui wawancara dengan kepala ruang akut pria RSJD Surakarta tanggal 27 November 2014, ditemukan data bahwa perawat yang bertugas di ruang akut memiliki masa kerja yang beragam, tapi ratarata antara satu sampai lima tahun. Hal ini kemungkinan dapat mempengaruhi proses adaptasi perawat di ruang akut terhadap masalahmasalah yang dihadapi. Kepala ruang juga mengatakan bahwa perawat di ruang akut sering mengalami perilaku kekerasan dari pihak pasien baik secara fisik maupun verbal. Studi pendahuluan melalui wawancara tanggal 28 November 2014, ditemukan data enam perawat mengatakan tetap merasa cemas karena ancaman fisik maupun verbal dari pasien yang tidak terduga dan adanya stresor kerja yang lain seperti ketidaksiapan ditempatkan di ruang akut karena bebankerja yang lebih dibandingkan dengan di bangsal inap, sekalipun sudah pernah mengalaminya sejak beberapa tahun yang lalu. 17 5 Tiga perawat dengan masa kerja kurang lebih satu tahun mengatakan cemas, tegang, takut, dan beberapa kali mengalami kesulitan tidur. Satu perawat dengan masa kerja lima tahun mengatakan hal serupa dengan tiga perawat yang baru bekerja selama satu tahun, namun dua perawat yang telah bekerja lima tahun lainnya mengatakan tetap merasa takut jika ada ancaman kekerasan dari pasien, namun tidak mempunyai gangguan tidur dan ketegangan serta kecemasan yang berarti. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 1.2. Rumusan Masalah Perawat yang bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta mengevaluasi tindakan perawatan yang dilakukan (krikson, 2008). Perawat psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan mekanisme koping (Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke ruang akut basanya berada dalam situasi krisis, demikian juga mekanisme pertahanan diri mereka yang kurang efektif, sehingga selama periode ini tindakan menyerang atau kekerasan mungkin terjadi. 18 6 Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian adalah “adakah hubungan antara masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat yang bertugas di ruang akut RSJD Surakarta?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta 1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1. Mengidentifikasi gambaran masa kerja perawat ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta 1.3.2.2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta 1.3.2.3. Mengidentifikasi hubungan masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 1.3. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tentang tingkat kecemasan perawat yang bertugas di ruang akut, sehingga bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan kebijakan rotasi penempatan 19 7 perawat dengan psiko tes khususnya di ruang akut, yang berdampak terhadap mutu pelayanan rumah sakit. 1.4.2. Bagi perawat ruang akut Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, sehingga perawat yang bertugas di ruang akut mampu beradaptasi dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. 1.4.3. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan dan memajukan ilmu keperawatan,khususnyailmu keperawatan jiwa. 1.4.4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil dari peneltian ini diharapkan bisa menjadi referensi penelitian selanjutnya khususnya tentang kecemasan pada perawat yang bekerja di ruang akut Rumah Sakit Jiwa dan mampu memotivasi peneliti lain untuk meneliti lebih jauh tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan perawat di ruang akut rumah sakit jiwa. 1.4.5. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dengan segala kendala dan keterbatasan. 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teori 2.1.1. Masa kerja 2.1.1.1. Pengertian masa kerja Masa kerja ada karena adanya hubungan kerja, oleh karenanya perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada perjanjian kerja (psl. 50 UU ketenagakerjaan) Masa kerja pekerja dihitung dari tanggal masuknya pekerja sesuai jenis status dalam perjanjian kerja. Ada 2 (dua) status pekerja yaitu PKWT (perjanjian kerja untuk waktu tertentu) / tenaga kerja kontrak dan PKWTT (perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu) / tenaga kerja tetap. Pekerja dengan status PKWT maka masa kerjanya otomatis sesuai periode waktu perjanjian yang sudah di tandatangani dan disepakati antara perusahaan dan pekerja, tidak berlaku lagi tanggal masuk dari pekerja tersebut sesuai surat kontrak sebelumnya. Kemudian berlaku masa kerja yang baru dengan surat kontrak yang baru. 8 21 9 Status PKWTT ada yang namanya probation (percobaan 3 atau 6 bulan) dengan status surat perjanjianya adalah kontrak sampai 3 bulan, kemudian perusahaan akan mengangkat pekerja tersebut sebagai pekerja tetap apabila lulus evaluasi kinerja selama probation 3 bulan yang sudah dijalani dan diangkat menjadi pekerja tetap. Status pkwtt ini masa kerja dari pekerja dihitung dari sejak probation 3 bulan sampai diangkat menjadi tetap. (UU RI tentang tenaga kerja no 13 tahun 2003) Masa kerja atau lama kerja adalah waktu untuk melakukan suatu kegiatan atau lama waktu seseorang sudah bekerja (Tim penyusun KBBI, 2010). Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat (Handoko, 2010). Masa kerja adalah rentang waktu yang telah ditempuh oleh seseorang perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Masa kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Masa kerja dapat menggambarkan pengalamannya dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, pertugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan dibangdingkan dengan petugas bimbingan yang pengalamannya sedikit. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu 22 10 organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik. (Ranupendoyo dan Saud, 2005) 2.1.1.2. Klasifikasi Masa kerja dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1). Masa kerja kategori baru ≤ 3 tahun 2). Masa kerja kategori lama > 3tahun (Handoko, 2010) 2.1.2. Kecemasan 2.1.2.1. Pengertian Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari (Herdman, 2010). Kecemasan sebagai respon dari ancaman yang tidak diketahui, samar-samar, internal, dan konfliktual (saddock, 2007) Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah 23 11 respon emosional terhadap penilaian tersebut. Dalam buku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, ansietas merupakan didefinisikan sebagai masalah perasaan keperawatan tidak nyaman yang atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak terhadap ancaman. Kapasitas untuk menjadi cemas sebenarnya diperlukan untuk bertahan hidup, tapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Tomb, 2004). 2.1.2.2. Tingkat kecemasan (Stuart, 2006) Kecemasan dikategorikan menjadi empat tingkatan yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan tingkat panik dari ansietas. 1). Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. 24 12 2). Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi. Individu mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. 3). Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. 4). Tingkatan ansietas yang terakhir adalah panik. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan karena kehilangan kendali. Panik mencakup menimbulkan disorganisasi peningkatan kepribadian aktivitas dan motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus 25 13 dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. 2.1.2.3. Respon kecemasan 1) Respon cemas secara fisiologis, kognitif, dan emosional pada tiap tingkat kecemasan (Videbeck, 2008) a) Respon fisiologis Respon fisiologis cemas ringan diantaranya terjadi ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, dan rajin. Respon fisiologis cemas sedang diantaranya tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat, mengalami ketegangan atau gelisah, takut pada orang lain, pasif, mudah terkejut, menunjukkan tingkah laku protes, ketegangan otot sedang, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, sering memukulkan tangan, suara berubah menjadi bergetar atau nada tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung. Respon fisiologis cemas berat diantaranya tanda-tanda vital meningkat, keringat berlebihan, 26 14 sering berkemih, diare, mulut kering, nafsu makan menurun, menunjukkan menyerang. Respon tindakan fisiologis agresif cemas / berat diantaranya ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang dan menggertakkan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar. Respon fisiologis panik diantaranya pucat, tekanan darah menurun, kondisi otot melemah, nyeri, sensasi mendengar berkurang, gemetar, napas cepat, mual/gangguan perut, perasaan pusing, pingsan. fight atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat, tidak dapat tidur, hormon stres atau neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai atau mulut ternganga. b) Respon kognitif/perseptual Respon kognitif cemas ringan diantaranya area persepsi luas, masih terdapat kesadaran terhadap rangsang internal dan eksternal, pikiran 27 15 dapat menjadi kacau tapi masih bisa dikontrol. lapang persepsi luas, terlihat tenang dan percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Respon kognitif cemas sedang diantaranya persepsi menyempit tapi masih bisa fokus, masih ada perhatian, perhatian terganggu, kreativitas menurun, mudah terganggu. lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. Respon kognitif cemas berat diantaranya area persepsi sangat sempit, tidak bisa memecahkan masalah, perhatian selektif, distorsi waktu. Respon kognitif cemas berat diantaranya lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecahpecah, sulit berpikir, penyelesaian buruk, tidak mampu mempertimbangkan memperhatikan ancaman, pikiran sendiri, egosentris. 28 informasi, preokupasi hanya dengan 16 Respon kognitif panik diantaranya area persepsi menyebar atau menutup, bingung, kehilangan kontrol, takut cedera. persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis dan terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi atau waham atau ilusi mungkin terjadi. c) Respon emosional/perilaku Respon emosional cemas ringan diantaranya perasaan relatif nyaman dan aman, rileks, tenang. perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang. Respon emosional cemas sedang diantaranya menjadi waspada, belajar keterampilan baru, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, dan tidak gembira. Respon emosional cemas berat diantaranya merasa terancam, aktivitas kemungkinan meningkat atau berkurang (menggenggam tangan dengan keras, merintih, bicara tergagap, menarik diri), tampak depresi, menghindar, mengeluh nyeri, agitasi, iritabel, sangat cemas, agitasi, takut, 29 17 bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas. Respon emosional panik diantaranya tidak ada harapan dengan kehilangan kontrol total, marah, ketakutan, menjerit, merasa terbebani, merasa tidak mampu dan tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharap hasil yang buruk, kaget, lelah. 2.1.2.4. Etiologi 1) Faktor predisposisi cemas yaitu: a) Menurut Teori Psikodinamik Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh nilai budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan elemen yang bertentangan dari dua tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya (Stuart, 2006). Ansietas merupakan stimulus perilaku. Berdasarkan penjelasan tersebut, ansietas dipandang sebagai pertentangan dalam diri akan adanya stimulus yang dinilai diri sebagai 30 18 bahaya dan mendorong diri untuk bertindak (Videbeck, 2008). Teori pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal (Stuart, 2006). Pandangan tersebut sama dengan pandangan Sheila L. Videbeck dalam bukunya “Buku Ajar Keperawatan Jiwa” bahwa ansietas timbul dari masalah hubungan interpersonal. Teori pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Stuart, 2006). Ansietas merupakan sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu (Videbeck, 2008). b) Menurut Teori Biologi (Videbeck, 2008). Riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata untuk mewariskan kepada kerabat. Insiden gangguan panik mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama, dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria. Teori neurokimia, menjelaskan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan 31 19 yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat penting dalam (GABA), yang mekanisme berperan biologis yang berhubungan dengan ansietas. 2) Faktor pencetus cemas yaitu: a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu 3) Faktor penyebab cemas di ruang akut psikiatri a) Organisasi Faktor penyebab cemas karena organisasi antara lain : Hubungan perawat dengan perawat, hubungan perawat dengan atasan (kepala ruang), dan perawat dengan manajemen rumah sakit. b) Lingkungan Penyebab cemas karena lingkungan antara lain :lingkungan yang kurang nyaman, diskriminatif, perlakuan tidak menyenangkan dan pelecehan, kekerasan ditempat kerja, beban kerja 32 20 yang terlalu tinggi atau jam kerja yang terlalu padat. c) Individu Penyebab cemas karena usia, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, pelatihan yang pernah diikuti, lama kerja sebagai perawat, dan lama kerja di ruang akut psikiatri. (National safety council, 2004) 2.1.2.5. Mekanisme Koping Individu yang cemas ringan cenderung tetap dominan dan sering ditanggulangi dengan pemikiran yang sadar. Ansietas sedang dan berat biasanya menimbulkan 2 jenis mekanisme koping yaitu reaksi berorientasi tugas (menyerang, menarik diri, dan kompromi) 2.1.2.6. Pengukuran cemas Alat pengukuran tingkat kecemasan adalah dengan menggunakan kuisioner yang sudah valid dan reliable, yaitu dengan menggunakan Kuisiner HARS (hamilton anxiety rating scale. Kuesioner HARS adalah alat ukur yang lengkap (menyajikan 14 gejala kecemasan secara lengkap baik respon fisiologis, emosional/perilaku, dan kognitif. Empat belas gejala kecemasan tersebut adalah perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, 33 21 gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik (otot-otot), gejala sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala pernapasan, gejala pencernaan, gejala perkemihan dan kelamin, gejala vegetatif/otonom, dan perasaan perawat. 2.1.3. Psikiatri Akut 2.1.3.1. Definisi Ruang perawatan psikiatri akut adalah ruang perawatan untuk pasien dengan kondisi psikiatri akut. Kondisi psikiatri akut ini meliputi tindakan yang membahayakan diri sendiri dan kegawatdaruratan psikiatri lainnya (Davies, 2009). Pasien psikiatri akut yang membahayakan diri sendiri dapat melakukan tindakan melukai diri yang bisa berakibat pada kematian. Kegawatdaruratan psikiatrik adalah tiap gangguan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dimana diperlukan intervensi terapetik yang segera (Sadock, 2007). Kondisi kegawatdaruratan psikiatri ini terbagi atas bunuh diri dan kegawat daruratan psikiatri lainnya yang disebabkan oleh perubahan status mental akibat penyakit organik, ketergantungan alkohol dan gangguan yang berhubungan dengan zat lainnya. Pelayanan yang diperlukan dalam 34 22 menangani pasien dengan psikiatri akut diantaranya adalah akses ke unit perawatan yang memungkinkan terjadinya kerjasama dan follow up berbagai disiplin ilmu (Davies, 2009). Pasien ruang akut psikiatri dikategorikan menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Cara masuk yang dramatis ke ruang rawat (dramatic admission), 2) Protes dan penolakan (protests and refusal of treatment), 3) Perilaku yang meningkat (escalating behavior) dan 4) Adanya peraturan yang bersifat memaksa sementara (temporary coercive measure) (Krikson, Lutzen, Ivarson & Eriksson, 2008) Pasien psikiatri akut biasanya datang dengan dibawa oleh petugas keamanan atau petugas kepolisian karena perilaku menyerang dan mengancam orang lain (dramatic admission). Karakteristik pasien psikiatri akut yang lain adalah kondisi pasien yang sering melakukan perselisihan dengan melakukan protes terhadap staf perawat dengan tujuan menolak tindakan perawatan maupun pengobatan yang akan dilakukan (protests and refusal of treatment). Hal ini terjadi karena pasien tidak mengetahui atau 35 23 menyadari alasan dirinya di bawa ke ruang rawat (Krikson et al, 2008). Beberapa keadaan, pasien dengan perilaku kekerasan tidak dapat diajak berkomunikasi. Pasien kadang berteriak mengancam, dan mengejek atau menghina menggunakan kata kata kasar kepada petugas dan pasien lainnya (escalating behavior). Perilaku mengancam dan menyerang ini terkadang tak hanya ditujukan pada orang lain namun juga pada dirinya sendiri, intensitasdari perilaku yang merusak diri ini jika terakumulasi akan dapat menimbulkan perilaku percobaan bunuh diri (Krikson et al, 2008). Perawat di ruang psikiatri akut berada dalam lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan ia dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi secara intensif kondisi klien dan mengevaluasi tindakan perawatan maupun tindakan medis yang dilakukan (Krikson et al , 2008). Di ruangan ini diterapkan peraturan yang bersifat memaksa untuk sementara (temporary coercive measure), yang bertujuan untuk mengkondisikan pasien kepada perilaku yang lebih asertif. 36 24 2.2. Keaslian penelitian Tabel 2.1. Keaslian penelitian No. Namapeneliti Judul penelitian 1 Hariklia Stathopoulou et.al, 2011 Anxiety levels and related symptoms in emergency nursing personnel in Greek Uji korelasi deskriptif analitik, non parametric comparison 2. Makoto Inoue, et.al, 2006. Psychological impact of verbal abuse and violence by patients on nurses working in psychiatric departments Survey 3. Achmad Faizin dan Winarsih, 2008 Studi korelasi 4 Deewar Mahesa, 2010 Hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali Analisis pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dengan lama kerja sebagai variabel moderating 37 Metode penelitian Analisis yang digunakan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, Moderated Regresion Analysis (MRA) dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian Tingkat kecemasan ringan terjadi pada wanita dan perawat di rumah sakit mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Terdapat hubungan lemah antara pengalaman kerja di UGD dengan state anxiety. Manifestasi yang paling sering muncul adalah gejala psikis gangguan tidur, mood cemas, mood depresi. Hasil penelitian menunjukkan dari 225 perawat, 141 perawat yang menyatakan pernah mengalami verbal abuse dan kekerasan fisik mengalami dampak psikologi yang buruk. 2.3. Ada hubungan tingkat pendidikan perawat dengan kinerja perawat 2.4. Ada hubungan lama kerja dengan kinerja perawat Variabel kepuasan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan variabel lama bekerja memoderasi kepuasan 25 kerja terhadap kinerja karyawan, sedangkan variabel lama bekerja tidak berhasil memoderasi motivasi kerja terhadap kinerja. 2.1. Keterangan Penyebab Factor Kerangka teori : kotak yang tidak diteliti : Gambar 2.2. Kerangka teori kotak yang diteliti : Masakerja Pelatihan Status perkawinan Jenis kelamin pendidikan usia 38 Sumber : (National safety council, 2004), (sadock, 2007), (Davies, 2009) Individu Lingkungan Organisasi Stress kerja Kecemas Perawat Ruangakut psikiatri 26 2.4. Kerangka konsep Variabel independen Variabel dependen Tingkat Kecemasan Perawat Masa Kerja Gambar 2.3. Kerangka konsep 2.5. Hipotesis Hipotesis (H1) adalah ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta. Hipotesis (H0) adalah tidak ada hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental. Desain yang digunakan adalah studi diskriptif korelasional, yaitu mengidentifikasi hubungan antar variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada (Hamid, 2007). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat yang bertugas di ruang perawatan akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 3.2. Populasi dan sampel penelitian 3.2.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang berjumlah 32 orang. Enam belas orang perawat di ruang akut pria (Ruang Puntadewa) dan 16 orang perawat di ruang akut wanita (Ruang Subadra) . 40 27 28 3.2.2. Sampel Sampel adalah objek penelitian atau objek yang diteliti dalam penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan car-cara tertentu (Wasis, 2008). Tehnik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh perawat yang bekerja di ruang akut RSJD Surakarta sebanyak 31 orang. 3.3. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tepatnya di ruang akut psikiatri pria dan wanita. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015. 41 29 3.4. Variabel, definisi operasional, alat ukur dan skala pengukuran Tabel 3.1. Variabel, definisi operasional, alat ukur dan skala ukur No . 1. 2. Variabel Independe n: Masa kerja Dependen : Tingkat kecemasa n perawat Definisi operasional Alat ukur Lama perawat Masa bekerja di ruang akut kerja psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang dinyatakan dalam berapa tahun telah bekerja sampai saat pengukuran/ penelitian Perasaan khawatir, Kuision ketidaknyamanan, er dan ketidakamanan HARS, atas kejadian yang dengan dialami perawat saat 14 bekerja di ruang akut pertany yang dinyatakan aan melalui respon kecema fisiologis, san emosional/ perilaku, dan kognitif. Hasil ukur skala ≤ 3 tahun: Nomina Masa kerja l baru > 3tahun: Masa kerja lama 6-14: cemas ringan Ordinal 15-27: cemas sedang 28-36: cemas berat >36: Cemas berat sekali/ panik 3.5. Alat penelitian dan cara pengumpulan data 3.5.1. Alat penelitian Alat penelitian berupa kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale untuk mengukur kecemasan. 42 30 Kuesioner berisi: 1. Nama inisial responden 2. Lama kerja perawat : dikategorikan menjadi 2, yaitu baru dan lama. 3. Kecemasan Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup tentang tanda-tanda kecemasan perawat yang akan ditanyakan oleh peneliti dengan bahasa yang mudah dipahami. Peneliti membagi tingkat kecemasan perawat kedalam 4 kategori yaitu ringan, sedang, berat dan panik. Pertimbangan penggunaan kuisioner HARS, antara lain : 1) Kuesioner HARS adalah alat ukur yang lengkap (menyajikan 14 gejala kecemasan secara lengkap baik respon fisiologis, emosional/perilaku, dan kognif. Empat belas gejala kecemasan tersebut adalah perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik (otot-otot), gejala sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala pernapasan, gejala pencernaan, gejala perkemihan dan kelamin, gejala vegetatif/otonom, dan perasaan perawat. Adapun cara pengisian kuisioner adalah dengan memberi tanda centang pada kotak yang telah disediakan dari masing-masing item jawaban. 2) Alat ukur HARS sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) 43 31 3.5.2. Uji validitas dan reliabilitas 3.5.2.1. Uji validitas Uji Validitas adalah apabila ada kesamaan antara data yang terkumpul data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. (Sugiyono, 2007). Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berati instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2007). Validitas kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale telah dibuktikan dengan internal scale consistency (koefisien alfa) 0,92 (tinggi) dan mean item terhadap total scale correlation 0,65 (Nursalam, 2008). 3.5.2.2. Uji reliabilitas Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran jika diukur dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 200). Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale telah ukur/instrument yang reliable. . 44 dibuktikan sebagai alat 32 3.5.3. Cara pengumpulan data 3.5.3.1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus perizinan dari STIKes Kusuma Husada yang ditujukan kepada Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta 3.5.3.2. Peneliti melakukan perijinan penelitian kepada Kepala Diklat Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk mendapatkan ijin penelitian. 3.5.3.3. Setelah mendapat ijin dari Kepala Diklat, peneliti menemui Kepala Ruang perawatan akut psikiatri pria dan wanita Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan akhirnya mendapatkan persetujuan untuk melakukan pengumpulan data. 3.5.3.4. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menemui responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian, meminta responden untuk membaca dan memahami informed consent, menandatangani surat persetujuan, kemudian peneliti membagi kuesioner kepada para responden dan menjelaskan cara pengisian. 3.5.3.5. Tahap akhir lembar kuesioner yang telah terkumpul siap dilakukan perhitungan dan analisa. 45 33 3.6. Teknik pengolahan data Pengolahan data dan analisis data bertujuan untuk mengubah data menjadi informasi. 1. Teknik pengolahan data meliputi editing, koding, dan tabulasi (Wasis, 2008; Riyanto, 2009; Kurniawan, 2009). a. Editing Peneliti mengedit kelengkapan dan kebenaran data meliputi apakah semua pertanyaan telah terjawab dengan lengkap, apakah catatan sudah jelas dan mudah dibaca, dan apakah coretan yang ada sudah diperbaiki. b. Koding Peneliti melakukan koding, yaitu usaha-usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden. Pertama, peneliti mengkode data dengan angka (skor), lalu diklasifikasikan dalam tingkat untuk diinterpretasikan. 1) Nama inisial responden 2) Masa kerja perawat a) Masa kerja < 3 tahun: kategori masa kerja baru/pendek dikode 1 b) Masa kerja ≥ 3 tahun: kategori masa kerja lama dikode 2 3) Kecemasan perawat Skor dan kode kategori tingkat kecemasan: Skor 6-14 : cemas ringan, dikode 1 Skor 15-27 : cemas sedang, dikode 2 Skor 28-36 : cemas berat, dikode 3 46 34 Skor > 36 : cemas berat sekali atau panik, dikode 4 c. Entry Data Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database komputer kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. d. Cleansing Peneliti mengecek kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. e. Tabulating Peneliti menyajikan data dalam tabel-tabel sesuai kriteria. 3.7. Analisa data 3.7.1. Analisa univariat Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk tabulasi dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariatdalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase karena seluruh data dalam bentuk kategorik. Data dalam analisis ini yaitu: 47 35 a) Nama inisial responden b) Masa kerja perawat di ruang akut RSJD Surakarta c) Tingkat kecemasan perawat dianalisis dalam data ordinal yaitu cemas tingkat ringan, sedang, berat dan panik. Skor 6-14: cemas ringan, skor 15-27: cemas sedang, skor 28-36: cemas berat, skor > 36: cemas berat sekali atau panik. 3.7.2. Analisa bivariat Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini menganalisa hubungan 2 variabel, yaitu hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta. Analisa bivariat menggunakan koefisien kontingensi lambda sesuai untuk analisa dalam penelitian korelatif dengan menggunakan skala kategorik (nominal/ordinal) (Sopiyudin, 2013). Perhitungan statistik dengan bantuan software statistik/SPSS 48 36 Ha : di terima jika ρ≠ 0 Ho : di terima jika ρ = 0 Tabel 3.2. Interval koefisien dan tingkat hubungan Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat lemah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat 3.8. Etika penelitian Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2010). Aplikasi etika penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Nursalam, 2007) : a) Informed consent Informed concent yaitu proses pemberian informasi kepada responden mengenai partisipasinya dalam suatu penelitian. Hal ini meliputi pemberian informasi kepada responden tentang hak-hak dan tanggung jawab mereka 49 dalam suatu penelitian dan 37 mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan cara menandatangani lembar persetujuan riset bila responden bersedia diteliti, namun apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa. Prinsip lain adalah menghormati martabat manusia dengan memberikan kebebasan responden untuk menentukan sikapnya untuk ikut dalam penelitian atau tidak, memberikan informasi secara jelas dan jujur mengenai penelitian yang akan dilakukan dan selanjutnya jika responden bersedia, peneliti mempunyai hak untuk mendapatkan data yang jujur dan berhak menanyakan tentang data yang kurang jelas untuk klarifikasi. b) Anonimity Anonimity berarti merahasiakan nama peserta terkait denganpartisipasi mereka dalam suatu proyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menampilkan identitas dari responden untuk menjaga privasi dan kerahasiaan responden, dengan cara pada saat pengisian biodata, responden di minta untuk menuliskan inisial nama saja, selanjutnya setelah data terkumpul peneliti akan menggunakan kode untuk menandai identitas reponden. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang disampaikan responden, dengan menampilkan kelompok data saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset/penelitian. 50 38 c) Confidentiality Peneliti menghormati kerahasiaan dan privasi subyek penelitian. Peneliti memahami bahwa setiap individu mempunyai privacy dan kebebasan untuk memberikan informasi. Setiap individu berhak untuk tidak memberitahukan apa yang diketahui pada orang lain. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis univariat 4.1.1 Masa kerja Variabel masa kerja pada penelitian ini dikategorikan menjadi masa kerja baru yaitu ≤3 tahun dan masa kerja lama yaitu>3 tahun. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2015 (n = 31) No. 1 2 Kategori ≤3 tahun >3 tahun Jumlah Frekuensi 8 23 31 % 25,8 74,2 100 Sumber : Data Primer Tahun 2015 Berdasarkan masa kerja responden pada Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki masakerja lama yaitu>3 tahun sebanyak 23 orang (74,2%) dan masa kerja baru yaitu ≤3 tahun sebanyak 8 orang (25,8%). 4.1.2 Tingkat kecemasan perawat Tingkat kecemasan pada penelitian ini dikategorikan menjadi tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas berat sekali/ panik. Hasil penelitian mengenai tingkat tingkat kecemasan perawat digambarkan pada tabel berikut : 39 52 40 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2015 (n = 31) No. 1 2 3 4 5 Kategori Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Cemas berat sekali/ panik Jumlah Frekuensi 6 16 9 0 0 31 % 19,4 51,6 29,0 0 0 100 Sumber : Data Primer Tahun 2015 Pada Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 16 orang (51,6%), cemas sedang sebanyak 9 orang (29,0%) dan responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (19,4%). 4.2 Analisis bivariat Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut : 53 41 Tabel 4.3 Hubungan antara Masa Kerja Perawat dengan Kecemasan di Ruang akut Rmah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2015 (n = 31) No Masa kerja perawat 1. Baru 2. Lama Jumlah Tingkat kecemasan Tidak Cemas Cemas cemas ringan sedang F % f % f % Total f % 0 6 0 19,4 1 15 3,2 48,4 7 2 22,6 6,5 8 25,8 23 74,2 6 19,4 16 51,6 9 29,0 31 Pvalu Lambda e 0,035 0,478 100 Sumber : Data Primer Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa dari 8 responden yang memiliki masa kerja baru (≤3 tahun) terdapat 1 orang (3,2%) yang mengalami cemas ringan dan 7 orang (22,6%) cemas sedang, sedangkan dari 23 responden yang memiliki masa kerja lama (>3 tahun) terdapat 6 orang (19,4%) yang tidak cemas, 15 orang (48,4%) mengalami cemas ringan dan 2 orang (6,5%) cemas sedang. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai pvalue diperoleh 0,035 berarti p < 0,05 sehingga ada hubungan antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil uji Koefisien Kontingensi Lambda diperoleh sebesar 0,478 yang berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel adalah sedang. 54 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masa Kerja Perawat Penelitian ini memperoleh hasil bahwa sebagian besar masa kerja perawat adalah termasuk dalam kelompok masa kerja lama yaitu >3 tahun sebanyak 23 responden (74,2%). Hasil penelitian ini di dukung oleh Achmad Faizin dan Winarsih (2008), tentang hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali, bahwa responden dalam penelitiannya termasuk dalam kategori masa kerja lama. Penelitian ini diperoleh sebagian besar responden termasuk dalam kategori masa kerja lama yaitu>3 tahun, hal ini dikarenakan responden adalah pegawai yang telah lama bekerjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, sedangkan responden yang termasuk dalam kategori masa kerja baru dikarenakan perawat tersebut adalah pegawai pindahan dari rumah sakit lain dan rekrutmen tenaga perawat dalam 3 tahun terakhir. Masa kerja pada penelitian ini dihitung dari awal perawat bekerja sampai pada saat dilakukan penelitian dan ini sesuai dengan UU Ketenagakerjaan pasal 50 yaitu masa kerja ada karena adanya hubungan kerja, oleh karenanya perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau sejak pekerja pertama 42 55 43 kali mulai bekerja di perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada perjanjian kerja. Masa kerja dapat menggambarkan pengalamannya dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, pertugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalamannya sedikit. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik (Ranupendoyo dan Saud, 2005). 5.2 Tingkat kecemasan perawat Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) dan responden dengan kecemasan sedang sebanyak 9 orang (29,0%). Hasil ini didukung oleh penelitian Hariklia Stathopoulou et.al (2011), yang berjudul Anxiety levels and related symptoms in emergency nursing personnel in Greek, dengan hasil bahwa tingkat kecemasan ringan terjadi pada perawat dengan hasil sebesar 48,5%. Penyebab kecemasan yang dialami perawat yaitu karena beban kerja yang terlalu berat, dimana perawat harus melakukan tindakan keperawatan pada pasien jiwa yang sangat akut, karakteristik pasien psikiatri akut adalah perilaku menyerang dan mengancam orang lain (dramatic admission), kondisi pasien yang sering melakukan perselisihan dengan melakukan protes 56 44 terhadap staf perawat dengan tujuan menolak tindakan perawatan maupun pengobatan yang akan dilakukan (protests and refusal of treatment) (Ivarson & erikson, 2008) Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami responden yaitu berupa kegelisahan, kewaspadaan dan ketegangan meningkat namun perawat masih bisa fokus dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan rajin melakukan komunikasi terapeutik untuk pendekatan kepada pasien (membina hubungan saling percaya). Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart, 2006) Respon kognitif cemas ringan diantaranya area persepsi luas, masih terdapat kesadaran terhadap rangsang internal dan eksternal, pikiran dapat menjadi kacau tapi masih bisa dikontrol, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Respon kognitif cemas sedang diantaranya persepsi menyempit tapi masih bisa fokus, masih ada perhatian, perhatian terganggu, kreativitas menurun, mudah terganggu, lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. Hasil kecemasan yang dialami responden jika dilihat dari respon emosional menunjukkan bahwa perawat dengan kecemasan ringan terlihat 57 45 lebih rileks namun sedikit tidak sabar, sedangkan perawat dengan kecemasan sedang cenderung lebih tidak sabar dan mudah tersinggung. Hal tersebut didukung oleh Videbeck (2008), bahwa respon emosional cemas ringan diantaranya perasaan relatif nyaman dan aman, rileks, tenang. perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang. Respon emosional cemas sedang diantaranya menjadi waspada, belajar keterampilan baru, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, dan tidak gembira 5.3 Hubungan masa kerja perawat dengan kecemasan Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai p value diperoleh 0,035 berarti p < 0,05 sehingga ada hubungan yang bermakna antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu responden yang memiliki masa kerja lama lebih banyak yang mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 15 responden (48,4%) dan responden yang tidak cemas sebanyak 6 orang (19,4%) sedangkan responden yang memiliki masa kerja baru lebih banyak yang mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 7 responden (22,6%) dan tidak ditemukan responden yang tidak mengalami kecemasan. Hasil uji contingency Coefficient Lambda diperoleh sebesar 0,478 yang berarti bahwa keeratan hubungan antara variable adalah sedang, sehingga terdapat hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan kecemasan. Hasil ini berarti bahwa selain factor lamanya masa kerja 58 46 perawat, kecemasan pada perawat dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut National safety Council (2004), kecemasan selain masa kerja dapat disebakan karena perubahan ekonomi dan kemajuan teknologi juga dapat disebabkan oleh faktor organisasi, lingkungan dan individu itu sendiri. Hasil ini didukung oleh penelitian Hariklia Stathopoulou et.al (2011), yang berjudul Anxiety levels and related symptoms in emergency nursing personnel in Greek, menyatakan bahwa terdapat hubungan lemah antara pengalaman kerja di UGD denganstate anxiety. Manifestasi yang paling sering muncul adalah gejala psikis gangguan tidur, mood cemas, mood depresi. Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara masa kerja dengan kecemasan perawat. Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan ancaman yang ada, hal tersebut dapat meringankan atau mengurangi risiko kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Nursalam, 2007) Salah satu pekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah perawat. (National council savety, 2004). Perawat yang bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta mengevaluasi tindakan perawatan yang dilakukan (Krikson, 2008). 59 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai “Hubungan Masa Kerja Perawat dengan Kecemasan di Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta” akan diuraikan sebagai berikut : 6.1.1 Masa kerja perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sebagian besar dalam kategori lama (>3 tahun), yaitu sebesar 74,2%. 6.1.2 Kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sebagian besar dalam kategori ringan, yaitu sebesar 51,6%. 6.1.3 Ada hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan p value 0,035 (p < 0,05). 6.2 Saran 6.2.1 Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Rumah sakit dapat mengetahui tentang hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut, sehingga managemen rumah sakit dapat menempatkan perawat pada ruangan yang sesuai dengan keadaan pribadi perawat tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu dalam pemberian pelayanan terhadap pasien. 60 47 48 6.2.2. Bagi perawat ruang akut Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, sehingga perawat yang bertugas di ruang akut mampu beradaptasi dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. 6.2.3. Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai sumber referensi dalam proses belajar mengajar tentang kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa.. 6.2.4. Bagi peneliti selanjutnya Mengembangkan penelitian dengan melakukan penelitian eksperiment (relaksasi) dengan membandingkan kelompok intervensi dan kelompok control atau meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dengan menggunakan analisis multivariat. 6.2.5. Bagi peneliti Peneliti mengetahui tingkat kecemasan perawat di ruang akut dan hubungan masa dengan tingngkat kecemasan dan Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam melakukan proses penelitian dengan segala kendala dan keterbatasan. 61 DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Davies. T., Craig. (Ed). 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC Djaali & Muljono, Pudji. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grassindo. Guy, William. 2015. Hamilton Anxiety Scale (HAMA) - Diakses melalui http://www.healthtechsys.com/ivr/assess/ivrhama.html. Diakses tanggal 10 Januari 2015. Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE UGM. Kurniawan, Albert. 2009. Belajar Mudah SPSS untuk Pemula. Yogyakarta: MediaKom. Lutzen, K. Ivarsson, A.B., Eriksson., Salmann, M. Krikson (2008). The core characteristics and Nursing care activities in psychiatric intensive care unit in Sweden. International journal Of mental Health Nursing (2008) 17, 98107. Laraia & stuat, 2007. Principles & Practiceof Psychiatric Nursing. Philadelphia: Elsevier Mosby Makoto Inoue, et.al, 2006. Psychological impact of verbal abuse and violence by patients on nurses working in psychiatric departments. International journal psychiatric. Di akses 15 januari 2015. 62 NAMI. (2004). Mental Nurse Job Stress. SA: nami-journal. Di unduh 12 Januari 2015. National Safety Council. 2004. Manajemen cemas. (Widiastuti, penerjemah). Jakarta. EGC. Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.: Rineka Cipta Nursalam 2007. Manajemen keperawatan, aplikasi dan praktik keperawatan professional. Salemba medika. Jakarta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, PedomanSkripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. PusatBahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia. Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Statistik dengan Rancangan Percobaan SPSS 2012. Jakarta: Elex Media Komputindo. Ranupendoyo dan Suad, 2005. Manajemen personalia, edisi4, Pustaka Binawan Presindo FE - UGM, Yogyakarta. Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sadock BJ. 2007. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku / psikiatri klinik. Jakarta. EGC Sopiyudin, M. 2013. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta. Salemba medika. 63 Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung. Alfabeta Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung Stuart, Gail.W. 2006. BukuSaku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC. Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta. EGC. Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Alih Bahasa. Jakarta. EGC. Wasis.2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta:EGC. 64