1 pengaruh pemberian stimulus permaian puzzle terhadap

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK
AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
Liana Putri Medirisa*), Drs Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes**), Umi Aniroh, S.Kep., Ns., M.Kes ***)
*)Alumnus Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Menurut WHO, 5-25 % anak usia prasekolah gangguan perkembangan motorik halus.
Perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh stimulus. Kenyataan dilapangan, dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran ditemukan kurang berkembangnya motorik halus anak
disebabkan karena guru selalu memberikan kegiatan pembelajaran yang kurang berfariasi
sehingga anak bosan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulus
permainan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun di Taman
Kanak-kanak Aisyiyah Krasak
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pra Experiment Design dengan
rancangan One Group Pretest Posttest. Teknik sampel menggunakan purposive Sampling
sejumlah 15 responden dan penilaian menggunakan lembar denver II. Analisa statistik
menggunakan wilcoxon.
Hasil penelitian diperoleh perkembangan motorik halus dari 15 responden sebelum
diberikan stimulus permaian puzzle memiliki perkembangan motorik halus peringatan dan
normal yaitu 7 responden (46,7%) dan perkembangan lebih 1 responden (6,6%), setelah
diberikan stimulus permaianan puzzle perkembangan motorik halus normal yaitu 10
responden (66,7%) dan perekembangan lebih 5 responden (33,3%). Ada pengaruh bermakna
pemberian stimulus permaianan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-6
tahun diperoleh p-value 0,001.
Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada guru dan orang tua agar dapat
mengembangkan media pembelajaran motorik halus dengan permainan alat edukatif yang
berfariasi untuk meningkatkan kemamapuan perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah.
Kata kunci
: Stimulus Puzzle, Perkembangan Motorik Halus
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
1
ABSTRACT
According to WHO, 5-25% of preschool children fine motor development disorders.
The child's development is influenced by the stimulus. The reality in the field, in implementing
learning activities found lacking fine motor development of children is because the teacher
always gives a less varied learning activities so that children get bored. The aim of the
research was to determine the effect of giving the stimulus through puzzle game for fine motor
development of 4-6 years old children in Aisyiyah Kindergarten at Krasak.
This study used research methods Pre Experiment Design with one group pretest
posttest design. The samples were 15 respondents determined by using Purposive Sampling
techniques and observation was made using Denver II sheet. Statistical analysis used
Wilcoxone test.
The research results obtained by the development of fine motor skills from 15
respondents before being given stimulus permaian puzzle has fine motor development and the
normal warning that 7 respondents (46.7%) and more developmen that 1 respondent (6,6%),
after a given stimulus puzzle games or normal fine motor development of 10 respondents
(66.7%) and more development that 5 respondents (33,3%). There is a significant effect of
giving the stimulus through puzzle game for fine motor development in 4-6 years old children
by obtaining p-value 0,001.
The results provide information to teachers and parents in order to develop fine motor
learning media with educational games berfariasi tool for improving fine motor development
kemamapuan preschoolers.
.
Keywords
: Stimulus Puzzle, Fine Motor Development
PENDAHULUAN
Menurut WHO, 5-25 % dari anakanak usia prasekolah menderita gangguan
perkembangan motorik halus. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2010)
Gangguan motorik pada usia prasekolah
diperkirakan dari 5-3% dan sebanyak 60%
dari kasus yang di temukan terjadi secara
spontan pada umur di bawah 5 tahun..
Dari penelitian yang dilakukan oleh
Saputro (2004), menunjukkan bahwa anak
yang kurang kasih sayang dan kurang
stimulus akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya serta
kesulitan dalam berinteraksi dengan orang
lain dengan angka prevalensi yaitu 3-11%.
Menurut Maryunani (2010), anak yang
banyak mendapat stimulasi akan lebih
cepat berkembang daripada anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapat
stimulasi. Perkembangan fisik motorik
anak, baik motorik kasar maupun motorik
halus dapat dikembangkan dengan
bermain.
Menurut Yustisia (2013), permainan
Puzzle merupakan suatu permainan yang
kompleks. Puzzle adalah permainan
menyusun gambar yang sebelumnya
diacak
terlebih
dahulu
sehingga
membentuk suatu bentuk yang utuh.
Ketika wawancara dengan guru di TK
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
ditemukan
kurang
berkembangnya motorik halus anak
disebabkan karena guru selalu memberikan
kegiatan pembelajaran yang kurang
berfariasi sehingga anak bosan. Hal ini
terlihat dalam kegiatan sehari-hari yang
diberikan guru dan begitu juga dengan
media dan alat yang digunakan kurang
bervariasi serta stimulus yang diberikan
guru
kurang
optimal
sehingga
perkembangan motorik halus yang di
harapkan belum tercapai secara maksimal.
Hasil wawancara pada tanggal 28
Maret 2015 diperoleh informasi bahwa
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
2
para guru masih terfokus pada kegiatan
mewarnai gambar. Guru kurang aktif
dalam memberikan stimulus permainan
kepada anak terutama dengan alat edukatif
yang dapat merangsang motorik halus
anak. Hal tersebut berdampak pada
perkembangan motorik halus anak usia
dini yang dinilai menggunakan Denver II
terhadap 10 orang anak di TK Aisyiyah
Krasak didapatkan hasil bahwa 1 (10%)
anak mengalami keterlambatan, 4 (40%)
anak mengalami peringatan, 4 (40%) anak
mempunyai perkembangan motorik halus
yang normal dan 1 (10%) anak memiliki
perkembangan yang lebih.
Rumusan Masalah
Adakah Pengaruh Pemberian Stimulus
Permainan Puzzle Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Krasak.
permaian alat edukatif puzzle untuk
meningkatkan kemampuan perkembangan
motorik
halus
anak
prasekolah,
meningkatkan perkembangan motorik
halus anak usia 4-6 tahun dengan
pemberian stimulus permainan puzzle,
masukan kepada peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti tentang permainan edukatif
yang lain yang akan membantu
perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah, memperoleh pengetahuan
tentang
bagaimana
meningkatkan
kemampuan perkembangan motorik halus
dengan alat permaian edukatif puzzle dan
juga memperoleh pengetahuan tentang
metodologi penelitian, sumber untuk
meningkatkan kualitas mahasiswa dalam
penelitian selanjutnya dan sebagai sumber
wacana kepustakaan di STIKES Ngudi
Waluyo.
BAHAN DAN CARA
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini
yaitu mengetahui pengaruh pemberian
stimulus permainan puzzle terhadap
perkembangan motorik halus anak usia 4-6
tahun di Taman Kanak-kanak Aisyiyah
Krasak.
Sedangkan
tujuan
khusus
penelitian ini yaitu 1) Mengetahui
perkembangan motorik halus anak usia 4-6
tahun
sebelum
diberikan
stimulus
permaian puzzle di Taman Kanak-kanak
Aiyiyah
Krasak;
2)
Mengetahui
perkembangan motorik halus anak usia 4-6
tahun
setelah
diberikan
stimulus
permaianan puzzle di Taman Kanak-kanak
Krasak; 3) Mengetahui pengaruh stimulus
permaianan puzzle terhadap perkembangan
motorik halus anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanan Aisyiyah Krasak.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan
dapat memberi masukan dan pengetahuan
kepada guru dalam upaya penerapan
penggunaan alat permaianan edukatif
puzzle dalam perkembangan motorik halus
anak,
mengembangkan
media
pembelajaran motorik halus dengan
Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian
eksperimen Desain penelitian adalah Pra
Experiment Design dengan rancangan One
Group Pretest Posttest.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK
Aisyiyah Krasak dan waktu penelitian ini
dilakukan pada tanggal 22 Juni-8 Agustus
2015.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Taman Kanak kanak
Aisyiyah Krasak yaitu sebanyak 17 anak.
Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling yaitu sebanyak 15
sampel.
Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer Instrumen
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
3
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar Denver II.
Analisa Data
Analisa Univariat
Distribusi Frekuensi relatif untuk
mengetahui gambaran perkembangan
motorik halus anak sebelum dan setelah
diberi stimulasi permaianan puzzle
Analisa Bivariat
Penelitian ini menggunakan analisis
bivariat
Wilcoxon,
karena
skala
pengukuran variabel penilitian ini adalah
skala ordinal dan distribusi data tidak
normal. Uji normalitas pada penelitian ini
memggunakan Uji Shapiro Wilk karena
sampel pada penelitian ini ≤ 50.
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
Tabel 1
Distribusi perkembangan motorik
halus sebelum diberikan stimulus
permaian puzzle
Perkembangan
motorik halus
Peringatan
Normal
Lebih
Total
Frekuensi
7
7
1
15
Persentase
(%)
46.7
46.7
6.6
100.0
Tabel 2
Distribusi perkembangan motorik
halus setelah diberikan stimulus
permaianan puzzle
Perkembangan
motorik halus
Normal
Lebih
Total
F
Persentase (%)
10
5
15
66.7
33.3
100.0
Analisa Bivariat
Tabel 3
Hasil Analisis pengaruh stimulus
permaianan puzzle terhadap
perkembangan motorik halus
Data
N
Pre
Post
15
15
post
< pre
0
post
> pre
11
Pre=
post
4
pvalue
0,001
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Perkembangan motorik halus tahun
sebelum diberikan stimulus permaian
puzzle
Berdasarkan hasil penelitian sebagian
besar anak normal yaitu 7 responden
(46,7%) dan 1 responden (6,6%) memiliki
perkembangan lebih. Berdasarkan penilian
per item menunjukan bahwa responden
yang memiliki perkembangan normal
(46,7%) dan perkembangan lebih (6,6%)
sudah dapat melakukan tindakan motorik
halus sesuai umurnya seperti mencontoh +,
memilih garis yang lebih panjang,
mencontoh persegi yang ditunjukan,
mengambar 6 orang bagian dan mencontoh
persegi sebanyak 3 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar anak
telah
dapat
melakukan
tugas
perkembangan dengan baik.
Septiari (2011), juga mendukung
bahwa anak prasekolah (4-6 tahun)
seharusnya sudah dapat menggambar
sesuatu tang diketahui bukan yang dilihat,
mulai menulis dan mampu mengontrol
gerakan tangannya, membentuk lilin,
menyelesaikan puzzle 15-20 keping,
melipat, mewarnai lebih rapi tidak keluar
garis, meniru tulisan.
Sebelum diberikan stimulus dengan
permainan puzzle didapatkan 7 responden
memiliki
perkembangan
peringatan.
Berdasarkan penilian per item motorik
halus anak yang dinilai menggunakan
Denver II menunjukan bahwa rata-rata
umur 4-6 tahun sebagian besar anak gagal
pada memilih garis yang lebih panjang,
kurang sempurna dalam menggambar 6
orang bagian, dan mencontoh persegi
sebanyak 3 kali yaitu anak hanya dapat
menggambar kepala dan mata saja. Hal ini
dapat dikarenakan responden yang kurang
diberikan stimulus yang bervariasi untuk
perkembangan motorik halus anak ketika
di sekolah sehingga anak merasa bosan
dengan
media
pembelajaran
yang
diberikan oleh guru dan kurang
memperhatikan guru jika sedang diberi
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
4
pelajaran kerana asik bermaian dengan
mainannya sendiri dan tidak dapat diam
sehingga sering membuat kelas menjadi
gaduh.
Fadillah (2012), juga mendukung
dengan teori bahwa karakteristik anak usia
prasekolah yaitu egosentris (anak lebih
cenderung melihat dan memahami sesuatu
dari sudut pandang dan kepentinganya
sendiri), aktif dan energik (anak lazim
senang melakukan berbagai aktivitas).
Sesuai dengan teori bahwa perkembangan
anak dapat dipengaruhi oleh stimulasi
(Hidayat, 2008).
Hal tersebut didukung oleh penelitian
Saputro (2004), menunjukkan bahwa anak
yang kurang kasih sayang dan kurang
stimulus akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya serta
kesulitan dalam berinteraksi dengan orang
lain dengan angka prevalensi yaitu 3-11%.
Perkembangan motorik halus setelah
diberikan stimulus permaianan puzzle
Hasil penelitian sebagian besar
memiliki perkembangan normal yaitu 10
responden (66,7%) dan sisanya 5
responden
(33,3%)
memiliki
perkembangan yang lebih. Berdasarkan
penilaian per item motorik halus anak yang
dinilai
menggunakan
Denver
II
menunjukkan bahwa anak sudah dapat
melakukan tindakan motorik halus sesuai
umurnya seperti mencontoh +, memilih
garis yang lebih panjang, mencontoh
persegi yang ditunjukan, mengambar 6
orang bagian dan mencontoh persegi
sebanyak 3 kali. Hal ini menunjukkan
bahwa ada peningkatan perkembangan
motorik halus sehingga permainan puzzle
dapat
meningkatkan
perkembangan
motorik halus, dimana permainan puzzle
merupakan salah satu bentuk stimulus dan
ketika diberi stimulus permainan puzzle
anak tersebut memperhatikan sehingga
terjadi peningkatan perkembangan motorik
halus. Permaianan puzzle yang digunakan
memiliki pola yang berbeda untuk setiap
anaknya dalam sehari sehingga anak tidak
bosan dalam memainkan permainan puzzle
yang diberikan.
Fadilah (2012), juga mendukung
dengan teori bahwa karakteristik bahwa
karakteristik anak usia prasekolah yaitu
rasa ingin tahu kuat terhadap banyak hal
(anak cenderung memperhatikan dan
mempertanyakan berbagai hal yang sempat
dilihat den didengarnya terutama terhadap
hal-hal baru), eksploratif dan berjiwa
petualang (anak terdorong oleh rasa ingin
tahu yang kuat dan sengan mencoba),
senang dan kaya dengan fantasi (anak
senag dengan hal-hal yang imajinatif).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
teori yang diungkapakan Maryunani
(2010), bahwa anak yang banyak mendapat
stimulasi secara terus menerus akan lebih
cepat berkembang daripada anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapat
stimulasi. Perkembangan motorik halus
dapat dikembangkan dengan bermain yang
melatih koordinasi otot-otot tangan dalam
beraktivitas seperti bermain puzzle.
Berdasarkan
teori
behavioristik
Budiningsih (2008) belajar merupakan
perubahan tingkah laku akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon.
Artinya
bahwa
belajar
merupakan
perubahan kemampuan anak dalam
bertingkah laku dengan adanya interaksi
rangsangan dan respon. Kaitannya antara
penelitian ini dengan teori behavioristik
yang mengedepankan stimulus dan respon
adalah bahwa kegiatan permaianan puzzle
merupakan stimulasi dan respon yang
muncul yaitu keterampilan motorik halus
anak TK Aisyiyah Krasak menjadi
meningkat.
Analisis Bivariat
Pengaruh stimulus permaianan puzzle
terhadap perkembangan motorik halus
anak usia 4-6 tahun
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
11
responden dengan perkembangan
positif dimana hasil sesudah lebih baik dari
sebelum diberikan stimulus permaianan
puzzle. Berdasarkan hasil analisis wilcoxon
dengan α = 0,05, diperoleh nilai p-value
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
5
0,001 dimana 0,001<0,05, hal ini berarti
ada pengaruh stimulus permaianan puzzle
terhadap perkembangan motorik halus
anak usia 4-6 tahun dimana dengan
stimulus
permaianan
puzzle
perkembangan motorik halus anak menjadi
lebih baik.
Peningkatan perkembangan motorik
halus anak sebelum dan sesudah
dikarenakan pemberian stimulus yang
diberikan secara sering dan teratur akan
diterima oleh panca indra dan selanjutnya
akan disampaikan ke otak. Otak maupun
panca indra anak yang belum mencapai
tingkat baru. Hal ini akan memicu otak
untuk belajar, menganalisa, memahami,
dan memberikan rspon yang tepat terhadap
pemberian stimulus tersebut.
Teori Andriana
(2011), juga
mendukung bahwa pemberian stimulus
sebaikanya dilakukan setiap kali ada
kesempatan berinteraksi dengan anak.
Semakin sering dan teratur rangsangan
yang diterima, maka semakin kuat
hubungan antar sel-sel otak tersebut.
Semakin kompleks dan kuat hubungan selsel otak, maka semakin tinggi dan
bervariasi kecerdasan anak di kemuadian
hari, bila dikembangankan terus menerus,
anak akan mempunyai banyak variasi
kecerdasan.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan
permaianan puzzle
dapat merangsang
perkembangan motorik halus anak dimana
tindakan puzzle dapat melatih kerja jarijemari anak yang dikordinasikan dengan
kerja otak dalam menyusun kepingankepingan, sehingga anak menjadi terlatih
dan secara tidak langsung hal ini
meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
Puzzle
dapat
meningkatkan
ketrampilan motorik halus merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan
otot-otot kecil anak, terutama tangan dan
jari-jari tangan. Melalui aktivitas bermain
puzzle, tanpa disadari anak akan belajar
secara aktif untuk menggunakan jari-jari
tangannya untuk menyusun gambar yang
tepat (Yustisia, 2013).
Peningkatan perkembangan motorik
halus anak sebelum dan sesudah diberikan
stimulus dikarenakan stimulus yang
diberikan secara sering dan teratur akan
diterima oleh panca indra dan selanjutnya
akan disampaikan ke otak. Otak maupun
panca indra anak yang belum mencapai
tingkat perkembaangan yang optimal,
pemberian stimulus tersebut merupakan
pelajaran yang baru. Hal ini akan memicu
otak
untuk
belajar,
menganalisa,
memahami, dan memberikan respon yang
tepat terhadap stimulus yang diberikan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
peningkatan perkembangan motorik halus
anak
sebagian besar meningkat pada
penilaian item memilih garis yang lebih
panjang yaitu 7 responden, item tersebut
dapat meningkat setelah diberikan stimulus
permainan puzzle karena pada dasarkan
permainan ini meningkatkan kemampuan
visual dan logika anak untuk dalam
menyusun dan membedakan komposisi
gambar, seperti halnya kemampuan
membedakan garis yang lebih panjang dan
pendek. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan salah satu manfaat permainan
puzzle adalah meningkatkan kemampuan
visual spasial anak dengan menyusun
puzzle, anak akan belajar tentang bentuk,
garis, warna, dan sebagainya. Anak akan
merangkai potongan-potongan gambar
pada puzzle agar bisa membentuk gambar
yang tepat. Selain itu, ketika memasangkan
potongan-potongan puzzle (Yustisia, 2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4
responden
meningkat
pada
item
perkembangan
mencontoh
gambar
segiempat hal ini dikarenakan dengan
permainan puzzle anak akan lebih aktif
menggunakan jari-jemari sehingga anak
juga akan lebih terampil dalam mencontoh
gambar. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada dasarnya permainan anak yang aktif
menggunakan
jari-jemari
anak
meningkatkan perkembangan motorik
halus anak. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa terdapat 4 responden
yang memiliki nilai perkemabangan
motorik halus sama sebelum dan sesudah
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
6
diberikan stimulus dengan menggunakan
permainan puzzle. Item perkembangan
yang tidak meningkat pada penelitian ini
adalah 2 responden pada mencontoh
gambar segiempat dan 1 responden pada
menggambar 6 orang bagian, hal ini
dikarenakan responden yang tidak serius
dalam mengikuti stimulus permainan
puzzle dan responden tidak fokus terhadap
permainan puzzle
yang dimainkan
sehingga mengakibatkan tidak terjadi
peningkatan item perkembangan motorik
halus. Hal ini sesuai dengan teori faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan
anak seperti yang diungkapkan Hidayat
(2008), pola perkembangan setiap anak
sama akan tetapi kecepatan perkembangan
anak satu dengan yang lain berbeda-beda
sehingga menyebabkan tidak semua anak
perkembangan
motorik
halusnya
meningkat.
Penelitian juga menunjukkan bahwa
sisanya 1 responden dalam pre test semua
item perkembangan motorik halus telah
dapat dilakukan, hasil post test juga
menunjukkan semua item perkembangan
motorik halus telah dapat dilakukan
sehingga memiliki nilai sempurna dalam
kategori lebih yaitu semua item
perkembangan motorik halus telah dapat
dilakukan hal ini menunjukan bahwa
responden.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang diungkapakan Maryunani (2010),
bahwa anak yang banyak mendapat
stimulasi akan lebih cepat berkembang
daripada anak yang kurang atau bahkan
tidak mendapat stimulasi. Perkembangan
motorik halus dapat dikembangkan dengan
bermain yang melatih koordinasi otot-otot
tangan dalam beraktivitas seperti bermain
puzzle.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perkembangan motorik halus sebelum
diberikan stimulus permaian puzzle
memiliki perkembangan motorik halus
peringatan dan normal yaitu masingmasing 7 responden (46,7%) dan 1
responden
(6,6%)
memiliki
perkembangan motorik halus lebih.
2. Perkembangan motorik halus setelah
diberikan stimulus permaianan puzzle
memiliki perkembangan motorik halus
normal yaitu 10 responden (66,7%) dan
5
responden
(33,3%)
memiliki
perkembangan motorik halus dalam
kategori lebih.
3. Ada pengaruh stimulus permaianan
puzzle terhadap perkembangan motorik
halus diperoleh p-value 0,001.
Saran
1. Bagi Taman Kanak-Kanak atau Institusi
Pendidikan
Diharapkan
dapat
mengembangkan media pembelajaran
motorik halus dengan permainan alat
edukatif seperti puzzle, lego, plastisin
untuk meningkatkan kemamapuan
perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah.
2. Bagi Orang Tua
Diharapkan dapat meningkatkan
perkambangan motorik halus anak
dengan pemberian stimulus alat
permaianan edukatif seperti puzzle,
plastisin, lego di rumah. Sehingga anak
tidak hanya mendapat stimulasi di
sekola saja tetapi juga dirumah sehingga
perkembangan motorik halus anak lebih
optimal.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya
yang
ingin
meneliti
pengaruh
pemberian
stimulus
permaianan
edukatif
terhadap
perkembangan
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
7
motorik halus yang lain seperti lego,
plastisin pada anak usia pra sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. (2011). Tumbuh Kembang dan
Terapi Bermain Pda Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Ariyani. (2008). Hubungan Penertahuan
Ibu Tentang Perkembangan Anak
Dengan Perkembangan Motorik
Kasar dan Motorik Halus Anak Usia
4-5 Tahun di TK Aisyiyah Bustahnul
Athfal
7
Semarang.
Dalam
http://www.e-jurnal.com/ di akses
tanggal 26 Maret 2015
Aroyo, R. (2013). Pengaruh Media
Pembelajaran Puzzle Terhadap
Peningkatan Kemampuan Calistung
Peserta
Didik
Pendidikan
Keaksaraan Fungsional Tingkat
Dasar di UPTD SKB Kabupaten
Trenggalek. Dalam http://www.ejurnal.com/ di akses 20 April 2015
Fadilah, M. (2012). Desain Pembelajaran
PAUD.
Yogyakarta:
Ar-Ruzz
Media
Hidayat, A. (2007). Riset Keperawtan dan
Teknik Penulisan Ilmiah, edisi ke-2.
Jakarta: Salemba Medika
----- (2008). Ilmu Kesehatan Anak.
Salemba Medika: Jakarta
Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang,
Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Nuha Medika: Yogyakarta
Marmi dan Kukuh Raharjo. (2012).
Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan
Anak Dalam Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media
Nanny, V. (2010). Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
----- (2005). Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Saputro. (2004). Pemberian Stimulus
Terhadap Perkembangan Anak Usia
3-5 Tahun. Dalam http://www.ejurnal.com/ di akses tanggal 26 Maret
2015
Septiari, B. (2012). Mencetak Balita
Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Nuha Medika: Yogyakarta
Setiawan dan Saryono. (2011). Metodologi
Penelitian Kebidanan DII, DIV, S1,
S2. Yogyakarta : Nuha Medika
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang
Anak. EGC: Jakarta
----- (2015). Tumbuh Kembang Anak Edisi
2. EGC: Jakarta
Supatun. (2013). Penerapan Aktifitas
Melipat
Untuk
Mneingkatkan
Ketrampilan Motorik Hlaus Anak
Kelompok A di Tk Mustika Rini
Surabaya. Dalam http://www.ejurnal.com/ di akses tanggal 26
Maret 2015
Sulistiyawati, A. (2014). Deteksi Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: Salemba
Susilaningrum, R. (2013). Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
PENGARUH PEMBERIAN STIMULUS PERMAIAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
USIA 4-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KRASAK, TERAS, BOYOLALI
8
Download