1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Landasan Teori Chester Barnard

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Chester Barnard menulis “fungsi eksekutif pertama adalah
mengembangkan dan memelihara system komunikasi” (1938, hal 82).
Pernyataan Barnard ini terbukti, dalam penelitian atas para pimpinan dari
seratus perusahaan terbesar di Amerika, 96% percaya bahwa ada
“hubungan yang pasti” antara komunikasi dan produktivitas pekerja (Lull et
al., 1955). Belakangan, temuan ini dipertegas (Zelko dan Dance, 1965):
Jika manager dan orang lain yang bertanggung jawab dalam
organisasi ditanya mengenai berapa banyak hasil kerja yang
dihabiskan untuk berkomunikasi, jawabannya berkisar antara 89%
sampai 99%, dengan kebanyakan menyatakan lebih dari 90%.
(hal, 21)
Penelitian terbaru yang dilakukan Universitas Michigan (1990),
Pennsyilvania State University dan Wake Forest University (1991)
mendokumentasikan
pentingnya
keterampilan
berkomunikasi
untuk
mencapai sukses organisasional. Penelitian menegaskan pentingnya
komunikasi pada tingkat karyawan, dari karyawan tingkat pemula hingga
pimpinan.1
II.2 Konsep Strategi
II.2.1 Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani,
“stratēgos”. yang dapat diterjemahkan sebagai „komandan militer‟ pada
1
Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss. 2000. Human communication, konteks-konteks komunikasi. Buku kedua. Pengantar Dr.
Deddy Mulyana, M.A. penerbit Rosda. Hal 168
1
zaman demokrasi Athena. Kutipan dari buku Pengantar Manajemen
Strategik Kontemporer, Strategik di Tengah Operasional / J. Hutabarat dan
M. Huseini, dikatakan bahwa: Dalam bidang manajemen, definisi mengenai
strategi
cukup
beragam
dan
bervariasi
dari
beberapa
ahli
dan
pengarangnya. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring
Corporate Strategy”) misalnya mendefinisikan strategi sebagai arah dan
cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui
konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk
mencapai
kebutuhan
pasar
dan
memenuhi
harapan
pihak
yang
berkepentingan (stakeholder).
Adapun definisi strategi menurut WF Glueck dan LR Jauch
dalam buku “Manajemen strategis dan kebijakan perusahaan”.
“mendefinisikan strategi sebagai rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan
dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat
oleh organisasi.”
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan
memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
II.2.2 Tujuan Dari Strategi Komunikasi
R Wayne Pace, Brent. D. Petersen dan M. Dallas Burnett dalam
bukunya
“Theniquet for Effective Communication” menyatakan bahwa
tujuan sentral dari strategi komunikasi adalah :
2
a. To secure understanding: komunikan mengerti pesan yang disampaikan.
b. To establishes acceptance: pembinaan kepada penerima setelah pesan
dimengerti dan diterima.
c. To motivation action: memotivasi kegiatan organisasi.
Beberapa penulis Stainer, Barry, Freeman dan Roering, Bryson, dalam
Stoner (1989:78) berkeyakinan bahwa strategi dapat membantu suatu
organisasi dalam:
a. Berpikir strategis dan mengembangkan strategi yang efektif.
b. Memperjelas arah masa depan.
c. Menciptakan prioritas.
d. Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa
depan.
e. Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan
keputusan.
f. Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang
berada dibawah kontrol organisasi.
g. Membuat keputusan yang melintasi tingkat dan fungsi.
h. Memecahkan masalah organisasi.
i. Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif.
j. Membangun kerja kelompok dan keahlian.
Strategi komunikasi banyak menentukan keberhasilan dalam
kegiatan komunikasi. Dalam menyusun strategi komunikasi seorang
pemimpin harus memahami fungsi strategi komunikasi baik secara
makro maupun
mikro. Dengan pendekatan makro berarti organisasi
dipandang struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.
3
Sedangkan dengan pendekatan
mikro lebih memfokuskan kepada
komunikasi dalam unit dan sub unit pada suatu organisasi. Komunikasi
yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota
kelompok, komunikasi untuk memberi orientasi dan latihan, komunikasi
untuk menjaga iklim, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan
pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan dalam
bekerja (Muhammad, 2008: 75-76).
II.3 Konsep Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan Latin “communicatio” yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Istilah communicatio
tersebut bersumber dari kata “communis” yang berarti sama, yang dimaksud
dengan
sama
di
sini
ialah
sama
makna atau
pendapat.
Dalam
perkembangan selanjutnya komunikasi diartikan sebagai sebagai proses
mentransfer fakta, data atau informasi yang dikemas sebagai pesan dari
satu pihak, yang biasa disebut pengirim, kepada pihak lain sebagai
penerima. Dengan diterimanya pesan tersebut diharapkan oleh pengirim,
agar penerima dapat memahami, dapat menerima atau menyetujui pesan
yang ditransfer dan terjadi persamaan pendapat antara “pengirim” dan
“penerima”.
II.3.1 Pengertian Komunikasi
1. Murphy (1957: 5) mengatakan: komunikasi adalah seluruh proses yang
diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain
2. Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995: 295) mendefinisikan “komunikasi
sebagai the process by which people attempt to share meaning via the
transmission of symbolic messages”. (Komunikasi adalah proses dimana
4
seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan kepada
orang lain melalui pesan simbolis. Komunikasi bisa dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan berbagai media
komunikasi yang tersedia)
3. Hovland, Janis dan Kolley seperti dikutip Forsdale (1981) Komunikasi
adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk
verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pendapat ini memandang
komunikasi sebagai suatu proses.
4. William J. seller (1988) Komunikasi adalah proses dengan mana simbol
verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti.
5. Fred luthan (dalam Rue & Beyers 1977:282) Mengemukakan komunikasi
dapat diartikan sebagai pengiriman informasi yang biasanya mempunyai
makna tertentu.
II.3.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari tujuh unsur utama, yaitu:
1.
Pengirim
Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator
dalam organisasi bisa karyawan dan bisa juga pimpinan
2.
Penyandian (encording)
Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyaratisyarat atau symbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses
penyandian ini dilakukan oleh pengirim
5
3.
Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada
penerima. Sebagian besar pesan dalam bentuk kata, baik berupa
ucapan maupun tulisan. Akan tetapi beraneka ragam perilaku nonverbal dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti
gerakan tubuh, raut muka dan lain sebagainya
4.
Saluran
Saluran atau sering juga disebut dengan media adalah alat dengan
mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima.
Saluran
merupakan jalan yang dilalui informasi secara fisik.
5.
Penerima
Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim.
Penerima melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima
dari pengirim
6.
Penafsiran
Penafsiran (decording) adalah proses menerjemahkan (menguraikan
sandi-sandi) pesan dari pengirim. Sebagian besar proses decording
dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima
7.
Umpan balik
Umpan balik (feedback) pada dasarnya merupakan tanggapan
penerima atas informasi yang disampaikan pengirim. Umpan balik
hanya terjadi pada komunikasi dua arah. Umpan balik yang diterima
komunikator dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan
apakah pesan telah diterima dan menghasilkan tanggapan sesuai
dengan
yang
diinginkan
atau
apakah
meaning
pesan
yang
6
diinterpretasi oleh komunikan sesuai dengan meaning pesan yang
dimaksudkan oleh komunikator.
II.3.3 Media Komunikasi
Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman
suatu pesan disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media
komunikasi
merupakan
sarana
yang
dipergunakan
dalam
proses
pengiriman pesan. Media komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan
atau menyalurkan pesan itu dapat berupa:
1. Media Tulisan; Berupa surat, telegram, papan pengumuman,
majalah, surat kabar dan lain-lain.
2. Media Visual; berbentuk gambar, grafik, foto dan lain-lain
3. Media Audio; berupa suara seperti telepon, radio dan lain-lain
4. Media Audio Visual; berupa kombinasi gambar dan suara,
contohnya televisi dan film.
II.4 Konsep Komunikasi Organisasi
Menurut Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal,
hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward
atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau
komunikasi dari orang-orang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi,
keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan
komunikasi evaluasi program. (Muhammad. 2008: 65)
7
Sedangkan menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah
proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan
yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Defenisi ini mengandung
tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung,
hubungan, lingkungan dan ketidakpastian. (Muhammad. 2008: 67)
II.4.1 Arti Penting dan Ruang Lingkup Komunikasi Organisasi.
1. Arti penting komunikasi dalam organisasi
Pentingnya komunikasi dalam suatu organisasi ditunjang oleh
pernyataan Robbins dan Jones yang mengungkapkan bahwa organisasi
modern adalah suatu struktur yang kompleks dari berbagai ragam
kegiatan yang hanya dengan komunikasi, kegiatan-kegiatan tersebut
dapat diatur dan dipersatukan untuk mencapai suatu tujuan. (Soemirat.
1999: 213)
Dari paparan tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi
merupakan hal penting dalam suatu organisasi seperti dalam hal
penyusunan rencana kerja, pembagian tugas bagi orang-orang yang
terlibat di dalamnya melalui pola pencapaian tujuan secara efektif dan
efisien.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat
dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan
bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan
teknik apa yang dipergunakan , media apa yang dipakai, bagaimana
prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan sebagainya.
8
William
V.
Hanney
dalam
bukunya
Communication
and
Organizational Behavior, menyatakan organisasi terdiri atas sejumlah
orang; ia melibatkan keadaaan saling bergantung; kebergantungan
memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi. Oleh
karena itu kata William V. Hanney, komunikasi adalah suatu sine qua non
bagi organisasi. (Onong. 2005: 116)
Dari beberapa pendapat diatas, maka jelas bahwa komunikasi
merupakan jantung dari suatu organisasi, kegiatan organisasi tidak akan
berj alan tanpa adanya komunikasi. Melalui komunikasi yang efektif,
kerjasama
yang
harmonis
dapat
ditumbuhkan,
dipelihara
dan
dikembangkan untuk pencapaian tujuan organisasi.
2. Ruang Lingkup Komunikasi Organisasi
Dalam kaitanya dengan kegiatan suatu perusahaan selalu
berkaitan dengan komunikasi internal dan eksternal. Rosenblatt, et,all
(Neni.
2007:5)
menyatakan
bahwa komunikasi
organisasi
dalam
kegiatannya selalu meliputi dua ruang lingkup diantaranya : internal
communication dan eksternal communication. Komunikasi internal Yaitu
komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang berada di dalam suatu
perusahaan. Sedangkan komunikasi eksternal yaitu komunikasi yang
terjadi antara organisasi disatu pihak dengan pihak-pihak yang berada
diluar organisasi.
Dengan
demikian
pola
transformasi
informasi
komunikasi
organisasi dalam aktivitasnya dapat berbentuk :
1. Komunikasi Internal

Alur komunikasi vertikal dari atas kebawah ( downward communication )
9

Alur komunikasi vertikal dari bawah ke atas ( upward communication )

Alur komunikasi horizontal atau komunikasi kesamping ( horizontal
communication or lateral communication )
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam
manajemen organisasi, yang pada hakekatnya adalah untuk mencapai
suatu tujuan melalui orang lain. Oleh karena itu komunikasi yang efektif
penting dalam kegiatan organisasi. Dan komunikasi eksternal hanya
dilakukan dengan orang yang berada di luar organisasi. Kegiatan
komunikasi eksternal dapat dilakukan dalam bentuk misalnya :

untuk publik umum

untuk publik pers

untuk publik dibidang pendidikan

untuk publik pelanggan

penginformasian kebijakan perusahaan melalui media massa.
II.4.2 Pendekatan Dalam Komunikasi Organisasi
Griffin (Em, Griffin 2003) menyadur tiga pendekatan untuk
membahas
komunikasi
organisasi.
Ketiga
pendekatan
itu
adalah
pendekatan system, pendekatan budaya, dan pendekatan kritik.
1. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem
informasi) menganggap struktur hierarki, garis rantai komando komunikasi,
prosedur operasi standar merupakan musuh dari inovasi. Ia melihat
organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus
beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde untuk
mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan proses memahami
10
informasi
yang
samar-samar
melalui
pembuatan,
pemilihan,
dan
penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan
tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak
kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika
dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, pimpinan harus bertumpu
pada komunikasi pada aturan-aturan.
2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa
manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang
mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari
antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang
melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi.
Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan
sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah
realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
3.
Pendekatan
kritik.
Stan
Deetz,
salah
seorang
penganut
pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan
sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan
kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat
atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau
manajerialisme.
II.4.3 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Menurut Sendjaja (Burhan. 2009:165), organisasi baik yang
berorientasi untuk mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (nonprofit), memiliki empat fungsi organisasi, yaitu: fungsi normatif, regulatif,
11
persuasif, dan integratif. Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai
berikut
1. fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu system proses
informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh naggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik, dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi
dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada
dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan
dalam
suatu
organisasi.
Orang-orang
dalam
tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi
untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan.
2. Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi,
ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama,
atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Disamping itu, mereka juga mempunyai
kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam
struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas
12
(position
of
outhority)
supaya
perintah-perintahnya
sebagaimana
mestinya.
Namun
demikian,
sikap
dilaksanakan
bawahan
untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:

Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah

Kekuatan pimpinan dlaam memberi sanksi

Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pimpinan
sekaligus sebagai pribadi

Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan
Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan
3. Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
memersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian
yang
lebih
besar
dibanding
kalau
pimpinan
sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal, seperti penerbitan
khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan
kemajuan
organisasi;
juga
saluran
komunikasi
informal,
seperti
13
perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
karyawan terhadap organisasi.
II.4.4 Strategi Komunikasi Organisasi
Menurut Gibson, dkk strategi komunikasi perlu dilakukan tindakantindakan berikut (Ulbert. 2007: 228) :
 Mendorong saling mempercayai
Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang
diciptakan antara komunikator dan komunikan. Kalau tidak ada unsur saling
mempercayai, komunikasi tidak akan berhasil. Tidak adanya rasa saling
percaya akan menghambat komunikasi
 Meningkatkan umpan balik
Kesalahpahaman dapat dikurangi jika proses umpan balik dilakukan
dengan baik. Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama pentingnya
dengan komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator memerlukan adanya
mekanisme umpan balik sehingga mereka tahu apakah pesannya sudah
dipahami oleh komunikan
 Mengatur arus informasi
Mengatur arus informasi agar tidak memberikan beban informasi
kepada pihak komunikan. Hanya informasi penting dan yang diperlukan
oleh komunikan yang disampaikan. Komunikasi diatur mutunya, jumlahnya,
dan cara penyampaiannya. Informasi yang disampaikan harus sistematis,
ringkas dan memilki bobot kepentingan yang cukup
14
 Pengulangan
Pengulangan membantu komunikan untuk menginterpretasikan
pesan yang tidak jelas atau terlalu sulit untuk dapat dipahami pada saat
pertama kali didengar. Bagi seorang manajer, permasalahan-permasalahan
penting yang tidak disampaikan kepada bawahan dapat diulangi paling tidak
dua tiga kali.
 Menggunakan bahasa yang sederhana
Bahasa
yang
kompleks,
istilah-istilah
teknis
dan
jaringan
menyebabkan komunikasi sulit dipahami oleh komunikan. Hampir setiap
gagasan dapat disampaikan dalam bahasa yang sederhana sehingga
setiap orang dapat memahaminya.
 Penetapan waktu
Suatu permasalahan dalam komunikasi di mana komunikator mulai
menyampaikan
pesan
pada
saat
penerima
belum
siap
untuk
mendengarkannya. Beberapa orang menjumpai bahwa pesan yang
disampaikan kepadanya tidak sistematis sehingga mereka tidak dapat
menghubungkan satu topic dengan topic yang lain secara sistematis. Oleh
karenanya cara yang tepat adalah dengan mengelola waktu untuk
berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan tersusun dengan baik,
ringkas dan mudah dipahami
II.4.5 Aliran Komunikasi Formal dalam Organisasi
Aliran komunikasi dalam organisasi merupakan pedoman ke mana
seseorang dapat berkomunikasi. Aliran komunikasi formal dalam organisasi
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu komunikasi dari atas ke bawah, dari
bawah ke atas, dan horizontal
15
1. Komunikasi dari atas ke bawah (upward communication)
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari
tingkat atas ke tingkat bawah melalui hierarki organisasi. Bentuk aliran
komunikasi dari atas ke bawah berupa prosedur organisasi, instruksi
tentang bagaimana melakukan tugas, umpan balik terhadap prestasi
bawahan, penjelasan tentang tujuan organisasi, dan lain sebagainya.
Salah satu kelemahan komunikasi dari atas ke bawah adalah ketidakakuratan informasi karena harus melewati beberapa tingkatan. Pesan
yang disampaikan dengan suatu bahasa yang tepat untuk suatu tingkat,
tetapi tidak tepat untuk tingkat paling bawah yang menjadi sasaran dari
informasi tersebut
2. Komunikasi dari bawah ke atas (downward communication)
Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyediakan
umpan balik tentang seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan
diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya, praktik serta
kebijakan organisasi. Komunikasi dari bawah ke atas dapat berbentuk
laporan tertulis maupun lisan, kotak saran, pertemuan kelompok dan lain
sebagainya.
Permasalahan utama yang terjadi dalam komunikasi dari bawah
ke atas adalah bias dan penyaringan atas informasi yang disampaikan oleh
bawahan. Komunikasi dari bawah ke atas digunakan untuk memonitor
prestasi organisasi. Bawahan seringkali memberikan informasi yang kurang
benar
kepada
atasannya,
terutama
untuk
informasi
yang
tidak
mengenakkan. Akibatnya, komunikasi dari bawah ke atas seringkali
16
dikatakan sebagai penyampaian informasi yang menyenangkan atasan dan
bukan informasi yang perlu diketahui oleh atasan
3.
Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal merupakan aliran komunikasi kepada
orang-orang yang memiliki hierarki yang sama dalam suatu organisasi,
misalnya komunikasi yang terjadi antara manajer bagian pemasaran
dengan manajer bagian produksi atau antara karyawan bagian produksi
dengan karyawan bagian keuangan.
II.4.6 Jaringan komunikasi dalam Organisasi
Jaringan komunikasi atau struktur komunikasi dalam suatu
organisasi dapat dirancang dalam berbagai bentuk dan cara. Berikut ini
adalah beberapa bentuk baku yang dapat dipilih, yaitu:
1.
Jaringan lingkaran (circular network)
A
B
C
D
E
Gambar 1 Jaringan lingkaran
17
2. Jaringan rantai (Chained network)
C
B
D
A
E
Gambar 2 Jaringan rantai
3. Jaringan Y (Y network)
A
B
C
D
E
Gambar 3 Jaringan Y
18
4. Jaringan bintang (star network)
D
A
E
C
B
Gambar 4 Jaringan bintang
Jaringan Y dan bintang adalah sangat tersentralisasi dengan C
pada posisi sentral, tetapi jaringan lingkaran dan rantai terdesentralisasi,
tanpa satupun anggota lainnya. Jaringan yang tersentralisasi bekerja lebih
cepat dan lebih akurat dari pada jaringan yang terdesentralisasi adalah
lebih cepat dan lebih akurat. Kepuasan anggota kelompok lebih tinggi
daripada jaringan terdesentralisasi dikarenakan para anggota jaringan
dapat berperan serta dalam menemukan pemecahan masalah. Satusatunya anggota yang sangat puas dalam jaringan yang tersentralisasi
adalah pada posisi C pada jaringan bintang dimana dia memainkan peran
kepemimpinan yang aktif.
II.4.7 Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi
Komunikasi tidak selamanya berjalan lancar seperti yang
diharapkan. Banyak faktor yang dapat menjadi penghambat atau
penghalang dalam komunikasi. Hal ini dapat pula terjadi pada komunikasi
yang bersifat kompleks seperti dalam organisasi. Menurut Wursanto,
bahwa hambatan dalam komunikasi dapat dibedakan menjadi enam
macam,yaitu:
19
1. Rintangan yang bersifat Teknis, antara lain;
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh organisasi
b. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya komunikasi yang
efektif.
2. Rintangan Perilaku, seperti;
a. Pandangan yang bersifat apriori
b. Prasangka yang didasarkan kepada emosi
c. Suasana yang otoriter
d. Ketidakmauan untuk berubah
e. Sifat yang ego-sentris
3.
Rintangan Bahasa
Yang
dimaksud
bahasa
disini
adalah
semua
bentuk
yang
dipergunakan dalam penyampaian berita, yaitu bahasa lisan, bahasa
tertulis,
gerak-gerik
dan
sebagainya.
Bahasa
yang
dipergunakan
menunjukkan tingkat intelektualitas seseorang, sehingga orang cenderung
menggunakan bahasa yang tinggi, tanpa menhiraukan kemampuan orang
yang
diajak
berbicara,
sehingga
menimbulkan
salah
pengertian
(miscommunication)
4.
Rintangan Struktur
Rintangan struktur dapat disebut juga rintangan organisasi, yaitu
rintangan yang disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat, perbedaan
pekerjaan atau tugas dalam suatu organisasi. Kadang-kadang seorang
bawahan merasa takut, atau merasa malu apabila berinteraksi dengan
pimpinannya bila pimpinan yang bersangkutan adalah seorang yang
berwibawa dan disegani. Karena adanya rasa malu, maka komunikasi
20
antara bawahan dengan atasan tidak dapat berjalan seperti yang
diharapkan.
5.
Rintangan Jarak
Rintangan jarak disebut juga rintangan geografis. Dari segi jarak atau
geografis, komunikasi akan lebih mudah berlangsung apabila antara kedua
belah pihak yang sedang mengadakan interaksi itu berada disuatu tempat
yang tidak berjauhan. Akan tetapi, tidak selamanya para karyawan/pegawai
itu berada disuatu tempat tertentu. Apabila suatu organisasi mempunyai
cabang-cabang yang tersebar diberbagai tempat atau wilayah komunikasi
dalam organisasi itu mengalami kesulitan apabila tidak ditunjang dengan
peralatan komunikasi yang memadai. Hal ini dapat mengakibatkan
keterlambatan berita yang disampaikan.
6.
Rintangan Latar Belakang
Setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Perbedaan latar belakang dapat menimbulkan suatu rintangan dalam
proses komunikasi ringtangan latar belakang dapat diibedakan menjadi;
a. Latar belakang sosial
b. Latar belakang pendidikan
II.5 Pengertian Rumah Sakit
1. American Hospital Association; 1974. Rumah sakit adalah suatu
organisasi yang melalui tenaga medis professional yang terorganisir serta
sarana kedokteran yang
permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis
serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien
21
2. Wolper dan Pena; 1987. Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit
mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana
pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai
tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan
3. Association of hospital care; 1947. Rumah sakit adalah pusat dimana
pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran
diselenggarakan
II.5.1 Tugas Rumah Sakit
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan
untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit
umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil
guna
dengan mengutamakan
upaya
penyembuhan
dan
pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan
(Siregar, 2004).2
II.5.2 Fungsi Rumah Sakit
Rumah
sakit
mempunyai
beberapa
fungsi,
yaitu
menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan
non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya
kesehatan, administrasi umum dan keuangan.
Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan
perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar
2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28128/4/ChapterII.pdf diunduh pada tanggal 9 februari pkl. 03.44
WITA
22
ini, rumah sakit memberikan pendidikan bagi mahasiswa dan penelitian
yang juga merupakan fungsi yang penting. Fungsi keempat yaitu
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi
fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah
pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat.
II.5.3 Organisasi Rumah Sakit
Sekalipun yang termasuk dalam masyarakat rumah sakit pada
saat ini telah mencakup bidang yang amat luas sekali, namun untuk
kepentingan penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yang terpenting
agaknya hanyalah masyarakat pengelola rumah sakit saja. Untuk ini
dilakukanlah
pengorganisasian
rumah
sakit
tersebut,
yang
jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas tiga kelompok
organisasi yakni:
1. Para penentu kebijakan
Para penentu kebijakan rumah sakit ini dikenal dengan nama
Dewan Perwalian (Board of Trustees). Pada waktu awal dikenalnya
rumah sakit, ke dalam dewan perwalian termasuk wakil-wakil
masyarakat. Tetapi pada saat ini, terutama untuk rumah sakit yang
dikelola oleh badan swasta, anggota dewan perwalian umumnya
adalah para pemilik rumah sakit. Sesuai dengan namany maka tugas
utama dewan perwalian ialah menentukan kebijakan rumah sakit
2. Para pelaksana pelayanan non-medis
Pada pelaksana pelayanan non-medis diwakili oleh kalangan
administrasi (administrator). Adapun yang dimaksud dengan kalangan
administrasi di sini adalah mereka yang di tunjuk oleh dewan
23
perwalian untuk mengelola kegiatan rumah sakit. Tugas utamanya
ialah mengelola kegiatan aspek non medis rumah sakit sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan perwalian
3.
Para pelaksana pelayanan medis
Para pelaksana pelayanan medis diwakili oleh kalangan
kesehatan (medical staff). Adapun yang dimaksud dengan pelaksana
pelayanan medis di sini adalah mereka yang bekerja di rumah sakit
untuk menyelenggarakan pelayanan medis rumah sakit. Sesuai
dengan pengertian yang seperti ini maka tugas utama kalangan
kesehatan ialah menyelenggarakan pelayanan medis rumah sakit
Tempat dimana kalangan medis melaksanakan kegiatannya
disebut dengan nama bagian klinik. Tergantung dari kompleksitas
pelayanan yang tersedia maka bagian klinik di rumah sakit banyak
macamnya. Misalnya bagian penyakit dalam, bagian ilmu kesehatan
anak, serta bagian bedah.
Untuk menunjang pelayanan klinik maka di rumah sakit lazimnya
ditemukan bagian pelayanan penunjang. Suatu rumah sakit yang lengkap
umumnya mempunyai beberapa bagian pelayanan penunjang seperti
misalnya bagian patologi klinik, bagian radiologi, serta bagian patologi
anatomi.
Staf yang bekerja di rumah sakit secara umum dapat dibedakan
atas dua macam. Pertama staf medis (medical staff) yang dibedakan atas
dua macam yakni dokter serta para medis. Kedua, bukan staf medis (non
medical staff) yang dibedakan atas beberapa macam termasuk di
24
dalamnya antara lain administrator, para teknisi, serta berbagai staf
penunjang lainnya.
II.5.4 Jenis Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan
menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan
pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.
1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
luas dan subspesialistik luas.
2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
25
II.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian diatas, sebelum melakukan penelitian terlebih
dahulu dirumuskan kerangka pikir sebagai dasar dalam penelitian ini.
Adapun kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut :
Strategi komunikasi organisasi:
 Mendorong saling mempercayai
STRATEGI
 Meningkatkan umpan balik
KOMUNIKASI
 Mengatur arus informasi
ORGANISASI
KOMUNIKASI
YANG
EFEKTIF
 Pengulangan
 Menggunakan bahasa yang sederhana
 Penetapan waktu
Gambar 5 Skema Kerangka Pikir
Strategi komunikasi organisasi menurut Gibson, dkk perlu tindakantindakan seperti:

Mendorong saling mempercayai
Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang
diciptakan antara komunikator dan komunikan. Kalau tidak ada unsur saling
mempercayai, komunikasi tidak akan berhasil. Tidak adanya rasa saling
percaya akan menghambat komunikasi

Meningkatkan umpan balik
Kesalahpahaman dapat dikurangi jika proses umpan balik dilakukan
dengan baik. Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama pentingnya
dengan komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator memerlukan adanya
26
mekanisme umpan balik sehingga mereka tahu apakah pesannya sudah
dipahami oleh komunikan
 Mengatur arus informasi
Mengatur arus informasi agar tidak memberikan beban informasi
kepada pihak komunikan. Hanya informasi penting dan yang diperlukan
oleh komunikan yang disampaikan. Komunikasi diatur mutunya, jumlahnya,
dan cara penyampaiannya. Informasi yang disampaikan harus sistematis,
ringkas dan memilki bobot kepentingan yang cukup
 Pengulangan
Pengulangan membantu komunikan untuk menginterpretasikan
pesan yang tidak jelas atau terlalu sulit untuk dapat dipahami pada saat
pertama kali didengar.
 Menggunakan bahasa yang sederhana
Bahasa
yang
kompleks,
istilah-istilah
teknis
dan
jaringan
menyebabkan komunikasi sulit dipahami oleh komunikan. Hampir setiap
gagasan dapat disampaikan dalam bahasa yang sederhana sehingga
setiap orang dapat memahaminya.
 Penetapan waktu
Suatu permasalahan dalam komunikasi di mana komunikator mulai
menyampaikan
pesan
pada
saat
penerima
belum
siap
untuk
mendengarkannya. Beberapa orang menjumpai bahwa pesan yang
disampaikan kepadanya tidak sistematis sehingga mereka tidak dapat
menghubungkan satu topic dengan topic yang lain secara sistematis. Oleh
karenanya cara yang tepat adalah dengan mengelola waktu untuk
27
berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan tersusun dengan baik,
ringkas dan mudah dipahami
Berkaitan dengan strategi komunikasi organisasi tujuan dari
strategi komunikasi ini adalah terjadinya komunikasi yang efektif, melalui
komunikasi yang efektif kerjasama yang harmonis dapat ditumbuhkan,
dipelihara dan dikembangkan untuk pencapaian tujuan organisasi.
28
Download