MODUL PERKULIAHAN Seminar dan Praktek Kerja Lapangan OVERVIEW PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI (2) Fakultas MATA KULIAH Tatap Muka Psikologi Seminar Psikologi Terapan 03 Kode MK Disusun Oleh 61064 Dr. Antonius D.R.Manurung, MSi Abstract Kompetensi Materi tentang pengertian kerja, individu dan kerja, good work, diri, motivator dan sikap kerja, diagram kerja, model motivasi dan prestasikerja Mahasiswa mampu memahami pengertian kerja, individu dan kerja, good work, diri, motivator dan sikap kerja, diagram kerja, model motivasi dan prestasikerja A. PENGERTIAN KERJA Work is generally a highly organized activity as such provides with a number of benefits apart from income. It offers opportunity to structure a significant part of our waking hours, and forces us to engaged in purposeful activities; it provides us with the opportunity to associate with people outside our immediate circle of family and friends; it allows us to test and clarify our own personal impressions about our status and identity; and it can permit the attainment of personal goals while contributing to the achievement of organizational goals (McKenna 2006). (Kerja adalah aktivitas terarah, terorganisir, bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan pada individu mulai dari kebutuhan dasar, terus meningkat ke kebutuhan yang lebih kompleks. Di organisasi kerjaadalah untuk mencapai tujuan berikut sasaran organisasi (bagaimana teori motivasi menerangkan behavior/perilaku sebagai aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu/goal directed) Kerja bukan hanya sekedar cari uang). Kerja, sebagai aktivitas pemenuhan kebutuhan pribadi, cenderung terintegrasi dengan pemenuhan kebutuhan kelompok/organisasi dimana individu berada. Jadi kerja merupakan bentuk kontribusi/sumbangan individu terhadap pencapaian kelompok/organisasi, melalui mana kebutuhan pribadi terpenuhi pula. Kerja sebagai aktivitas yang terstruktur, aktivitas yang mempunyai arah tertentu, ingat prosedur kerja. Lingkungan kerja adalah tempat dimana prosedur kerja diterapkan. Organisasi terbentuk karena adanya serangkaian pekerjaan yang harus dilaksanankan secara bersamaan, berturutan dan berkesinambungan). Mayoritas waktu dalam kehidupan manusia diisi dengan kerja. +/- 70% individu tetap ingin bekerja walaupun kehidupannya sudah mapan ( Landy & Conte, 2004). Kerja membuka jarringan interaksi, memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain diluar anggota keluarga dan teman. Kerja mengandung kesempatan bagi individu untuk menguji dan memperjelas persepsi mengenai diri sendiri dan identitas sebagai bagian dari dalam masyarakat, dan keluarga. Kerja menggambarkan bagaimana individu menilai dirinya dalam masyarakat. Kerja merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak sekedar hanya bersifat materi. Kerja sebagai serangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat merawat, memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatan dan keejahteraan hidup. Kerja merupakan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan kehidupan serta mengembangkan potensi-potensi diri. Melalui kerja diperoleh imbalan uang yang bias langsung dipakai untuk tujuan di atas, atau imbalan yang tidak bersifat langsung. Uang ini merupakan masukan (input) utama bagi sistem manusia dan keluarga untuk dibelanjakan agar 2014 2 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kesehatan dan kesejahteraan terpelihara dan dapat ditingkatkan. Kepuasan kerja adalah sikap individu terhadap pekerjaannya. Teori motivasi mencoba menjelaskan dan memprediksi tujuan dari sebuah perilaku : karena adanya kebutuhan (Maslow, Alderfer, Herzberg, Mc Clelland); Penguatan, perilaku dikendalikan terutama oleh konsekuensi/hasilnya, bukan oleh kebutuhan. Kesadaran perilaku adalah suatu fungsi keyakinan, harapan, nilai dan kesadaran mental lainnya. Perilaku adalah pilihan rasional (kesadaran) di antara tindakan alternative. Motivasi kognitif–›persamaan, harapan, penetapan tujuan (goal setting). B. INDIVIDU DAN KERJA Individu mempunyai latar belakang berdasarkan budaya, ciri kepribadian, pengetahuan, kemampuan (termasuk pengalaman), kebutuhan dan harapan yang perlu dipenuhi. Kesemuanya ini dibawa oleh individu ke dalam organisasi, tempat melakukan aktivitas kerja. Individu mau melamar dan bergabung dengan sebuah perusahaan, mau datang ke tempat kerja dan mau melakukan aktivitas kerja karena melihat bahwa kebutuhannya dapat terpenuhi oleh perusahaan, individu punya harapan kepada perusahaan. Dalam organisasi terjadi penyesuaian diri individu dengan peraturan, prosedur dll. Perusahaan tidak dapat sepanjang waktu mengawasi individu/karyawan. Karyawan perlu keterampilan mengelola diri sendiri (self management). Melalui self management karyawan berlatih untuk dapat memodifikasi perilaku sendiri dengan jalan mengelola stimulus, proses kognitif dan konsekuensinya (mis: bagaimana penerimaan terhadap reward, punishment) (Kreitner & Kinicki, 2000). Blustein (2006), memberikan tiga perspektif dari kerja: 1. Perspektif psikoanalisis. Menurut Freud kerja adalah enersi yang instinktif yang bertransformasi karena adanya/bekerjanya sanksi social. Kerja adalah bentuk sublimasi, saluran dari dorongan (yang kasar, gelap) menjadi aktivitas yang dapat diterima orang lain. Di sisi lain dengan demikian Freud juga cenderung melihat kerja sebagai sumber dari kebingungan dan stres yang terdapat pada individu. 2. Perspektif konsep diri : Contextual views 3. Taksonomi kerja (Blustein 2006): kerja sebagai bentuk untuk bertahan dan sebagai kekuasaan; kerja sebagai bentuk jaringa sosial, dan kerja sebagai determinasi diri. 2014 3 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id C. GOOD WORK 1. Kerja sebagai usaha untuk menampilkan diri, oleh karena itu diusahakan sebaik mungkin dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi baru akan muncul setelah efektivitas berlangsung. Kerja yang produktif, adalah aktivitas kerja dengan menggunakan sumber daya dengan tepat sesuai fungsinya, dan berlangsung dengan tujuan untuk memberikan hasil maksimum. 2. Good Work (Landy &Conte, 2004) Konsep good work, sebagai suatu kondisi di mana keahlian dan kemampuan yang dimiliki individu dapat digunakan oleh yang bersangkutan dalam aktivitas dimana manfaatnya tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan sekitar. Sebuah aktivitas mempunyai potensi good work apabila memungkinkan individu untuk mengembangkan keterampilannya, menggunakannya secara bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dan sebagai pengalaman kerja membentuk sikapnya terhadap pekerjaan. 3. Good work mencoba menjawab: a. Bagaimana sebenarnya konsep/pendapat seseorang tentang pengalaman dari hari ke hari mengenai aktivitas kerjanya. b. Apa tujuan dan kepentingan individu tersebut di tempat kerja? c. Apakah tujuan dan kepentingannya itu sesuai dengan aktivitas kerja yang dilakukan? d. Sebuah aktivitas kerja dikatakan good work, apabila kerja itu merupakan perwujudan yang mengandung atau memberikan pengalaman yang lebih baik atau bernilai positif bagi diri dan orang lain, dimana dalam kegiatan tersebut individu dapat menerapkan kemampuan, keterampilan, keterampilan yang dimiliki. e. Good work : individu dapat memanfaatkan kemampuan dan keterampilannya. Memperoleh manfaat, karena menyadari adanya pengembangan diri dan juga kerjanya bermanfaat bagi olrang lain. f. Dengan demikian kerja bukan sekedar tugas atau produktivitas kerja dalam arti sempit, tetapi juga sejauh mana individu merasa melakukan kerja yang baik, merasa exist. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa kerja yang baik 2014 4 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (GW) adalah kerja yang produktif tetapi tidak semua kerja yang produktif adalah kerja yang baik (GW). g. Seseorang telah menampilkan seluruh potensinya secara efektif dan efisien dalam berkarya, melalui mana dia bisa bermanfaat bagi orang lain, yang diperoleh dari pengakuan orang lain, dan juga merasa memperoleh pengembangan diri, berarti aktivitas kerjanya berlangsung dengan produktif. Sebaliknya kerja produktif belum menjamin adanya perasaan berkembang bagi si pelaku, maupun perasaan telah memberi manfaat bagi orang lain, kecuali pemberi kerja. D. DIRI Diri adalah inti dari keberadaan seseorang dengan sadar. 1. Self concept/ konsep diri, persepsi diri seseorang atau bagaimana individu sebagai human being memandang dirinya sebagai makhluk fisik, social dan spiritual. Self concept mempunyai dua aspek utama yaitu self esteem dan self. 2. Self esteem suatu nilai mengenai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri pribadi secara keseluruhan mengenai apa yang telah dilaluinya ( pengalaman). Penilaian diri yang positif datang dari konsep diri yang positif, yang memberikan kekuatan/menjadi modal dalam coping. Self esteem adalah sejauh mana individu menyukai atau tidak menyukai dirinya (mengapa ada kejadian di masa lalu yang tetap teringat dan tidak terlupakan?). Self esteem berhubung langsung dengan harapan untuk memperoleh sukses seperti yang telah pernah dialami. Individu dengan self esteem yang tinggi, merasa lebih yakin akan dirinya karena telah menguju kemampuannya dalam meraih sukses (Robbins 2001). Hasil = Positive outcome = prestasi – ukuran sukses. 3. Self efficacy/efikasi diri adalahkepercayaan akan kemampuan seseorang, atau keyakinannya untuk menjalankan tugas yang akan dihadapi. Tugas adalah sesuatu yang harus dikerjakan. Sebagai sesuatu yang masih harus dihadapi, relative adalah hal-hal yang belum pasti, yang mengandung pertanyaan, yang dapat menimbulkan kegelisahan. Hubungan efikasi diri tinggi dengan keberhasilan baik secara fisik maupun mental dapat menurunkan kegelisahan. 2014 5 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Efikasi diri rendah merupakan kondisi Learned-helplessness. (Kreitner & Kinicki; 2003) Efikasi diri ini berkaitan dengan keyakinan individu bahwa ia mampu untuk melaksanakan tugas. Efikasi diri ini memperlihatkan bahwa keyakiann tersebut mengenai hasil yang disasarkan, dan ini berkaitan dengan kondisi Locus of control individu. Individu dengan Locus of control (LoC) internal cenderung mempunyai efikasi diri yang kuat, dibandingkan dengan yang LoC eksternal. Individu dengan LoC Internal percaya bahwa dia mampu mempengaruhi lingkungannya, situasi disekelilingnya tergantung pada dirinya, berbeda halnya dengan LoC eksternal yang beranggapan bahwa ia tergantung pada kondisi di luar dirinya. Efikasi diri, perasaan mampu, percaya bahwa mampu mengatasi kendala untuk menyelesaikan tugas yang sulit (Landy, Conte; 2004). Efikasi diri, merupakan keyakinan akan kemampuan untuk dapat mengerjakan atau mencapai tujuan tertentu (Landy, Conte; 2004) Training – Memberikan keterampilan baru, sehingga individu merasa siap dan akan dapat menyelesaikan pekerjaan baru yang akan dihadapi, jadi pelatihan menanamkan efikasi diri. Implikasi self efficacy bagi para manajer adalah terdapat hubungan positif antara self efficacy dengan prestasi kerja. Faktor yang mempunyai hubungan positif dengan self efficacy, yaitu tantangan kerja, self management, kepemimpinan. Self Esteem - >< Muncul/ semakin Self Efficacy - Sebelum mengerjakan kuat setelah mengerjakan sesuatu dengan berhasil. - Aspek sosialnya adalah - Berhubungan dengan kemampuan dapat dirasakan (dihargai) Mendapat respek dari Orang lain. Ada unsur penilaian terhadap apa yang dikerjakan 2014 6 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Keterkaitan Self Esteem dengan Keadilan organisasi (Landy, Conte; 2004) Organization Justice (keadilan organisasi) Bentuk keadilan yang berasal dari Prosedur, hasil, interaksi, interpersonal Fairness Perception - Distributive Justice, apakah pembagian reward dalam organisasi sudah adil - Procedural Justice, apakah prosedur yang mengatur pembagian reward sudah adil Interactional Justice, berkaitan dengan sejauhmana individu merasakan perlakuan atasan sebagai bentuk penghargaan atas dirinya. Hubungan keadilan organisasi dengan self esteem, interaksi yang sesuai prosedur yang fair (dirasakan tidak memihak/adil) dan memberikan positif outcome/ hasil, maka self esteem semakin menguat (Landy & Conte; 2004 ). 5. Self Monitoring, mengamati perilaku diri sendiri dan menyesuaikannya dengan situasi (Kreitner & Kinicki; 2000). Self Monitoring, terkait kepribadian yang mengukur kemampuan diri untuk menyesuaikan perilakunya dengan situasi luar. Individu dengan self monitoring tinggi cenderung bisa menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasi luar (Robbins 2001). a. Cenderung peka pada isyarat-isyarat luar. b. Sangat memperhatikan perilakunya c. Self monitoring tinggi ini bila terdapat pada manajer, akan sangat menguntungkan sebab posisi ini menuntut peran yang banyak. 6. Locus of control : - Internal, external (Kreitner & Kinicki, 2000) Sejauh mana individu meyakini bahwa nasibnya tergantung diri sendiri (Robbins, 2001). Lihat pembahasan efikasi diri. E. MOTIVATOR - SIKAP KERJA Motivator : Faktor-faktor yang bekerja pada keadaan psikologis kritis (Munandar 2001). Sebagai motivator yang berhubungan dengan sikap kerja karyawan, seperti: 1. Pengetahuan dan keterampilan, misalnya dengan memberikan pelatihan dan pengembangan, job enrichment, job enlargement. 2014 7 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Kekuatan yang membutuhkan pertumbuhan, seperti perkembangan yang dirasakan signifikan oleh karyawan selama berkarir dalam organisasi, interaksi dan dukungan sosial lingkungan kerja, peran konseling di tempat kerja. 3. Kepuasan konteks (kepuasan terhadap aspek spesifik/ bidang dari kerja). 4. Lingkungan kerja adalah tempat dimana prosedur kerja diterapkan. Lingkungan kerja fisik adalah dimana terjadi hubungan antara individu dengan alat kerja (dari mulai yang sangat sederhana, seperti pinsil, obeng, sampai dengan mesin yang canggih) membangun sistem yang dikenal sebagai Human-Machine System, untuk mengolah masukan/ input (bahan baku/ raw material) menjadi keluaran/ output (hasil dalam bentuk semi finished atau finished goods). Dikategorikan semi finished goods atau disebut juga setengah jadi, karena akan menjadi masukan ke proses berikutnya. Dikatakan finished goods karena dianggap sudah selesai, jadi tidak diproses lagi. Jadi aktivitas kerja, adalah aktivitas pengolahan atau proses, yaitu memproses masukan menjadi keluaran (masukan/input……proses……keluaran/output). Bahan baku adalah masukan/ input yang dapat berbentuk fisik atau raw materials, dan mungkin juga berikut bahan baku penolong atau supporting raw materials, ini biasa ditemui di industri yang produknya adalah barang. Dalam bekerja, selain berhadapan dengan tugas, individu juga dapat dikatakan tetap berada dalam situasi sosial. Pelaku kerja berinteraksi dengan pekerja lain, entah itu bersifat formal dalam rangka hubungan kerja (dengan atasan, rekan kerja), atau informal (masuk ke dalam organisasi informal dalam organisasi atau sekedar “say hello” pada sesama pekerja lain. Bagaimana individu bersikap pada beban kerjanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis, yang merupakan stressor dalam kehidupan organisasi, nantinya akan menentukan berhasil tidaknya individu tersebut sebagai pelaku kerja mengatasi tekanan dari beban kerja yang ada. 5. Social desirability dalam pemahaman sebagai lingkungan psikis dalam organisasi. Social desirability atau keinginan masyarakat, biasanya berpatokan pada norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam konteks masyarakat yang terbatas, misalnya dalam organisasi social desirability dapat dilihat sebagai perilaku yang diharapkan oleh organisasi dari karyawan. Dalam bentuk operasionalnya harapan perusahaan/ organisasi tersebut dituangkan misalnya melalui peraturan perusahaan, prosedur kerja dan lebih luas lagi tercermin dalam budaya organisasi. Apabila di masyarakat luas 2014 8 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kelihatannya masih ada celah-celah atau kesenjangan antara perilaku nyata dengan social desirability, misalnya mencuri itu salah, tetapi ada banyak koruptor yang cengengesan di TV. Di perusahaan yang ruang lingkup sosialnya jauh lebih terbatas, celah itu diusahakan tidak ada, penyimpangan dari peraturan, dari standard, dari prosedur akan mendapat risiko dalam bentuk sanksi. Keterkaitan self efficacy dengan social desirability. Motivasi adalah proses psikologis yang mengarahkan dan meningkatkan perilaku untuk mencapai tujuan (Kreitner& Kinicki, 2000) Kondisi yang berkaitan dengan intensitas, kualitas dan tujuan yang menggerakkan/memunculkan perilaku (Landy & Conte, 2000) Motivasi penting bagi manajemen sebab dengan memunculkan dan membangkitkan motivasi kerja pada pelaku kerja akan menjadi pendorong untuk mewujudkan tujuan/ harapan organisasi. Adanya motivasi kerja membuat individu mau/ mempunyai keinginan untuk melakukan aktivitas kerja. Individu mempunyai kemampuan, yaitu pengalaman keberhasilan di masa lalu. Pada waktu individu mau bekerja, terjadi mobilisasidari seluruh potensi diri membandingkannya dengan tugas yang dihadapi, meyakinkan diri, dan kemudian mengarahkan diri beserta potensinya kea rah pelaksanaan tugas untuk mencapai sasaran. Pada saat mulai bekerja individu sudah mempunyai keyakinan/ efilasi diri dapat menjalankan kerja tersebut. Dalam organisasi, social desirability merupakan faktor lingkungan organisasi, bagaimana kegiatan kerja harus dilaksanakan, dan di sisi lain untuk individu sebagai pelaku kerja merupakan kondisi untuk menakar apakah mampu dan bersedia untuk bekerja sesuai tuntutan organisasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa social desirability merupakan faktor yang menjadi patokan/ standard dari perilaku kerja yang harus ditampilkan. Apakah pelaku kerja mempunyai keyakinan untuk dapat menampilkan tuntutan tersebut? Ini merupakan dinamika hubungan social desirability dengan efikasi diri. Faktor individual dan lingkungan kerja yang berperan dalam interaksi individu dengan lingkungan kerja. Bagaimana peran motivasi, khususnya motivasi kerja bagi karyawan, dibahasdalam bagan/ model motivasi – prestasi kerja di halaman berikut ini: 2014 9 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Individu (kotak kiri atas) mempunyai kemampuan, pengetahuan kerja, ketrampilan, kepribadian, suasana hati, keyakian, nilai. Individu dengan segala perangkatnyaini kemudian berinteraksi dengan lingkungan kerja (baik fisik maupun psikis, kotak kiri bawah), seperti konteks pekerjaan, rancangan tugas dll. Interaksi ini merupakan proses yang berkaitan dengan motivasi. Apabila individu mempunyai atau diberi tujuan (kebutuhan) yang jelas, dan kemudian memperlihatkan adanya peluang (goal) maka: apabila sasaran perusahaan tercapai, maka apa yang anda cari (sasaran pribadi) melalui perusahaan akan anda peroleh, maka bekerjalah dengan baik (paling sedikit mencapai standar/tolok ukur prestasi) agar sasaran organisasi tercapai, dimana kemudian dengan sendirinya anda akan mendapat imbalan, dengan mana anda dapat mewujudkan apa yang anda cari atau sasaran pribadi anda . Kesimpulan dari model ini : a. Motivasi berbeda dengan perilaku. Perilaku dapat dilihat atau “didengar”. Motivasi adalah proses psikologis, menjadi latar belakang perilaku, merupakan maksud tertentu dari individu untuk berperilaku. b. Perilaku kerja, sifatnya dapat diobservasi, yang menghasilkan suatu prestasi kerja, dipengaruhi tidak hanya oleh factor motivasi tetapi juga oleh factor kemampuan (individual), konteks pekerjaan (dukungan, budaya organisasi dll) yang merupakan lingkungan kerja, yang juga merupakan faktor peluang. 2014 10 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id F. DIAGRAM KERJA Kerja Prosedur Kerja FISIK Lingkungan Kerja (kegiatan kerja berlangsung) Lingkungan Kerja Fisik Mesin + Alat H-Machine System Sikap Kerja Stressor in Organizational Life Individu Strain, Psychosocial (jantung berdebar2), psychological (cemas, depresi, ketidakpuasan kerja), behavioral (turnover, absenteeism) 2014 11 Lingkungan Kerja Psikologis Tugas Beban Kerja Fisik Psysical noise, light, vibration PSIKOLOGIS Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sosial Interaksi Beban Kerja Psikis Psychological, role ambiguity, role conflict, role overload G. MODEL MOTIVASI – PRESTASI KERJA Keterkaitan Strategi Motivasi dengan Kepentingan Organisasi (Kreitner &Kinicki, 2000) Individu : kemampuan, pengetahuan kerja, kepribadian, suasana hati, keyakinan nilai Proses yang berkaitan dengan motivasi : - kemunculan (goal) - perhatian/arahan - intensitas Perilaku yang termotivasi : Fokus : arah Intnsitas : usaha Kualitas : strategi tugas (cara melakukan) Durasi : seberapa lama kita terkait pada kegiatan/objek tersebut. Prestasi Output >< Standard Konteks pekerjaan lingkungan fisik rancangan tugas penghargaan, dorongan dukungan, supervisi norma sosial budaya, iklim beban kerja 1. Tampilan kerja dan prestasi kerja. Perilaku kerja ≠ prestasi kerja. Model ini memperlihatkan bahwa prestasi adalah akumulasi perilaku kerja yang ujungnya menhasilkan sesuatu/ output yang kemudian dibandingkan dengan sesuatu (tolok, standard, ukuran) – misalnya memperoleh nilai B. Jadi berbicara prestasi berarti berbicara tentang sejauh mana pencapaian kerja dibandingkan dengan standard. Standard dibuat oleh perusahaan/ manajemen. Hasil kerja >< standard = prestasi kerja. Tampilan kerja/ performance = aktivitas kerja = proses kerja. 2014 12 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tetapi ada juga yang menganggap tampilan kerja sebagai hasil dari sebuah aktivitas atau proses kerja sehingga dalam pengertian ini tampilan kerja adalah prestasi kerja, missal penilaian prestasi kerja = performance appraisal. 2. Penilaian prestasi kerja. Motivasi memang diperlukan tetapi bukan satu-satunya kontributor terhadap prestasi kerja (Kreitner, Kinicki), masih ada kemampuan dan atau peluang. Perilaku kerja – perilaku yang termotivasi. Tampilan kerja atau performance (dapat diobservasi) adalah kegiatan-kegiatan karyawan yang relevan dengan tujuan organisasi. Performance bukan hasil dari sebuah kegiatan kerja tetapi adalah kegiatan kerja itu sendiri. Berikut adalah beberapa variable yang biasa dipakai dalam pengukuran performance (Campbell dkk, dalam Landy & Conte , 2000) : a. Waktu untuk menyelesaikan pelatihan. Berapa lama dibutuhkan waktu untuk memperoleh keterampilan baru atau berapa lama organisasi kehilangan jam kerja produktif karena pelatihan. b. Hasil kerja/ output, dipengaruhi teknologi dan peralatan yang dipakai. c. Total day absent (menentukan hari/orang atau man/days dan jam/orang atau man/hours yang tidak terpakai/terbuang). d. Total nilai penjualan/ total nilai diproduksi untuk dijual (sesuai target sales). e. Kenaikan jabatan/ promosi yang kadang-kadang mempunyai hubungan dengan turn over karyawan. Adanya karyawan yang berhenti membuat terjadi promosi untuk mengisi lowongan yang ditinggalkan. Catatan : Tampilan kerja dalam beberapa literature, dianggap juga sebagai prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja seorang karyawan tidak cukup melihat hanya pada output/hasil kerja saja, tetapi juga pada bagaimana individu itu beraktivitas kerja, bagaimana menterapkan prosedur kerja, bagaimana bekerja sama dengan rekan kerja, bagaimana sikapnya terhadap atasan, untuk menghasilkan produk atau jasa. 3. Lebih jauh bentuk pengukuran prestasi kerja di lapisan pelaksana atau non manajerial, didasarkan atas factor pengetahuan akan pekerjaan (sejauh mana mengetahui bahan baku, menguasai peralatan kerja dan prosedur kerja), sikap kerja 2014 13 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (disiplin kerja, kerja sama, hubungan dengan atasan, inisiatif) dan hasil kerja (dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif). 4. Untuk jabatan manajerial faktor yang dinilai dapat dikelompokkan dalam manajerial skill (perencanaan, pengorganisasian, penempatan sumber daya manusia, pengendalian), keterampilan hubungan antar manusia (kepemimpinan, komunikasi) technical skill (keterampilan teknis mengenai tugas-tugas bawahan). Apabila kelompok manajerial biasanya dibagi dalam tiga lapisan (top, middle, first line/supervisor), maka bobot penilaian disesuaikan tuntutan keterampilan pada setiap kelompok manajerial tersebut. 2014 14 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pustaka Kreitner, R., dan Kinicki, A. (2003).Organizational Behavior, Jakarta: Salemba Empat Landy , J.F., dan Conte, M.J. (2004).Work in 21ST Century: an Introduction to Industrial and Organizational Psychology, New York: Mc-Graw-Hill Munandar, A.S. (2005). Psikologi Industri dan Organisasi, Depok: UI Press. 2014 15 Seminar dan Praktek Kerja Lapangan Dr. Antonius D.R. Manurung, M.si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id