TINJAUAN PUSTAKA Susu Definisi susu segar mengacu pada SNI 01-3141-2011 (Badan Standarisasi Nasional, 2011) adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambahkan sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Buckle et al. (2009) mendefinisikan susu merupakan sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya. Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung dari beberapa faktor diantaranya jenis ternak, waktu pemerahan, keragaman akibat dari musim, serta adanya pemalsuan susu. Susu kambing adalah susu yang berasal dari induk kambing (Capra spp.) tidak kurang dari 3 hari setelah melahirkan. Susu tidak diberi tambahan apapun dan perlakuan apapun kecuali pendinginan (Thai Agricultural Standard, 2008). Menurut Fox dan McSweeney (1998), susu mengandung unsur pokok minor, seperti vitamin, ion metal, dan komponen flavor yang memiliki pengaruh utama pada nutrisi, teknologi, sifat sensorik susu dan produk susu. Unsur pokok minor, unsur kimia dan unsur utama pada susu dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ternak, spesies hewan, kondisi kesehatan, status nutrisi, tahap laktasi, umur, dan interval pemerahan. Susu segar memiliki pH berkisar antara 6,6-6,7 (Buckle et al., 2009). Susu Kambing Komposisi susu kambing secara umum adalah sama dengan susu sapi, sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada persentase kandungannya dan globula lemak susu kambing memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan susu sapi. Susu kambing diketahui selain kaya akan nutrisi, susu kambing juga sebagai hipoalergenik (rendah dari alergi) dan terapeutik (terapi yang berkaitan dengan penyakit) yang berasal dari asam lemaknya. Lemak susu kambing memiliki asam lemak rantai pendek hingga rantai sedang (Park, 2009). Menurut Park et al. (2007), lemak susu kambing sekitar 98% disusun oleh triasilgliserol yang sebagian besarnya adalah teresterifikasi. Susu kambing juga memiliki lemak-lemak sederhana seperti diasilgliserol, monoasilgliserol, ester kolesterol, lemak kompleks seperti fospolipida. Fosfolipida berfungsi meningkatkan 3 kelarutan lemak dalam air. Lemak yang bersifat hidrofobik (menolak habitat basah/air) diikat oleh fosfolipida yang bersifat hidrofilik (menyukai habitat basah/air) dan dapat diterima oleh tubuh (Berg et al., 2000). Secara fisik, perbedaan antara susu sapi dan kambing terlihat dari warnanya. Warna susu kambing lebih putih dari pada susu sapi karena susu kambing tidak mengandung karoten yang akan diubah menjadi vitamin A akan tetapi sudah mengandung vitamin A. Titik beku susu kambing antara –0,540 °C dan –0,570 °C. Susu kambing PE terbukti memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh (Taofik dan Depison, 2008). Keunggulan susu kambing lainnya antara lain cepat dan mudah dicerna dibandingkan susu sapi, sehingga memiliki nilai terapi khusus bagi kesehatan dan aman dikonsumsi oleh para penderita alergi susu sapi (Damayanti dan Moeljanto, 2002). Selain itu susu kambing juga kaya akan asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) dan trigliserida rantai sedang (MCT) yang kemungkinan dianggap sebagai komponen bioaktif, yang dikenal memiliki manfaat terhadap kesehatan manusia, khususnya kardiovaskuler dan saluran pencernaan (Haenlein, 2006). Susu kambing juga dapat mencegah lactos intolerance karena ukuran globula lemaknya sangat kecil (Banerjee, 2008). Komponen bioaktif peptida berfungsi sebagai antimikroba, antihipertensi, dan antioksidatif (Park, 2009). Komposisi kimia dan karakteristik fisik dari susu kambing di Austria (Mayer dan Fiechter, 2012) serta perbandingan dengan komposisi sapi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia dan Karakteristik Fisik Susu Kambing di Austria Komponen Standar susu kambing di Austria Susu Kambing Referensi Susu Sapi*) Laktosa 4,06-4,88 4,32 4,80 Fat 3,15-4,40 3,74 3,90 Asam sitrat 0,80-1,23 1,02 - Ca 1,14-1,50 1,29 0,12 Kadar abu 0,77-0,92 0,81 0,72 pH 6,49-6,67 6,59 6,60-6,70 Sumber: Mayer dan Fiechter (2012) dan*) Buckle et al. (2009). 4 Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) CGKK adalah hasil pengolahan minyak ikan lemuru yang bertujuan untuk memudahkan pencampuran dengan pakan lain dalam konsentrat. Prinsip dari pembuatan CGKK adalah hidrolisis minyak ikan dengan asam khlorida. Garam karboksilat merupakan hasil pencampuran kalium hidroksida dalam air dengan hasil hidrolisis minyak ikan dengan asam klorida. Garam karboksilat akan terionisasi di dalam rumen menjadi karboksilat dan kalium. Karboksilat akan diabsorbsi dan bergabung dengan khilomikron dan VLDL (very low density lipoprotein). Karboksilat dapat terinkorporasi dalam fosfolipid bakterial, kemudian dihidrolisis oleh enzim lipase pancreas dan diabsorbsi kembali menjadi fosfolipid di intestinal yang selanjutnya dibawa oleh lipoprotein ke jaringan mamari. Lemak akan melepaskan asam lemak dari lipoprotein oleh lipase lipoprotein dalam kapiler darah, kemudian diabsorbsi oleh sel mamari dan diesterifikasi menjadi lemak susu (Tasse, 2010). Yogurt Yogurt merupakan hasil olahan dari fermentasi susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus (Lactobacillus bulgaricus) dan Streptococcus salivarius subsp thermophilus (Streptococcus thermophilus) dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai, dengan/atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, 2009). Intermediate Technology Development Group (2003) menyatakan yogurt adalah hasil fermentasi terkontrol dari susu yang melibatkan bakteri yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Laktosa susu dapat diurai menjadi glukosa dan galaktosa selama proses pembuatan yogurt (Legowo, 2006). Pembuatan yogurt dimulai dengan pemanasan susu pada suhu 90 °C selama 10-30 menit. Susu pasteurisasi selanjutnya didinginkan pada suhu 43 °C, kemudian diinokulasi 2%-3% kultur campuran (Tamime dan Robinson, 2007) dan dipertahankan pada suhu tersebut selama 3-6 jam, hingga tercapai pH 4,4 (Robinson, 2002), serta asam tertitrasi mencapai 0,5%-2,0% asam laktat (Dewan Standarisasi Nasional, 1992). Standar mutu yogurt dapat dilihat pada Tabel 2 sesuai SNI 012981-2009 (Badan Standarisasi Nasional, 2009). 5 Tabel 2. Standar Mutu Yoghurt Menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) Kriteria Uji Persyaratan Keadaan Penampakan Cairan kental sampai semi padat Bau Normal/khas Rasa Asam/khas Konsistensi Homogen Lemak Maks. 3,0% b/b Bahan kering tanpa lemak Min 8,2% b/b Protein (N x 6,38) Min 2,7 % b/b Abu Maks 1,0 Jumlah asam 0,5-2,0% b/b Cemaran Mikroba Bakteri coliform Maks. 10 APM/g Listeria monocytogene Negatif/25 g Salmonella Negatif/25 g Jumlah bakteri starter Min 107 koloni/g Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2009 Probiotik Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bakteri probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang cukup akan memberikan manfaat kesehatan bagi penggunanya (Burn et al., 2008). Suatu bakteri dapat dikatakan sebagai bakteri probiotik apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya 1) bersifat nonpatogenik dan mewakili mikrobiota normal usus dari inang tertentu, 2) mampu tumbuh dan melakukan metabolisme dengan cepat dan terdapat dalam jumlah yang banyak dalam usus, 3) dapat mengkolonisasi beberapa bagian dari saluran usus untuk sementara, 4) dapat memproduksi asam-asam organik secara efisien dan memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri merugikan, 5) mudah diproduksi, mampu tumbuh dalam sistem produksi skala besar dan hidup selama kondisi penyimpanan (Salminen et al., 2004), serta memiliki ketahanan terhadap antibiotik (Widodo, 2003). 6 Bifidobacterium longum B. longum ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada usus besar. B. longum membantu mencegah kolonisasi bakteri patogen dengan cara menempel pada dinding usus dan mendesak bakteri jahat keluar. Bakteri ini menghasilkan asam laktat, asam asetat sehingga menurunkan pH usus dan menghalangi bakteri yang tidak diinginkan. B. longum termasuk ke dalam bakteri gram positif, katalase negatif, non motil, tidak membentuk spora, bersifat anaerobik, dan berbentuk batang (Wahyudi dan Samsundari, 2008). Lactobacillus acidophilus L. acidophilus umum ditemukan di dalam usus halus (Wahyudi dan Samsundari, 2008). L. acidophilus termasuk ke dalam famili Lactobacillaceae, tergolong ke dalam bakteri gram positif, berbentuk batang tunggal maupun rantai pendek, bersifat anaerob fakultatif, tidak berspora dan katalase negatif (Fardiaz, 1989). L. acidophilus merupakan bakteri paling umum dikenal sebagai bakteri probiotik. Hal ini diperkuat oleh Surono (2004) yang menyatakan bahwa L. acidophilus merupakan BAL yang resisten terhadap asam lambung dan masih dapat mempertahankan jumlah bakteri hidup sampai 107 koloni/ml. Asam Lemak Winarno (2008) menyatakan Lemak termasuk dalam kelompok senyawa lipida, yang umumnya tidak larut air. Asam lemak dibedakan menjadi dua golongan yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh biasanya dalam bentuk cis. Asam-asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C2 sampai C30 dan dalam bentuk bebas atau ester dengan gliserol. Asam lemak jenuh yang sering ditemukan adalah palmitat berkisar 15%-50% dari seluruh asamasam lemak yang ada. Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Asam lemak dari C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh yang banyak terdapat dalam trigliserida dan memiliki satu ikatan rangkap. Bila asam lemak mengandung dua atau lebih ikatan rangkap seperti pada asam linoleat dan asam linolenat, asam lemak tersebut disebut asam lemak tidak jenuh 7 (polyunsaturated) (Winarno, 2008). Asam lemak rantai pendek dan rantai panjang disintesis de novo (dalam tubuh) dari asam asetat oleh kelenjar mamari di ruminansia, dimana asam lemak rantai panjang ditransportasi di dalam darah ke kelenjar mamari. Kandungan asam lemak rantai panjang dan rantai pendek dalam lemak susu dipengaruhi oleh kondisi fisiologi dan nutrisi dari ternak (Atasoglu et al., 2009). Ada empat asam lemak dengan konsentrasi tertinggi di dalam susu kambing yaitu kaprat (C10:0), miristat (C14:0), palmitat (C:16), dan stearat (C:18) (McCullough et al., 2003). Kayu Manis Kayu manis memiliki taksonomi, serta memiliki nama ilmiah atau nama yang dikenal dalam bahasa asing yaitu Cinnamomun burnamii sebagai nama ilmiah dan Cinnamomun, Casia (Inggris) dan yin xiang (Cina). Taksonomi kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001) sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Gymnospermae Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Sub kelas : Dialypetalae Ordo : Policarpicae Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomun Spesies : Cinnamomun burnamii. Kayu manis (Cinnamon burmanii) merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu jenis rempah-rempah dari kayu lunak penghasil minyak atsiri. Cinnamon burmannii adalah pohon pendek yang hijau sepanjang tahun. Tingginya sampai 15 m, memiliki daun yang berbeda. Tanaman ini akan tumbuh baik pada ketinggian 600-1500 mdpl. Tanaman ini banyak ditemukan di wilayah Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, dan Bengkulu. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 m. Tangkai daun panjangnya 0,5-1 cm, warna merah pucat dan berbulu halus ketika masih muda. Kandungan minyak dari daun 1,12% (Rusli dan Abdullah,1988) sedangkan dari kulit kayu manis 3,45% dan dari kulit cabang 2,38% (Rusli et al., 1990). Dua 8 tipe kayu manis yang dikenal di Indonesia yaitu Korintji cassia dan lainnya di Padang atau Batavia cassia. Kadar minyak yang tinggi pada kulit (4%), unsur yang utama adalah Cinnamaldehyde. Daunnya didistilasi uap menghasilkan kira-kira (0,5%) minyak, unsur utamanya juga adalah Cinnamaldehyde (50%-65%), Cinnamaldehyde ditemukan paling berpotensi dalam menghambat bakteri yang bersifat patogen (Revindran et al., 2004). Rusli (2010) menyatakan bahwa kayu manis mengandung proanthocyanidins yang dapat meningkatkan kesehatan saluran urin dan kesehatan jantung. Kandungan minyak atsiri dari kayu manis berfungsi sebagai bahan pewangi dan penyedap. Minyak atsiri juga memiliki efek menenangkan serta memiliki manfaat untuk kesehatan seperti anti radang. Susu merupakan emulsi lemak dalam air, yang dapat menjadi tengik karena reaksi hidrolisisis dan oksidasi. Lemak susu dapat bereaksi dengan oksigen dari udara dan menyebabkan ketengikan, sehingga untuk mencegah atau memperlambat penurunan mutu, maka sering ditambahkan antioksidan. Beberapa fakta menunjukkan bahwa senyawa seperti betakaroten, karotenoid, dan flavonoid yang berasal dari tumbuhan juga menunjukkan aktivitas yang sama dengan aktivitas antioksidan vitamin C dan E (Mathew dan Abraham, 2006). Diketahui juga bahwa komponen flavonoid dan polifenol berpengaruh menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler (Lovegrove dan Jackson, 2000). Komposisi minyak pada kulit sama dengan Ceylon cinnamon dan minyak kasia Cina. Cinnamaldehyde adalah komponen utama di kulit dan daun. Minyak kulit kayu manis diperoleh dari uap atau hidrolisis yang menghasilkan rentang dari 0,5%- 2,0%. Warnanya kuning kecoklat-coklatan yang memiliki cairan yang berbau sama, tetapi kurang halus (Purseglove et al., 1981). Xiao-duo et al. (1991) melaporkan 1,8-cineol komponen utama dalam minyak di kulit dan daun kayu manis. Hasil menunjukkan kandungan Cinnamaldehyde antara 80%-95% (Guenther, 1950) dan penelitian selanjutnya mengungkapkan persentase dari alpha-terpineol, coumarin dan benzaldehyde dalam kasi Batavia dan Korintji (Lawrence, 1967) Eugenol ada dalam minyak daun yang didestilasi memberikan kira-kira 0,4%-0,5% minyak, mempunyai sekitar 45%-62% Cinnamaldehyde dan sekitar 10% phenol, akan tetapi laporan kemudian menunjukkan komposisi kimia yang berbeda yang tertera pada Tabel 3. 9 Menurut (Hema et al., 2010) minyak dari daun kayu manis ini juga efektif dalam mematikan larva nyamuk. Komponen yang ada pada kayu manis adalah cynnamaldehyde, cinnamyl acetate, eugenol, dan anethol. Kayu manis juga berfungsi sebagai anti stress pada manusia dan memiliki nilai antioksidan yang tinggi. Fitokomponen yang ada di Cinnamomum verum memiliki kandungan tertinggi pada Cinnamaldehyde sebesar 61,57% dan Coumarin sebasar 11,60%. Tabel 3. Komponen Utama Minyak dalam Kulit dan Daun Kayu Manis Komponen di kulit Jumlah (%) Komponen di daun Jumlah (%) 1,8- Cineole 51,4 1,8- Cineole 28,5 α- Terpineol 12,5 Borneol 16,5 Champhore 9,0 α- Terpineol 6,4 Terpinen-4-ol 8,5 Para-Cymene 6,1 Borneol 1,8 Spathulenol 5,8 α- Pinene 1,6 Terpinen-4-ol 4,1 β Caryophyllene 1,6 Bornyl acetate 3,1 Para-Cymene 1,0 β Caryophyllene 2,9 β Eudesmol 0,5 α- Pinene 1,9 Camphene 0,5 β- Pinene 1,7 Elemol 0,4 Cinnamyl acetate 1,5 Myristicin 0,4 Myristicin 1,2 β pinene 0,4 Elemol 0,6 α Humulene 0,3 α Humulene 0,4 Bornylacetate 0,1 Linalool 0,4 Sumber : Xiao-duo et al., 1991 10