persepsi dan harapan masyarakat pantai terhadap diversifikasi

advertisement
PERSEPSI DAN HARAPAN MASYARAKAT PANTAI
TERHADAP DIVERSIFIKASI USAHA DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN
(Kasus Desa Perlis Kec. Brandan Barat Kab.Langkat)
TESIS
Oleh :
SURYANA RES
992103052
Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Pedesaan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2003
Suryana Res : Persepsi Dan Harapan Masyarakat Pantai Terhadap Diversifikasi Usaha Dalam…, 2003
USU Repository © 2007
RINGKASAN
Suryana Res, “Persepsi Dan Harapan Masyarakat Pantai Terhadap Diversifikasi.
Usaha Dalam Meningkatkan Pendapatan (Kasus Desa Perlis Kecamatan Berandan Barat Kabupaten
Langkat”), Prof. Dr. M. Arief Nasution, MA (Ketua), Dr. Janianton Damanik (Pembimbing I), dan
Drs. H.B. Tarmizi, SU (Pembimbing II).
Secara umum masyarakat pesisir yang disebut sebagai nelayan merupakan
masyarakat yang lebih miskin dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Nelayan juga
merupakan bagian terdepan dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi dan pendidikan.
Paradigma baru dalam pembangunan yang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999
adalah memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat untuk menjadi pelaku aktif
Pembangunan yang berpusat di masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, adil dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri dapat dipertahankan. Hal ini
dapat dicapai karena perencanaan di lakukan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan mereka sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan kemampuannya.
Pengembangan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Caranya adalah dengan memperkuat
potensi ekonomi mereka melalui peningkatan pengetahuan, kesehatan dan terbukanya
kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang ekonomi. Mengembangkan ekonomi
masyarakat juga dapat dilakukan dengan melindungi masyarakat dari persaingan
dengan usaha besar dalam proses mengembangkan prakarsanya.
Masyarakat di Desa Perlis Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat sebagian
besar merupakan nelayan tradisional yang umumnya memiliki alat tangkap ikan yang
sederhana, seperti pancing dan jaring, sehingga tidak begitu produktif Alat tersebut tidak
bisa dipertahankan lagi karena potensi laut menghendaki jenis peralatan lain yang lebih
efektif atau peralatan modern yang lebih membutuhkan modal besar.
Buruh nelayan penghasilannya tidak memuaskan, karena posisi mereka yang
lemah dalam negosiasi penetapan upah/pembagian hasil dengan majikan mereka yang merupakan
pengusaha ekonomi kuat. Namun demikian penghasilan mereka relatif lebih stabil dibandingkan
dengan nelayan tradisional.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi untuk
mengatasi kemiskinan nelayan di Desa Perlis Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat,
mengidentifikasi potensi mata pencaharian alternatif bagi nelayan untuk mengatasi kemiskinan
dan menjelaskan implikasi kebijakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah dalam mengatasi
hal tersebut.
Suryana Res : Persepsi Dan Harapan Masyarakat Pantai Terhadap Diversifikasi Usaha Dalam…, 2003
USU Repository © 2007
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat yang
dipilih dengan pertimbangan kecamatan ini berada di pesisir Selat Malaka yang
masyarakatnya sebagian besar menggantungkan hidup sebagai nelayan. Desa yang dipilih
untuk penelitian ini adalah Desa Perlis karena merupakan desa pantai di mana masyarakat
yang bekerja sebagai nelayan mencapai 1.055 orang atau sekitar 88 persen.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa pantai. Pengambilan sampel
nelayan dilakukan secara accidental. Untuk penelitian ini, besarnya sampel adalah 55
orang nelayan dan 12 orang bukan nelayan mengikuti sampel acak proporsional
(proportional random sampling) yaitu sebanyak 50 orang nelayan.
Penelitian ini mengidentifikasikan suatu keadaan masyarakat, data yang diperoleh
dianalisis secara kualitatif. Untuk menganalisis potensi pengembangan mata pencaharian
nelayan dilihat dari pengalaman nelayan, penghasilan, pengeluaran dan tanggungan keluarga
nelayan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dan 67 responden terpilih di Desa Perlis Kecamatan
Berandan Barat Kabupaten Langkat terdapat sebanyak 95,5 persen laki-laki dan 4,5 persen
perempuan. Distribusi yang tidak seimbang ini merupakan representasi dari komunitas
nelayan pada umumnya, di mana kaum laki-laki merupakan kelompok yang dominan.
Sebagian besar responden menggunakan jaring sebagai alat tangkap utama.
Diperoleh gambaran yang menunjukkan bahwa sebesar 63,6 persen nelayan
menggunakan alat tangkap jaring dan sekitar 16,4 persen lainnya menggunakan pancing
sebagai alat tangkap ikan yang pokok.
Menurut beberapa responden dan tokoh masyarakat saat ini Para nelayan
cenderung semakin sulit untuk memperoleh tangkapan dalam jumlah besar akibat
beragam faktor. Salah satu di antaranya adalah semakin luasnya penggunaan pukat
harimau yang menjaring semua jenis ikan mulai dari yang besar sampai yang kecil. Hal ini
diperburuk lagi oleh besarnya penggunaan jaring, meskipun dalam beberapa tahun
terakhir hal itu cenderung menurun. Penggunaan jaring menurun hingga hanya sekitar
41,8 persen dan sebaliknya yang mengalami peningkatan adalah penggunaan alat tangkap
pancing menjadi sekitar 40 persen.
Namun begitu sekitar 69 persen responden menyatakan mengetahui lokasi
kerumunan ikan. Pernyataan ini, sekali lagi, perlu diuji karena sebenarnya responden
tidak dapat menjelaskan metode apa yang mereka gunakan untuk mengetahui hal itu dan
sejauh mana efektivitas dan ketepatannya. Intuisi, kebiasaan dan – dalam batas tertentu –
pengalaman melaut merupakan alasan yang lebih sering muncul dalam serangkaian
wawancara.
Pengetahuan yang relatif memadai untuk nelayan hanyalah pengetahuan tentang
jenis ikan tangkapan. Sekitar 58,2 persen dan nelayan tahu jenis-jenis ikan
Suryana Res : Persepsi Dan Harapan Masyarakat Pantai Terhadap Diversifikasi Usaha Dalam…, 2003
USU Repository © 2007
hasil tangkapan mereka. Sedangkan 41,8 persen dan nelayan yang ada tidak begitu
mengetahui jenis-jenis ikan hasil tangkapannya.
Nelayan tidak dapat melaksanakan kegiatannya melaut selama 30 hari dalam
sebulan karena adanya faktor musim. Musim Barat Basah, yaitu antara November hingga
Pebruari, merupakan musim yang banyak menyita pekerjaan melaut. Di musim ini sebesar
85 persen responden menyatakan melaut selama jelang waktu antara 11-20 hari. Sebaliknya
pada Musim Timur sebagian besar (65,5 persen) responden melaut dalam limit waktu antara 115 hari.
Masyarakat juga menginginkan adanya bantuan pembangunan prasarana
pendukung seperti pengeboran air dan perbaikan jembatan. Menurut sebagian
masyarakat, sudah selayaknya dibangun bengkel di desa ini karena banyaknya perahu
motor yang dimiliki warga desa. Selama ini mereka harus ke seberang (Berandan) untuk
sekedar memperbaiki mesin perahu mereka.
Mata pencaharian alternatif bagi nelayan di Desa Perlis adalah tersedianya sumber
bahan baku untuk usaha kecil pengolahan hasil ikan, adanya perhatian pemerintah dengan
memberikan latihan keterampilan, serta tersedianya lahan untuk pengembangan tambak
udang, pengolahan ikan asin dan pembuatan terasi serta peternakan unggas.
Kebijakan yang dapat hams ditempuh pemerintah adalah yang langsung
melibatkan masyarakat sebagai stake holder dengan mencarikan mitra usaha atau bapak
angkat sehingga produksi yang dihasilkan dapat dipasarkan, serta kontinuitasnya
terjamin. Pembentukan lembaga keuangan tingkat desa dapat mengurangi kendala modal
yang selama ini mereka hadapi. Pembinaan yang baik juga dibutuhkan oleh mereka dan bukan
hanya pelatihan sesaat.
Suryana Res : Persepsi Dan Harapan Masyarakat Pantai Terhadap Diversifikasi Usaha Dalam…, 2003
USU Repository © 2007
Download