Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENERAPAN MODEL DEBAT PADA Kusnoto SMA Negeri 1 Ulujami Kab. Pemalang – Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak penerapan model debat terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar PKn pada materi mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya organisasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI-IPA1 yang berjumlah 30 orang. Penelitian dikatakan berhasil apabila motivasi siswa dalam kategori baik (≥ 75) dan 85% siswa secara klasikal tuntas KKM (KKM 76). Data penelitian diperoleh dari tes, observasi, dan angket. Analisis data menggunakan data kuatitatif untuk mengukur hasil belajar, sedang motivasi belajar diukur dari data kualitatif. Hasil penelitian pada akhir siklus II menunjukkan skor motivasi 84,30 (B) dan hasil belajar 100% tuntas KKM. Kesimpulannya, penerapan model debat dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn. © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Hasil Belajar; Model Debat, Motivasi PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa (Standar Isi, 2006). Materi PKn bersifat konseptual sehingga dalam pembelajaran perlu memilih strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan. Pembelajaran debat adalah pembelajaran dimana siswa terlebih dahulu mengobservasi suatu fenomena, kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul dan menarik kesimpulan, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan dalam persfektif yang berbeda diantara mereka. Sehingga diduga pembelajaran ini sangat cocok, dapat merangsang kreatifitas siswa, berfikir kritis, dan dapat menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran akan mudah tercapai. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun dalam kehidupan lainnya. Abin Syamsuddin Makmun dalam Ahmad Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; PENERAPAN MODEL DEBAT PADA MATERI PRINSIP-PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI Kusnoto 1 (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan seks; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi menurut Sardiman A.M. (2003) antara lain: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) Lebih senang bekerja mandiri; (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); (7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini tersebut; dan (8) Senang mencari dan memecahkan soalsoal. Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Slameto (1998), faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor ekasternal siswa. Faktor internal meliputi: (1) Faktor fisiologis, adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yaitu keadaan kesehatan jasmani baik sehat kebugaran jasmani maupun sehat dalam arti semua panca indra berfungsi secara maksimal; dan (2) Faktor psikologis, adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar yaitu kecerdasan, motivasi, minat,sikap, dan bakat. Macam-macam faktor internal antara lain: 1. Kecerdasan Kecerdasan (intelegensi) merupakan faktor psikologis yang penting dalam proses belajar. Semakin tinggi intelegensi seseorang semakin tinggi pula seseorang meraih sukses belajar dan sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi seseorang semakin sulit untuk meraih sukses belajar. Ada beberapa penggolongan IQ berdasarkan tes Stanford-Binet adalah sebagai berikut: 2 Tingkat Kecerdasan Klasifikasi 140 – 169 120 – 139 110 – 119 90 – 109 80 – 89 70 – 79 20 – 69 Amat superior Superior Rata-rata tinggi Rata-rata Rata-rata rendah Batas lemah mental Lemah mental Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus) 2. Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang dapat mendorong proses belajar didalam diri individu yang aktif, mendorong memberikan arahan, dan menjaga prilaku setiap saat (Slavin, 1994). Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam individu dan memberi dorongan untuk melakukan sesuatu, seperti seseorang gemar membaca, mereka sudah tidak perlu disuruh-suruh, karena membaca sudah menjadi kebutuhan baginya. Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992) yang termasuk motivasi intrinsik dalam belajar antara lain: (a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; (b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia keinginan untu maju; (c) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudra, guru arau teman-teman dan lain sebagainya; (d) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan belajar, seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua dan lain- lain. Kurangnya respon lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 3. Minat Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak mau belajar, karena itu seorang guru perlu membangkitkan minat siswa agartertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya (Syah, 2003). 4. Sikap Sikap (attitude) adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). 5. Bakat Bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Slavin juga mendifinisikan Bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelaja-rinya, maka bakat akan mendukung prses belajar sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosial antara lain: lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial keluarga, dan lingkungan sosial masyarakat. Faktor lingkungan non sosial antara lain: lingkungan alamiah, instrumental, dan materi pelajaran. Debat memiliki pengertian sebagai berikut: 1. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. 2. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif). PENERAPAN MODEL DEBAT PADA MATERI PRINSIP-PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI Kusnoto 3 3. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak. 4. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik. 5. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka. Dalam pembelajaran model debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu pro (setuju) dan kontra (tidak setuju). Langkah-langkah penerapan model debat adalah: 1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra. 2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas. 3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. 4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan. 5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan. 6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/ rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. Model debat memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model debat yaitu: (1) Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan; (2) Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan; dan (3) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Sedang kelemahannya antara lain: (1) Ketika menyampaikan pendapat saling berebut, terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai. Siswa yang pandai berargumen akan selalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif; (2) Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok; (3) Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa; (4) Tema haruslah dapat diperdebatkan; dan (5) Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ulujami Kab. Pemalang dari bulan Agustus – Oktober 2014 dengan subjek siswa kelas XI-IPA1 yang berjumlah 30 orang. Penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Terdapat 4 (empat) langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaa, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut harus terencana sebaik mungkin agar penelitian dapat terlaksana dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan peneliti. Penelitian dilaksanakan karena adanya masalah yang berkaitan dalam suatu pembelajaran, baik selama proses maupun pada hasil pembelajaran. Sumber data diperoleh dari hasil pengamatan dan tes. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data mengenai objek yang diteliti. Metode tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 4 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus) 1. Lembar Observasi Motivasi Siswa Lembar observasi kegiatan siswa merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi motivasi siswa selama proses pembelajaran. Dalam lembar observasi motivasi siswa terdapat beberapa kriteria yang dinilai oleh pengamat/observer. Pengamat membantu peneliti di dalam kelas untuk memberikan ceklist atau penilaian terhadap motivasi siswa selama proses pembelajaran baik pada siklus I maupun siklus II. Hal-hal yang diamati meliputi: (a) Tekun menghadapi tugas; (b) Ulet menghadapi kesulitan; (c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kriminal, amoral dan sebagainya; (d) Lebih senang bekerja mandiri; (e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); (g) Tidak mudah melepas hal yang diyakini tersebut; dan (h) Senang mencari dan memecahkan soal-soal. 2. Angket Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model debat pada pembelajaran PKn materi mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi. Siswa mengisi angket dengan memberikan ceklist. 3. Tes Formatif Tes formatif merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Dalam penelitian ini tes formatif digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa dalam mempelajari materi mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi melalui model debat. Analisis data dilakukan dengan analisis diskripsif komparatif yaitu membandingkan Nilai tes antara siklus dengan indikator kerja. Jadi analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil test dianalisis secara kuantitatif berdasarkan prosentase, Sedangkan hasil pengamatan dianalisis secara kualitatif. Penelitian dikatakan berhasil apabila motivasi siswa dalam kategori baik (≥ 75) dan 85% siswa secara klasikal tuntas KKM (KKM 76). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Motivasi Belajar Hasil pengamatan terhadap motivasi belajar antar siklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Terhadap Motivasi Belajar Antar Siklus NO 1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8 INDIKATOR Tekun menghadapi tugas Ulet menghadapi kesulitan Menunjukkan minat terhadap kegiatan Lebih senang bekerja mandiri, Menunjukan sikap kreatif Dapat mempertahankan pendapatnya Tetap pendirianya Senang mencari dan memecahkan masalah SIKLUS I SIKLUS II F % F % 15 23 23 14 16 19 18 16 41,16 63,88 63,88 38,50 44,44 52,77 50,00 44,44 28 27 28 28 29 30 29 28 77,77 75,00 77,77 77,77 80,55 83,33 80,55 77,77 PENERAPAN MODEL DEBAT PADA MATERI PRINSIP-PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI Kusnoto 5 Rata-rata 49,88 C (Sedang) Kategori 78,81 B (Baik) Pada siklus I mendapat skor rata-rata 49,88% dalam kategori C (sedang) setelah siklus II skor rata-rata menjadi 78,81% dalam kategori B (baik). Sehingga mengalami kenaikan sebesar 28,93%. 2. Hasil Belajar Hasil tes antar siklus terhadap penerapan model debat pada pembelajaran materi mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah. Tabel 4.2. Hasil Tes Antar Siklus Terhadap Penerapan Model Debat pada Pembelajaran Materi Mendeskripsikan Pengertian dan Prinsip-prinsip Budaya Demokrasi Pra Siklus Siklus I Siklus II Skor Rentang F % F % F % A 90 -100 0 0 0 0 10 27,77 B 76 - 89 15 41,66 13 83,33 26 72,22 C 60 -75 17 27,32 19 16,66 0 0 D 40 - 59 4 11.11 0 0 0 0 E 0 - 39 0 0 0 0 0 0 Jumlah 36 - 36 - 36 - Tuntas 15 41,66% 30 83,33% Rata-rata 72,36 80,08 36 100% 84,30 Dari tabel di atas menggambarkan bahwa ada kenaikan yang sangat signifikan baik penyebaran nilai, rata-rata maupun prosentase ketuntasan. Ketuntasan awal pra siklus hanya 41,66% setelah siklus I naik menjadi 83,33% dan setelah siklus II naik lagi menjadi 100%. Rata-rata kelas dari pra siklus 72,36 setelah siklus I, 80,36 dan siklus II menjadi 84,30. B. Pembahasan 1. Motivasi Belajar Penerapan model debat dalam pembelajaran membuat siswa dapat mengembangkan sikap kritisnya, peran siswa dalam pembelajaran menjadi lebih optimal, siswa merasa pendapatnya dihargai oleh guru dan teman lainnya, dan siswa menjadi lebih serius dalam mengikuti pembelajaran. Hal-hal inilah yang menjadikan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Besarnya kenaikan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada grafik 4.1. 6 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus) Grafik 4.1. Dampak Model Debat Terhadap Motivasi Belajar Siswa 2. Hasil Belajar Grafik 4.2. Dampak Model Debat Terhadap Hasil Belajar Hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan belajar mengalamai peningkatan karena melalui penerapan model debat dalam pembelajaran menjadikan siswa memiliki beberapa keuntungan, antara lain: (1) Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan; (2) Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan; dan (3) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Kelebihan tersebut menyebabkan pembelajaran menjadi lebih bermakna. SIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian adalah penerapan model debat dalam pembelajaran PKn materi mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi pada siswa kelas XI-IPA1 SMA Negeri 1 Ulujami Kab. Pemalang dapat: 1. Meningkatkan motivasi belajar sebesar 28,93% (dari 49,88% pada siklus I menjadi 78,88% pada siklus II). PENERAPAN MODEL DEBAT PADA MATERI PRINSIP-PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI Kusnoto 7 2. Meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan belajar mulai dari 41,66% pada pra siklus menjadi 83,33% pada siklus I dan 100% pada siklus II DAFTAR PUSTAKA Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta, Bina Aksara Budiyanto, 2004, Kewarganegaraan SMA kelas X,XI,XII, Jakarta, Erlangga Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan,Jakarta, Depdiknas Erlaine B Johnson, 2009, Model Pembelajaran Problem based learning alternatif, Jakarta, Gramedia. 8 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus)