Penggunaan Metode Inkuiri Berbantuan Media Muatan untuk

advertisement
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Inkuiri
2.1.1.1 Pengertian Metode Inkuiri
Salah satu metode yang sangat efektif dan efisien dalam pembelajaran
matematika yaitu metode inkuiri. Inkuiri biasa disebut juga dengan metode penemuan.
Sumantri dan Permana (2001: 142) menyatakan bahwa:
Metode Penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam
proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Metode penemuan
memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi–informasi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Sanjaya (2009: 196) menyatakan strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.
Sanjaya (2009: 197) menyatakan “strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk
dari Metode pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach)”.
Menurut Ahmadi (2005: 76), inkuiri berasal dari bahasa Inggris ”inquiry” yang
secara harfiah berarti penyelidikan (Zaifbio, 2009). W.Gellu (2005: 84) juga mendefinisikan
inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan
analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya
diri. (Zaifbio, 2009).
Menurut Schmidt inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis. (Satriamawan, 2009).
6
7
Mulyasa juga menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah metode yang mampu
menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar.
Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif (Satriamawan, 2009).
Sund berpendapat metode inkuiri merupakan perluasan proses discoveri yang
digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan,
atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. (Trianto, 2009: 166)
Penggunaan metode inkuiri yang diterapkan di SD adalah menggunakan
penemuan terbimbing.
Sedangkan Sura (dalam Hamalik, 2001:219) “inkuiri atau
penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip,
misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan
membuat kesimpulan dan sebagainya”.
Pendapat lainnya menyatakan,”pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau
mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan
secara jelas dan struktural kelompok”.(Kourilsky dalam Oemar Hamalik, 2009: 220).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam metode ini, siswa
didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat ‘menemukan’ prinsip
umum berdasarkan bahan atau data yang sudah disediakan guru. Sampai seberapa jauh
siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
Melalui metode inkuiri, siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas
menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error)
hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar
mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk
menemukan pengetahuan yang baru. Dalam metode pembelajaran inkuiri, peran siswa
cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Dengan
membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal Matematika, karena siswa
dilibatkan dalam berpikir
menyelesaikan masalah.
Matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan
8
Interaksi dalam metode ini menekankan pada adanya interaksi dalam kegiatan
belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat juga terjadi antara siswa dengan siswa (S–S),
siswa dengan bahan ajar (S–B), siswa dengan guru (S–G), siswa dengan bahan ajar dan
siswa (S–B–S) dan siswa dengan bahan ajar dan guru (S–B–G).
Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran metode inkuiri dapat divisualkan pada
gambar.
Guru
Bahan Ajar
Siswa A
Siswa B
Gambar 1. Interaksi dalam Pembelajaran Inkuiri
Menurut Nurhadi, dkk (2004: 72) ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru
tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak
bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar mengajar siswa
melalui inkuiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka seorang guru harus bisa menciptakan
suasana belajar yang kondusif serta siap memberikan bantuan kepada kelompok dalam
melaksanakan interaksi, mengungkapkan argumentasi, mengumpulkan bukti dan
mengarahkan diskusi.
2.1.1.2 Tujuan Metode Inkuiri
Sumantri dan Permana (2001: 142), mengemukakan tujuan metode inkuiri adalah:
a)
Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan
pelajarannya;
b)
Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan
pengalaman belajarnya;
9
c)
Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar yang tidak ada habisnya;
d)
Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
2.1.1.3 Jenis-jenis Metode Inkuiri
Herdian (2010) menjelaskan bahwa pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis
berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang
diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis Metode inkuiri tersebut adalah:
1)
Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Metode inkuiri terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan pada siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan Metode inkuiri. Dengan Metode ini, siswa belajar lebih
berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep pelajaran. Pada Metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang
relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan
bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi,
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat
menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu,
bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama
berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga
guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan
oleh siswa.
2)
Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pada umumnya Metode ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan Metode inkuiri karena dalam Metode inkuiri bebas ini menempatkan siswa
10
seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak
diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara
dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Jenis inkuiri ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang
diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang dipilih oleh siswa di luar
konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok
atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang
memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3)
Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan(modified free inquiry approach)
Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua Metode inkuiri
sebelumnya, yaitu: Metode inkuiri terbimbing dan Metode inkuiri bebas. Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam Metode ini siswa tidak
dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa
yang belajar dengan Metode ini menerima masalah dari gurunya untuk memecahkan dan
tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
11
Metode inkuiri jenis ini, guru membatasi memberikan bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau
melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
2.1.1.4 Alasan Menggunakan Metode Inkuiri
Menurut Sumantri dan Permana (2001: 142), alasan menggunakan metode inkuiri
adalah:
a)
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat;
b)
Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi juga lingkungan sekitar;
c)
Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya;
d)
Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
2.1.1.5 Sasaran Utama Penggunaan Metode Inkuiri
Sasaran utama penggunaan metode inkuiri (Trianto, 2009: 166) adalah (1)
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan
sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Adapun kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi
siswa adalah:
a) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;
b) Inkuiri berfokus pada proses; dan
c) Penggunaan fakta sebagai evidensi(informasi, data)
Untuk mencapai kondisi seperti itu, peranan guru (Trianto, 2009: 166) adalah
sebagai berikut:
a) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir.
b) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
c) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
12
d) Administrator, bertanggung jawab tehadap seluruh kegiatan kelas.
e) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
f) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
2.1.1.6 Proses Inkuiri
Menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2009: 168) “inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula
dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan membuat kesimpulan”.
Gulo (2002) juga menjelaskan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk
meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan
tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan
yang dapat di uji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan
kepada siswa tentang gagasan mengenai hipotesis yang mngkin. Dari semua
gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan
yang diberikan.
c) Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
d) Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis
adalah pemikiran ”benar” atau ”salah”. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data
percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata
13
hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses
inkuiri yang telah dilakukannya.
e) Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara
berdasarkan data yang diperoleh siswa (Trianto, 2009: 168).
Sanjaya (2007: 201–205) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal-hal yang dilakukan pada tahap orientasi ini adalah:
(1) menjelaskan topik,tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa. (2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta
tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan. (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan mengajar.
Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh
karena itu, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang
sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Merumuskan Hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumeskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
14
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibuyuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Joyce dan Weil dalam Made Wena (2009: 77) langkah-langkah
pembelajaran inkuirí secara umum adalah sebagai berikut:
a)
Penyajian masalah
Dalam tahap ini pengajar menyajikan masalah dan menerangkan prosedur inkuiri
pada siswa. Bentuk masalah perlu disesuaikan dengan tingkat pengetahuian siswa.
Dalam hal ini yang terpenting adalah dalam masalah itu berisi suatu kejadian atau
problema yang merangsang aktifitas intelektual siswa.
b)
Pengumpulan data eksperimentasi
Dalam hal ini siswa melakukan eksperimen dengan memasukkan hal-hal baru,
untuk melihat apakah akan terjadi perubahan. Dalam tahap ini siswapun berhak
mengajukan pertanyaan serupa dengan hipótesis. Dalam tahap ini siswa didorong
untuk mau berusaha mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang mereka
lihat atau mereka alami.
15
c)
Pengumpulan data verifikasi
Dalam tahap verifikasi siswa dapat bertanya mengenai beberapa hal yang
berhubungan dengan kejadian yang mereka lihat/rasakan, yaitu: 1) objek yaitu sifat
atau identitas suatu benda, 2) Kejadian yaitu sifat atau sebab terjadinya, 3) keadaan
suatu objek atau sistem pada saat tertentu, 4) Sifat atau karakteristik suatu
objekpada keadaan tertentu untuk mendapatkan informasi baru yang membantu
pembentukan suatu teori. Pada tahap ini mempunyai dua fungsi yaitu eksplorasi
yaitu siswa mengubah beberapa hal untuk melihat apa yang akan terjadi dan uji
langsung yaitu siswa melakukan pengujian.
d)
Organisasi data formulasi kesimpulan
Dalam tahap ini siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data untuk membuat
suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang telah disajikan.
e)
Analisis proses Inkuiri
Dalam tahap ini siswa diminta untuk menganalisis pola inquirí yang telah mereka
jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang paling produktif/
menghasilkan data yang paling relevan atau tipe informasi yang sebenarnya mereka
butuhkan.
Berdasarkan langkah-langkah inkuiri yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka
langkah-langkah pelaksanaan inkuiri pada penelitian ini adalah :
a) Penyajian/Perumusan masalah
b) Pengumpulan data eksperimentasi
c) Pengumpulan data dan verifikasi
d) Organisasi data formulasi kesimpulan
e) Analisis proses inkuiri
2.1.1.7 Kekuatan dan Keterbatasan Metode Inkuiri
Berdasarkan pengertian metode inkuiri, tujuan, alasan penggunaannya, metode
inkuiri mempunyai kekuatan dan keterbatasan. Sumantri dan Permana (2001: 143)
menjelaskan kekuatan dan keterbatasan metode inkuiri. Kekuatan metode inkuiri adalah:
a) Memelamkan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri;
16
b) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang
diperolehnya;
c) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif para peserta didik;
d) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya
dan sangat sulit melupakannya;
e) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik
belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Keterbatasan metode inkuiri adalah:
a)
Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya;
b)
Memerlukan fasilitas yang memadai;
c)
Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional,
sedangkan metode ini dirasakan guru belum melaksanakan tugasnya mengajar
karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing;
d)
Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerima
informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri;
e)
Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat
dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik menjadi kebingungan
memanfaaatkannya.
2.1.2
Media Muatan
Wahyudi (2008) berpendapat, “Selain garis bilangan, terdapat cara lain untuk
menjelaskan konsep bilangan bulat, yaitu dengan menggunakan peragaan seperti berikut
(sebut saja peragaan dengan “MUATAN”)
Anitah menyatakan media kartu muatan tergolong ke dalam media visual yang
tidak diproyeksikan. Media kartu muatan termasuk jenis “realia” atau disebut juga objek
adalah benda yang sebenarnya dalam bentuk utuh atau disebut juga objek. Realia
termasuk ke dalam media visual yang tidak diproyeksikan karena tidak membutuhkan
proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunak. Bentuk media ini dapat
dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lainnya, yang terpenting bentuk modifikasi dari media
17
ini sesuai dengan prinsip kerja media tersebut. Media kartu muatan terdiri atas dua warna
yang berbeda, satu warna menandakan/mewakili bilangan bulat positif, sedangkan warna
lain menandakan/mewakili bilangan bulat negatif (Hernawan, 2011: 18).
Muhsetyo (2008: 3.11) juga menjelaskan bahwa:
Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada sistem bilangan bulat dapat dilakukan
melalui 3 tahap, yaitu:
a) Tahap pengenalan konsep secara konkret,
b) Tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak
c) Tahap pengenalan konsep secara abstrak.
Pada tahap pertama ada 2 model peragaan yang dapat dikembangkan, yaitu
menggunakan pendekatan himpunan (yaitu menggunakan alat peraga manik-manik),
sedang model yang kedua menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang (yaitu
menggunakan alat peraga balok garis bilangan atau pita garis bilangan atau tangga gari
bilangan).
Pada tahap kedua, proses pengerjaan operasi hitungnya diarahkan menggunakan
garis bilangan dan pada tahap ketiga kepada siswa baru diperkenalkan dengan konsepkonsep operasi hitung yang bersifat abstrak.
Muhsetyo juga menambahkan seperti kita ketahui bahwa pada himpunan, kita
dapat menggabungkan atau memisahkan dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya
berbentuk manik-manik. Bentuk alat ini dapat berupa bulatan-bulatan setengah lingkaran
yang apabila sisi diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Alat ini
biasanya terdiri dari dua warna, satu warna untuk menandakan bilangan positif (missal
biru), sedangkan warna lainnya untuk menandakan bilangan negatif (misal kuning).
Berdasarkan definisi menurut Muhsetyo di atas yang dimaksud dengan alat
peraga manik-manik dalam pendekatan himpunan pada tahap pengenalan konsep secara
konkret juga sama artinya dengan media muatan, hanya pada sebutan atau namanya
yang berbeda.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan media muatan adalah media yang digunakan untuk mempermudah pemahaman
siswa dalam pembelajaran bilangan bulat. Bentuk media ini dapat dimodifikasi ke dalam
18
bentuk-bentuk lainnya, yang terpenting bentuk modifikasi dari media ini sesuai dengan
prinsip kerja media tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media muatan
yang berbentuk setengah lingkaran dengan dua macam warna yang membedakan
bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.
Seperti kita ketahui bahwa pada himpunan, kita dapat menggabungkan atau
memisahkan dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya berbentuk muatan, yang berisi
muatan negatif dan positif. Bentuk alat ini berupa bulatan-bulatan setengah lingkaran yang
apabila sisi diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Alat ini biasanya
terdiri dari dua warna, satu warna untuk menandakan bilangan positif (misal biru),
sedangkan warna lainnya untuk menandakan bilangan negatif (misal merah) atau dapat
juga diganti dengan warna yang lainnya. Media muatan ini cara penggunaannya dengan
ditempelkan pada papan flannel (flannel board). Papan flannel (flannel board) merupakan
media visual yang efektif untuk menyajikan pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula,
salah satunya kepada peserta didik.
Warna biru mewakili bilangan
Warna merah mewakili bilangan
positif
negatif
Dalam alat ini, bilangan nol (netral) diwakili oleh dua buah muatan dengan warna
berbeda yang dihimpitkan pada sisi diameternya, sehingga membentuk lingkaran penuh
dalam dua warna.
Netral = bernilai 0
Bernilai 1 (positif 1)
19
Bernilai -1 (negatif 1)
Bernilai 3 (positif 3)
Bernilai -3 (negatif 3)
2.1.3 Hasil Belajar Matematika
2.1.3.1 Pengertian Belajar
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, karena unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Proses
belajar hanya akan bermakna bagi siswa, bila dalam proses belajar terjadi kegiatan belajar
siswa.
Moh. Surya (1997) menyatakan“belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Pendapat seseorang tentang belajar itu berbeda-beda, tergantung pada teori-teori
yang dianutnya. Menurut Conny R. Semiawan (2001: 6) “Belajar merupakan perubahan
tingkah laku, sifat dan kemampuan yang relatif permanen, yang datang dari dalam dirinya,
dan dapat ditinjau terutama dari pengaruh lingkungan atau dari faktor genetis yang
berbeda satu dengan lainnya”. Jadi Seseorang secara genetis lahir memiliki kemampuan
umum (inteligensi) yang bersumber dari otaknya. Berfungsinya otak tersebut sangat
dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Winkel (1987: 36) dalam “belajar adalah Suatu aktifitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap”. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan
20
terhadap hasil yang telah diperoleh. Memang benar bahwa belajar menghasilkan
perubahan, namun pernyataan ini tidak dapat dibalik, seolah-olah setiap perubahan pada
manusia merupakan hasil dari belajar
Bertolak dari berbagai pendapat tentang belajar di atas, maka belajar membawa
perubahan pada perilaku individu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, “belajar
adalah suatu perubahan seluruh tingkah laku individu, sifat dan kemampuan yang relatif
permanen dalam diri individu, sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” .
2.1.3.2 Hasil Belajar
Hasil belajar sangat penting untuk diketahui, baik secara perseorangan maupun
secara kelompok, karena disamping sebagai salah satu indikator keberhasilan belajar
siswa dalam mata pelajaran tertentu, juga sebagai sarana memotivasi siswa bagi siswa
yang mengenyam pendidikan dilembaga tersebut.
Sebagiamana yang dikemukakan Dimyati dan Moedjiono (1994:4) bahwa ”hasil
belajar merupakan hasil dari suatu intraksi tindak mengajar atau tindak belajar”.
Sedangkan Karti Soeharto (1984: 40) menyatakan bahwa ”belajar ditandai oleh ciri-ciri
yaitu: (a). Disengaja dan bertujuan, (b). Tahan lama, (c). Bukan karena kebetulan, (d).
Bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Demikian pula dalam kamus umum bahasa indonesia disebutkan bahwa ”hasil
belajar merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu usaha atau dapat
juga berarti pendapat atau perolehan, buah”
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
belajar yang merupakan perwujudan dari bakat, kemampuan dan cita-cita yang diperoleh
dari usaha yang telah dilakukan seseorang melalui inetraksi dengan lingkungannya atau
hasil yang dapat dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran atau setelah
siswa mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu. Hasil
belajar siswa dapat diketahui atau dapat diukur dengan menggunakan evaluasi/tes.
21
Ada beberapa alternatif norma pengukuran timgkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses belajar-mengajar. Menurut Muhibbin Syah (2003: 153) Di antaranya
adalah: 1) norma skala angka dari 0 samapi 10, 2) norma skala angka dari 0 sampai 100.
Angka terendah yang menyatakan keberhasilan hasil belajar adalah 6, sedangkan untuk
skala 0 – 100 adalah 60. Pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih
dari separoh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan
benar ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar.
2.1.3.3 Pengertian Mata Pelajaran Matematika
Salah satu pelajaran yang menjadi tolok ukur kepandaian dan kecerdasan siswa
dalam studi adalah pelajaran matematika. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa
mempelajari matematika.
Matematika menurut Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam Joula
Ekaningsih Paimin (1998: 2) adalah adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubunganhubungan, antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
persoalan mengenai bilangan. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Joula
Ekaningsih Paimin (1998: 3) Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari pernyatan yang ingin kita sampaikan. Joula Ekaningsih Paimin (1993: 5)
menyimpulkan bahwa matematika adalah sesuatu yang berkenaan dengan ideide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, matematika adalah Suatu
ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilangan-bilangan,
hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional untuk penyelesaian
masalah tentang bilangan berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif.
2.2 Hasil- hasil Penelitian yang Relevan
Hermawan (2011) dalam penelitiannya “Peningkatan Keterampilan Berhitung
Bilangan Bulat Matematika melalui Metode Inkuiri dengan Media Kartu Muatan Siswa
Kelas IV SDN Sampangan No.26 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” menyatakan bahwa
22
penggunaan media muatan dapat meningkatkan Keterampilan Berhitung Bilangan Bulat
Matematika melalui media kartu muatan siswa kelas IV SDN Sampangan No.26 Surakarta
tahun ajaran 2009/2010.
Erwin Syahputra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “peningkatan aktivitas
dan hasil belajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada
materi pecahan siswa kelas IV-B SD Budi Mulia Medan tahun pelajaran 2010/2011”
menyatakan bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti mempunyai persamaan,
yaitu sama-sama menerapkan Metode Inkuiri dan Media Muatan dalam pembelajaran
Matematika tentang operasi hitung bilangan bulat. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan
peneliti menggunakan subjek penelitian kelas 4 SD Negeri Sidomulyo Kecamatan
Petanahan dan lebih menekankan kepada proses dalam pembelajaran yang akhirnya juga
dapat meningkatkan hasil belajar.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam kegiatan belajar mengajar, keahlian guru dalam memberikan petunjuk atau
cara belajar adalah hal yang penting. Seorang guru hendaknya selalu mengupayakan
agar pembelajaran yang disampaikan menarik, mudah dipahami, dan menyenangkan
yang akhirnya siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Demikian halnya pada
pembelajaran operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas 4 SD merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa pada mata pelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat, yang terdiri
dari penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Operasi hitung bilangan bulat ini
masuk pada kurikulum matematika kelas 4 SD. Sehingga pembelajaran operasi hitung
bilangan bulat ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SD. Pada dasarnya siswa kelas 4
masuk pada tahap operasional konkret di mana anak mulai berpikir tentang objek-objek
atau benda yang ia temukan secara langsung, misalnya tentang beratnya, warnanya, dan
strukturnya. Ia juga berpikir tentang aktivitas-aktivitas yang dapat ia lakukan dengan
menggunakan benda-benda yang ditemuinya itu. Siswa dapat memahami suatu peristiwa
23
hanya melalui gambar yang ditunjukkan atau benda-benda di sekitarnya yang mendukung
dalam proses pembelajaran.
Salah satu metode yang ditempuh untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran Matematika di atas salah satunya dengan menggunakan
Metode Inkuiri dengan berbantuan media muatan. Penggunaan metode ini diharapkan
kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan siswa akan berpartisipasi aktif dalam
belajar Matematika. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri memungkinkan
siswa terlibat dalam menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan belajarnya. Kondisi awal siswa yang terlihat pada pembelajaran
Matematika adalah hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini terjadi karena pada
pembelajaran Matematika yang dilakukan belum mengoptimalkan penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Akibatnya hasil belajar
siswa rendah.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan telaah teori di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:
1) jika penggunaan metode inkuiri berbantuan media muatan berjalan sesuai dengan
langkah-langkahnya, maka diduga hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD
Negeri Sidomulyo Kecamatan Petanahan tahun ajaran 2012/2013 akan meningkat.
2) jika metode inkuiri berbantuan media muatan sesuai dengan langkah-langkahnya
maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN
Sidomulyo Kecamatan Petanahan tahun pelajaran 2012/2013
Download